Disusun oleh
Nim : G1B221025
Kelompok : III
Pembimbing Akademik:
Komplikasi stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena,
rata- rata serangan, ukuran lesi dan adanya peningkatan tekanan sirkulasi
kolateral pada stroke, (Padila, 2012). Pada stroke akut komplikasi yang
dialami adalah (1). kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah
(hemiparesis) yang timbul secara mendadak, (2) gangguan sesibilitas pada
satu atau lebih anggota badan.
(3) penurun kesadaran. (4) Afasia. (5) Disatria. (6) gangguan diplopia. (7)
Ataksia. (8) Vertigo. Hemiparese merupakan salah satu komplikasi yang akan
dialami penderita stroke, dimana penderita stroke tidak mampu melakukan
aktivitas mandiri, oleh sebab itu untuk mencegah terjadinya proses
penyembuhan yang lama perlu dilakukan latihan agar dapat mengurangi
gejala sisa stroke, latihan yang efektif untuk dilakukan pada pasien stroke
selain fisioterapi adalah latihan ROM (Muttaqin, 2012).
1.2 Tujuan
Setelah dilakukan kegiatan Evidence Based Practice (EBP) pembaca
diharapkan mampu memahami dan mendapatkan tambahan ilmu mengenai
Pengaruh Pemberian latihan ROM (range of motion) pada pasien stroke dalam
meningkatkan kekuatan otot.
1.3 Manfaat
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan medikal bedah
tentang “Evidence-Based Practice”. Selain itu saya berharap semoga makalah
yang saya buat ini dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk menambahkan
pengetahuan tentang EBP terkait Pengaruh Pemberian latihan ROM (range of
motion) pada pasien stroke dalam meningkatkan kekuatan otot..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
A. Definisi
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal
dan atau global, yang muncul mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan
fungsi saraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik. Gangguan saraf tersebut menimbulkan gejala antara lain :
kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak
jelas (pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan
lain-lain (Riskesdas, 2013). Stroke melibatkan onset mendadak defisit
neurologis fokal yang berlangsung setidaknya 24 jam dan diduga berasal
dari pembuluh darah (Dipiro, 2015).
B. Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, stroke dapat dibagi menjadi tiga
kategori, antara lain :
1) Serangan iskemik sepintas, yang merupakan gangguan neurolgis fokal
atau saraf pusat yang timbul secara mendadak dan menghilang beberapa
menit sampai beberapa jam. Stroke ini bersifat sementara, namun jika
tidak ditanggulangi akan berakibat pada serangan yang lebih fatal.
2) Progresif atau involution (stroke yang sedang berembang), yaitu
perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke dimana
defisit neurologisnya terus bertambah atau gangguan pada sistem saraf
pusat mengalami gangguan.
3) Stroke lengkap/completed, yaitu gangguan neurlogis maksimal sejak
awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke di mana fungsi sistem
saraf menurun pada saat onset atau serangan lebih berat. Stroke ini
dapat menyebabkan kelumpuhan permanen jika tidak segera
ditanggulangi (Arya, 2011).
C. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) stroke biasanya diakibatkan oleh
salah satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :
1) Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau
leher. Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis,
yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Secara umum,
trombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada setengah tubuh dapat
mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2) Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa
ke otak dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat
arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi
serebral (Valante dkk, 2015).
3) Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama
karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak
(Valante dkk, 2015).
4) Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien
dengan perdarahan dan hemoragi mengalami penurunan nyata pada
tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak responsif.
Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai
darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen
fungsi otak dalam gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006), tanda dan
gejala penyakit stroke :
1. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu
sisi tubuh
2. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
3. Penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata.
4. Pusing dan pingsan.
5. Nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas.
6. Bicara tidak jelas (pelo)
7. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
8. Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
9. Ketidakseimbangan dan terjatuh.
10. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Tarwoto (2013), penatalaksanaan stroke di rumah sakit terbagi
atas :
a. Penatalaksanaan umum
1) Pada fase akut (Golden Period selama 3 jam)
a) Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik mangalami
gangguan aliran darah ke otak. Sehingga kebutuhan oksigen sangat
penting untuk mengurangi hipoksia dan juga untuk
mempertahankan metabolism otak. Pertahankan jalan napas,
pemberian oksigen, penggunaan ventilator, merupakan tindakan
yang dapat dilakukan sesuai hasil pemeriksaan analisa gas darah
atau oksimetri
b) Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
Peningkatan intra cranial biasanya disebabkan karena edema
serebri, oleh karena itu pengurangan edema penting dilakukan
misalnya dengan pemberian manitol, control atau pengendalian
tekanan darah
c) Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah
d) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
e) Evaluasi status cairan dan elektrolit
f) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah
resiko injuri
g) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi labung dan
pemberian makanan
h) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
i) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan
pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus cranial dan reflex
j) Terapi cairan, stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena penurunan
kesadaran atau mengalami disfagia. Terapi cairan ini penting untuk
mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah. The American
Heart Association sudah menganjurkan normal saline 50 ml/jam
selama jam-jam pertama dari stroke iskemik akut. Segera setelah
stroke hemodinamik stabil, terapi cairan rumatan bisa diberikan
sebagai KAEN 3B/KAEN 3A. Kedua larutan ini lebih baik pada
dehidrasi hipertonik serta memenuhi kebutuhan hemoestasis kalium
dan natrium. Setelah fase akut stroke, larutan rumatan bisa
diberikan untuk memelihara hemoestasis elektrolit, khususnya
kalium dan natrium.
2) Fase rehabilitasi
a) Pertahankan nutrisi yang adekuat
b) Program manajemen bladder dan bowel
c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi
(ROM)
d) Pertahankan integritas kulit
e) Pertahankan komunikasi yang efektif
f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
g) Persiapan pasien pulang
b. Penatalaksanaan kolaboratif
1) Fisioterapi, lumpuh seluruhnya sangat jarang seorang fisioterapi
akan membantu anda mengatasi kegiatan menyangkut otot yang
kecil sekalipun, anda juga akan dilibatkan dalam program
peregangan untuk otot-otot tertentu. Beberapa bidang yang dilatih
adalah: berdiri, berjalan, menjangkau dan menggunakan benda-
benda, khususnya peralatan makan
Adapun cara untuk memeriksa kekutan otot dengan menggunakan derajat kekuatan
otot tersebut yaitu sebagai berikut:
sebagai berikut:
1) ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang
2) ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien
ROM aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan
4. Isi jurnal
Desain penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperiment
dengan menggunakan pendekatan one group pretes and posttest
design. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan purposive
sampling. Sample yang diambil adalah pasien stroke yang
mengalami penurunan tingkat kemandirian activity daily living
sebanyak 35 pasien pada bulan juli-oktober 2020 di RSU Siti Hajar
Medan.
Sample yang diambil adalah pasien TB paru yang mengalami
sesak napas pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 32 pasien di
Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada 20
responden penderita stroke yang dirawat inap di RSU Siti Hajar
didapatkan yaitu terdapat peningkatan otot sesudah dilakukan
intervensi sebesar 1.80, sedangakan terjadi kekuatan otot sampai
dengan kondisi 5 (normal ) setelah dilakukan intervensi sebanyak
40%, dan latihan ROM sangat efektif untuk meningkatkan kekuatan
otot bagi pasien
B. Jurnal II
1. Judul
Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragik Dengan
Hemiparese Melalui Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif
2. Penulis
Elsi Rahmadani dan Handi Rustandi
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk Analisis Peningkatan Kekuatan Otot pada
Pasien Stroke Non-Hemoragik dengan hemiparese melalui latihan pasif
Range of Motion (ROM)
4. Isi jurnal
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonquivalent
control group design dan jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen
pre dan post with control group pada pasien stroke non hemoragik
dengan hemiparese ekstremitas atas. Penelitian ini dilaksanakan di
Ruang ICU RSUD Curup pada bulan Juni- JuliTahun 2019. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke non hemoragik yang
ada di Ruang ICU RSUD Curup.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa kekuatan otot
meningkat dan kemampuan fungsional meningkat secara signifikan
setelah diberikan latihan. Hal ini berarti latihan ROM berpengaruh
terhadap peningkatan kekuatan dan kemampuan fungsional pasien
stroke dengan hemiparese.
C. Jurnal III
1. Judul
Penerapan Range Of Motion (Rom) Pasif Untuk Meningkatkan
Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragik
2. Penulis
Desi Merdiyanti, Sapti Ayubbana, Senja Atika Sari HS
3. Tujuan
Tujuan penerapan ini adalah meningkatkan kekuatan otot pasien stroke
non hemoragik menggunakan intervensi latihan Range Of Motion
(ROM) pasif.
4. Isi jurnal
Penelitian ini bersifat desain studi, Yaitu dengan cara meneliti
suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
tunggal. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam di
analisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu
sendiri, faktor- faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus
yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi
kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Subjek
dalam karya tulis ilmiah ini adalah satu orang pasien stroke di Kota
Metro tahun 2020.
Hasil penelitian menunjukan bahwa range of motion (ROM)
efektif untuk meningkatkan kekuatan otot sehingga perawat dapat
memberi edukasi kepada subjek dan keluarga
D. Jurnal IV
1. Judul
Anggriani, A., Aini, N., & Sulaiman, S. (2020). Efektivitas Latihan Range of
Motion Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit Siti Hajar. Journal of
Healthcare Technology and Medicine, 6(2), 678.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v6i2.974
Faridah, U., Sukarmin, & Sri, K. (2018). Pengaruh Rom Exercise Bola Karet
Terhadap Kekuatan Otot Genggam Pasien Stroke Di Rsud Raa Soewondo
Pati. Indonesia Jurnal Perawat, 3(1), 36–43.
Merdiyanti, D., Ayubbana, S., & Sari HS, S. A. (2021). PENERAPAN RANGE
OF MOTION (ROM) PASIF UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN
OTOT PASIEN STROKE NON HEMORAGIK. Jurnal Cendikia Muda, 1,
98–102.