Anda di halaman 1dari 14

KEGAWATDARURATAN SISTEM NEUROLOGI

STROKE

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
2020
 
PENDAHULUAN

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik.

PEMBAHASAN

1. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare,
2002). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian, dan semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Menurut Price & Wilson (2006) pengertian
dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan
atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
 
a. Stroke Non Hemoragik
b. Stroke Hemoragik

2. Etiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
a. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain.
c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
 
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak,
yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori,
bicara, atau sensasi.
3. Tanda dan Gejala
 
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006), tanda dan
gejala penyakit stroke :
a. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
b. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
c. Penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata d.
Pusing dan pingsan
e. Nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas f. Bicara tidak jelas (pelo)
g. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat h. Tidak mampu
mengenali bagian dari tubuh
i. Ketidakseimbangan dan terjatuh
j. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
4. Patofisiologi
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau
cedera pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga
aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke
kejaringan (hemorrhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan
otak.
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang
interstitial jaringan otak.
5. Pathway
a. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral
atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat,
nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari, 2008).
b. Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai
dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual,
muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi
lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).

6. Penatalaksanaan Medis
 
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
 
a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari
setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan
thrombus dan embolisasi.
7. Penatalaksanaan Keperawatan
 
a. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan kecepatan 20
ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya tidak digunakan karena dapat
memperhebat edema serebri.
b. Pemberian oksigen melalui nasal kanul.
c. Jangan memberikan apapun melalui mulut. d. Pemeriksaan EKG
e. Pemeriksaan rontgen toraks.
f. Pemeriksaan darah: Darah perifer lengkap dan hitung trombosit, Kimia darah (glukosa,
ureum, kreatinin dan elektrolit), PT (Prothrombin Time)/PTT (Partial Thromboplastin time)
g. Jika ada indikasi lakukan pemeriksaan berikut:
 
1) Kadar alcohol
2) Fungsi hepar
3) Analisa gas darah
4) Skrining toksikologi
8. Pemeriksaan Diagnost
a. Angiografi serebral
b. CT-scan
c. Pungsi lumbal
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
e. Ultrasonografi Doppler
f. EEG (Electroencephalography)
g. Sinar X
ASUHAN KEPERAWATRAN
 
A. Pengkajian
 
  Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
diketahui kebutuhan klien tersebut.
Adapun pengkajian pada klien dengan stroke (Doenges dkk, 1999) adalah :
1. Aktivitas/ Istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
4. Eliminasi
5. Makanan/ Cairan
6. Neurosensori
7. Kenyamanan / Nyeri
8. Pernapasan
9. Keamanan
10. Interaksi Sosial
11. Penyuluhan/ Pembelajaran
 
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual
dan resiko tinggi (Doenges dkk, 1999).
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Stroke (Doenges dkk, 1999)
meliputi :
1. Perubahan perfusi jaringan serebral
2. Kerusakan mobilitas fisik
3. Kerusakan komunikasi verbal
4. Perubahan sensori persepsi
5. Kurang perawatan diri
6. Gangguan harga diri
7. Resiko tinggi kerusakan menelan
8. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan
C. Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah awal dalam menentukan apa yang dilakukan
untuk membantu klien dalam memenuhi serta mengatasi masalah keperawatan yang
telah ditentukan. Tahap perencanaan keperawatan adalah menentukan prioritas
diagnosa keperawatan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan.
Rencana tindakan keperawatan yang disusun pada klien dengan
Stroke ( Doenges dkk, 1999) adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan pertama
2. Diagnosa keperawatan kedua
3. Diagnosa keperawatan ketiga
4. Diagnosa keperawatan keempat
D. Evaluasi
 
Kriteria hasil dari tindakan keperawatan yang di harapkan pada pasien stroke
adalah mempertahankan tingkat kesadaran dan tanda- tanda vital stabil, kekuatan
otot bertambah dan dapat beraktivitas secara minimal, dapat berkomunikasi
sesuai dengan kondisinya, mempertahankan fungsi perseptual, dapat melakukan
aktivitas perawatan diri secara mandiri, klien dapat mengungkapakan penerimaaan
atas kondisinya, dan klien dapat memahami tentang kondisi dan cara
pengobatannya.

 
Kesimpulan
 
Stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh
sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena
emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi
penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak.

Anda mungkin juga menyukai