SISTEM PENCERNAAN
OLEH :
HAIRUN NISA
A25118050
A. Latar Belakang
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan aktivitas yang membutuhkan tenaga,
untuk dapat menghasilkan tenaga maka tubuh kita melakukan metabolisme.
Metabolisme yang terjadi di dalam tubuh terjadi jika di dalam tubuh kita terdapat zat-zat
yang dibutuhkan dan tidak boleh tiada dalam tubuh kita, salah satunya adalah
karbohidrat.
Karbohidrat termasuk gula, pati, sellulosa dan senyawa segolongan. Karbohidrat terdiri
dari 3 golongan yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Fungsi karbohidrat antara lain :
• Sumber tenaga untuk tubuh
• untuk cadangan tenaga (yang terbentuk dalam simpanan lemak);memberikan
rasa kenyang.
• Suatu zat digolongkan KH apabila molekulnya tersusun oleh atom carbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O) dengan perbandingan 1:2:1.
Sering dijumpai adanya gangguan metabolisme karbohidrat dalam tubuh manusia baik
gangguan kekurangan maupun kelebihan, diantaranya adalah :
Gangguan kelebihan karbohidrat antara lain galaktosmia, glikogenesis, intoleransi
fruktosa herediter, fruktosuria, pentosuria, dan diabeltes melitus.
Gangguan kekurangan karbohidrat antara lain marasmus (pada balita).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metabolisme dan karbohidrat ?
2. Apa gangguan akibat kekurangan dan kelebihan karbohidrat ?
3.Apa penyebab terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian metabolisme dan karbohidrat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui akibat gangguan metabolisme, baik kekurangan dan
kelebihan karbohidrat,
3. Mahasiswa dapat mengetahui terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat.
BAB II
ISI
1. Pengertian Metabolisme
Metabolisme adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat -zat yang
diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat menjalankan fungsinya.
Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang mengakibatkan
hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu proses
metabolisme.
1. Pengertian Karbohidrat
MONOSAKARIDA
DISAKARIDA
POLISAKARIDA
1. Galaktosemia
2. Glikogenesis
Glikogenosis (Penyakit penimbunan glikogen) adalah sekumpulan penyakit
keturunan yang disebabkan oleh tidak adanya 1 atau beberapa enzim yang diperlukan
untuk mengubah gula menjadi glikogen atau mengubah glikogen menjadi
glukosa(untuk Glikogenosis digunakan sebagai energi). Pada glikogenosis, sejenis atau
sejumlah glikogen yang abnormal diendapkan di dalam jaringan tubuh, terutama di hati.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap contoh jaringan
(biasanya otot atau hati), yang menunjukkan adanya enzim yang hilang.
Pengobatan tergantung kepada jenis penyakitnya.
Untuk membantu mencegah turunnya kadar gula darah, dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat dalam porsi kecil sebanyak beberapa kali
dalam sehari. Pada beberapa anak yang masih kecil, masalah ini bisa diatasi dengan
memberikan tepung jagung yang tidak dimasak setiap 4-6 jam. Kadang pada malam
hari diberikan larutan karbohidrat melalui selang yang dimasukkan ke lambung.
5. Pentosuria
Pentosuria adalah suatu keadaan yang tidak berbahaya, yang ditandai dengan
ditemukannya gula xylulosa di dalam air kemih karena tubuh tidak memiliki enzim yang
diperlukan untuk mengolah xylulosa.
Pentosuria hampir selalu hanya ditemukan pada orang Yahudi.
Pentosuria tidak menimbulkan masalah kesehatan, tetapi adanya xylulosa dalam air
kemih bisa menyebabkan kekeliruan diagnosis dengan diabetes mellitus.
Tidak perlu dilakukan pengobatan khusus.
6. Diabetes mellitus
Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa Inggris: insulin-
dependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam merupakan anggota
klasifikasi NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent diabetes mellitus). IDDM dan
NIDDM merupakan klasifikasi yang tercantum pada International Nomenclature of
Diseases pada tahun 1991 dan revisi ke-10 International Classification of
Diseases pada tahun 1992.
Klasifikasi Impaired Glucose Tolerance, IGT, kini didefinisikan sebagai tahap dari cacat
regulasi glukosa, sebagaimana dapat diamati pada seluruh tipe kelainan hiperglisemis.
Namun tidak lagi dianggap sebagai diabetes.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan
dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki
kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu,
sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita
diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian
darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun,
adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa
menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan
pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada
umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan
untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah
ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan
pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui
"inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi
aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan
kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata
untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-
6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l)
untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti "frequent
hypoglycemic events". Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan
rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan
dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan
secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah,
yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap
insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia
dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap
insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit,
sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.
Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya
resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya
resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya
suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira
90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor
lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah
terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2
biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet
(umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini
dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban
adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama
ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,,
perawatan dengan lisan [[ antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon
insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di
kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g.,
sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh
hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin),
dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones).
Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk
memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang
tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling
terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan
pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedahbypass usus. Hal ini diketahui
sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para ahli belum dapat
menentukan apakah metoda ini dapat memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan
perubahan homeostasis glukosa.
peningkatan mRNA glukokinase,
peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin
penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati
penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan
menekan 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA, kolesterol
asiltransferase
penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina palmitoil,
antara lain dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase
dehidrogenase dan fosfatidat fosfohidrolase
meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju
lintasan glukoneogenesis
Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk,
sedang naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM
bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM
dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama
masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat
membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi
meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan
dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin
janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom
gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah
merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum
terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular.
Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi
sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan
resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
Patofisiologi
Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam kelainan hormonal, seperti
hormon sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dantiroid merupakan studi pengamatan yang
sedang laik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering
disebut terkait oleh akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.
Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1. Sinergi
hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-α, dijumpai membawa
sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in vitro maupun in vivo. Apoptosis sel beta juga
terjadi akibat mekanisme Fas-FasL, dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik,
seperti granzim dan perforin; selain hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-.
Komplikasi
Ketoasidosis diabetikum
Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang
dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum.
Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat
menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang
lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia
beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari
ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan
nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernapasan menjadi dalam dan cepat karena
tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau napas penderita tercium
seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang
menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai
menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika
mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi,
kecelakaan atau penyakit yang serius. Penderita diabetes tipe II bisa tidak
menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah,
maka timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang terjadi
ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL,
biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan
mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing,
kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
Hipoglikemi
Diagnosis
Simtoma klinis
dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai
komplikasi kronis, seperti:
rentan terhadap infeksi.
Kata diabetes mellitus itu sendiri mengacu pada simtoma yang disebut glikosuria, atau
kencing manis, yang terjadi jika penderita tidak segera mendapatkan perawatan.
Penanganan
Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami
kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga
tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa.
Untuk yang terkendali dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan
dengan dosis sebelum berbuka lebih besar daripada dosissahur. Untuk yang memakai
insulin, dipakai insulin jangka menengah yang diberikan saat berbuka saja. Sedangkan
pasien yang harus menggunakan insulin (DMTI) dosis ganda, dianjurkan untuk tidak
berpuasa dalam bulan Ramadhan.
Ginjal
Kelainan degeneratif pada alat vaskular glomeruler – tubular
pyleonepritis akut maupun kronis
• Kulit
• Penimbunan lipid dlm makropag-makropag pada dermis →xantoma diabetikum
• Susunan syaraf
• Pada syaraf tepi dan kadang medula spinalis
• Perubahan degeneratif
• Demyelinisasi
• Fibrosis
• Mungkin berhubungan dengan skelosis pembuluh darah
Hati
• Hipoglykemia
Patologis : Sering ditemukan pada 3 keadaan:
Akibat pemakaian insulin berlebihan pada diabetes
Pada pengobatan psykosis dengan shock hipoglikemik
Akibat pembentukan insulin berlebihan pada tumor pankreas yg dibentuk oleh sel
beta
Penyebab Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
dapat memicu timbulnya diabetes mellitus. Hal ini disebabkan jumlah/kadar insulin oleh
sel pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu,
mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin
dalam jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan
menyebabkan diabetes mellitus.
2. Obesitas
3. Faktor Genetis
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes mellitus orang tua. Biasanya,
seseorang yang menderita diabetes mellitus mempunyai anggota keluarga yang juga
terkena. Jika kedua orang tua menderita diabetes, insiden diabetes pada anak-anaknya
meningkat, tergantung pada umur berapa orang tua menderita diabetes. Risiko terbesar
bagi anak-anak terserang diabetes jika salah satu atau kedua orang tua menderita
penyakit ini sebelum berumur 40 tahun. Riwayat keluarga pada kakek dan nenek
kurang berpengaruh secara signifikan terhadap cucunya.
Gejala diabetes mellitus dapat dirasakan secara fisik. Berikut gejala-gejala diabetes
mellitus :
Gejala awalnya adalah berat badan menurun dalam waktu relatif singkat. Selain itu,
sering merasa lemah, lesu dan tidak merasa bergairah. Hal itu disebabkan glaukosa
yang merupakan sumber energi dan tenaga tubuh, tidak masuk ke dalam sel. Oleh
karena itu, sumber energi akan diambil dari cadangan lemak dan dari hati. Jika dipakai
terus, cadangan energi dari lemak dan hati akan berkurang. Akibatnya, badan semakin
kurus dan berat badan menurun.
Kadar glaukosa darah yang berlebihan akan di keluarkan melalui urin. Akibat tingginya
kadar glaukosa darah, penderita merasa ingin buang air terus dan dalam volume urin
yang banyak.
Makin banyak urin yang dikeluarkan, tubuh makin kekurangan air. Akibatnya, timbul
rasa haus dan ingin minum terus.
Kadar glaukosa yang tidak masuk ke dalam sel, menyebabkan timbulnya rangsangan
ke otak untuk mengirim pesan rasa lapar. Akibatnya penderita semakin sering makan.
Kadar glaukosa pun makin tinggi, tetap[i tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan tubuh
karena tidak masuk ke sel tubuh.
Jumlah glaukosa yang basar dalam urin dapat menyebabkan iritasi genital (kemaluan)
akbat infeksi jamur.
6. Lensa Mata Berubah
Bentuk lensa mata sedikit berubah dan mengaburkan penglihatan untuk sementara
waktu.
Jika terjadi luka pada penderita akan sangat sulit sekali untuk sembuh.Hal ini
berhubungan dengan sistim kekebalan pada tubuh penderita diabetesa yang cenderung
menurun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metabolisme adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat -zat yang
diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat menjalankan fungsinya.
Karbohidrat termasuk gula, pati, sellulosa dan senyawa segolongan. Senyawa ini
tersusun oleh C, H, dan O. Perbandingan antara H dan O adalah 2 : 1 seperti dalam air,
disebut sebagai karbohidrat . Kebanyakan rumus nya adalah CnH2nOn.
Klasifikasi Karbohidrat dibagi menjadi : monosakarida, disakarida dan polisakarida.
DAFTAR PUSTAKA
http://sedanten-herbal.com/artikel/penyakit-akibat-kekurangan-dan-kelebihan-karbohidrat/
http://www.ibudanbalita.net/info/gangguan-akibat-kelebihan-karbohidrat.html
http://www.anneahira.com/gangguan-metabolisme-karbohidrat.htm