Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

“Konsep Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir”

DOSEN PEMBIMBING

Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kes

DISUSUN OLEH

Kelompok 2

1. Reski Nurul Afifah (A.18.10.052)


2. Nurul Ihza Luksy (A.18.10.049)
3. Nur Azizah Waris (A.18.10.043)
4. Nurul Khaerah (A.18.10.050)
5. Tasya Faradiba Zainal (A.18.10.061)
6. Samsidar (A.18.10.054)
7. Yuyu Husnul Khatimah (A.18.10.068)

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2020/2021
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas

rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul

“Konsep Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir” tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-

kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,mengingat akan

kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak

sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan

terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini, khususnya kepada:

1.Ibu Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing kami.

2.Orangtua dan teman-teman anggota kelompok.

3.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, Sekian penulis

sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.

Bulukumba, Maret 2020

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI…....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ...............................................................................................3

B. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM PERNAPASAN).....................3

C. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM PEREDARAN DARAH).......7

D. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM PENGATURAN TUBUH).....11

E. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM METABOLISME

GLUKOSA)........................................................................................12

F. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM PENCERNAAN) ...................13

G. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM KEKEBALAN TUBUH)........15

H. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM GINJAL dan

KESEIMBANG/AN CAIRAN .........................................................16

ii
I. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM ADAPTASI PERUBAHAN

KULIT)..............................................................................................17

J. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM SARAF) ................................19

K. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM MUSKULOSKELETAL) ....20

L. Perubahan Fisiologis BBL (SISTEM REPRODUKSI) ...................21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................22

B. Saran...................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya dalam kehidupan kita sehari-hari, perubahan-

perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh kita baik bayi baru lahir,

neonatus, balita, anak-anak, remaja bahkan dewasa sudah bisa kita rasakan

dan lihat dalam wujud bentuk, ukuran, rasa dan lain-lain. Perubahan

fisiologi yang terjadi pada neonatus sangatlah penting bahkan menjadi titik

pusat perhatian bagi keluarga dan tenaga kesehatan untuk dapat bisa

memantau setiap tumbuh kembang pada neonatus. Karena dari titik inilah

awal dari proses pertumbuhan dan perkembangan yang kita alami hingga

menjadi dewasa.

Neonatus harus menjalani proses adaptasi fisiologi dari

awalnya berada dalam lingkungan rahim dan sekarang akan menjalani

kehidupan diluar rahim. Adaptasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor

mekanik, kimiawi, dan termik yang menimbulkan perubahan pada tubuh

neonatus. Penatalaksanaan mengenai kondisi kesehatan neonatus resiko

tinggi yang mana memerlukan pelayanan, rujukan atau tindakan lanjut.

Maka dari itu, sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat memahami dan

mengetahui tentang adaptasi fisiologis yang terjadi pada neonatus.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang

kami dapat yaitu:

1. Apa pengertian dari perubahan fisiologis pada BBL?

2. Bagaimana konsep perubahan fisiologis pada BBL?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian perubahan fisiologis pada BBL.

2. Untuk mengetahui konsep perubahan fisiologis pada BBL.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses

adaptasi dengan lingkungan luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra

uteri. Sebelum nya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intra

uteri. Bayi baru lahir harus beradaptasi dari yang bergantungan terhadap

ibunya kemudian menyesuaikan dengan dunia luar, bayi harus

mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendapatkan nutrisi peroral

untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh, melawan setiap

penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelumnya dilakukan oleh

plasenta.

B. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (SISTEM PERNAPASAN)

Perubahan sisitem ini di awali dari perkembangan organ paru

itu sendiri dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta

alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat

3
menentukan proses pematangan dalam sistem pernapasan. Proses

perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal pernapasan yang dapat di

pengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan

fisik ( lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan medula oblongata

di otak.

Selain itu juga jadi tekanan rongga dada karena kompresi

paru selama persalinan,sehingga merangsang masuknya udara ke dalam

paru,kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem

pernapasan itu sendiri dengan sisitem kardiovaskuler dan susunan saraf

pusat. Selain itu adanya surfaktan dan upaya resfirasi dalam pernapasan

dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru serta

mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan

tersebut dapat mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu

menstabilkan diding alveolus untuk mencegah kolaps.

1. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang

bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur

percabangan bronkus, proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8

tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya

berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan nafas

selama trimester dua dan trimester tiga. Paru-paru yang tidak matang

akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu.

Hal ini di sebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidak

4
matangan sistem kaviler, paru-paru yang tidak tercukupinya jumlah

surfaktan.

2. Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi

adalah :

a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan

luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

b. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-

paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara, ke

dalam paru-paru secara mekanis.

Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan susunan

saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan

berkesinambungan serta denyut yang di perlukan untuk kehidupan.

c. Penimbunan karbondioksida ( CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan

merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi

gerakan nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan

menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

d. Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.

5
3. Surfaktan dan upaya resfirasi untuk bernafas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

b. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan

( lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-

paru. Produksi surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang

jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang ( sekitar 30-34

minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi

tekan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding

alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasaan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap

saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas.

Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak

oksigen dan glukosa. Bebagai peningkatan ini menyebabkan stres

pada bayi uyang sebelumnya sudah terganggu.

4. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat

bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini

di peras keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang di lahirkan secara SC

kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat

menderita paru-paru basah dalam jangka waktu yang lebih lama.

6
Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi

ruangan trakhea dan brokus BBL. Sisa cairan di paru-paru di keluarkan

dari paru-paru dan di serap oleh pembuluh limpe dan darah.

5. Fungsi sistem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting

dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat

hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi.

Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna

menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan

penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.

Peningkatan darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas

dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru

dan akan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar

rahim.

C. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (SISTEM PEREDARAN

DARAH)

Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi

baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran

7
oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan,yaitu

penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus

ateriosus anatara arteri paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya

tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah,dimana oksigen dapat

menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tenaga dengan cara

meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan tekanan sistem

pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan

meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke

atrium kanan berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan

atrium kanan juga menurun.

Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi

ualng, pada saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi

dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan

pertama dapat menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh

darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru.

Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume

darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatkan tekanan pada

atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen ovale akan

menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah akan

meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami

kontriksi dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena

umbilikus, dutus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup

8
secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan

penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.

Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi :

1. Sirkulasi darah fetus

a. Struktur tambahan pada sirkulasi fetus

1) Vena umbilikalis : membawa darah yang mengalami deoksigenasi

darin plasenta ke permukaan dalam hepar.

2) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilikalis sebelum

mencapai hepar dan mengalihkan sebagian besar darah baru yang

mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

3) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah

lewat atrium dextra ke dalam vebtriculue sinistra.

4) Ductus arteriosus: merupakan bypass yang terbentang dari

ventriculuc dexter dan aorta desendens

5) Arteri hypogastrika: dua pembuluh darah yang mengembalikan

darah dari vetus ke plasenta. Pada fenikulus umbilicalis, arteri ini

di kenal sebagai arteri umbilikalis. Di dalam tubuh fetus arteri

tersebut di kenal sebagai arteri hypogastika.

b. Sistem sirkulasi fetus

1) Vena umbilikalis : membawa darah yang kaya oksigen dari

plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatika meninggalkan

hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior.

9
2) Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilikalis dan

mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke

dalam vena cava inferior.

3) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar

dan ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari

vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium

dextrum.

4) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah

yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk

menuju ke atrium sistra, dari sini darah melewati valvula mitralis

ke ventriculuc sinister dan kemudian melalui aorta asuk ke dalam

cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan

ekstremitas superior. Dengan demikian hepar jantung dan

cerebelum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.

5) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan

ekstremitas superior ke atrium dextrum. Daerah ini bersama sisa

cairan yang di bawa vena cava inferior melalui valvula

tricuspidalis masuk ke dalam ventriculus.

6) Arteria pulmonaris: mengalirkan darah campuran ke paru-paru

yang non fungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit .

10
7) Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian besar darah dari vena

ventrikulus dexter ke dalam aorta desenden untuk memasok darah

bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas interior.

8) Arteria hipogastrika: merupkan lanjutan dari arteria iliaca interna,

membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih

banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah

maternal.

2. Perubahan pada saat lahir

a. Penghentian pasokan darah dari plasenta

b. Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

c. Penutupan poramen oval

d. Fibrosis

1) Vena umbilicalis

2) Ductus venosus

3) Arteriae hypogastrica

4) Ductrus arteriosus

D. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (SISTEM PENGATURAN

TUBUH)

Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar

( lingkungan ) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban

menguap melalui kulit yang dapat mendinginkan darah bayi.pada saat

11
lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa melalui mekanisme

menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas

tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.

Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat,

sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar

menjadi panas, bayi menggunakan kadar gluksa. Selanjutnya cadangan

lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi

kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis.

E. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (METABOLISME GLUKOSA)

Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di

pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu

yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut,

maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI), penggunaan

cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber

lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan

menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati.

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :

1. Melalui penggunaan ASI

2. Melalui penggunaan cadangan glikogen

3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

12
F. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (SISTEM PENCERNAAN)

Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme

bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu.

Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat sederhana

(Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk karbohidrat kompleks yang

belum terdapat.

1. Mulut

Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan

simetris. Lidah tidak boleh memanjang atau menjulur diantara bibir.

Jaringan penunjang melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari mulut

(langit-langit keras) harus tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-

langit lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan putih kecil yang

sepanjang langit-langit keras, yang di sebut “ Epsteins Pearls “, tempat

menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut akan hilang

sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir,

kebanyakan belum mensekresi saliva samapi dengan umur 2-3 bulan.

2. Lambung

Pada saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan meningkat

dengan cepat sehingga pada hari ke tiga dan keempat, kapasitanya

mencapai 90ml. Bayi membutuhkan makan yang jumlahnya sedikit

tapi frekuensinya sering. Lambung bayi akan kosong dalam waktu 2-4

jam. Bayi di berikan susu formula dari botol atau dengan ASI payu

13
dara ibunya. Pada bayi yang di beri ASI, karena di berikan ASI, maka

bayi akan menghisap puting atau udara. Hal ini akan menimbulkan

rasa kenyang yang palsu karena lambung penuh. Maka harus di

sendawakan sehingga bayi akan minum susu elbih banyak.

3. Usus

Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi

terlihat sangat panjang. Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan,

tidak berbau, substansi yang kental/lengket yang di sebut mekonium.

Yang biasanya keluar dalam 24 jam pertama. Feses ini mengandung

sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran pencernaan, empedu,

lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses transisi yang berwarna

hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada bayi yang menyusu

pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair atau encer,

dan bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula,

biasanyau berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk

garing agak keras netral samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi

pertama dalam waktu 24 jam.

14
G. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (SISTEM KEKEBALAN

TUBUH)

Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses

penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit membran mukosa, fungsi

saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta

perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan

kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya

sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat laun akan

terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia ( Jane Ball, 1999).

Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi. Lini

pertama dalam pertahanan adalah: kulit dan membran mukosa yang

melindungi dari invasi mikro-organisme. Lini kedua adalah elemen sel

pada sistem imunologi yang menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu

menyerang fatogen seperti neurofil, monosit, ensinofil. Lini ke tiga adalah

susunan spesifik dari antibodi ke antigen, proses ini membutuhkan

pemaparan dari agen asing sehingga anti body dapat di hasilkan. Bayi

umumnya tidak dapat mengahsilkan Ig ( ImunoGlobin) sendiri sampai usia

15
2 bulan. Bayi menerima dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi plasenta

dan ASI. Bila ibu memiliki anti body terhadap penyakit menular tertentu,

anti body tersebut mengalir ke bayi melalui plasenta. Diantara anti bodi

tersebut mungkin adalah anti body terhadap gondok,difteri, dan campak.

Imunitas pasif ini berakhir dalam beberapa minggu sampai beberapa

bulan.

H. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (SISTEM GINJAL dan

KESEIMBANGAN CAIRAN)

Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara

itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai 50%

dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk memekatkan urin.

Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi

kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi

cairan setra fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun demikian, urin

terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam

pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada

16
bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-

300 ml, dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk

mencatat saat berkemih pertama kali bila terjadi anuria harus dilaporkan,

karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari sistem

perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari ke empat

sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar, pemasukan

kurang dan metabolisme meningkat. Setelah hari kelima berat badan bayi

biasanya meningkat kembali.

Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada

volume total pada tubuh, volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin

ke fase pasca lahir. Pada masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak

daripada cairan intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada pasca

natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang

membutuhkan cairan ekstraseluler.

I. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (SISTEM ADAPTASI

PERUBAHAN KULIT)

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi

masih belum matang . Epidermis dan Dermis tidak terikat dengan baik dan

sangat tipis. Verniks caseosa juga melapisi epidermis dan berfungsi

sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di

sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa

bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang lainnya

hanya tipis saja pada tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu verniks

17
caseosa meningkatkan deskumasi kulit ( pengelupasan ), verniks biasanya

menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir seringkali terdapat bintik

putih khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia. Bintik

ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah sekitar 2

minggu, ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu

dan menghilang.

Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan

punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama minggu pertama

kehidupan. Pelepasan kulit ( deskuamasi ) secara normal terjadi selama 2-4

minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum ( ruam

kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari. Ruam ini

tidak menular dan kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat

berbagai tanda lahir ( nevi ) yang bersifat sementara ( biasanya di

sebabkan pada saat lahir) maupun permanen ( biasanya karena kelainan

struktur pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan lainnya).

Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna

kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin bebas

yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya pada sekitar

hari ke dua atau ke tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7 biasanya

menghilang. Ikteri ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik

neonatorum.

18
J. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (SISTEM SARAF)

Jika dibandingkan dengan sistem tubuh yang lain, sistem saraf

belum matang secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol

yang minimal oleh korteks serebri terhadap sebagian besar batang otak dan

aktivitas refleks tulang belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun

sudah terjadi interaksi sosial. Adanya beberapa aktivitas reflek yang

terdapat pada bayi baru lahir menandakan adanya kerja sama antara sistem

saraf dan sistem muskuloskeletal.

Reflek pada bayi antara lain sebagai berikut :

1. Refleks moro

Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan

melebarkan jari-jari, lalu membandingkan tarikan yang cepat seakan-

akan memeluk seseorang.

2. Reflek rooting

Reflek ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut.

Bayi akan memutar kepala seakan mencari puting susu.

3. Reflek sucking

Reflek ini timbul bersama reflek rooting untuk menghisap puting

susu dan menelan ASI.

4. Reflek batuk dan bersin

Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan.

19
5. Reflek graps

Reflek yang timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan

bayi lalu bayi akan menutup tangannya.

6. Reflek walking dan stapping

Reflek yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan

spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum bisa

berjalan.

7. Reflek tonic neck

Reflek yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh

kekanan atau kekiri jika diposisiskan tengkurap.

8. Reflek babinsky

Reflek ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu

jari kaki akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka.

9. Reflek membengkokkan badan (reflek galant)

Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan

pelvis membengkok kesamping.

10. Reflek bauer/merangkak

Reflek akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap.

K. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (SISTEM

MUSKULOSKELETAL)

Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi

tumbuh melalui proses hipertrofi. Tumpang tindih atau moulagu dapat

terjadi pada waktu lahir karena tulang pembungkus tengkorak belum

20
seluruhnya mengalami osifikasi. Moulage ini dapat menghilang beberapa

hari setelah melahirkan. Ubun-ubun besar akan tetap terbuka hingga usia

18 bulan. Kepala bayi cukup bulan berukuran ¼ panjang tubuh. Lengan

sedikit lebih panjang dari pada tungkai.

L. Perubahan fisiologis bayi baru lahir (SISTEM REPRODUKSI)

Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas, tetapi

anak perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya.

Kedua jenis kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran payudara,

terkadang disertai sekresi cairan pada puting pada hari 4-5 karna adanya

gejala berhentinya sirkulasi hormon ibu.

Pada anak perempuan,peningkatan kadar estrogen selama masa

hamil yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan

pengeluaran suatu cairan mukoid atau terkadang pengeluaran bercak darah

melalui vagina. Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan

minora menutupi vestibulum.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi bayi baru lahir merupakan proses adaptasi dengan lingkungan

luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra uteri. Sebelum nya bayi hanya

beradaptasi dengan kehidupan intra uteri. Bayi baru lahir harus beradaptasi

dan bergantungan terhadap ibunya, kemudian menyesuaikan dengan dunia

luar, bayi harus mendapatkan oksigen dari bernafas sendiri, mendapatkan

nutrisi peroral untuk mempertahankan kadar gula, mengatur suhu tubuh,

melawan setiap penyakit atau infeksi, dimana fungsi ini sebelumnya

dilakukan oleh plasenta.

Proses yang terjadi pada perubahan bayi baru lahir adalah

dalam hal pernapasan yang dapat di pengaruhi oleh keadaan hipoksia pada

akhir persalinan dan rangsangan fisik ( lingkungan) yang merangsang

pusat pernapasan medula oblongata di otak. Jadi tekanan rongga dada

karena kompresi paru selama persalinan,sehingga merangsang masuknya

udara ke dalam paru, kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat

interaksi sistem pernapasan itu sendiri dengan sisitem kardiovaskuler dan

susunan saraf pusat. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat

terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan meningkat dan tekanan

atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium kanan

22
berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan

juga menurun.

B. Saran

Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah

membaca makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan

dapat mengetahui tentang konsep perubahan fisiologis bayi baru lahir

sehingga mampu menjadi bekal ataupun referensi bagi mahasiswa kelak,

dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

teman teman sekalian.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
https://www.academia.edu/11651898/perubahan_fisiologis_pada_BBL (Di akses
pada tanggal 28 maret 2020).
https://www.academia.edu/31366607/MAKALAH_ASKEB_NEONATUS_ADA
PTASI_FISIOLOGI_NEONATUS (Di akses pada tanggal 28 maret
2020).
Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai