Anda di halaman 1dari 8

INDIKATOR PEMANTAUAN KIA KB

DIBUAT OLEH :
Kelompok IV
Nama : Jumriana
Kelas : Ampana
Mata kuliah :
Dosen :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) KURNIA JAYA PERSADA


PALOPO PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan dibidang kesehatan terutama yang berkaitan dengan Kesehatan Ibu Anak
dan Keluarga Berencana merupakan suatu hal yang sangat mendapatkan perhatian besar dan
menjadi sorotan di dunia kesehatan. Tidak hanya menjadi persoalan dan permasalahan yang
di hadapi di Indonesia, namun juga menjadi permasalahan dihadapai di berbagai belahan
dunia. WHO mencatat bahwa Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi masih
merupakan kejadian yang sangat tinggi di dunia kesehatan, sedangkan untuk program
Keluarga Berencana, terjadinya pembludakan jumlah populasi penduduk dunia seiring
dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, berbagai instansi dan juga program yang
mampu mengendalikan permsalahan yang sedang di hadapi utnuk menangani kasus tersebut
telah banyak di keluarkan, baik oleh badan kesehatan dunia maupun oleh dinas kesehatan di
negara masingmasing dalamupaya menurunkan kejadian Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi yang sangat tinggi, serta untuk menanggulangi pembludakan jumlah Populasi
penduduk di dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil Rumusan Masalah sebagai
berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan KIA dan KB?
2. Apakah tujuan dari KIA dan KB?
3. Bagaimanakah prinsip pengelolaan program KIA dan Kb?
4. Bagaimanakah batasan dan indikator program KIA dan KB?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas
Asuhan Kebidanan dan juga makalah ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa. Serta makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi
penulisan makalah selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi
masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi
gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan Sistem kesiagaan
merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam
hal penggunaan alat transportasi/ komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan,
pendonor darah, pencatatan-pemantaun dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup
pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak kanak
B. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas, melalui
pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.
2. Khusus
a. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara teratur
(bulanan) dan terus menerus.
b. Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
c. Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif.
d. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
e. Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan mobilisasi sumber
daya.
C. Prinsip Pengelolaan Program Kia
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini
diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
a. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan
kesehatan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
b. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke fasilitas
kesehatan.
c. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di semua
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh
sasaran.
d. Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat.
e. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara adekuat
dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
f. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai standar
dan menjangkau seluruh sasaran.
g. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
h. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada bayi
baru lahir, bayi dan anak balita.
i. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar.
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan standar
pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
a. Timbang berat
b. badan dan ukur Tinggi badan
c. Ukur Tekanan darah
d. Ukur Tinggi fundus uteri
e. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bila diperlukan.
f. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
g. Test laboratorium (rutin dan khusus)
h. Tata laksana kasus
i. Temu wicara (konseling)
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein urine, gula

darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan atau

kelompok perilaku ber-risiko; dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan

dan thalasemia. Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut layak

apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar 7T tersebut. Ditetapkan pula

bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan distribusi

pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :

a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.

b. Minimal 2 kali pada triwulan kedua.

c. Minimal 5 kali pada triwulan ketiga.

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan


kepada ibu hamil, berupa deteksi dini risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi
2. Pertolongan Persalinan
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
d. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
e. Memberikan pada bayi baru lahir : Vit K 1, salep mata dan imunisasi Hepatitis
B0 (Hep B0).
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan
terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan
distribusi waktu
a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan 7 hari.
b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan.
c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.
Pelayanan yang diberikan adalah :
a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
c) Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e) Pemberian kapsul Vitamin A IU sebanyak dua kali (2 x 24 jam).
f) Pelayanan KB pasca persalinan
4. Deteksi Dini dan penanganan risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir.

Penjaringan dini kehamilan berisiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan
ibu hamil dengan risiko/komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang
normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini
oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya risiko dan komplikasi, serta penanganan
yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan penurunan angka kematian ibu dan
bayi yang dilahirkannya. Faktor risiko pada ibu hamil adalah :

a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.


b. Anak lebih dari 4.
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan skarang kurang dari 2 tahun.
d. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau
gizi buruk dengan Indeks massa tubuh.
e. Anemia : Hemoglobin
f. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
h. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: Tuberkulosis, Kelainan
jantung-ginjal-hati, Psikosis, Kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus
Eritematosus dll), Tumor dan Keganasan
i. Riwayat kehamilan buruk: Keguguran berulang, Kehamilan Ektopik Terganggu, Mola
Hidatidosa, Ketuban Pecah Dini, Bayi dengan cacat kongenital
j. Riwayat persalinan berisiko: Persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksi vakum/
forseps
k. Riwayat nifas berisiko: Perdarahan pasca persalinan, Infeksi masa nifas, Psikosis
post partum (post partum blues)
l. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain:

a. Perdarahan pervaginam pada kehamilan: Keguguran, Plasenta Previa, Solusio Plasenta


b. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik >140 mmhg, diastolik >90
mmhg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
c. Kelainan jumlah janin: Kehamilan ganda, janin dampit, monster.
d. Kelainan besar janin: Pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
e. Kelainan letak & posisi janin: Lintang/Oblique, Sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32
minggu.
f. Ancaman persalinan prematur.
g. Ketuban pecah dini.
h. Infeksi berat dalam kehamilan: Demam berdarah, Tifus abdominalis, Sepsis.
i. Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
j. Perdarahan pasca persalinan: atonia uteri, retensi plasenta, robekan jalan lahir, kelainan
darah.
k. Infeksi masa nifas. Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat
penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi
merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya
Deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan
salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.

5. Penanganan Komplikasi Kebidanan.

Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam
sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Diperkirakan sekitar 15-20% ibu hamil
akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu
dapat diduga atau diramalkan sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh
tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangan

Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan, maka


diperlukan adanya fasilititas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan obstetri
dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari bidan, puskesmas mampu PONED sampai
rumah sakit PONEK 24 jam. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mempunyai
PONED meliputi pelayanan obstetri yang terdiri dari :

a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.


b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi dan eklampsi)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus.

Sedangkan pelayanan neonatus meliputi :

a. Pencegahan dan penanganan asfiksia.


b. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
c. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan sedang
e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.

6. Pelayanan Kesehatan Neonatus Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses


neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan. Risiko terbesar kematian Bayi Baru
Lahir terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya.
Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan neonatal
sekaligus memastikan bahwa bayi dalam keadaan sehat pada saat bayi pulang atau bidan
meninggalkan bayi jika persalinan di rumah. Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan
pendekatan komprehensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk bidan/perawat, yang meliputi:
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan
rendah. b. Perawatan tali pusat c. Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada saat lahir d.
Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir e. Konseling terhadap ibu dan keluarga
untuk memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru
lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA f. Penanganan dan rujukan kasus g. Pelayanan
kesehatan neonatus (bayi berumur 0-28 hari) dilaksanakan oleh dokter spesialis
anak/dokter/bidan/perawat terlatih, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Setiap neonatus harus diberikan pelayanan kesehatan sedikitnya dua kali pada minggu pertama,
dan satu kali pada minggu kedua setelah lahir.

Anda mungkin juga menyukai