Anda di halaman 1dari 17

TRADISI KEBUDAYAAN DALAM MASYARAKAT YANG

BERHUBUNGAN DENGAN KEBIDANAN

DISUSUN OLEH

NAMA : ANISYA TRI AGUSTIN

NIM 1910106046

PRODI : S1 PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

DOSEN PEMBIMBING : MENIK SRI DARYANTI, S.ST., M.Kes

MATA KULIAH : SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI


KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................1
C. Rumusan Masalah....................................................................................1

BAB II ISI.................................................................................................................2
A. Definisi Tradisi dan Kebudayaan............................................................2
B. Tradisi Kebudayaan Masyarakat Yang Berhubungan Dengan
Kebidanan................................................................................................2
C. Cara Bidan Mengatasi Presepsi Tradisi Kebudayaan Tidak Benar
Yang Berkembang di Masyarakat..........................................................11

BAB III PENUTUP.................................................................................................13


A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki keragaman dalam kebiasaan, adat istiadat, budaya dan


norma yang berlaku di lingkungan masyarakatnya terutama yang terkait dengan
kesehatan ibu dan anak. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut terutama
faktor sosial budaya di masyarakat.

Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan Ibu dan


Anak (KIA) adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi,
pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik
yang tak kunjung membaik keadaannya. Peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan kondisi sosial politik,
hukum dan budaya yang kondusif. Situasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia sama sekali belum bisa dikatakan menggembirakan.

B. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Definisi Tradisi dan Kebudayaan.


2. Untuk Mengetahui Tradisi Kebudayaan Masyarakat Yang Berhubungan
Dengan Kebidanan.
3. Untuk Mengetahui Contoh Budaya dalam pelayanan Antenatal Care,
Intranatal Care, Postnatal Care, dan Pelayanan BBL.
4. Untuk Mengetahui Cara Bidan Mengatasi Presepsi Tradisi Kebudayaan
Tidak benar yang Berkembang di Masyarakat.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Definisi Tradisi dan Kebudayaan?


2. Apa saja Tradisi Kebudayaan Yang Dianut Oleh Masyarakat Indonesia
Yang Berhubungan Dengan Kebidanan?
3. Bagaimana Cara Bidan untuk Mengatasi Presepsi Tradisi Kebudayaan
Tidak benar yang Berkembang di Masyarakat, Berhubungan dengan
Kebidanan?

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan Kebidanan 1


BAB II

ISI

A. Definisi Tradisi dan Kebudayaan

Kebudayaan atau yang disebut peradapan adalah pemahaman yang


meliputi : Pengetahuan, kepercayaan , seni, moral, hukum, adat istiadat yang
diperoleh dari anggota masyarakat ( Taylor 1997 )

Tradisi atau disebut juga dengan kebiasaan merupakan sesuatu yang sudah
dilaksanakan sejak lama dan terus menjadi bagian dari kehiduap suatu kelompok
masyarakat, seringkali dilakukan oleh suatu negara, kebudayaan, waktu, atau
agama yang sama.

Pengertian lain dari tradisi adalah segala sesuatu yang diwariskan atau
disalurkan dari masa lalu ke masa saat ini atau sekarang. Tradisi dalam arti yang
sempit yaitu suatu warisan-warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja
yakni yang tetap bertahan hidup di masa kini, yang masih tetap kuat ikatannya
dengan kehidupan masa kini.

B. Tradisi Kebudayaan Masyarakat Yang Berhubungan Dengan


Kebidanan

Tradisi Kebudayaan dalam Antenatal Care :

Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik beratkan


perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan menganggap
peristiwa itu sebagai tahapan-tahapan kehidupan yang harus dijalani didunia.
Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa krisis yang berbahaya,baik bagi
janin atau bayi maupun bagi ibunya karna itu sejak kehamilan sampai kelahiran
para kerabat dan handai-tolan mengadakan serangkaian upacara baggi wanita
hamil dengan tujuan mencari keselamatan bagi diri wanita itu serta bayinya,saat
berada di dalam kandungan hingga saat lahir.

Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa
kehamilan,sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat
yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi.Biasanya upacara dimulai sejak
usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai pada saat kelahirannya,walaupun ada
pula sebagian kecil warga masyarakat yang telah melakukannya sejak janin di
kandungan ibu berusia tiga bulan. Upacara – upacara adat jawa yang bertujuan

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 2


mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat
kelahirannya itu adalah upacara mitoni,procotan dan brokohan.

Sebagian masyarakat jawa juga percaya bahwa bayi yang lahir pada usia
tujuh bulan mempunyai peluang untuk hidup,bahkan lebih kuat daripada bayi
yang lahir pada usia kehamilan delapan bulan,walupun kelahiran itu masih
prematur. Kepercayaan ini tampak terdapat pula pada sejumlah suku bangsa di
indonesia dan Malaysia. Karena itu orang jawa menganggap usia tujuh bulan
kandunggan sebagai saat yang penting, sehingga perlu dilakukan upacara yang
disebut mitoni untuk menyambutnya dan menangkal bahaya yang mungkin timbul
pada masa itu. Upacara mitoni yang umumnya hanya dilakukan pada kehamilan
pertama dari seorang wanita, sebenarnya dapat pula berfungsi untuk memberikan
ketenangan jiwa bagi calon ibu yang belum pernah mengalami peristiwa
melahirkan.

 Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang calon ibu dengan
air bunga,yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan suami-istri
yang sedang menantikan bayinya,ditambah sejumlah kerabat sepupuh
terdekat atau sepupuh yang dihormati Selanjutnya diadakan upacara
memecah buah kelapa bergambar wayang dengan tokoh dewa kamajaya
dan dewi ratih oleh sang calon ayah, yang sebelumnya dimasukan ke
dalam sarung yang dikenakan oleh si calon ibu ketika dimandikan,mulai
dari ujung sarung pada batas menyentuh tanah. Namun sebelum
menyentuh tanah,sang calon ayah harus bisa menagkap buah kelapa itu
pada ujung sarung dekat kaki istrinya. Upacara ini dimkasudkan agar kelak
proses kelahiran bayi dapat berjalan lancar dan bayi yang akan lahir
tampan atau cantik seprti dewa dan dewi tersebut. Rangkain upacara
mitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi, yakni
harapan agar ia sempurna dan utuh fisiknya, tampan atau cantik
wajahnya,dan selamat serta lancar kelahirannya.

 Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang procot yakni


bubur putih yang dicampur dengan irisan ubi.Upacara procotan khusus
bertujuan agar sang bayi mudah lahir dan rahim ibunya.

 Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat dengan


membuat sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada sanak
kluarga untuk memberitahukan kelahiran sang bayi. Pusat perhatian orang
jawa mengenai pelaksanaan upacara pada masa kehamilan dan kelahiran
terletak pada unsur tecapainya keselamatan,yang dilandasi atas keyakinan
mengenai krisis kehidupan yang mengandung bahaya dan harus

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 3


ditangkal,serta harapan akan kebaikan bagi janin dan ibunya.Maka upacara
kelahiran seringkali tidak dilaksanakan dalam bentuk kenduri besar
dengan mengundang banyak handai-taulani.

 Jawa Tengah
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit
persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan
perdarahan yang banyak.

 Jawa Barat
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan.

 Masyarakat Betawi
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting
karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.

 Daerah Subang
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar
karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit
persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang
dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan
dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan
seperti pisang, nanas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih
dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah
pedesaan.

Pantangan - Pantangan didalam Tradisi Kebudayaan Masyarakat :

Keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat memunculkan berbagai adat


istiadat yang terkait dengan kehamilan. Pantang selama masa kehamilan dalam
masyarakat baik yang berpengaruh pada kesehatan atau yang tidak mempengaruhi
kesehatan ibu dan bayinya masih cukup banyak. Mulai dari pantangan untuk istri,
sua-mi, dan pantangan yang harus dituruti keduanya. Pantangan yang harus di-
turuti oleh istri merupakan pantangan dengan jumlah terbanyak.

 Tidak boleh duduk di pintu supaya tidak mengalami kesulitan saat


melahirkan
Fakta : Pada kehamilan lewat waktu (post date) otot rahim tidak sensitive
terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau ke-lainan pada

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 4


rahim. Jadi tidak ada hubungannya dengan perbuatan duduk di pintu.
Larangan duduk di depan pintu sesungguhnya mem-punyai makna
tuntunan akhlak dan sopan santun yang tinggi. Se-bab duduk di depan
pintu dapat mengganggu orang lain yang keluar masuk rumah, di sisi lain
tentu saja kurang elok dipandang jika seorang perempuan duduk-duduk di
depan pintu.

 Tidak boleh duduk di atas tanah dan sapu supaya tidak lengket ari-ari saat
melahirkan

 Tidak boleh mandi saat maghrib atau senja hari supaya kulit bayi tidak
kemerah-merahan
Fakta : Menurut ilmu medis, mandi di waktu maghrib dapat merusak
saraf. Sebaiknya menghindari mandi di waktu magrib. Namun, mandi di
waktu maghrib atau senja tidak ada kaitan dengan kulit bayi yang
kemerah- merahan.

 Tidak boleh melakukan pekerjaan layu on ( daun pisang diasap-asap-kan


pada api supaya menjadi layu dan wangi ) agar kulit bayi tidak mengalami
bercak-bercak lebam

 Tidak boleh melihat kera karena dikhawatirkan kelak bayi yang


dikandungnya akan mirip kera

 Tidak boleh keluar pada saat maghrib, malam hari, hujan rintik- rintik
karena dikhawatirkan ada makhluk halus yang mengikuti dan mengganggu
kandungannya

 Tidak boleh melangkahi parit dan kali supaya tidak menyebabkan


keguguran.

 Pantang duduk di atas tangga rumah (bak ulee rinyeun) karena akan
mengalami kesulitan saat melahirkan.

 Pantang melihat gambar binatang yang menyeramkan, seperti : kera,


gambar kecelakaan dan gambar yang tidak islami.

 Larangan makan yang dianggap “tajam” seperti nanas karena


dikhawatirkan akan keguguran

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 5


Fakta : Yang berbahaya bagi ibu hamil sebetulnya buah nanas muda dan
sangat asam, serta dikonsumsi dalam jumlah banyak. Buah nanas yang
matang, justru banyak mengandung zat-zat gizi untuk perkembangan
janin, seperti vitamin A, vitamin C, kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium
(Mg), zat besi (Fe), na-trium (Na), kalium (K), gula dektrosa, sukrosa dan
serat. Sebelum dimakan, rendamlah di dalam air garam untuk
menghilangkan getahnya.

 Tidak boleh minum es agar bayinya tidak besar sehingga tidak mengalami
kesulitan ketika melahirkan

 Larangan makan nasi kerak karena dikhawatirkan ari-ari tidak keluar


(lengket) pada saat melahirkan

 Tidak boleh makan makanan dingin karena dikhawatirkan badan ibu


menggigil kedinginan saat melahirkan

 Pantang menyiangi ikan hidup seperti lele dan gabus agar anak-nya kelak
tidak terkejut-kejut

 Jangan tidur di pagi hari karena akan mengalami kesulitan saat


melahirkan.

Tradisi Kebudayaan Intranatal Care :

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat


konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan kebudayaan ibu
bersalin yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Beberapa hal yang
dilakukan oleh masyarakat pada ibu bersalin :

 Minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas.


Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil,
tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Rumput fatimah atau
biasa disebut Labisia pumila ini, berdasarkan kajian atas obat-obatan
tradisional di Sabah, Malaysia, tahun 1998, dikatakan mengandung
hormon oksitosin yang dapat membantu menimbulkan kontraksi. Tapi, apa
kandungan dan seberapa takarannya belum diteliti secara medis. Jadi,
harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Karena,
rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5
cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek
atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 6


bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat
bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru
dirangsang mulas pakai rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas
dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan
operasi.

 Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang


persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih
mudah keluar.
Ini tak benar, Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua
justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi,
segera konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir.
Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi.
Harus diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan,
melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan,
persalinan jadi seret.

 Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.


Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin.
Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali
dalam melancarkan persalinan. Mungkin secara psikologis, ibu hamil
menyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar
persalinannya. Jika itu demi ketenangan psikologisnya, maka
diperbolehkan, karena minyak kelapa bukan racun.

 Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.


Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya
cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan
overweight. Madu termasuk karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya.
Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari
batas yang ditentukan, sebaiknya segera hentikan. Demikian juga dengan
telur, pada dasarnya selama telur itu matang maka tidak akan berbahaya
bagi kehamilan. Hal ini disebabkan karena telur banyak mengandung
protein yang dapat menambah kalori tubuh.

 Makan durian, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan.


Ini benar karena bisa mengakibatkan perndarahan atau keguguran.
Durian mengandung alkohol, jadi panas ke tubuh. Begitu juga tape serta
aneka masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas
juga, karena bisa mengakibatkan keguguran.

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 7


 Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit
persalinan.
Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu
yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal
empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus
diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan
persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu dapat ditangani segera.

Tradisi Kebudayaan Postnatal Care :

 Tidak boleh bersenggama


Dari sisi medis, jelas dr. Chairulsjah Sjahruddin, SpOG, MARS,
sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan.
Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuh-
an jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke
bentuk dan ukuran semula. Selain karena fungsi hormonal tubuh yang
bersang- kutan belum kembali aktif bekerja. Kalau sanggama dipaksakan
terjadi dalam tenggang waktu itu, kemungkinan yang terjadi bisa macam-
macam. Di antaranya infeksi atau malah perdarahan. Sebabnya, mukosa
jalan lahir setelah persalinan sangat peka akibat banyaknya
vaskularisasi/aliran darah, hingga terjadilah perlunakan mukosa jalan lahir.
Dengan berjalannya waktu, vaskularisasi ini kian berkurang dan baru akan
normal kembali 3 bulan setelah bersalin. Belum lagi libido yang mungkin
memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal
kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.

 Kaki harus lurus


Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki
harus lurus. Dalam arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh saling tumpang
tindih ataupun ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di vagina tak
melebar ke mana-mana, juga dimaksudkan supaya aliran darah tetap lancar
alias tak terhambat. Secara medis, posisi kaki yang lurus memang lebih
menguntungkan karena membuat aliran darah jadi lancar. Sedangkan
mobilisasi secara umum, pada dasarnya boleh dan malah harus dilakukan.
Makin cepat dilakukan kian menguntungkan pula. Dengan catatan, kondisi
si ibu dalam keadaan baik, semisal tak mengalami perdarahan atau
kelainan apa pun saat melahirkan. Selain patokan bahwa dalam 8 jam
pertama setelah melahirkan ia sudah bisa BAK dan BAB serta selera
makannya bagus. Begitu juga tensi, denyut nadi, dan suhu tubuhnya dalam
batas normal. Soalnya, jika tak bisa BAK dan BAB berarti ada sesuatu

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 8


yang enggak beres yang akan berpengaruh pada kontraksi dan proses
involusi (pengecilan kembali) rahim.

 Tidak boleh tidur siang


Pantangan yang satu ini kedengarannya keterlaluan. Bayangkan,
meski ngantuk setengah mati lantaran sering terbangun malam hari karena
harus menyusui dan menggantikan popok si kecil, si ibu tak boleh tidur
siang. Menurut Chairulsjah, tidur berkepanjangan memang mengundang
proses recovery yang lebih lambat. "Makin lama berbaring makin besar
pula peluang terjadi tromboemboli atau pengendapan elemen-elemen
garam." Lalu bila si ibu bangun/berdiri mendadak, endapan elemen
tersebut dikhawatirkan lepas dari perlekatannya di dinding pembuluh
darah. Padahal akibatnya bisa fatal, lo. Endapan-endapan tadi bisa masuk
ke dalam pembuluh darah lalu ikut aliran darah ke jantung, otak dan
organ-organ penting lain yang akan memunculkan stroke.

 Tak boleh keramas


Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu masuk
angin. Itu sebab, sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni sekadar
disiram dengan air dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar darah
putih bisa turun dan tak menempel di mata. Namun agar tak bau apek dan
tetap harum disarankan menggunakan ratus pewangi. Tentu saja pantangan
semacam itu untuk kondisi jaman sekarang dirasa memberatkan. Terlebih
untuk ibu-ibu yang harus sering beraktivitas di luar rumah. Sedangkan
mandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi pagi dan
sebelum magrib untuk mandi malam. Penggunaan air dingin, katanya,
justru lebih baik ketimbang air hangat karena bisa melancarkan produksi
ASI.

 Hindari makan jemek


Golongan makanan yang harus dijauhi adalah pepaya, durian,
pisang, dan terung. Karena konon ragam makanan tadi bisa dikhawatirkan
bikin benyek organ vital kaum Hawa. Termasuk makanan bersantan dan
pedas karena pencernaannya bakal terganggu yang bisa berpengaruh pada
bayinya. Begitu juga ikan dan telur asin serta makanan lain yang berbau
amis karena dikhawatirkan bisa menyebabkan bau anyir pada ASI yang
membuat bayi muntah saat disusui. Selain juga, proses penyembuhan luka-
luka di jalan lahir akan lebih lambat.
Secara medis, menurut Chairulsjah, tak benar anggapan untuk pantang
pepaya dan pisang yang justru amat dianjurkan karena tergolong sumber

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 9


makanan yang banyak mengandung serat untuk memudahkan BAB. Ikan
dan telur juga merupakan salah satu sumber protein hewani yang baik dan
amat dibutuhkan tubuh. Sedangkan durian memang tak dianjurkan karena
kandungan kolesterolnya tinggi, selain memicu pembentukan gas yang
bisa mengganggu pencernaan.

 Tidak boleh berpergian


Larangan ini, bertujuan supaya si ibu tak terlalu letih beraktivitas.
Kalau capek bisa-bisa ASI-nya berkurang. Kasihan si kecil. Karena
biasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu. Belum lagi
kemungkinan si bayi rewel ditinggal ibunya terlalu lama. Sementara kalau
diajak pun masih kelewat kecil. Malah takut ada apa-apa di jalan, terutama
kalau menggunakan angkutan umum. Bepergian pun membuat si ibu jadi
tak tahan menghadapi aneka godaan untuk menyantap segala jenis
makanan yang dipantang.

Tradisi Kebudayaan Pelayanan BBL :

 Masyarakat masih banyak tidak menerima proses memandikan bayi baru


lahir setelah enam jam proses pasca persalinan. Masyarakat beranggapan
bayi ketika baru lahir harus segera dimandikan karena amis dan kotor.
Padahal Evidenbased nya bayi dimandikan setelah 6 jam pasca persalinan
karena ditakutkan terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir agar kebiasaan
masyarakat ini tidak berlangsung terus menerus maka bidan dan wadah
profesinya harus terus memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
kepada masyarakat.

 Dibedong agar kaki tidak bengkok. Ternyata di bedong bisa membuat


peredaran darah bayi menjadi terganggu, kerja jantung akan lebih berat
memompa darah, akibatnya bayi akan sering sakit di daerah paru-paru dan
jalan nafasnya. Selain itu dibedong akan menghambat perkembangan
motorik si bayi karena tidak ada kesempatan untuk bergerak. Sebaiknya
dibedong saat sesudah mandi untuk melindungi dari dingin atau saat
cuaca dingin itu pun dibedong longgar. Jadi dibedong itu tidak ada
hubungannya dengan pembentukan kaki karena semua kaki bayi yang
baru lahir kakinya bengkok, sebab di dalam perut tidak ada ruang yang
cukup untuk meluruskan kakinya sehingga waktu lahirpun masih
bengkok, tapi akan lurus dengan sendirinya.

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 1


 Hidung ditarik-tarik agar mancung. Sebenarnya tidak hubungannya
menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua tergantung dari
bentuk tulang hidungnya dan itu sudah bawaan, lagi pula kasihan
bayinya.

 Pemakaian gurita agar tidak kembung. Ini jelas salah karena pemakaian
gurita akan menghambat perkembangan organ-organ perut. Sekarang
bayangkan kalau perut anda di ikat seperti itu tentu akan merasa sesak
dan tidak nyaman bukan. Jika memang harus memakaikan gurita jangan
mengikat terlalu kencang terutama di bagian dada agar jantung dan paru-
parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika tujuannya supaya pusar
tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun
tidak kencang.

 Menggunting bulu mata agar lentik. Memotong bulu mata bisa


mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari benda-benda asing.
Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu
sendiri.

C. Cara Bidan Mengatasi Presepsi Tradisi Kebudayaan Tidak benar


yang Berkembang di Masyarakat

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya.

Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat


khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru
lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi
yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.

Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu


diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan
aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No.
363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu : Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan
komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara :

 Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta
mencari keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT.

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 1


 Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang
taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-
lain.
 Mempelajari data penduduk yang meliputi :
· Jenis kelamin
· Umur
· Mata pencaharian
· Pendidikan
· Agama
 Mempelajari peta desa
 Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan
golongan.
 Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif,
bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat.
Salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi.
Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu
wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat
setempat.

Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat


tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan,
adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

Dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat


berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan
melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan
tradisional tersebut. Misalnya : Dengan Kesenian wayang kulit melalui
pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal
pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 1


BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Faktor - faktor sosial-budaya mempunyai peranan penting dalam memahami


sikap dan prilaku menanggapi kehamilan dan kelahira.Sebagian pandangan
budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.Oleh karna itu, meskipun petugas
kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku atau sikap yang terbukti
kurang menguntungkan bagi kesehatan,seringkali tidak mudah bagi mereka untuk
mengadakan perubahan terhadapnya,akibat telah tertanamnya keyakinan yang
melandasi sikap dan prilaku itu secara mendalam pada kebudayaan warga
komuniti tersebut.

Kajian antropologi mengenai kehamilan dan kelahiran bagi wanita dengan


segala konsekuensi baik dan buruknya terhadap kesehatan ini perlu dijadikan
bahan pertimbangan bagi para personil kesehatan di indonesia dalam upaya
meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan yang mereka terapkan bagi ibu.
Khususnya, pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap berbagai
pandangan,sikap dan prilaku kehamilan dan kelahiran dalam konteks budaya
masyarakat yang bersangkutan, sangat diperlukan bagi pembentukan strategi-
strategi yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang diinginkan.

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya.

Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat


khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru
lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi
yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan
dapat menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan dengan baik, hendaknya
bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya pendekatan melalui kesenian
tradisional.

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 1


B. SARAN

 Saat ibu sedang hamil muda (1 sampai 3 bulan) tidak melakukan pekerjaan
yang berat karena dapat menyebabkan keguguran pada janin.

 Selalu mengkonsumsi makan yang banyak mengandung vitamin A,D,E,


dan K.

 Selalu rutin untuk memeriksakan kandungan kepada tim medis (dokter


kandungan atau bidan) .

 Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang


meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat
istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 1


DAFTAR PUSTAKA

http://siwisan.wordpress.com/2010/09/28/kesehatan-ibu-dan-anak-persepsi-
budaya-dan-dampak-kesehatannya/ (Online) Diakses tanggal 4 April 2020

http://shidiqwidiyanto.wordpress.com/2009/04/03/aspek-budaya-tentang-
kesehatan-dan-penyakit/ (Online) Diakses tanggal 4 April 2020

https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/cara-pendekatan-sosial-budaya-dalam-
praktik-kebidanan/ (Online) Diakses tangggal 4 April 2020

Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang Berhubungan Dengan 1

Anda mungkin juga menyukai