Anda di halaman 1dari 51

SKRIPSI PENELITIAN

PENGARUH PUTIH TELUR AYAM TEHADAP


PENYEMBUHAN LUKA LASERASI PADA IBU NIFAS
DI KLINIK NOAH AROFA
KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022

DI SUSUN OLEH :
NUR INTAN MANANSIH
L0450462205375

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI BHAKTI ASIH PURWAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI)

di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika

Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa (WHO, 2014).

Untuk Angka Kematian ibu di indonesia pada tahun 2015 adalah 305

per 100.000 kelahiran hidup, hal ini menunjukan penurunan di

bandingkan pada tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup

(KeMenKes RI, 2018). Sedangkan kejadian ruptur perineum pada ibu

bersalin di dunia pada tahun 2015 adalah sebesar 2,7 juta kasus dimana

angka ini diperkirakan akan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Di

Benua Asia sendiri 50% ibu bersalin mengalami ruptur perineum

(WH0, 2015).

Rasio Kematian Ibu Provinsi Jawa Barat tahun 2020 yaitu

85,77 per 100.000 kelahiran hidup di atas target yang ditetapkan

sebesar 85/ 100.000 KH. hal ini dikarenakan adanya peningkatan kasus

kematian ibu di Jawa Barat yaitu dari 684 kasus pada tahun 2019

dibandingkan tahun 2020 yaitu 745 kasus. Berdasarkan Laporan dari

Kabupaten/Kota tahun 2020 kematian ibu tahun 2020 sebesar 745

kasus, ada peningkatan dibanding tahun 2019 sebesar 684 kasus,

kenaikan sebanyak 61 kasus. 10 Kab/kota penyumbang Kematian ibu

tertinggi tahun 2020 berada di Kabupaten Bogor, Kabupaten


Karawang, Kabupaten Garut, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten

Cirebon , Kabupaten Bandung, Kabupaten Indramayu, Kabupaten

Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta.(

https://e-renggar.kemkes.go.id/ : 2020)

Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan

(Puslitbang) Bandung, yang melakukan penelitian dari tahun 2013-

2015 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari

lima ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum akan meninggal

dunia dengan persentase sebanyak 21,74%. Prevalensi ibu bersalin

yang mengalami ruptur perineum di Indonesia pada golongan umur

25-30tahun yaitu 24% sedangkan pada ibu bersalin usia 32-39 tahun

sebesar 62 % (Apriliya, 2010). Luka pada perineum akibat episiotomi

ruptur uteri atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah kering.

Secara fisiologis luka perineum akan mulai membaik dalam

jangka waktu 6 sampai 7 hari post partum (Fitri, 2013). Perawatan

perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum

yang terkena lokhea akan lembab dan sangat menunjang

perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi

pada perineum. Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan

luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel

penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik

panjang maupun kedalaman luka (Marmi , 2018).

Penyebab keterlambatan penyembuhan luka perineum yaitu

pengetahuan ibu, faktor budaya, persol hygine, dan keadaaan


lingkungan yang kurang bersih. Secara umum ada 2 faktor yang

mempengaruhi penyembuhan luka perineum meliputi faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi gizi, personal hygiene,

kondisi ibu, keturunan, usia, hemoragi, hipovolemi, faktor lokal

edema, defisit nutrisi, defisit oksigen, over aktivitas. Sedangkan faktor

eksternal meliputi lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial, ekonomi,

penanganan petugas, penanganan jaringan dan obat-obatan (Setyowati,

2017).

Ibu nifas yang mengalami keterlambatan dalam penyembuhan

luka perineum yang tersering dikarenakan adanya kebiasaan

berpantang makanan. Makanan yang sering di pantang salah satunya

adalah telur. Putih telur mengandung protein yang sangat bermanfaat

untuk mempercepat proses penyembuhan luka perineum. Protein

sebagai unsur zat pembangun yang akan membangun sel-sel yang

rusak terutama kerusakan akibat proses robekan pada perineum.

Salah satu solusi bagi ibu post partum adalah gagasan yang

diperoleh dari dunia yaitu makanan hewani yaitu telur rebus. Telur

merupakan jenis lauk pauk protein hewani yang murah, mudah

ditemukan, ekonomis dan salah satu makanan paling padat nutrisi.

Kandungan nutrisi telor 90% kalsium dan zat besi, satu telur

mengandung 6 gram protein yang berkualitas dan 9 asam amino

esensial. Protein merupakan zat yang bertanggung jawab sebagai blok

pembangun didalam tubuh, maka dalam penyembuhan luka

dibutuhkan protein setiap harinya (Rusmiati, 2015). Dalam hal ini,


telur ayam lebih sering digunakan dalam penyembuhan luka

dibandingkan telur bebek/ telur puyuh/ telur ayam kampung, karena

selain mudah didapat, telur ayam memiliki rasa yang khas, tidak amis,

tidak membuat mual, dan memiliki kadar protein yang cukup tinggi

(Wirakusumah, 2011).

Telur yang direbus akan menurunkan kandungan lemak dan

meningkatkan kadar vitamin yang terkandung didalamnya sedangkan

telur yang digoreng akan meningkatkan kadar lemak berkali lipat

dibandingkan dengan telur yang direbus dan kadar vitamin dalam telur

menurun jika dibandingkan dengan telur yang direbus sehingga

pemberian telur rebus akan lebih mempercepat penyembuhan luka jika

dibandingkan dengan telur yang digoreng (Nurmayanti, 2014).

Telur rebus dibuktikan untuk penyembuhan luka jahitan

perineum pada ibu pasca persalinan atau ibu post partum karena

percepatan penyembuhan luka perineum dalam masa nifas sangat

diharapkan untuk menghindari ibu nifas dari bahaya infeksi

(Nurmayanti, 2014). Menurut Smeltzer (2014), penyembuhan luka

perineum dimulai dari membaiknya luka perineum dengan

terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam

jangka waktu 6-7 hari postpartum dengan kriteria luka kering, jahitan

menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi (bengkak, merah, bernanah

dan demam).

Hasil penelitian Supiati dan Yulaikah (2015), menunjukkan

bahwa konsumsi telur rebus efektif untuk mempercepat penyembuhan


luka jahitan perineum dan meningkatkan kadar Hb pada ibu nifas

diperoleh nilai p value (0,000). Penelitian Rifani (2016), juga

menunjukkan bahwa ada pengaruh konsumsi telur ayam rebus

terhadap penyembuhan luka perineum dengan nilai p value (0,001).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada

ibu nifas di wilayah kerja Klinik Noah Arofa Medika Kabupaten

Bekasi pada bulan Oktober sampai November 2022 didapatkan data

ibu nifas berjumlah 32 orang.

Hasil survey awal yang dilakukan dari 5 ibu luka perineum

diperoleh data bahwa seluruh klien mengalami waktu penyembuhan

luka perineum rata-rata berkisar 8 hari. Kondisi tersebut menyebabkan

ke 5 ibu mengalami nyeri pasca persalinan, ketidak nyamanan saat

buang air kecil, buang air besar, dan kesulitan melakukan aktifitas lain

seperti jalan kaki, menyebabkan terganggunya gerak dan aktifitas ibu

dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai ibu baru, serta

menimbulkan keletihan, kelelahan yang mengganggu hubungan

interaksi ibu dengan bayi.

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

“Pengaruh Putih Telur terhadap Penyembuhan Luka Perineum pada

Ibu Nifas di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi tahun 2022.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka identifikasi


masalah penelitian ini dapat di lihat pada bagan identifikasi masalah

”pengaruh putih telur ayam terhadap penyembuhan luka laserasi pada

ibu nifas”.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka

pertanyaan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada

pengaruh Putih Telur Ayam Terhadap Penyembuhan Luka Laserasi

Pada Ibu Nifas Di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi Tahun

2022?”.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian Putih Telur

terhadap Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik

Noah Arofa Kabupaten Bekasi tahun 2022?.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka perineum pada

ibu nifas tidak dilakukan intervensi (Kelompok Kontrol) di

Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi.

b. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka perineum pada

ibu nifas yang mendapat perlakuan intervensi (Kelompok

Perlakuan) di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi.

c. Untuk mengetahui proses penyembuhan luka perineum

berdasarkan mobilisasi dan usia di Klinik Noah Arofa

Kabupaten Bekasi.
A. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Memberikan informasi bagi instuti pendidikan untuk

pengembangan ilmu kebidanan tentang manfaat asupan gizi

dalam proses penyembuhan luka perineum pada ibu nifas selain

itu juga dapat digunakan sebagai pedoman diperpustakaan untuk

teori- teori yang sudah ada.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pasien

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manfaat

putih telur dalam proses penyembuhan luka perineum pada ibu

nifas.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas asuhan

kebidanan maternitas di Bidan Praktik Mandiri serta

memberikan pilihan strategi dalam proses penyembuhan luka

perineum pada pasien ibu nifas.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada

pengaruh pemberian putih telur terhadap penyembuhan luka perineum

pada ibu nifas di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi tahun 2022.

Penelitian ini merupakan eksperimental semu dengan rancangan two


group post test only design. Penelitian ini menggunakan dua

kelompok yaitu kelompok intervensi yang mendapat perlakuan

diberikan rebusan empat butir putih telur per hari dan kelompok

kontrol yang tidak mendapat perlakuan.

Pengamatan dilakukan pada hari ketiga,kelima dan ketujuh post

partum. Pengamatan dilakukan untuk melihat waktu penyembuhan

setelah mengkonsumsi putih telur rebus 4 butir/hari selama 7 hari.

Penelitian ini hanya mencakup pengaruh putih telur terhadap

penyembuhan luka perineum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nifas atau Puerperium

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah persalinan selesai sampai

6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara

perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2017)

Masa nifas (peurperium) adalah setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42) hari setelah itu .(Lia dkk, 2017).

a. Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut Ambarwati dan Wulandari (2018)

tujuan asuhan masa nifas itu ada dua yaitu :

1) Tujuan umum

Membantu ibu dan pasangan nya selama masa transisi awal

mengasuh anak.

2) Tujuan khusus

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun

fisikologinya

b) Melakukan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

c) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan


kesehatan diri, nutrisi, KB, Menyusui, Pemberian Imuniasi dan

perawatan bayi sehat.

d) Memberika pelayanan keluarga berencana.

b. Tahapan Masa Nifas Menurut Maritalia (2017) masa nifas dibagi

menjadi tiga tahapan:

1) Puerperium dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan awal yang

dalam hal ini ibu telah di perbolehkan untuk berdiri dan berjalan-

jalan. Dalam agama islam dianggap bersih dan boleh bekerja

setelah 40 hari.

2) Puerpirium intermedinal

Suatu masa pemulihan dimana organ organ reproduksi

secara berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil.

Masa ini berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42

hari.

3) Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang di perlukan

untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau

waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat

sempurna dapat berlangung selama berminggu-minggu, atau

berbulan-bulan, bahkan tahunan.


2. Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal

Berikut adalah tabel Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal:

No. Kunjungan Asuhan

1 6-8 jam postpartum a. Mencegah peradangan pada masa nifas karena

. Antonia uteri

b. Memantau keadaan umum ibu

c. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu

(Bonding Attachment)

d. ASI ekslusif

2 6 hari postpartum a. Memastikan involusi uterus berjalan normal,

uterus berkontraksi, fundus dibawa umbilicus

dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal

b. Menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi dan

perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang

cukup

d. Memastikn ibu mendapatkan makanan yang

bergizi

e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

ada tanda-tanda penyulit.

3 2 minggu a. Memastikan involusi uterus berjalan normal,

postpartum uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,


dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal

b. Menilai adantya tanda tanda demam,infeksi dan

perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang

cukup

d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang

bergizi

e. Memasikan ibu menyusui dengan 10 baik dan

tidak memperlihatkan tanda-tanda penyuli

4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit

postpartum yang ia alami

b. Memberikan konseling untuk KB secara

dini,imunisasi, senam nifas,dan tanda-tanda

bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi

Tabel 2.1 Kunjungan Masa Nifas Normal

Sumber: Sulistyawati (2017)


3. Komplikasi Masa Nifas

Ada beberapa komplikasi yang dialami oleh ibu setelah melahirkan

ketika masa nifas, diantaranya yaitu:

a. Perdarahan Menurut Walyani dan Purwoastuti (2019)

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi pada jalan

lahir yang volumenya lebih dari 500ml dan berlangsung dalam 24 jam

setelah bayi lahir. Perdarahan post partum disebabkan beberapa faktor

yaitu:

1) Robekan jalan lahir Tanda-tanda ibu menglami robekan jalan lahir

adalah perdarahan segar yang mengalir dan terjadi segera setelah

bayi lahir, kontraksi uterus baik, plasenta baik, terkadang ibu terlihat

pucat,lemah dan menggigil.

2) Antonia uteri Antonia uteri adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15

detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri.Diagnosis Antonia

uteri yaitu bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan

masih aktif dan banyak, bergumpal dan 24 pada palpasi di dapatkan

fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang

lembek.

3) Retensio plasenta Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau

belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit

setelah bayi lahir .

4) Inversion uteri Inversion uteri adalah suatu keadaan dimana fundus

uteri terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam vakum

uteri.Penyebab inversion uteri yaitu uterus lembek atau lemah (tidak


berkontraksi), kelemahan pada organ reproduksi (tonus otot Rahim

yang lemah), dan meningkatnya tekanan intra abdominal akibat

mengedan yterlalu kuat dan berlebihan.

5) Tertinggalnya sebagian plasenta dalam uterus Sisa plasenta yang

masih tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya

perdarahan.Bagian plasenta yang masih tertinggal menempel pada

dinding uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah yang terbuka

pada dinding uterus tidak dapat berkontrakasi/terjepit dengan

sempurna.

B. Luka Perineum

1. Pengertian Luka Perineum

Luka perineum adalah luka karena adanya robekan robekan jalan lahir

baik karena rupture maupun karena episiotomi pada waktu melahirkan

janin. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum

sewaktu persalinan. Robekan jalan lahir merupakan luka atau robekan

jaringan yang tidak teratur (Walyani dan Purwoastuti, 2017).

2. Macam-Macam Luka Perineum

Menurut (Walyani dan Purwoastuti, 2017) macam-macam luka

perinemun diantaranya yaitu:

a. Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses persalinan. Banyak


rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit

dilakukan penjahitan.

b. Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan

terpotongnya selaput lendir vagina cincin selaput darah,jaringan pada

septum rektovaginal,otot-otot dan pasiaperium dan kulit sebelah depan

perineum. Menurut Walyani dan Purwoastuti (2019) Indikasi

dilakukannya episiotomi:

1) Gawat janin,untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan

harus segera diakhiri.

2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia

bahu, akan dilakukan forcep, ekstrak vacuum.

3) Jaringan parut pada perineum ataupun vagina.

4) Perineum kaku dan pendek.

5) Adanya rupture yang membakat pada perineum.

6) Premature untuk mengurangi tekanan.

3. Klasifikasi Luka Perineum dan Tindakan Luka Perineum

Klasifikasi Luka perineum dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum

Tindakan : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka

b. Derajat II : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot

perineum Tindakan : jahit dan kemudian luka pada vagina dan kulit

perineum ditutupdengan mengikut sertakan jaringan-jaringan

dibawahnya.
c. Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot

perineum, otot spinter ani eksternal, dinding rectum anterior

Tindakan : penolong persalinn tidak dibekali keterampilan untuk

reprasilaserasi perineum. Maka hendaknya segera merujuk ke fasilitas

rujukan (Walyani dan Purwoastuti,2017)

d. Derajat IV

ini adalah tingkatan tertinggi dalam ruptur perineum, namun paling

jarang terjadi. Robekan ini memanjang hingga ke dinding rektum.

Biasanya, ruptur perineum tingkat 3 dan 4 bisa terjadi apabila bahu

bayi tersangkut atau ada prosedur medis seperti vacum atau forsep.

(https://www.informasibidan.com/:2021)

Gambar 2.1 robekan jalan lahir

Sumber (https://www.informasibidan.com/:2021)
4. Penyembuhan Luka

Menurut (Walyani dan Purwoastuti,2019) Penyembuhan luka

adalah proses pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Fase-

fase penyembuhan luka dibagi menjadi:

a. Fase inflamantasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.

b. Fase proliferative, berlangsung selama 5 sampai 20 hari

c. Fase maturasi, berlangsung dari 21 sampai sebulan bahkan tahunan

Luka dapat sembuh melalui proses utama (primipary intention)

yang terjadi ketika tepi luka disatukan(approximated) dengan menjahitnya.

Jika luka dijahit, terjadi penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada

ruang kosong.Oleh karena itu jaringan granulasi yang minimal dan

kontraksi sedikit berperan. Penyembuhan kedua yaitu melalui proses

sekunder(secondary intention) terdapat defsit jaringan yang membutuhkan

waktu yang lebih.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka

Menurut Walyani dan Purwoastuti,2015, faktor yang

mempengaruhi kesembuhan luka terdiri dari :

a. Faktor eksternal

1) Pengetahuan ibu Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca

persalinan sangat menentukan lama penyembuhan luka perineum.

Apabila pengetahuan ibu kurang, terlebih masalah kebersihan

maka penyembuhan luka akan berlangsung lama. Banyak dari ibu

setelah persalinan merasa takut untuk memegang kelaminnya


sendiri sehingga jika ada luka masalah akan bertambah parah dan

dapat menyebabkan infeksi.

2) Penanganan petugas Pada saat persalinan, pembersihan yang harus

dilakukan dengan tepat oleh penanganan petugas kesehatan hal ini

merupakan salah satu penyebab yang dapat menentukan lama

penyembuhan luka perineum.

3) Nutrisi Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan mempercepat

masa penyembuhan luka perineum.

b. Faktor-faktor internal

1) Usia 34 Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda pada

orang tua. Orang yang sudah lanjut usianya dapat menoleransi

seperti trauma jaringan atau infeksi.

2) Cara perawatan Perawatan yang tidak benar menyebabkan infeksi

dan memperlaambat penyembuhan, karena perawatan yang kasar

dan salah dapatmengakibatkan kapler darah baru rusakdan

mengalami perdarahan.Kemungkinan terjadinya infeksi karena

perawatan yang tidak benar dapat meningkatkan dengan adanya

benda mati dan benda asing. Jika luka dirawat dengan baik maka

kesembuhannya juga akan lebih cepat.

3) Personal hygiene Personal hygiene (kebersihan diri) dapat

memperlambat penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya

benda asing seperti debu dan kuman. Adanya benda asing,

pengelupasan jaringan yang luas akan memperlambat

penyembuhan dan kekuatan renggangan luka menjadi tetap rendah.


Luka yang kotor harus ducuci brsih.Bila luka kotor, maka

penyembuhan sulit terjadi. Kalaupun sembuh akan memberikan

hasil yang buruk.

4) Aktivitas Aktivitas berat dan berlebihan menghambat perapatan

tepi luka, sehingga menggangu penyembuhan yang diinginkan.

6. Faktor Resiko Terjadi Ruptur Perineum

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa

menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat , sudut arkus pubis

lebih kecil dari biasanya, kepala janin melewati pintu panggul bawah

dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito

briegmatika. Biasanya robekan perineum terjadi pada kepala janin terlalu

cepat lahir, persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya, sebelumnya

pada perineum terdapat banyak jaringan parut, pada persalinan distosia

bahu (Walyani dan Purwoastuti, 2019).

7. Perawatan Luka Perineum

Menurut wijayanti dkk (2017) upaya yang dapat dilakukan untuk

mencegah terjadinya infeksi ruptur perineum dapat diberikan dengan

terapi farmakologis dan non farmakologi.

a) Terapi farmakologi adalah dengan pemberian obat antibiotik

(povidone) untuk perawatan luka perineum akan tetapi obat dan bahan

ini memiliki efek samping seperti alergi ,menghambat pertumbuhan

kolagen yang berfungsi untuk penyembuhan luka (Milandiyah, 2017).


b) Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan banyak hal

contohnya daun sirih,madu, telur rebus ,menggunakan bantalan untuk

tempat duduk. Telur rebus, telur merupakan jenis lauk pauk protein

hewani yang murah, mudah ditemukan, ekonomis dan salah

satumakanan paling padat nutrisi. Kandungan nutrisi telur rebus utuh

38 mengandunglebih dari 90% kalsium zat besi, satu telur

mengandung 6 gram protein 5berkualitas dan asam amino esensial.

Pada kajian ini telur rebus dan dibuktikanuntuk penyembuhan luka

jahitan perineum pada ibu pasca persalinan atau ibupost partem karena

percepatan penyembuhan luka perineum pendapat (Nurmiyati R,

2018).

C. KONSEP TELUR

1. Pengertian Konsep Telur

Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang

popular dan sangat d iminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan

masyarakat dapat mengkonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi

kebutuhan protein hewani, hal ini karena telur ayam ras relative murah dan

mudah diperoleh serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan

(Lestari, 2019).

Telur bagi unggas atau hewan yang menghasilkannya merupakan alat

yang digunakan untuk berkembangbiak. Telur juga merupakan salah satu

bahan makanan asal hewan yang bernilai gizi tinggi karena mengandung

zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, mineral dan
vitamin serta memiliki daya cerna yang tinggi (Silondae, 2019).

2. Kandungan

Telur ayam ras banyak mengandung berbagai jenis protein berkualitas

tinggi. Telur ayam ras termasuk mengandung semua jenis asam amino

esensial bagi tubuh manusia. Asam amino esensial merupakan komponen

39 utama penyusunan protein yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh.

Telur ayam ras mengandung berbagai vitamin dan mineral, termasuk

vitamin A, riboflavin, asamm folat, vitamin B6, vitamin B12, besi,

kalsium, fosfor, dan potassium (Buckle et, 2017).

3. Manfaat

Telur bermanfaat untuk kesehatan antara lain, perlindungan terhadap

otak, membantu penyerapan kalsium, menyehatkan indra pengelihatan,

menurunkan resiko penyakit jantung, menurunkan resiko kanker, dan

meningkatkan kesuburan.

4. Efektifitas Terhadap Luka Perineum

Luka perineum dapat disembuhkan salah satunya dengan asupan

nutrisi yang bagus terutama tinggi protein. Telur mempunyai kandungan

protein hewani akan sangat mempengaruhi terhadap penyembuhan luka

perineum karena pengantian jaringan sangat membutuhkan protein

(Purwaningsih dkk, 2018).


5. Patofisiologis

Telur aman dikonsumsi oleh ibu nifas yang memiliki luka jahitan

perineum karena efek dari protein ini sangat membantu dalam

pembentukan kembali sel jaringan yang rusak. Dalam telur rebus

mengandung zat kolin yang mempunyai efek memperbaiki sel tubuh yang

rusak sehingga jaringan baru dan sehat akan lebih mudah terbentuk

menggantikan jaringan yang sudah rusak, karena itu protein disebut

sebagai unsur atau zat pembangun. 40 Nutrisi yang baik akan

memfasilitasi penyembuhan dan menghambat atau bahkan menghindari

keadaan malnutrisi. Zat besi dapat mengantikan darah yang hilang,

sedangkan protein merupakan zat yang bertanggung jawab sebagai blok

pembangunan otot, jaringan tubuh, serta jaringan tulang, namun tak dapat

disimpan oleh tubuh, maka untuk menyembuhkan luka memerlukan

asupan proten setiap hari (Supiati, Siti Yulaikah, 2018)

6. Cara Mengolah Telur

Banyak cara mengolah telur, salah satunya adalah dengan merebus.

Telur yang direbus akan menurunkan kandungan lemak dan meningkatkan

kadar vitamin yang terkandung didalamnya sedangkan telur yang digoreng

akan meningkatkan kadar lemak berkali lipat dibandingkan dengan telur

yang direbus dan kadar vitamin dalam telur menurun jika dibandingkan

dengan telur yang direbus sehingga pemberian telur rebus akan lebih

mempercepat penyembuhan luka jika dibandingakan dengan telur yang

digoreng (Nurmayanti, 2014). Berikut adalah standar operasional prosedur


(SOP) perebusan telur ayam, yang peneliti sajikan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 SOP Perebusan telur

Pengertian Kegiatan atau proses perebusan telur ayam untuk pasien.

Menghasilkan telur rebus yang higienis dan layak dikonsumsi


Tujuan
untuk pasien.

Telur rebus dibuat dengan proses dan alat higienis.


Kebijakan
Telur rebus dimasak sesuai dengan kebutuhan pasien.
Prosedur a. Sortir telur dan masukkan ke dalam panci atau wajan.
Masukkan telur di bagian bawah panci yang berat. Tumpuk
telur-telur dengan hati-hati agar tidak retak. Jangan
menumpuk telur lebih dari empat tingkat.
b. Isi panci dengan air keran dingin, masukan air sampai
minimal 3 cm dari atas telur. Tambahkan sedikit garam.
c. Letakkan panci diatas api sedang. Tutup panci dengan
tutupnya. Biarkan air mendidih. Air akan mendidih sedikit
lebih cepat bila panci ditutup.
d. Biarkan telur di dalam panci saat mendidih, agar telur matang
dengan sempurna. Biarkan panci tetap ditutup selama 10-15
menit sampai telur benar-benar matang.
e. Jika telur sudah benar-benar matang matikan kompor dan
angkat telur menggunakan sendok atau saringan lalu
dinginkan telur untuk menghentikan proses masak. Siram
telur dibawah air dingin, biarkan telur di air dingin selama
sekitar 5 menit.
f. Sesudah dingin lakukan kupas telur jika akan disajikan dan
siapkan tempat untuk menyajikan telur rebus yang sudah
matang.

D. PENGARUH PUTIH TELUR TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA

PERINEUM

Upaya untuk mempercepat penyembuhan luka perineum terdapat

banyak cara, salah satunya melalui perbaikan gizi dengan mengkonsumsi

makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Faktor gizi terutama protein sangat

mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum karena protein


mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain, yaitu

pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, dan perbaikan jaringan. Protein

bermutu tinggi, banyak terdapat pada protein hewani seperti daging, ikan, dan

telur (Almatsier, 2014). Sumber umum protein adalah daging, susu, roti,

sereal, telur, ikan, kacang-kacangan dan biji-bijian (Boyle, 2013).

Telur merupakan jenis lauk pauk protein hewani yang murah, mudah

ditemukan, ekonomis dan salah satu makanan paling padat nutrisi. Kandungan

nutrisi telur utuh mengandung lebih dari 90% kalsium dan zat besi, satu telur

mengandung 6 gram protein berkualitas dan 9 asam amino esensial. Nutrisi

yang baik akan memfasilitasi penyembuhan dan menghambat atau bahkan

menghindari keadaan malnutrisi. Zat besi dapat menggantikan darah yang

hilang, sedangkan protein merupakan zat yang bertanggung jawab sebagai

blok pembangun otot, jaringan tubuh, serta jaringan tulang, namun tak dapat

disimpan oleh tubuh, maka untuk menyembuhkan luka memerlukan asupan

protein setiap hari (Supiati dan Yulaikah, 2015).

Putih telur merupakan salah satu jenis makanan yang mengandung

banyak protein. Orang juga banyak menghindari telur karena khawatir dengan

kandungan kolesterolnya yang tinggi. Kandungan kolesterol yang tinggi

hanya terkonsentrasi di kuning telur, sedangkan pada putih telur bebas dari

kolesterol sehinggaaman untuk dikonsumsi. Putih telur sangat kaya protein,

bebas lemak dan kolesterol. Kandungan protein ini sangat bermanfaat sebagai

zat pembangun dalam tubuh. Kandungan yang terdapat dalam putih telur

berupa protein. Putih telur juga bermanfaat dalam pemulihan otot (Setyowati,
2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rifani (2015)

bahwa setelah mengkonsumsi telur ayam rebus 2 diantara 3 partisipan

mengalami penyembuhan luka perineum. Hal ini tampak dari penerapan yang

dilakukan selama 1-7 hari post partum pada hari ke 2. Penyembuhan tersebut

termasuk dalam kategori luka sembuh cepat dan luka sembuh lambat. Selain

itu, berdasarkan hasil penelitian (Baiti, 2015) menimpulkan bahwa konsumsi

protein dengan proses penyembuhan luka perineum didapatkan hasil sebanyak

28 orang yang pola konsumsi proteinnya baik dan luka perineumnya sembuh

setelah 7 hari. Hasil uji fisher exact test didapatkan nilai p-value 0.002 <α

(0.05) yang artinya terdapat hubungan antara pola konsumsi protein dengan

proses penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di RSUD Panembahan

Senopati Bantul.

Hasil penelitian Khatam (2016), pelaksanaan inovasi penyembuhan

luka dengan menggunakan air rebusan daun sirih merah dan mengkomsumsi

telur rebus didapatkan hasil penyembuhan luka pada Ny. K memerlukan

waktu 6 hari. Hal ini ditunjukan bahwa luka sudah kering dan jaringan-

jaringan pada luka perineum sudah menyatu sempurna. Kesimpulannya,

Penerapan konsumsi telur ayam rebus terbukti dapat mengurangi

penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu nifas.


E. KERANGKA TEORI

Dari pemaparan tinjauan pustaka di atas, kerangka teori yang dapat

peneliti ilustrasikan dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut :

Gambar 2.3 Kerangka Teori Pengaruh Putih Telur terhadap Penyembuhan

Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik Noah ArofaTahun 2022

Faktor yang Mempengaruhi Luka Mengandung enam


Perineum : gram protein
Faktor Maternal, berkualitas dan
Faktor Janin, sembilan asam
Faktor Penolong Persalinan. amino esensial,
yang baik untuk
penyembuhan.

Klasifikasi Luka Perineum :


Perineum Spontan,
Perienum disengaja (Episiotomi).

Luka Perineum Putih Telur

Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Proses Penyembuhan Luka Perineum:
Nutrisi,

Mobilisasi dini,
Usia,
Kebersihan,
Obesitas.

(sumber : Almatsier, 2014; Manuaba, 2014)


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah

yang ingin diteliti (Setiadi, 2017). Sedangkan menurut Notoatmodjo

(2018) kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep

yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain

dari masalah yang ingin diteliti.

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini yaitu ingin

mengetahui pengaruh putih telur terhadap penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas di Klinik Noah Arofa Tahun 2022. Kerangka

konsep akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil

penemuan dengan teori. Adapun kerangka konsep dari penelitian dapat

diilustrasikan dari gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Putih Telur terhadap


Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di
Klinik Noah Arofa Tahun 2022

Variabel Independent Variabel Dependent


Konsumsi Putih Telur Proses Penyembuhan
Luka Perineum
Faktor luar :
Mobilisasi Dini,
Usia.

(Sumber : Notoatmodjo, 2018)


B. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2019).

a. Variabel bebas/independent merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

(Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah

konsumsi putih telur rebus.

b. Variabel terikat/dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2019). Dalam

penelitian ini variabel terikatnya adalah penyembuhan luka perineum.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat

diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2011).

Untuk lebih jelasnya, definisi operasional variabel dapat peneliti

ilustrasikan pada tabel 3.1 berikut :


Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengaruh Putih Telur terhadap

Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas di Klinik

Noah Arofa Tahun 2022

Definisi Alat Cara Hasil Skala


Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur Data

Variabel Gerakan miring ke Checklist Observasi Ordinal


Mobilisasi kanan, kekiri, 0. Tidak, jika
Dini duduk atau berjalan skor ≤ 2.
yang dilakukan 1. Ya, jika skor
setelah 2 jam 3.
persalinan yang
diukur berdasarkan
skor ≤ 2 dikatakan
tidak mobilisasi
dini dan 3
dikatakan
mobilisasi dini.

Variabel Penyembuhan luka Checklist Observasi Ordinal


Usia lebih cepat terjadi catatan 0. Beresiko, jika
pada ibu usia normal persalinan usia ibu ≤ 20
daripada usia dan ≥ 35
beresiko. Dikatakan tahun.
beresiko jika usia 1. Tidak
ibu ≤ 20 dan ≥ 35 Beresiko, jika
tahun. Dikatakan usia ibu antara
tidak beresiko jika 20 – 35 tahun.
usia ibu 20-35 tahun.

Variabel Telur rebus yang Check Intervensi 0. Tidak diberi Ordinal


Independent dikonsumsi oleh list SOP perlakuan.
Konsumsi ibu nifas dengan 1. Diberi
putih telur luka perineum perlakuan
rebus. derajat II sejumlah
4 butir setiap pagi
dan sore selama 6
hari yang dimulai
dari hari pertama
hingga hari ke 6
postpartum.
Variabel Lama Checklist Observasi Ordinal
dependent penyembuhan 0. Lambat jika
Penyembuhan robekan perineu sembuh ≥ 6
luka baik ruptur hari.
Perineum spontan/episiotomi 1. Cepat jika
yang menyebabkan sembuh < 6
robekan jaringan hari.
perineum dikatakan
< 6 hari dan
dikatakan lambat
jika ≥ 6 hari.

C. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Hipotesis ini dibuat dalam bentuk hubungan antara dua variabel, variabel

bebas dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah

pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus

dibuktikan (Notoatmodjo, 2018). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

Ha : Ada pengaruh putih telur terhadap penyembuhan luka perineum

pada ibu nifas di Klinik Noah Kabupaten Bekasi Tahun 2022.

Ho: Tidak ada pengaruh putih telur terhadap penyembuhan luka

perineum pada ibu nifas di Klinik Noah Kabupaten Bekasi Tahun

2022.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimental, adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan dengan

memberikan perlakuan/intervensi pada subjek penelitian, dengan tujuan

menilai pengaruh suatu perlakuan pada variabel independen terhadap variabel

dependen. Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment, dengan

desain penelitian dengan menggunakan two group post test only design.

Desain ini digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran sesudah

perlakuan pada dua kelompok.

Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok I sebagai

kelompok intervensi yang mendapat perlakuan diberikan telur ayam rebus

sebanyak empat butir atau 150 gram dan kelompok II sebagai kelompok

kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan.

Adapun rancangan penelitian ini dapat diilustrasikan pada tabel 4.1

berikut :

intervensi Post test

Kelompok Intervensi X 01

Kelompok Kontrol O 02
Keterangan :

X : Intervensi (diberi perlakuan konsumsi putih telur rebus)

01 : Penyembuhan luka perineum

O : Tidak dilakukan intervensi

02 : Penyembuhan luka perineum

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2022 sampai dengan November

2023. Sedangkan tempat penelitian ini dilakukan di Klinik Noah Arofa

Kabupaten Bekasi.

Untuk jadwal kegiatan, dapat peneliti sajikan dalam Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan
No. Uraian Kegiatan
Okt Nov Des Jan Feb

1. Pengajuan Judul
2. Pembuatan Proposal
3. Ujian Proposal
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan Data
6. Analisa Data
7. Ujian Hasil
8. Perbaikan

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang


ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Populasi dalam penelitian ini adalah

jumlah pasien ibu nifas di Klinik Noah Arofa kabupaten Bekasi pada

bulan November 2022 yang berjumlah 32 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu

nifas dengan luka perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling yaitu setiap ibu nifas dengan luka perineum yang memenuhi

kriteria berikut:

a. Ibu nifas dengan luka perineum,

b. Responden Luka perineum derajat I - II,

c. Bersedia menjadi responden,

d. Responden dapat berkomunikasi dengan baik,

e. Responden bersedia mengkonsumsi telur.

Sedang kriteria eksklusi, antara lain :


a. Ibu nifas yang alergi telur,

b. Responden memiliki kadar kolesterol tinggi, menderita darah tinggi,

atau mengalami perdarahan post partum, dan

c. Tidak bersedia menjadi responden.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. JALANNYA PENELITIAN

Penelitian ini digunakan untuk mengetahui efektifitas konsumsi telur

rebus untuk percepatan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik

Noah Arofa pada bulan Oktober 2022 sampai November 2022. Kegiatan

pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data primer, yaitu melakukan

pemberian telur rebus kepada ibu nifas sebanyak 2 butir sehari dan

mengobservasi penyembuhan luka perineum pada responden yang dijadikan

sampel penelitian di Klinik Noah Arofa.

Data yang saya ambil untuk dijadikan sampel adalah 32 orang yang

merupakan ibu nifas dengan luka perineum di Klinik Noah Arofa dengan cara

purposive sampling. Setelah data diperoleh dengan melakukan observasi

kemudian data tentang konsumsi telur rebus, mobilisasi dini, usia dan

penyembuhan luka perineum diolah dengan menggunakan sistem

komputerisasi, selanjutnya secara univariat, dan bivariat.

Data yang diperolah dari penelitian dikelompokan dan ditabulasi

sesuai dengan keperluan peneliti. Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan

data dan analisis data. Pengolahan data dilakukan dengan tahap editing yaitu

memeriksa semua data untuk meneliti kembali apakah data-data yang

dibutuhkan telah lengkap, coding yaitu memberikan kode pada masing-

masing data untuk mempermudah pengolahan data dan entry data yaitu
memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel. Setelah itu

data diolah melalui analisis univariat, dan bivariat.

Hasil penelitian disajikan dalam analisis univariat dari setiap variabel

independen dan dependen. Penyajian dilanjutkan dengan hasil analisis

bivariat yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Keterbatasan penelitian ini adalah

terletak pada konsumsi makanan yang dilakukan oleh responden karena tidak

bisa mengevaluasi makanan yang dikonsumsi setiap hari sehingga kandungan

protein yang terdapat selain dari telur yang diberikan tidak diketahui.

Kemudian, data ibu yang berusia resiko dan ibu yang tidak mobilisasi hanya

sedikit sehingga tidak terdapat hubungan dan tidak memenuhi syarat untuk

dilakukan uji multivariat.

B. HASIL PENELITIAN

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan hasil sebagai

berikut :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi konsumsi telur ayam rebus, mobilisasi dini, usia dan

penyembuhan luka perineum. Hasil analisis univariat dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini di Klinik Noah Arofa

Kabupaten Bekasi n=16) Tahun 2022

Variabel Luar Intervensi Kontrol

F % F %

Mobilisasi Dini 15 93,75% 13 81,25%

Tidak Mobilisasi Dini 1 6,25% 3 18,75%

Usia Beresiko 1 6,25% 2 12,5%

Usia Tidak Beresiko 15 93,75% 14 87,5%

Luka Sembuh Cepat 13 82,4% 2 13,3%

Luka Sembuh Lambat 3 17,6% 14 86,7%

Hasil Tabel 4.1 di atas menunjukkan gambaran distribusi frekuensi

variabel intervensi sebagian besar 93,75% melakukan mobilisasi dini dan

sebagian besar 93,75% berusia tidak beresiko. Sedangkan dari variabel

kontrol sebagian besar 81,25% melakukan mobilisasi dini, sebagian besar

87,5 tidak beresiko, dan sebagian besar 87,5% mengalami penyembuhan

luka lambat.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui efektifitas konsumsi

telur rebus untuk percepatan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di

Klinik Noah Arofa Kbupaten Bekasi. Perbedaan tersebut dapat dilihat

dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil uji statistik tersebut dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini :


Tabel 4.2 Hasil Analisis Hubungan Konsumsi Telur Ayam Rebus

terhadap Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Noah ArofaTahun

2022

Penyembuhan Luka
Konsumsi Telur Perineum Total p X2
Ayam Rebus Lambat Cepat (Value) Hitung
n % n % n
Intervensi 3 17,6% 13 82,4% 16 0,000 15,184
Kontrol 14 86,7% 2 13,3% 16
Total 17 15 32

Berdasarkan hasil analsis hubungan konsumsi telur ayam rebus

terhadap penyembuhan luka perineum diperoleh data bahwa dari 16

responden diberi telur ayam rebus sebanyak (86,7%) penyembuhan luka

perineum cepat dan 3 responden sebanyak (17,6%) mengalami

penyembuhan luka perineum lambat. Sedangkan dari 16 responden yang

tidak diberi telur ayam rebus hanya 2 responden (13,3%) yang mengalami

penyembuhan luka perineum cepat, sementara 14 responden (82,4%)

mengalami penyembuhan luka perineum lambat.

Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti

bahwa terdapat efektifitas konsumsi telur ayam rebus terhadap

penyembuhan luka perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten

Bekasidengan X2 hitung= 15,184, yang berarti bahwa responden yang

tidak diberi telur ayam rebus berpeluang penyembuhan luka perineum

lama sebesar 15,184 kali lipat dibandingkan dengan responden yang diberi

telur ayam rebus.


Tabel 4.3 Hasil Analisis Hubungan Mobilisasi Dini terhadap

Penyembuhan Luka Perineum di Klinik Noah Arofa

Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Penyembuhan Luka Perineum


Mobilisasi Dini Lambat Cepat Total P
(Value)
n % n % n
Tidak 4 23,5% 0 0% 4
Ya 13 76,5% 15 100% 28 0,104
Total 17 15 32

Berdasarkan hasil analsis hubungan mobilisasi dini terhadap

penyembuhan luka perineum diperoleh data bahwa dari 15 responden yang

melakukan mobisisasi dini semuanya mengalami penyembuhan luka

perineum cepat. Dan dari 17 responden (76,5%) yang tidak melakukan

mobilisasi dini mengalami penyembuhan luka perineum lambat dan dari

Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,104 (p>0,05) yang berarti bahwa

tidak ada hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka perineum

di Klinik Noah Arofa.

Tabel 4.4 Hasil Analisis Hubungan Usia terhadap Penyembuhan Luka

Perineum di Klinik Noah Arofa Kbaupaten Bekasi Tahun

2022

Penyembuhan Luka Perineum


Usia Lambat Cepat Total P
(Value)
N % n % N
Beresiko 2 11,8% 1 6,7% 3
Tidak Beresiko 15 88,2% 14 93,3% 29 1.000
Total 17 15 32
Berdasarkan hasil analisis hubungan umur terhadap penyembuhan
luka perineum diperoleh data bahwa haya 1 responden (6,7%) usia beresiko

yang mengalami penyembuhan luka perineum lambat. Dan dari 14

responden (93,3%) usia tidak beresiko mengalami penyembuhan luka

perineum cepat. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p=1,000 (p>0,05) yang

berarti bawhwa tidak ada hubungan usia terhadap penyembuhan luka

perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. ANALISIS UNIVARIAT

Berdasarkan hasil penelitian pada responden intervensi diperoleh

bahwa sebanyak 93,75% melakukan mobilisasi dini. Sedangkan ibu yang

tidak mobilisasi hanya 6,25%. Pada kelompok kontrol diperoleh bahwa

sebanyak 81,25% melakukan mobilisasi dan 18,75% tidak moblisasi. Kondisi

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin melakukan

pergerahan untuk mempercepat pemulihan pasca persalinan yang dialaminya.

Pergerakan tersebut dapat memperlancar peredaran darah dari ibu bersalin

tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Manuaba (2013) bahwa

mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas

dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca

bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi

fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian.

Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden

intervensi sebanyak 93,75% tidak berusia resiko. Sedangkan ibu yang

beresiko hanya 6,25%. Pada kelompok kontrol diperoleh bahwa sebanyak

87,5% berusia tidak beresiko dan 12,5% beresiko. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar ibu dalam usia normal. Usia reproduksi yang untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20 – 30 tahun, kematian maternal pada

wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 – 5 kali
lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20– 29 tahun.

Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 – 35 tahun.

(Winkjosastro, 2013)

B. ANALISIS BIVARIAT

1. Efektifitas Konsumsi Telur Ayam Rebus Terhadap Penyembuhan

Luka Perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Berdasarkan hasil analsis hubungan konsumsi telur ayam rebus

terhadap penyembuhan luka perineum diperoleh data bahwa dari 16

responden diberi telur ayam rebus sebanyak (86,7%) penyembuhan luka

perineum cepat dan 3 responden sebanyak (17,6%) mengalami

penyembuhan luka perineum lambat. Sedangkan dari 16 responden yang

tidak diberi telur ayam rebus hanya 2 responden (13,3%) yang mengalami

penyembuhan luka perineum cepat, sementara 14 responden (82,4%)

mengalami penyembuhan luka perineum lambat.

Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti

bahwa terdapat efektifitas konsumsi telur ayam rebus terhadap

penyembuhan luka perineum di Klinik Noah Arofa. Hasil penelitian ini

sejalan dengan pendapat.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan konsumsi telur

ayam rebus terhadap penyembuhan luka perineum di Klinik Noah Arofa

Kabupaten Bekasi. Responden yang tidak diberi telur ayam rebus

berpeluang penyembuhan luka perineum lama sebesar 30,333 kali lipat

dibandingkan dengan responden yang diberi telur ayam rebus. Hasil


tersebut menunjukkan bahwa pemberian telur ayam rebus pada ibu

nifas akan lebih mempercepat penyembuhan luka perineum sehingga

mempercepat pemulihan kesehatan pasca persalinan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu

penelitianYulaikah (2015), menunjukkan bahwa konsumsi telur rebus

efektif untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan perineum dan

meningkatkan kadar Hb pada ibu nifas diperoleh nilai p value (0,000).

Sedangkan penelitian Rifani (2016), juga menunjukkan bahwa ada

pengaruh konsumsi telur ayam rebus terhadap penyembuhan luka

perineum dengan nilai p value (0,001).

2. Hubungan Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan Luka Perineum di

Klinik Noah Arofa Kbupaten Bekasi Tahun 2022

Berdasarkan hasil analsis hubungan mobilisasi dini terhadap

penyembuhan luka perineum diperoleh data bahwa dari 15 responden yang

melakukan mobisisasi dini semuanya mengalami penyembuhan luka

perineum cepat. Dan dari 17 responden (76,5%) yang tidak melakukan

mobilisasi dini mengalami penyembuhan luka perineum lambat namun

dari Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p=0,104 (p>0,05) yang berarti

bahwa tidak ada hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka

perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka perinieum di Klinik Noah

Arofa Kbupaten Bekasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan


penelitian yang dilakukan Fitri (2013), mengatakan bahwa ada hubungan

mobilisasi dini dengan penyembuhan luka perineum.

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Smeltzer (2012), bahwa mobilisasi dini dilakukan oleh semua ibu post

partum, baik ibu yang mengalami persalinan normal maupun persalinan

dengan tindakan. Adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain dapat

mempercepat proses pengeluaran lochea dan membantu proses

penyembuhan luka perineum.

3. Hubungan Usia terhadap Penyembuhan Luka Perineum di Klinik

Noah Arofa Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Berdasarkan hasil analisis hubungan umur terhadap penyembuhan

luka perineum diperoleh data bahwa haya 1 responden (6,7%) usia

beresiko yang mengalami penyembuhan luka perineum lambat. Dan dari

14 responden (93,3%) usia tidak beresiko mengalami penyembuhan luka

perineum cepat. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p=1,000 (p>0,05)

yang berarti bawhwa tidak ada hubungan usia terhadap penyembuhan luka

perineum di Klinik Noah Arofa Kabupaten Bekasi.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan usia

terhadap penyembuhan luka perineum di Praktik Mandiri Bidan Kota

Bengkulu. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Morison

(2014), meyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di dalam

struktur dan karakteristik kulit sepanjang rentang kehidupan yang disertai


dengan perubahan fisiologis normal berkaitan dengan usia yang terjadi

pada sistem tubuh lainnya, yang dapat mempengaruhi predisposisi

terhadap cedera dan efisiensi mekanisme penyembuhan luka. Juga bertolak

belakang dengan pendapat Sidabutar (2015) yang mengatakan bahwa ada

hubungan antara umur dan pantang makan mempengaruhi penyembuhan

luka perineum pada ibu nifas hari ke 7.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa efektifitas konsumsi telur ayam rebus untuk

percepatan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Klinik Noah Arofa

Kabupaten Bekasi Tahun 2022 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian responden mengkonsumsi telur ayam rebus, sebagian besar

responden melakukan mobilisasi dini, sebagian besar responden memiliki

usia yang tidak beresiko atau normal dan sebagian besar responden

mengalami penyembuhan luka perineum lambat.

2. Konsumsi telur ayam rebus efektif mempercepat penyembuhan luka

perineum.

3. Tidak ada hubungan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka

perineum.

4. Tidak ada hubungan umur terhadap penyembuhan luka perineum.

B. SARAN

1. Bagi Responden penelitian

Sesuai yang telah disampaikan dalam penelitian bahwa luka perineum

bersifat patologis, semoga dengan telah dilaksanakannya penelitian ini

responden khusus nya bagi ibu-ibu Post Partum yang mengalami luka pada

perineum dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang pentingnya


konsumsi putih telur rebus untuk percepatan penyembuhan luka pada

perineum.

2. Bagi Tempat Penelitian

Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat di aplikasikan

oleh tenaga kesehatan memberikan informasi khusus pada ibu post

partum yang mengalami luka perineum dengan pemberian putih telur rebus

untuk mempercepat penyembuhan luka laserasi, sehingga ibu post partum

cepat pulih kembali dan cepat kembali beraktifitas seperti biasa.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dipublikasikan secara luas kepada pihak akademis, sehingga

dapat dijadikan sumber referensi dalam memberikan asuhan pada ibu post

partum yang mengalami luka perineum dengan memberikan putih telur

rebus untuk percepatan masa penyembuhan luka laserasi . Dan bagi

institusi pendidikan agar selalu meningkatkan penelitian dibidang

kesehatan.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian telur rebus efektif

terhadap percepatan penyembuhan luka perineum daripada ibu yang tidak

diberi telur rebus. Saat dilakukan analisis bivariat, tidak terdapat

hubungan antara mobiliasi dini dan usia terhadap percepatan peyembuhan

luka perineum sehingga tidak dapat dilakukan uji multivariat. Maka

diharapkan pada peneliti lain agar meneliti dan mengobservasi lebih lanjut

pada variabel yang berbeda, sampel yang lebih banyak, dan analisis yang

berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Aisiah, N. 2016. Pengaruh Paritas Terhadap Kejadian Ruptur Perineum Pada Posisi
Mengejan Antara Telentang Dan Kombinasi Pada Ibu Bersalin. Kebidanan,
STIKES Muhammadiyah Kudus

Aisya M.W, dkk. 2018. Efektifitas Konsumsi Putih Telur Rebus Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Puskesmas Pulubala Kabupaten
Gorontalo Jurnal Ilmiah Umum dan Kesehatan Vol.3 No.1 Juli 2018, Universitas
Muhammadiyah Gorontalo

Almatsier. 2012. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ambarwati, R. D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia


Amru, Sofian. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif

Obstetri Social edisi 3 jilid 1 & 2. EGC: Jakarta

Baiti, Nur. 2018. Hubugan Pola Konsumsi Protein Dengan Proses Penyembuhan Luka
Perineum Pada Ibu Nifas Di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Darmawati & Sastra. 2013. Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan


Luka Dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas Vol. Ii No. 3 2013

Eriyawati, Wahyuningsih, Prasetya Lestari. 2016. Gambaran Perilaku Perawatan Luka


Perineum Pada Ibu Postpartum Di RSUD Sleman Yogyakarta. Universitas Alma
Ata Yogyakarta. Sleman

Fitri, E . 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Penyembuhan Luka


Perineum Pada Ibu Nofas Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2013.Banda Aceh

Helen, Varney. (2013). Perawatan Maternitas edisi revisi. Jakarta: EGC Jordan,
Soe. 2014. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI 2014.

Khairi. 2013. Pengawetan Telur. Yogyakarta: Kanisius.

Manuaba, Ida A.C. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyait Kandungan, dan KB untuk Pendidikan
Bidan Edisi 2.Jakarta: EGC

Mozalem. 2014. Episiotomy healing assessment: Redness, Oedema, Ecchymosis,


Discharge, Approximation (REEDA) scale reliability.

Anda mungkin juga menyukai