Anda di halaman 1dari 216

ASUHAN KEBIDANAN BERKESINAMBUNGAN PADA NY.

I GIIPI00IA0
DARI MASA KEHAMILAN SAMPAI KB DI BPM NY.SISMIARTI
BANDAR KIDUL KOTA KEDIRI

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Program Profesi Bidan
IIK Strada Indonesia Kediri

Oleh :
RINA ISTYIANI
NIM.2082B0071

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
IIK STRADA INDONESIA
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN


BERKESINAMBUNGAN PADA NY. I GIIPI00IA0 DARI MASA
KEHAMILAN SAMPAI KB” di BPM Sismiarti kediri telah disetujui oleh
pembimbing penyusunan Asuhan pada :
Hari/tanggal : Selasa, 16 Oktober 2021

Mengetahui
Dosen pembimbing

Bd. Tety Ripursari.,S.Keb.,M.Kes

Mengetahui,
ketua prodi profesi bidan
IIK STRADA Indonesia Kediri

Miftakhur Rohmah.,SST.,Bd.,M,Keb

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan

bimbingan-Nya, sehingga dapat tersusun Laporan “Asuhan Kebidanan

berkesinambungan dari masa kehamilan sampai dengan kb” di lingkungan Prodi

Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA

Laporan Asuhan Kebidanan yang diwajibkan bagi mahasiswa Prodi Pendidikan

Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA Kediri yang akan menyelesaikan

pendidikan Profesi. Dengan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa

pembimbing serta petugas kesehatan dalam pemberian Asuhan Kebidanan

berkesinambungan dari masa kehamilan sampai dengan kb.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan pada remaja dan pra nikah ini

Akhimya kami berharap laporan ini dapat meningkatkan mutu pelayanan dan

dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, sehingga dapat menambah

khasanah perpustakaan di lingkungan Prodi Pendidikan Profesi Bidan IIK

STRADA INDONESIA

Kediri, 16 Oktober 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul................................................................................. i

Lembar Persetujuan........................................................................... ii

Kata Pengantar................................................................................... iii

Daftar Isi ............................................................................................ iv

Daftar Tabel........................................................................................ vii

Daftar Lampiran................................................................................. viii

BAB I: PENDAHULUAN.................................................................. 1

1.1. Latar Belakang................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 4

1.3. Tujuan ............................................................................................... 4

1.3.1. TujuanUmum……………………………………………….. 4

1.3.2. Tujuan Khusus………………………………………………. 4

1.4. Manfaat Penulisan.............................................................................. 5

1.4.1. Manfaat Teoritis..................................................................... 5

1.4.2. Manfaat Praktis...................................................................... 5

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 7

2.1 LandasanTeori Kehamilan (Antenatal Care)..................................... 7

2.2 Landasan Teori Persalinan (Intranatal Care)..................................... 20

2.3 Landasan Teori Nifas (Post Natal Care) ........................................... 50

2.4 Landasan Teori Bayi Baru Lahir (BBL) ........................................... 77

2.5 Landasan Teori Keluarga Berencana (KB)........................................ 96

2.6 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan .................................................... 189

iv
BAB III: KERANGKA KONSEP........................................................... 218

3.1 Kerangka konsep................................................................................ 218

BAB IV: TINJAUAN KASUS.................................................................. 220

4.1 Kehamilan.......................................................................................... 220

4.2 Persalinan .......................................................................................... 242

4.3 Nifas .................................................................................................. 259

4.4 BBL ................................................................................................... 262

4.5 KB .................................................................................................... 285

BAB V: PEMBAHASAN.......................................................................... 292

5.1 Kehamilan........................................................................................ 292

5.2 Persalinan......................................................................................... 293

5.3 Nifas................................................................................................. 295

5.4 Bayi Baru Lahir................................................................................ 297

5.5 KB.................................................................................................... 298

BAB VI: PENUTUP.................................................................................. 299

6.1 Kesimpulan....................................................................................... 299

6.2 Saran ................................................................................................ 300

v
DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 2.1 Ukuran uterus 18

Tabel 2.2 Perkiraan TFU terhadap umur kehamilan 18

Tabel 2.3 Ketidak nyamanan ibu hamil 47

Tabel 2.4 Cara menghitung UK 52

Tabel 2.5 UK menurut MC. Donald 53

Tabel 2.6 Standar minimal kunjungan kehamilan 54

Tabel 2.7 Ukuran tinggi fundus uteri 60

Tabel 2.8 Pemberian imunisasi TT 61

Tabel 2.9 APGAR Score138

Tabel 2.10 Manfaat pemberian imunisasi 140

Tabel 2.11 Jadwal pemberian imunisasi 140

Tabel 2.12 Keadaan yang memerlukan perhatian khusus 168

Tabel 2.13 Penanganan efek samping yang sering dijumpai 168

Tabel 2.14 Mengukur TFU normal 186

vi
vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis, akan

tetapi sering menimbulkan komplikasi kehamilan. Badan kesehatan dunia

World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 15% dari seluruh

wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan

kehamilannya dan dapat mengakibatkan kesakitan dan kematian ibu dan janin

(Marmi, 2014).

Asuhan kebidanan yang komprehensif adalah asuhan kebidanan yang

diberikan oleh bidan yang meliputi asuhan kebidanan kehamilan, persalinan,

nifas, neonatus dan keluarga berencana. Asuhan ini diberikan bertujuan untuk

mengurangi angka kesakitan dan kematian bagi ibu dan bayi. Asuhan

kehamilan harus dilakukan sedikitnya empat kali selama kehamilan dan

mewajibkan ibu untuk melahirkan di tenaga kesehatan agar komplikasi dalam

kehamilan dapat segera teratasi dan tidak mengancam keselamatan ibu dan

janin.Tidak hanya pada masa kehamilan dan persalinan namun pemantauan

ibu berlanjut pada pada masa nifas, hingga ibu memilih alat kontrasepsi

(Kementerian Kesehatan, 2010).

Agar proses proses yang alamiah ini berjalan dengan lancar dan tidak

berkembang menjadi patologis diperlukan upaya sejak dini dengan memantau

kesehatan ibu yang berkesinambungan dan berkualitas serta melakukan

1
pemeriksaan kehamilan secara teratur kepetugas kesehatan, melakukan

kunjungan minimal 4x pada trimester pertama minimal1 kali (usia kehamilan

0-12 minggu). Pada trimester kedua minimal 1 kali (usia kehamilan 12-28

minggu). Pada trimester ketiga minimal 2 kali (usia kehamilan 28 minggu –

lahir) (Kemenkes,2015).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka

Kematian Ibu, Bayi dan Balita di Indonesia masih cukup tinggi dan

merupakan salah satu masalah utama kesehatan.

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program

Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status

gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan

pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1)

meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya

pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan

kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan

perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui

Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5)

terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6)

meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. (Mentri kesehatan RI 2015)

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals

yang selanjutnya disingkat TPB adalah dokumen yang memuat tujuan dan

2
sasaran global tahun 2016 sampai tahun 2030. Peta Jalan Nasional TPB

adalah dokumen rencana yang memuat kebijakan strategis tahapan-tahapan

dalam pencapaian TPB tahun 2017 hingga tahun 2030 yang sesuai dengan

sasaran pembangunan nasional (UU no.59 TH 2017).

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 99%

kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi dinegara –

negara berkembang. Resiko kematian ibu di negara – negara berkembang

merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran

bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara

maju dan 52 negara persemakmuran. Terlebih lagi, rendahnya penurunan

angka kematian ibu global tersebut merupakan cerminan belum adanya

penurunan angka kematian ibu secara bermakna di negara –negara yang

angka kematian ibunya rendah (WHO, 2015).

Berdasarkan jumlah kasus kematian ibu dan bayi di Indonesia dari tahun

2015 sampai 2017 mengalami penurunan. Angka kematian ibu turun dari

4.999 pada tahun 2015 menjadi 4.912 pada tahun 2016, dan pada tahun 2017

terus mengalami penurunan sebanyak 1.712 kasus (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia,2017).

Menurut MDG’s tahun 2015, target untuk AKI sebesar 102 per 100.000

kelahiran hidup. Pada tahun 2015, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 89,6%

per 100.000 kelahiran hidup,sedangkan Menurut Supas tahun 2016, target

untuk AKI sebesar 305% per 100.000 kelahiran hidup tetapi pada tahun 2016,

AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 91,00% per 100.000 kelahiran hidup.

3
Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai

89,6% per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jawa Timur, 2016).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut. Bagaimana asuhan kebidanan pada Ny “ I ’’ GIIP10001 dimulai dari

hamil Trimester 3, INC, PNC, BBL dan KB di BPM Ny Sismiarti Bandar

kidul kediri 2021?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dan

mendokumentasikan Asuhan Kebidanan secara continuity Of Care

pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan ibu KB.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “I’’ GIIP10001 35 minggu

T/H dengan kehamilan normal di BPM Ny Sismiarti Bandar kidul

kediri 2021.

2. Melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “I” GIIP10001 39 minggu

I/T/H dengan Persalinan normal di BPM Ny Sismiarti Bandar kidul

kediri 2021.

3. Melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “I” P20002 dengan Nifas

normal di BPM Ny Sismiarti Bandar kidul kediri 2021.

4. Melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “I” P20002 dengan Bayi

Baru Lahir normal di BPM Ny Sismiarti Bandar kidul kediri 2021.

4
5. Melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “I” P20002 dengan

keluarga berencana di BPM Ny Sismiarti Bandar kidul kediri 2021.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menerapkan secara langsung ilmu yang didapat selama di bangku

kuliah mengenai manajemen asuhan kebidanan pada ibu mulai dari

kehamilan, persalinan, nifas, neonates dan KB sesuai dengan prosedur.

Serta dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis

Hasil laporan tugas Ini harapkan dapat menambah pengetahuan

dalam penerapan tentang teori yang telah diterima selama kuliah

agar lebih mendalam dalam menyelesaikan studi kasus mulai dari

pencarian data, perumusan masalah hingga evaluasi.

2. Bagi Institusi

Hasil laporan tugas akhir ini dapat digunakan sebagai informasi,

masukan bagi pendidikan dan sebagai referensi untuk penelitian

berikutnya, serta referensi di perpustakaan.

3. Bagi Profesi

Hasil laporan tugas akhir ini dapat menjadi bahan informasi bidan

sebagai petugas kesehatan.

5
4. Bagi lahan praktek

Pada setiap penanganan pasien hendaknya selalu menerapkan

konsep asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan sesuai dengan kondisi pasien dan

meningkatkan agar dapat menganalisa, mengambil tindakan secara

cepat dan tetap serta meningkatkan keterampilan dalam menangani

kasus pada ibu hamil.

5. Bagi Masyarakat

Laporan tugas akhir ini dapat menambah informasi dan

masukan tentang asuhan kebidanan yang meliputi Kehamilan,

Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas dan Keluarga Berencana pada

Ny. “I” di BPM Ny Sismiarti seluruh masyarakat di Bandar kidul

kediri 2021.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar/Teori Kehamilan
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
Kehamilan mengalami perubahan fisiologis dan psikologis.
Perubahan fisiologis diantaranya perubahan organ reproduksi, sistem
kardiovaskuler, pernafasan, ginjal, integumen, mukuloskeletal,
neurologi, pencernaan, dan endokrin. Perubahan psikologis
merupakan respon emosional yang terjadi akibat perubahan organ
tubuh dan peningkatan tanggung jawab menghadapi kehamilan dan
masa perawatan anak selanjutnya.
2.1.2 Kehamilan Trimester II dan III

1. Pengertian Kehamilan Trimester II

Kehamilan Trimester II adalah kehamilan yang berlangsung selama


15 minggu (minggu ke -13 hingga ke-27)
2. Pengertian Kehamilan Trimester III

Kehamilan TM III adalah kehamilan yang terjadi pada


minggu ke 20 sampai 40 minggu.
3. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Pada ibu Hamil Trimester II dan
III

a) Uterus

selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima


dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion)
sampai persalinan.
b) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan


pematangan folikel baru juga ditunda. Korpus luteum yang
ditemukan pada ovarium hanya ada satu.

7
c) Vagina dan penerium

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia


terlihat jelas pada kulit dan otot-otot diperinium dan vulva.
d) Payudara

Pada usia kehamilan trimester II dan III payudara


mengeluarkan suatu cairan berwarna kekunigan yang disebut
kolostrum dapat keluar dari kelenjar- kelenjar asinus yang
mulai bersekresi.
e) Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan, kandung kemih akan


tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga
menimbulkan sering berkemih.
f) Vulva dan Vagina

Karena hormon ekstrogen dan progresteron terus meningkat


dan terjadi peningkatan sensitivitas dapat meningkatkan
keinginan dan bangkitan seksual, khususnya selama trimester
kedua kehamilan peningkatan kongesti ditambah relaksasi
dinding pembuluh darah dan uterus yang berat dapat
menyebabkan timbulnya odema dan varises vulva.
g) Sistem Pencernaan

Biasanya terjadi konstipasi karena pengeruh hormon


progesteron yang meningkat. Selain itu perut kembung juga
terjadi karen adanya tekanan uterus yang membesar dalam
rongga perut.
h) Sistem Respirasi

Karena adanya penurunan tekanan CO2 seorang wanita hamil


sering mengeluhkan sesak nafas sehingga meningkatkan usaha
bernafas.

8
i) Kenaikan Berat Badan

Kenaikan Berat badan 0,4 – 0,5 kh perminggu


selama sisa kehamilan.
4. Perubaha Psikologis Ibu Hamil Trimester II dan III

a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar


hormon yang tinggi.

b) Ibu sudah menerima kehamilannya.

c) Meraskan gerakan anak.

d) Merasa terlepas dari ketidak nyamanan san kekhawatiran.

e) Lipido meningkat.

f) Menuntut perhatian dan cinta

g) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian


diri dirinya.

h) Rasa tidak nyaman timbul kembali.

i) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

5. Ketidaknyamanan Ibu hamil pada Trimester II dan Trimester III

a) Sakit Pinggang

Sebagian besar dikarenakan perubahan sikap badan selama


kehamilan lanjut karena titik berat badan pindah ke depan
disebabkan perut yang membesar.
b) Varises

Dipengaruhi faktor keturunan, berdiri lama dan usia,


ditambah factor hormonal (progsteron) dan bendungan dalam

9
panggul.
c) Haemorhoid (Wasir)

Haemorhoid adalah pelebaran vena di anus (varises di anus).


Wasir bertambah besar pada kehamilan karena ada
bendungan darah dipanggul.
d) Sakit Kepala

Pada ibu hamil muda sudah biasa terjadi. Sakit kepala bisa
hilang dan berkurang pada pertegahan masa kehamilan.Pada
trimester III dapat dijadikan sebagai tanda gejala preeklamsi
berat.
e) Sesak nafas

Disebabkan Rahim membesar, mendesak diafragma keatas


sehingga sesak nafas. Sesak nafas dapat berkurang jika tidur
dengan bantal yang lebih tinggi dari posisi badan.
f) Flour Albus / Keputihan

Umumnya cairan vagina bertambah saat hamil, tanpa sebab


patologis dan tidak ada keluhan.
g) Oedema /Bengkak

Bengkak pada kaki saat hamil (ekstermitas) adalah


pembengkakan yang terjadi akibat penimbunan cairan secara
berlebihan diantara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai
rongga tubuh dan jaringan tubuh bagian bawah. Terjadi pada
kaki dan tungkai bawah yang disebabkan oleh toxemia
gradividarum. Jika disebabkan oleh tekanan Rahim akan
hilang dengan istirahat.
Penyebab Kehamilan dengan bengkak pada kaki
disebabkan oleh menurunnya arus balik darah vena akibat
Vena cava inferior yang terkompresi oleh pertumbuhan janin.

10
Penurunan arus balik tersebut mengakibatkan adanya
akumulasi cairan di bagian bawah tubuh apalagi jika wanita
hamil berdiri dalam waktu lama. Selain itu, pada masa
kehamilan juga terjadi penurunan tekanan osmotik koloid
interstisial akibat dari meningkatnya volume cairan ekstrasel.
Dengan adanya penurunan tekanan osmotik interstisial, maka
osmosis akan lebih mudah terjadi menuju ke daerah
interstisial. Hal ini yang kemudian menyebabkan terjadinya
edema yang umumnya terjadi pada tahap akhir kehamilan.
Penatalaksanaan kehamilan dengan pembengkkan yang
normal dapat dilakukan memilih alas kaki yang nyaman
dengan alas kaki bersol datar, mengurangi pekerjaan yang
berat, mengurangi duduk yang terlalu lama, melakukan
pemijatan pada kaki secara lembut agar melancarkan
peredaran darah,berbaring diatas kasur atau sofa yang nyaman
dengan posisi kaki lebih tinggi dari bagian atas tubuh, lebih
sering menggerakkan pergelangan kaki dengan gerakan
memutar. Melakukan relaksasi di pagi hari, melakukan senam
hamil, meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung
protein serta mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat dan lemak.
6. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil pada trimester II dan trimester III

a) Kebutuhan Fisik

1) Diet makanan

Kebutuhan makanan ibu hamil mutlak harus dipenuhi.


Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus,
IUGR, inersia Uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis,
puerpuralis dan lain-lain. Sedangkan kelebihan makanan
akan berakibat kegemukan, pre- eklamsia, janin terlalu

11
besar.

2) Kebutuhan Energi

a) Protein

Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein


sebanyak 68%. Widya karya pangan dan Gizi nasional
menganjurkan untk menambah asupan protein
menjadi 12% perhari atau 75- 100 gram.
b) Zat besi

Kebutuhan zat besi selama hamil menngkat 300%


(1.040 mg selama hamil) dan peningkatan ini tidak
dapat tercukupi hanya dari asupan makanan ibu
selama hamil melainkan perlu di tunjang dengan
supleman zat besi.
c) Asam Folat

Jika kekurangan asam folat maka ibu dapat menderita


anemia.
d) Kalsium

Kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastic


sebanyak 5%.

3) Obat-Obatan

Sebenarnya jika kondisi ibu hamil tidak dalam keadaan


yang benar-benar berindikasi untuk diberikan obat-obatan,
sebaiknya pemberian obat dihindari. Penatalaksanaan
keluhan dan ketidaknyamanan yang dialami lebih
danjurkan kepada pencegahan dan perawatan saja.

12
4) Senam Hamil

Senam hamil untuk melancarkan sirkulasi darah, nafsu


makan bertambah, perencanaan lebih baik dan tidur lebih
nyenyak.
5) Pakaian

Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam ibu hamil:


a) Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ketat pada
bagian perut

b) Bahan mudah menyerap keringat.

6) Istirahat dan rekreasi

Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah


satunya beban berat pada perut sehigga terjadi perubahan
sikaptubuh, tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan,
oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu
hamil
7) Perawatan Payudara

a) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu


ketat dan menggunakan busa.

b) Gunakan bra yang menyangga

c) Hindari membersihkan putting dengan sabun mandi

d) Jika ditemukan cairan yang berwarna


kekuningan dari payudara berarti produksi ASI
sudah dimulai.

8) Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan


dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air

13
kemih. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh
hormone.

9) Seksual

Hubungan sksual selama kehamilan tidak dilarang, selama


tidak ada riwayat penyakit seperti berikut :
a) Sering abortus dan kelahiran premature

b) Pendarahan pervaginam.

c) Sikap tubuh yang baik

Seiring bertambahnya usia kehamilan, tubuh akan mengadakan


penyesuaian fisik dengan pertambahan ukuran janin.
Tabel Pemberian Suntik TT

Status Jenis suntikan Interval waktu Lama Persentase


perlindungan perlindungan
T0
Belum pernah
mendapat suntikan
TT
T1
TT1
T2
TT2 4 minggu dari TT1 3 tahun 80
T3
TT3 6 bulan dari TT2 5 tahun 95
T4
TT4 Minimal 1 tahun 10 tahun 99
dari TT3
T5 99
TT5 3 tahun dari TT4 Seumur hidup

b) Kebutuhan psikologis

1. Persiapan saudara kandung (sibling)

Sibling rivalryI adalah rasa persaingan diantara saudara

14
kandung akibat kelahiran anak berikutnya.biasanya terjadi
pada anak yang usia 2-3 tahun.
2. Dukungan Keluarga

Ibu sangat membutuhkan ungkapan kasih saying dari


orang-orang terdekatnya, terutama suami.
3. Perasaan nyaman dan aman selama kehamilan

Selama hamil ibu sering mengalami ketidaknyamanan


fisik dan psikologis.
4. Persiapan menjadi orang tua

Sangat penting disiapkan karena setelah bayi lahir akan


banyak perubahan peran yang terjadi, mulai dari ibu, ayah
dan keluarga.
5. Dukungan dari tenaga medis

Bagi seorang ibu hamil, tenaga kesehatan khususnya


bidan mempunyai tempat tersendiri dalam dirinya.
Deteksi Dini Preeklamsi

1. Body Mass Indeks (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh adalah alat atau suatu cara yang sederhana
untuk mengetahui status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Rumus IMT: berat badan / (tinggi badan x tinggi badan)
Tabel 2.2 Rekomendasi penambahan berat badan selama
kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh

Kategori IMT Rekomendasi kg

Rendah <19,8 12,5 – 18

Normal 19,8-26 11,5 – 16

Tinggi 26-29 7 – 11,5

15
Obsitas >29 <7

Gemeli - 16 – 20,5

Sumber: Sarwono, 201422

2. Mean Arterial Pressure (MAP)

Mean Arterial Pressure adalah tekanan arteri rata-rata


selama satu siklus denyutan jantung yang didapatkan dari
pengukuran tekanan darah systole dan tekanan darah diastole.
Pada trimester II nilai normal dari MAP adalah ≥ 90 mmHg.
Rumus MAP adalah sebagai berikut :

MAP = D + 1/3 (S-D)

Keterangan : D : diastolik

S : sistolik

3. Rool Over Test (ROT)

Roll Over Test adalah tes tekanan darah dimana nilai positif
dinyatakan jika terjadi peningkatan 20 mmHg saat pasien
melakukan Roll Over.
Cara melakukan ROT :
a. Penderita tidur miring ke kiri kemudian tekanan darah
dihintung dan dicatat.

b. Diulang setiap 5 menit sampai tekanan darah atau tekanan


diastolic tidak berubah.

c. Penderita tidur terlentang dan secepatnya diukur lalu


lima menit kemudian diukur kemudian dicatat
kembali.

16
d. Positif apabila selisih diastolik antara berbaring miring dan
terlentang 20 mmHg atau lebih.

4. Doppler Velocimetry

PJT tipe II yang terutama disebabkan oleh infusiensi plasenta akan


terdiagnosis dengan baik secara Doppler USG. Peningkatan perifer dari
kapiler-kapiler dalam rahim akan ditandai dengan penurunan tekanan
diastol sehingga S/D ratio akan naik. Doppler USG dianggap sebagai
metode yang paling dini mendiagnosis adanya gangguan pertumbuhan
sebelum terlihat tanda-tanda lainnya. Kelainan aliran darah pada
pemeriksaan Doppler baru akan terdeteksi dengan pemeriksaan KTG satu
minggu kemudian.

4. Kartu Skor Poedji Rochjati


Berupa kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrening
ANTENATAL berbasis keluarga guna menemukan faktor risiko
ibu hamil, yang selanjutnya dilakukan upaya terpadu untuk
menghindari dan mencegah kemungkinan terjadinya upaya
komplikasi obtetrik pada saat persalinan → dengan Kartu Skor
Poedji Rachjati.
a. Manfaat KSPR untuk :
1. Menemukan faktor resiko Bumil
2. Menentukan Kelompok Resiko Bumil
3. Alat pencatat Kondisi Bumil

 (Poedji Rochjati, 2003).


2.1.2 Konsep Dasar Senam Hamil

Senam hamil merupakan salah satu kegiatan dalam pelayanan


antenatal care yang bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental ibu
hamil.Senam hamil sudah sangat banyak diadakan baik di Rumah Sakit,

17
klinik maupun puskesmas. Senam hamil adalah satu cara untuk
meningkatkan kebugaran tubuh ibu hamil sekalipun senam hamil sudah
banyak dikenal oleh ibu hamil, namun keikutsertaan ibu mengikuti
senam hamil masih sedikit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
seperti tidak adanya dukungan suami, kurangnya pengetahuan ibu
tentang manfaat senam hamil
Jenis olah tubuh yang paling sesuai untuk ibu hamil adalah senam
hamil. Gerakan senam hamil sesuai dengan banyaknya perubahan fisik
seperti pada organ genital, perut yang tambah besar, dan sebagainya.
Dengan melakukan senam hamil secara teratur dan intensif, ibu hamil dapat
menjaga kesehatan tubuh dan janin yang dikandung secara optimal
Senam hamil adalah latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil,
secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan. Senam
hamil terbukti baik bagi ibu maupun janin selama dilakukan dengan tepat
dan tidak ada kondisi lain yang membahayakan
Ibu yang telah mengikuti senam hamil secara teratur jauh lebih
sehat bugar dan percaya diri, sedangkan ibu yang tidak mengikuti senam
hamil terlihat lelah sering cemas dalam menanti kelahiran. Mudah sesak
sering kram pada tangan dan kaki, kaki bengkak dan sebagainya, ibu
yang selalu rutin mengikuti senam hamil pasti sudah mengerti tentang
teknik pernafasan.
Senam hamil bukan hanya berkontraksi pada kelenturan otot-otot
tubuh saja, tetapi ada latihan untuk perawatan payudara, agar produksi air
susu ibu (ASI) mencukupi. Wanita hamil sangat penting untuk
mempersiapkan mental selama kehamilannyadalam menghadapi proses
persalinan yang akan dialami nanti, selama mengikuti khursus senam
hamil di Rumah Sakit atau klinik bersalin ibu hamil dapat
mengemukakan keluhan-keluhan ibu hamil kepada instruktur atau bidan
yang kemudian akan memecahkan masalah tersebut.
Senam hamil sudah mulai mendapat perhatian masyarakat, dan
banyak rumah sakit melaksanakan kegiatan senam hamil untuk kesehatan

18
rohani dan jasmani ditingkatkan serta dapat menghilangkan rasa takut
menghadapi persalinan.Rasa takut dan kurang percaya diri menghadapi
persalinan sering menderita kesakitan saat semua kekuatan diperlukan
untuk mendorong janin lahir, terutama bagi wanita yang untuk pertama
kali bersalin. Melalui senam hamil serta latihan untuk mengkoordinasikan
semua kekuatan saat persalinan diharapkan secara normal, tidak terlalu
takut, akan mengurangi rasa sakit dan mempunyai kepercayaan diri yang
tetap mantap.

Keuntungan senam hamil adalah meningkatkan kepercayaan


pengetahuan tentang kekuatan persalinan sehingga waktu persalinan dapat
dipersingkat dan rasa sakit dikurangi, senam hamil juga bermanfaat untuk
meningkatkan kondisi yang prima dengan melatih dan mempertahankan
kekuatan otot dinding perut, otot dasar panggul serta jaringan penyangga
untuk berfungsi saat persalinan berlangsung. Senam juga melonggarkan
persendian yang berhubungan dengan persalinan, dapat memperbaiki
kedudukan janin, meningkatkan ketegangan dan kepercayaan diri
menghadapi persalinan, memperoleh kemampuan dan pengetahuan
mengatur pernafasan, relaksasi, dan kontraksi otot dinding perut, otot sekat
rongga badan dan otot dasar panggul saat persalinan.

Manfaat senam hamil sangat perlu bagi kesehatan terutama untuk


proses persalinan nantinya. tidak hanya itu, jika dilakukan secara teratur,
manfaat senam hamil juga dapat mengurangi keluhan yang dirasakan ibu
hamil. Terutama pada tiga bulan terakhir masa kehamilan, seperti pegal-
pegal pada bagian tubuh tertentu.

2.1.3 Konsep Dasar Kaki Bengkak

Ketidaknyamanan selama kehamilan antara lain mual, muntah,


ptialisme (salvias berlebihan), keletihan, nyeri punggung bagian atas
(nonpatologis), leukorea, peningkatan frekuensi berkemih (nonpatologis),
nyeri ulu hati, flatulen, ligamentum teres uteri, nyeri punggung bawah

19
(nonpatologis), hiperventilasi (nonpatologis), kesemutan, kaki bengkak
dan sindrom hipotensi telentang (Lestari, 2018).

Pembengkakan pada kaki ditemukan sekitar 80% pada ibu hamil


trimester III, terjadi akibat dari penekanan uterus yang menghambat aliran
balik vena dan tarikan gravitasi menyebabkan retensi cairan semakin
besar. Kaki bengkak fisiologis menyebabkan ketidaknyamanan, perasaan
berat, dan kram di malam hari (Lestari, 2018).

2.2 Landasan Teori Persalinan

A. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta )

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

(Ari Sulistyawati, 2018).

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

(Manuaba, 2018).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi(janin + uri)

yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan

lain. (Rustam Mochtar, 2018 )

B. Klasifikasi

Ada dua klasifikasi peralinan, yaitu berdasarkan cara dan usia kehamilan.

1. Menurut cara persalinan

a. Partus normal (spontan)

Adalah proses lahirnya bayi dengan Letak Belakang Kepala

(LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat, serta

20
tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dari

24 jam.

b. Persalinan buatan

Adalah proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar

seperti ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan secsio sesaria.

c. Persalinan Anjuran

Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan atau berlangsung

setelah pemecahan ketuban.

2. Menurut usia kehamilan:

a. Abortus (keguguran)

Adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup

(viabel) – berat janin dibawah 500gram – tua kehamilan dibawah 28

minggu.

b. Partus prematur

Adalah persalinan(pengeluaran) hasil konsepsi pada kehamilan

28 – 36 minggu, janin dapat hidup tapi prematur, berat janin antara

1000 – 2500 gram. Sebab-sebab terjadinya persalinan premature

1) Hipertensi esensial

2) Solusio plasenta

3) Plasenta previa

4) Sifilis

5) Preeklampsi

21
6) Gemeli

7) Kelainan kongenital

8) Bakteriuria

9) Penyakit ibu dan lain-lain

Pimpinan partus premature

Tujuannya yaitu untuk menghindari trauma bayi yang

masih lemah.

1) Partus tidak boleh berlangsung terlalu lama begitu pula

tidak boleh terlalu cepat

2) Jangan memecahkan ketuban sebelum pembukaan

lengkap

3) Butlah episiotom medialis

4) Jangan menggunakan narcose

5) Tali pusat sebaiknya cepat digunting agar menghindari

Icterus neonaturum yang berat.

c. Persalinan Imaturus

Adalah persalinan dengan usia kehamilan antara 22-28 minggu

dengan berat janin antara 500-999 gram.

d. Partus mature atau aterm (cukup bulan)

Adalah partus pada kehamilan 37 – 40 minggu, janin matur,

berat badan di atas 2500 gram.

e. Partus postmatur (serotinus)

Adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih (42 minggu)

setelah waktu partus yang di tafsirkan.

f. Partus presipitatus

22
Adalah partus yang berlangsung sangat cepat.

(Rustam Mochtar, 2011 )

C. Etiologi

Sebab terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah

teori-teori yang kompleks antara lain :

1. Teori Penurunan Hormon

1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar

hormone estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja sebagai

penenang otot-otot polos rahim. Karena itu akan terjadi kekejangan

pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.

2. Teori Plasenta Menjadi Tua

Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan

progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut

akan menimbulkan kontraksi rahim.

3. Teori Distensi Rahim

Rahim yang membesar dan meregang menyebabkan iskemia otot-

otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.

4. Teori Oxcytosin

Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah, oleh karena itu

timbul kontraksi otot-otot rahim.

(Rustam Mochtar,2011 )

D. Gejala Klinik Persalinan

1. Tanda Permulaan Persalinan

a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun

memasuki PAP yang disebabkan oleh:

23
1) Kontraksi Braxton Hicks.

2) Ketegangan otot perut.

3) Ketegangan ligamentum rotundum.

4) Gaya berat janin kepala ke arah bawah.

5) Terjadinya His Permulaan

Dengan makin tua pada usia kehamilan, pengeluaran

estrogen dan progesteron semakin berkurang sehingga

oksitosin dapat menimbulkan kontraksi, yang lebih sering

sebagai his palsu.Sifat his palsu :

1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah.

2) Datangnya tidak teratur.

3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda.

4) Durasinya pendek.

5) Tidak bertambah jika beraktifitas

(Rustam Mochtar,2011 )

2. Tanda-tanda Persalinan

Tanda-tanda masuk dalam persalinan

a. Terjadinya his persalinan

His persalinan mempunyai sifat :

1) Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan.

2) Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya

makin besar.

3) Terjadi perubahan pada serviks akibat kontraksi uterus

24
4) Jika pasien menambah aktivitas, misalnya dengan

berjalan maka kekuatan bertambah.

b. Pengeluaran lendir dan darah (Bloody show)

Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada

serviks yang menimbulkan :

1) Pendataran dan pembukaan

2) Pembukaan menyebabnya selaput lendir yang

terdapat pada kanalis servikalis terlepas.

3) Terjadi perdarahan kerena kapiler pembuluh darah

pecah.

c. Pengeluaran cairan

Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat

pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka

ditargetkan persalian dapat berlangsung dalam 24 jam.

(Ari Sulistyawati, 2010 )

E. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1. Power (tenaga)

Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin

keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, ontraksi otot-otot perut,

kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang

baik dan sempurna.

a. His ( kontraksi uterus)

Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos

rahim bekerja dengan baik dan sempurna.Dalam melakukan

25
observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang harus diperhatikan

dari his adalah :

1) Frekuensi his : adalah jumlah his dalam waktu tertentu

biasanya permenit atau per 10 menit.

2) Intensitas his : adalah kekuatan his (adekuat atau lemah).

3) Durasi (lama his) : adalah lamanya setiap his berlangsung

dan ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.

4) Interval his : adalah jarak antara his satu dengan his

lainnya, misalnya his datang tiap 2-3 menit.

5) Datangnya his : apakah sering, teratur atau tidak.

b. Tenaga mengejan

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga

yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan

oleh kontraksi otot-otot dinding perut, yang mengakibatkan

peninggian tekanan intra abdominal.

2. Passage (jalan lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin Terdiri

dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.Syarat agar

janin dan placenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan

maka jalan lahir tersebut harus normal.Faktor Passage ( Jalan

lahir ) :

a. Bidang Hodge I : jarak antara promontorium dan pinggir atas

simfisis, sejajar dengan PAP.

b. Bidang Hodge II : sejajar dengan PAP, melewati pinggir

bawah simfisis.

26
c. Bidang Hodge III : sejajar dengan PAP melewati Spina

ischiadika.

d. Bidang Hodge IV : sejajar dengan PAP, melewati ujung

coccygeus

3. Faktor passanger (janin dan plasenta)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor

janin, yang meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah,

dan posisi janin.

a. Janin

Pembahasan mengenai janin sebagai passenger sebagian

besar adalah mengenai ukuran kepala janin, karena kepala

adalah bagian terbesar dari janin dan paling sulit untuk

dilahirkan.

b. Plasenta

1) Struktur Plasenta:

a)Berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter

15-20 cm dan tebal 2-2,5 cm.

b) Berat rata-rata 500 gram.

c)Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang

dinding uterus, agak ke atas kearah fundus.

2) Fungsi Plasenta:

a) Memberi makan kepada janin

27
b) Ekskresi hormone

c) Respirasi janin: tempat pertukaran O2 dan CO2 antara

janin dan ibu

d) Membentuk hormon estrogen

e) Menyalurkan berbagai antibody dari ibu

f) Sebagai barier (penghalang) terhadap janin dari

kemungkinan masuknya mikroorganisme/kuman.

3) Tali Pusat

Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting

untuk kelangsungan hidup janin meskipun tidak menutup

kemungkinan bahwa tali pusat juga dapat menyebabkan

penyulit persalinan, misalnya pada kasus lilitan tali pusat.

4) Fungsi tali pusat

a) Nutrisi dan oksigen dari plasenta ke tubuh janin.

b) Pengeluaran sisa metabolisme janin ke tubuh  ibu.

c) Zat antibodi dari ibu ke janin.

5) Air Ketuban

Air ketuban merupakan elemen penting dalam proses

persalinan. Air ketuban ini dapat dijadikan acuan dalam

menentukan diagnose kesejahteraan janin

6) Fungsi Amnion:

a) Melindungi janin dari trauma/benturan.

b) Memungkinkan janin bergerak bebas.

c) Menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat.

28
d) Menahan tekanan uterus.

e) Pembersih jalan lahir

F. Partograf Asuhan Persalinan Normal ( APN )

1. Pengertian Partograf

Beberapa pengertian dari partograf adalah sebagai berikut:

a. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala

satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik

( JNPK-KR, 2007 ).

b. Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan

( Sarwono, 2008 ).

2. Tujuan

Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini

kemungkinan terjadinya partus lama.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

29
membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang

diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status

atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

( JNPK-KR, 2008 )

3. Kriteria pasien yang dapat dipantau menggunakan partograf:

a. persalinan diperkirakan spontan

b. janin tunggal

c. usia kehamilan 36-42 minggu

d. presentasi kepala

e. tidak ada penyulit persalinan

f. persalinan sudah masuk dalam kala I fase aktif

4. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

a. Kemajuan persalian:

1) Pembukaan serviks

2) Penurunan kepala janin

3) Kontraksi uterus

b. Keadaan janin:

1) DJJ

2) Warna dan jumlah air ketuban

3) Molase tulang kepala janin

c. Keadaan ibu:

1) Nadi, tekanan darah dan suhu

2) Urine ( volume dan protein )

3) Obat-obatan dan cairan IV

5. Cara pengisian partograf:

30
Mencatat temuan pada partograf :

a. Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada

saat mulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan ( tertulis

sebagai: “jam” pada partograf ) dan perhatikan kemungkinan

ibu datang dalam fase laten persalinan catat waktu terjadinya

pecah ketuban.

b. Kesehatan dan kenyamanan janin

Kolom, lajur dan skala pada partograf adalah untuk

pencatatn DJJ, air ketuban dan penyusupan ( kepala janin ).

1) DJJ

Dengan menggunakan metode seperti yang di uraikan

pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat DJJ setiap 30

menit ( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin).

Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis

tebal 180. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di

bawah 120 atau diatas 180.

2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan

dalam, dan nilai warna air ketuban pecah. Catat temuan-

temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.

Gunakan lambang-lambang berikut ini :

U : ketuban utuh ( belum pecah )

31
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium

D : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah

K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“

kering ”)

3) Molase (penyusupan kepala janin)

Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian

keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup

atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya

Chepalo Pelvic Disporportion(CPD). Lakukan tindakan

pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu tangan tanda-

tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang

memadai. Gunakan lambing lambing berikut :

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura

dengan mudah dapat di palpasi.

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan.

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang

tindih, tapi masih dapat di pisahkan.

32
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang

tindih dan tidak dapat dipisahkan

G. Kala Persalinan

1. Persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan 0 – 10 cm (pembukaan lengkap) ( Ari

Sulistyawati, 2010 )

Menurut Rustam Mochtar, 2011, kala I (kala

pembukaan) dibagi atas dua fase yaitu :

1) Fase laten :pembukaan serviks yang berlangsung

lambat sampai 3 cm, lamanya 7 – 8 jam.

2) Fase aktif :berlangsung selama 6 jam dan dibagi

atas 3 subfase :

a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm

b) Periode dilaktasi maksimal : selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm

c) Periode deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu

2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap)

Perubahan fisiologis pada kala I antara lain :

a. Tekanan darah meningkat

33
Sistolik rata – rata naik 10 – 20 mmHg, diastolic 5 – 10

mmHg, antara kontraksi tekanan darah normal. Rasa sakit,

cemas, dapat meningkatkan tekanan darah.

b. Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat

secara berangsur disebabkan oleh kecemasan dan aktivitas otot

skeletal. Peningkatan ini ditandai adanya peningkatan suhu

tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan, dan cairan yang

hilang.

c. Suhu tubuh

Suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5 – 1 oc)

karena peningkatan metabolisme terutama selama dan segera

setelah persalinan.

d. Detak jantung

Detak jantung akan meningkat cepat selama kontraksi

berkaitan juga dengan peningkatan metabolisme. Sedangkan

antara kontraksidetak jantung mengalami peningkatan sedikit

dibanding sebelum persalinan.

e. Pernafasan

Terjadi peningkatan laju pernafasan berhubungan dengan

peningkatan metabolism. Hipeventilasi yang lama dapat

menyebabkan alkalosis.

34
f. Perubahan gastrointrointestinal motilitas lambung

Dan absoris makanan padat secara substansial berkuran

banyak selama persalinan, pengeluaran getah lambung berkurang,

menyebabka aktifitas pencernaan hamper berhenti dan

pengosongan lambung menjadi lambat, cairan tidak berpengaruh

dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa, mual dan

muntah sering terjadi sampai akhir kala 1 ( Rohima, 2011 ).

2. Kala II (Kala Pengeluaran)

Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap

sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah

kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini

biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan

melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan

sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan

diameter 5-6 cm ( Ari sulistyawati, 2010 )

a. Perubahan fisiologis kala II:

1) Uterus

Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh

ototnya berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his

bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi di dominasi oleh

otot fundus yang menarik otot bawah rahim keatas sehngga

akan menyebabkan pembukaan serviks dan dorongan janin

kebawah secara alami.

2) Serviks

35
Pada kala II, serviks sudah menipis dan dilatasi

maksimal. Saat dilakukan pemeriksaan dalam, portio sudah

tak teraba dengan pembukaan 10 cm.

3) Pergeseran organ dasar panggul.

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin

akan menyebabkan pasien ingin meneran, serta diikuti

dengan perineum yang menonjol dan menjadi lebar dengan

anus membuka.

4) Ekspulsi janin

Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala

janin sudah tidak masuk lagi diluar his. Dengan his serta

kekuatan meneran maksimal, kepala janin dilahirkan

dengan suboksipito dibawah sympisis, kemudian dahi,

muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat

sebentar, his mulai lagi untuk meneluarkan badan dan

anggota tubuh bayi.

5) Tekanan darah

Tekanan darah dapat meningkat lagi 15–25mmHg

selama kala II persalinan. Upaya meneran juga akan

mempengaruhi tekanan darah, dapat meningkat dan

kemudian menurun kemudian kembali lagi sedikit diatas

normal. Rata – rata peningkatan tekanan darah selama kala

II adalah 10 mmHg.

6) Metabolisme

36
Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II

persalinan. Upaya meneran pasien menambah aktivitas otot

– otot rangka hingga meningkatkan metabolisme.

7) Denyut nadi

Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien

meneran. Secara keseluruhan frekuensi nadi meningkat

selama kala II disertai takikardi yang nyata ketika

mencapai puncak menjelang kelahiran bayi.

8) Suhu

Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses

persalinan dan segera setelahnya, peningkatan suhu normal

adalah 0,5 – 10 C.

9) Pernafasan

Pernafasan sama seperti kala I yaitu sedikit

peningkatan frekuensi pernafasan.

10) Perubahan gastrointestinal

Penurunanmotilitas lambung dan absorbsi yang hebat

berlanjut sampai kala II. Biasanya mual dan muntah pada

saat transisis akan mereda selama kala II persalinan, tetapi

bisa terus ada pada beberapa pasien. Bila terjadi muntah,

normalnya hanya sesekali.

11) Mekanisme persalinan

Persalinan kala II dimulai setelah pembukaan lengkap

dan berakhir dengan lahirnya seluruh badan janin. Inti dari

37
mekanisme persalinan normal adalah pergerakan kepala

janin dalam rongga dasar panggul untuk menyesuaikan diri

dari luas panggul sehingga kepala dapat lahi secara

spontan. Diameter terbesar kepala janin berusaha

menyesuaikan dengan diameter terbesar dalam ukuran

panggul ibu. Mekanisme persalinan normal terbagi dalam

beberapa tahap gerakan kepala janin didasar panggul yang

diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi.

12) Penurunan kepala

Terjadi selama persalinan karena daya dorong dari

kontraksi uterus yang efektif, posisi serta kekuatan

meneran dari pasien.

13) Penguncian (engagement)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari

kepala janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.

14) Fleksi

Dalam proses masuknya kepala janin kedalam panggul,

fleksi menjadi hal yang sangat penting karena dengan

fleksi diameter kepala janin terkecil bergerak melalui

panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala

bertemu dengan dasar panggul, tahanannya akan

meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang sangat

diperlukan agar saat sampai didasar panggul kepala janin

sudah dalam keadaan fleksi maksimal.

38
15) Putar paksi dalam

Putaran internal dari kepala janin akan membuat

diameter anteroposterior dari kepala menyesuaikan diri

dengan diameter anteroposterior dari panggul pasien.

Kepala akan berputar dari arah diameter kanan, miring

kearah diameter PAP dari panggul tetapi bahu tetapi

miring kiri, dengan demikian hubungan normal antara as

panjang kepala janin dengan as panjang dari bahu akan

berubah dan leher akan berputar 45 derajat.

16) Lahirnya kepala dengan cara ekstensi

Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar

panggul, dimana gaya tersebut membentuk lengkungan

carus, yang mengarahkan kepala keatas menuju lorong

vulva. Bagian leher belakang dibawah oksiput akan

bergeser kebawah sympisis pubis dan bekerja sebagai titik

poros. Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan

tekanan tambahan dikepala yang menyebabkan ekstensi

lebih lanjut saatlubang vulva – vagina membuka lebar.

17) Restitusi

Perputaran kepala sebesar 45 derajat baik kekanan atau

ke kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti

perputaran menuju posisi oksiput anterior.

18) Putar paksi luar

Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan putaran

internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar

39
panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam arah

yang sama dengan kepala janin agar terletak dalam

diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior

akan terlihat pada lubang vulva – vagina, dimana ia akan

bergeser dibawah simpisis pubis.

19) Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi

Bahu anterior akan mengembungkan perineum dan

kemudian dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah

bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan

dilahirkan mengikuti sumbu carus.

3. Kala III ( pelepasan plasenta )

Kala IIIAdalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran

plasenta. Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan

lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta lepas dari

lapisan Nitabusch.

Tanda-tanda pelepasan plasenta Uterus menjadi berbentuk

bundar, Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim, Tali pusat bertambah panjang.Melahirkan

plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada

fundus uterus.

(Ari Sulistyawati,2010)

4. Kala IV (Observasi)

40
Dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV

dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling

sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi dilakukan yaitu:

a. Tingkat kesadaran pasien

b. Pemeriksaan tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu,

pernafasan

c. Kontraksi uterus

d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila

jumlahnya tidak melebihi 400 – 500 cc

(Ari Sulistyawati,2010 )

H. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan

1. Makan dan Minum per oral

Jika pasien dalam situasi yang memungkinkan untuk makan,

biasanya pasien akan makan sesuai dengan keinginannya, namun

ketika masuk dalam persalinan masa aktif biasanya ibu hanya

menginginkan cairan.

2. Akses Intrvena

Akses Intravena adalah tindakan pemasangan infus pada

pasien, kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur

obat, cairan, atau darah untuk mempertahankan keselamatan jika

sewaktu – waktu terjadi keadaan darurat dan untuk mempertahan

suplemen cairan pada pasien.

3. Posisi dan Ambulasi

Posisi yang nyaman saat persalinan sangat diperlukan bagi

pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi

41
tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin

sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama tidak ada

kontraindikasi dari keadaan pasien).

4. Eliminasi

a. Buang Air Kecil

Selama proses persalinan pasien mengalami poliuri

sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi

dapat terpenuhi.

b. Buang Air Besar

Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan

dorongan untuk BAB. Namun rasa khawatir kadang lebih

mendominasi dari pada perasaan tidak nyaman, hal ini terjadi

karena pasien tidak tau mengenai caranya serta khawatir akan

respon orang lain terhadap kebutuhan ini. Dalam kondisi ini

penting untuk keluarga dan bidan untuk menunjukkan respon

yang positif dalam hal kesiapan untuk memberikan bantuan

dan meyakinkan pasien bahwa dia tidak perlu merasa risih atau

sungka untuk melakukannya.

c. Kebersihan tubuh

Sebagiamana pasien yang akan menjalani proses persalinan

tidak begitu menganggap kebersihan tubuh sebagai suatu

kebutuhan, karena ibu lebih terfokus terhadap rasa sakit akibat

his terutama pada primipara. Namun bagi pasien yang lain akan

merasa tidak nyaman jika kondisi tubuhnya kotor dan bau

akibat keringat berlebih selama persalinan.

42
d. Istirahat

Istrahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat

rileks. Di awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk

istirahat yang cukup sebagai persiapan untuk menghadapi

proses persalinan yang panjang, terutama pada primipara. Jika

pasien benar – benar tidak dapat tidur terlelap karena karena

sudah mulai merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring

di tempat tidur dalam posisi miring ke kiri untuk beberapa

waktu.

e. Kehadiran pendamping

Kehadiran seorang yang sangat penting dan dapat

dipercaya sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan menjalani

proses bersalin. .

5. Water birthing

Water birthing adalah cara persalinan di dalam air hangat.

pasien yang hendak melahirkan berada di dalam sebuah kolam

bersain khusus berisi air hangat yang kira – kira berdiameter 2

meter. Di dalam kolam itulah terjadi proses persalinan yang

dibantu oleh paramedis yang berada disekitar pasien.

(Ari Sulistyawati, 2009)

I. Posisi yang Dianjurkan Dalam Meneran

Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara

lain :

1. Setengah duduk atau duduk

43
Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman

karena membantu ibu untuk beristirahat diantara kontarksi,

alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih

pendek, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal,

dan gaya grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.

Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal

di punggung dan kelelahan, apalagi kalau proses

persalinannya lama.

2. Lateral ( miring )

Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar,

pengiriman oksigen dalam darah ibu ke janin melalui

plasenta tidak terganggu, karena tidak terlalu menekan,

proses pembukaan berlangsung perlahan-lahan sehingga

persalinan relatif lebih nyaman, dan dapat mencegah

terjadinya laserasi.

Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan

sedikit kesulitan membantu proses persalinan, kepala bayi

lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila harus melakukan

episiotomi pun posisinya lebih sulit.

3. Berdiri atau jongkok.

Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh

gravitasi tubuh, ibu tak harus bersusah-payah mengejan, bayi

akan keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya ( membantu

mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan dalam

pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa

44
nyeri. Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat

menyebabkan terjadinya peregangan bagian bawah simfisis

pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28%

terjadinya perluasan pintu panggul.

Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini

sangat berpeluang membuat kepala bayi cedera, sebab bayi

bisa “meluncur” dengan cepat. Supaya hal ini tidak terjadi,

biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril

untuk menahan kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun

sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui

episiotomi atau memantau perkembangan pembukaan.

4. Merangkak

Keuntungan : ibu merasa lebih nyaman dan efektif untuk

meneran, mempermudah janin dalam melakukan rotasi,

membantu ibu mengurangi nyeri punggung, dan peregangan

pada perinium berkurang.

5. Menungging

Keuntungan : Mendorong kepala bayi keluar dari

panggul selama kontraksi , kadang – kadang dianjurkan pada

persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan untuk

mengurangi nyeri pinggang , serta mengurangi tekenan pada

leher rahim yang bengkak.

6. Berjalan-jalan

Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum

pecah dan bila ibunya masih mampu untuk melakukannya.

45
Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat menjadi lelah.

Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah sendi

panggul , dapat mempercepat turunnya kepala janin

J. Penatalaksanaan Kala III Persalinan

Menurut Sarwono, 2010 langkah pertama dalam mengelola

kala III adalah mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu.

Satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa

melakukan masase, bentuk dan posisi uterus serta menentukan

apakah uterus berkontraksi. Pelepasan plasenta normal dari

dinding uterus dicapai dengan efek kontraksi uterus. Jika uterus

dimasase sebelum pelepasan plasenta dari dinding uterus, masase

dapat menyebabkan pelepasan sebagian plasenta, yang berakibat

perdarahan. Penatalaksanaan aktif kala III ( pengeluaran aktif

plasenta ) meliputi :

1. Pemberian oksitosin dengan segera

2. Pengendalian tarikan pada tali pusat

3. Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir

Penanganan :

a. Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus

berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta:

1) Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah

kelahiran bayi

b. Lakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT

dengan cara:

46
1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas

simfisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong

korpus uteri dengan gerakan dorso kranial ke arah

belakang dan ke arah kepala ibu.

2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem

5-6 cm didepan vulva.

3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya

kontraksi kuat (2-3 menit).

4) Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali

pusat yang terus menerus, dalam tegangan yang sama

dengan tangan ke uterus

5) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi.

Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat

juga memberi tahu petugas ketika ia merasakan

kontraksi. Ketika uterus tidak sedang berkontraksi,

tangan petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi

bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT

pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.

6) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan

menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat

mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan

gerakan kebawah dan keatas sesuai dengan jalan lahir.

Kedua tangan dapat memegang plasentadan perlahan

memutar plasenta searah jarum jam untuk

mengeluarkan selaput ketuban.

47
7) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan,

masase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini

dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah

perdarahan pasca bersalin. Jika uterus tidak

berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika

perdarahan hebat terjadi, segera lakukan kompresi

bimanual interna. Jika atonia uteri tidak terasa dalam

waktu 1-2 menit, ikuti prosedur untuk perdarahan

pascabersalin.

8) Jika menggunakan menejemen aktif dan plasenta

bulum juga lahir dalam waktu 15 menit, berikan

oksitosin 10 unit I.M dosis kedua, dalam jarak waktu

15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.

9) Jika menggunakan menejemen aktif dan plasenta

belum juga lahir dalam waktu 30 menit :

a) Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi

jika kandung kemih penuh

b) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta

c) Berikan oksitosin 10 unit I.M dosis ketiga dalam

jarak 15 menit daripemberian oksitosin dosis

pertama

d) Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda

pelepasan plasenta

10) Memeriksa perdarahan dari perineum, perhatikan dan

temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau

48
robekan perineum dan vagina. Laserasi

diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan :

a) Derajat satu

Mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perenium. Tidak perlu dijahit jika tidak ada

perdarahan dan posisi luka baik.

b) Derajat Dua

Mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perenium, otot perenium. Harus dijahit karena

dapat menimbulkan perdarahan.

c) Derajat Tiga

Mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perenium, otot perenium, otot sfingter ani.

d) Derajat Empat

Mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perenium, otot perenium, otot sfingter ani, dinding

depan rektum.

K. Penatalaksanaan Kala IV

Penting untuk berada disamping ibu dan bayinya selama dua

jam pertama pascapersalinan. Selama dua jam pertama pasca

persalinan:

1. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-

30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase

uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot

uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan

49
perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan

mencegah perdarahan pascabersalin.

2. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan

setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama

jam kedua.

3. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.

Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.

4. Bersihkan perinium ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih

dan kering.

5. Biarkan ibu beristirahat, bantu ibu pada posisi yang nyaman.

6. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan

ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya.

7. Memulai memberikan ASI, menyusui juga membantu uterus

berkontraksi.

8. Jika ibu perlu kekamar mandi, ibu boleh bangun pastikan ibu

dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah

persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam

pascapersalinan.

9. Ajari ibu atau anggota keluarga tentang:

a. Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi

b. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

(JNPK-KR Asuhan persalinan normal, 2008).

2.3 Nifas

1. Tinjauan Teori

a) Nifas

50
Masa Nifas (puerpurium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil,berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2019).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan


berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil.Masa nifas kira-kira berlangsung selama 6 minggu
(Prawirohardjo, 2019).

b) Tahapan Masa Nifas

Adapun tahapan masa nifas (postpartum puerperium) menurut


Prawirohardjo (2019) adalah:

1) Puerperium Dini : Masa kepulihan, yakni saat ibu diperbolehkan


berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium Intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-


organ genetal kira-kira 6-8 minggu.

3) Remot Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat


sempurna terutama apabila ibu selama hamil (persalinan
mempunyai komplikasi) .

c) Perubahan-Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1) Perubahan uterus

Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca


persalinan, setinggi umbilicus, setelah 4 minggu masuk
panggul, setelah 2 minggu kembali pada ukuran sebelum
hamil) (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2019).

Tabel 2.1 Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi

(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2019)

51
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram


1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

2) Lochea

Adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui


vagina selama puerperium (Varney, 2007). Ada beberapa jenis
lochea, yakni (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati,
2009):

a. Lochea Rubra ( Cruenta)

Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput


ketuban, selsel darah desidua (Desidua yakni selaput tenar
rahim dalam keadaan hamil), venix caseosa (yakni palit
bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda
dan sel-sel epitel yang mnyelimuti kulit janin), lanugo
(yakni bulu halus pada anak yang baru lahir), dan
mekonium (yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri
atas getah kelenjar usus dan air ketuban berwarna hijau).

b. Lochea Sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini


terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

c. Lochea Serosa

52
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

d. Lochea Alba

Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2


minggu.

e. Lochea Purulenta

Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti


nanah berbau

f. Locheohosis

Lochea yang tidak lancar keluarnya.

3) Perubahan vagina dan perinium

a. Vagina

Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul


vugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.

b. Perlukaan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan


perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan
setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi akibat
ekstrasi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar, robekan terdapat pada dinding lateral dan baru
terlihat pada pemeriksaa speculum.

c. Perubahan pada perineum

Terjadi robekan perineum hampir pada semua


persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis

53
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran
yang lebih besar dan pada sirkumfarensia suboksipito
bregmatika.

Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi


(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk
mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan
perawatan dengan baik (Suherni, Hesty Widyasih, Anita
Rahmawati, 2019).

4) Perubahan pada sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan


anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemorroid,
laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur
dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil
dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian
huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain
(Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari, 2019).

5) Perubahan sistem perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8


minggu, tergantung pada 1) keadaan/status sebelum persalinan
2) Lamanya partus kalla II yang dilalui 3) Bersarnya tekanan
kepala yang menekan pada saat persalinan (Suherni, Hesty
Widyasih, Anita Rahmawati, 2009).

54
6) Perubahan tanda-tanda vital

a. Suhu badan

Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh


mungkin naik sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan
disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila
kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua sampai hari-hari
berikutnya, harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas.

b. Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali


per menit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu
dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada
minggu pertama postpartum

c. Tekanan darah

Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah


tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari
postpartum.

d. Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal,


karena ibu dalam kedaan pemulihan/dalam kondisi istirahat.
Bila ada respirasi cepat postpartum (>30x per menit)
mungkin karena ikutan tandatanda syok (Suherni, Hesty
Widyasih, Anita Rahmawati, 2009).

d) Perubahan-Perubahan Psikis Ibu Nifas

55
Perubahn peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut (Suherni,
Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2019).

1) Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung


dari hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini,
ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan
berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari
awal sampai akhir.

2) Fase taking hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah


melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan
ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan
gampang marah.

3) Fase letting go

Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran


barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

e) Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas diantaranya sebagai berikut:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.


2. Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu.

56
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2019).

f) Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Kebutuhan dasar masa nifas antara lain sebagai berikut:

1) Gizi

Ibu nifas dianjurkan untuk:

a. Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein,


lemak, vitamin dan mineral.
b. Mengkomsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada
6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori/hari dan tahun
kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah tambahan
dari kalori per harinya.
c. Mengkomsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A
dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI,
meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak. (Suherni, Hesty Widyasih, Anita
Rahmawati, 2019).

Tabel 2.2 Tabel Penambahan Makanan pada Wanita Dewasa,

Hamil, dan Menyusui

(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009)

Zat Makanan Wanita dewasa Wanita hamil 20 Wanita menyusui


tidak hamil (BB 47 minggu terakhir
kg)

57
Kalori 2000 kalori 3000 kalori 800 kalori

Protein 47 gram 20 gram 40 gram

Kalsium 0,6 gram 0,6 gram 0,6 gram

Ferrum 12 mg 5 mg 5 mg

Vitamin A 400 iu 100 iu 200 iu


Thamin 0,7 mg 0,2 mg 0,5 mg
Riboflavin 1,1 mg 0,2 mg 0,5 mg
Niacin 12,2 mg 2 mg 5 mg
30 g
Vitamin C 60 mg 30 mg

2) Ambulasi

Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada


kontraindikasi. Ambulasi ini akan meningkatkan sirkulasi dan
mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltik
dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan
konstipasi. Ambulasi ini dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan
ibu. Terkadang ibu nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa
letih dan sakit. Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi, ibu akan
terancam mengalami trombosis vena. Untuk mencegah terjadinya
trombosis vena, perlu dilakukan ambulasi dini oleh ibu nifas. Pada
persalinan normal dan keadaan ibu normal, biasanya ibu
diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan bantuan orang lain,
yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu ini, ibu
harus diminta untuk melakukan latihan menarik napas dalam serta
latihan tungkai yang sederhana Dan harus duduk serta mengayunkan
tungkainya di tepi tempat tidur. Sebaiknya, ibu nifas turun dan tempat
tidur sediri mungkin setelah persalinan. Ambulasi dini dapat

58
mengurangi kejadian komplikasi kandung kemih, konstipasi,
trombosis vena puerperalis, dan emboli perinorthi. Di samping itu, ibu
merasa lebih sehat dan kuat serta dapat segera merawat bayinya. Ibu
harus didorong untuk berjalan dan tidak hanya duduk di tempat tidur.
Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena pada saat ini
biasanya ibu merasa pusing ketika pertama kali bangun setelah
melahirkan. (Bahiyatun, 2009).

3) Personal Higiene Ibu

Sering membersihkan area perineum akan meningkatkan


kenyamanan dan mencegah infeksi. Tindakan ini paling sering
menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat ditambah larutan
antiseptik) ke atas vulva perineum setelah berkemih atau defekasi,
hindari penyemprotan langsung. Ajarkan ibu untuk membersihkan
sendiri.

4) Istirahat dan tidur

Anjurkan ibu untuk :

a. Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan.


b. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
c. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.

Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan


waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat:

a. Mengurangi jumlah ASI.

59
b. Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan
perdarahan.

c. Depresi.

5) Senam Nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami


perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya
liang senggama, dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan
kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima,
senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu
tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulasi
secara dini dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk semula.
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari
sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat
pemulihan ibu.

6) Seksualitas masa nifas

Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian ibu dan keluarga.


Diskusikan hal ini sejak mulai hamil dan diulang pada postpartum
berdasarkan budaya dan kepercayaan ibu dan keluarga. Seksualitas
ibu dipengaruhi oleh derajat ruptur perineum dan penurunan hormon
steroid setelah persalinan. Keinginan seksual ibu menurun karena
kadar hormon rendah, adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat
dan tidur). Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi pada kurang lebih
6 minggu) diperlukan karena kembalinya masa subur yang tidak dapat
diprediksi. Menstruasi ibu terjadi pada kurang lebih 9 minggu pada
ibu tidak menyusui dan kurang Iebih 30 - 36 minggu atau 4 - 18 bulan
pada ibu yang menyusui.

2. LAKTASI

60
1. Pengertian laktasi

Laktasi (menyusui) adalah suatu cara yang tidak ada


duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan
dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh
yang biologis dan kejiwaan terhadap ibu dan bayinya. Zat-zat anti
infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi
terhadap penyakit (Anggraini Y., 2010).
2. Fisiologi Laktasi

Menurut (Anggraini Y., 2010) pemberian ASI terdapat 2


refleks yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air
susu,yaitu:
a. Refleks prolaktin

Setelah seoarang ibu melahirkan dan terlepasnya


plasenta fungsi korpus luteum berkurang maka estrogen dan
progestinnya berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada
putting susu dan areola akan merangsang ujung-ujung saraf
sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus akan
menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi
prolaktin namun sebaliknya. Hormon prolaktin yang akan
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat
susu.
b. Refleks let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan


yang berasal dari hisapan bayi yang dilanjutakan ke hipofise
anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadinya proses
involusi.
Isapan bayi juga merangsang produksi hormon lain

61
yang dinamakan oksitosin, yang membuat sel-sel otot di sekitar
alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting
payudara. Jadi, semakin bayi menghisap, maka semakin
banyak air susu yang dihasilkan (Dwi Sunar, 2005).
3. Manfaat ASI

Menurut (Anggraini Y., 2010) manfaat ASI sebagai berikut:


a. ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi
yang lengkap untuk bayi.

b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi yang


mengandung zat

antibody sehingga akan jarang sakit.

c. ASI meningkatkan kekebalan tubuh.

d. Menunjang perkembangan kepribadian, dan kecerdasan


emosional.

e. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

f. Dengan menyusui maka akan terjadi rasa sayang antara ibu dan
bayi.

g. Melindungi anak dari serangan elergi.

B. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI

Berikut ini beberapa masalah pada saat menyusui:


a. Puting
susu
lecet
Penyeba

62
bnya:

1) Kesalahan dalam tehnik menyusui.

2) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, dll untuk mencuci


putting susu.

3) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui


kurang hati- hati.

b. Payudara
bengkak
Penyebab
nya:

Pembekakan ini terjadi karena ASI tidak disusukan secara adekuat,


sehingga sisa ASI terkumpul pada duktus yang mengakibatkan
terjadinya pembengkakan. Pembekakan ini terjadi pada hari ketiga
dan keempat.
c. Saluran susu tersumbat ( obstuvtive duct)

Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus lakteferus,


dengan penyebabnya adalah:
1) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui.

2) Pemakaian BH yang terlalu ketat.

3) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul


tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan.

C. PERAWATAN PAYUDARA

Merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang


dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu orang lain yang
dilaksanakn mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan.
Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan

63
mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan dan
kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar
tidak mudah terkena infeksi. Adapun langkah-langkah dalam
perawatan payudara (Anggraini Y., 2010):
1. Pengurutan Payudara

a. Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil.

b. Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah putting


susu selama 2 menit (10 kali) untuk masing-masing payudara.

c. Handuk bersih 1-2 buah.

d. Air hangat dan air dingin dalam baskom.

e. Waslap atau sapu tangan dari handuk.

2. Langkah-langkah pengurutan payudara:

a. Pengurutan yang pertama

Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua


telapak tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan,
dimulai dari arah atas lalu arah sisi samping kiri kemudian
kearah kanan, lakukan terus pengurutan kebawah atau
melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari payudara, ulangi
gerakan 20-30 kali untuk setiap satu payudara.
b. Pengurutan yang kedua

Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua


atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara
dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu.
Lakukan gerakan 20-30 kali.
c. Pengurutan yang ketiga

64
Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan
lain mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke
putting susu. Langkah gerakan 20-30 kali.
d. Pengompresan

Alat-alat yang disiapkan:


1) 2 buah baskom sedang yang masing-masing diisi dengan
air hangat dan air dingin.

2) 2 buah waslap.

Caranya:
Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2
menit, kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit.
Kompres bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan
kompres air hangat. Menganjurkan ibu untuk memakai BH
khusus untuk menyusui.
3. Perawatan puting susu

Puting susu memegang peranan penting pada saat


menyusui. Air susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada
putting susu oleh karena itu putting susu perlu dirawat agar dapat
bekerja dengan baik, tidak semua wanita mempunyai putting susu
yang menonjol (normal). Ada wanita yang mempunyai putting
susu dengan bentuk yang mendatar atau masuk kedalam, bentuk
putting susu tersebut tetap dapat mengeluarkan ASI jika dirawat
dengan benar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
merawat putting susu:
1. Setiap pagi dan sore sebelum mandi putting susu (daerah
areola mamae), satu payudara diolesi dengan minyak kelapa
sekurang kurangnya 3-5 menit.

2. Jika putting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan

65
minyak pada ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya pada
putting susu dengan gerakan memutar dan ditarik-tarik selama
30 kali putaran untuk kedua putting susu.

3. Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahapan


berikut:

a. Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting


susu, kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjahui
putting susu secara perlahan.

b. Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah putting susu


lalu tekan serta hentakkan kearah putting susu secara
perlahan.

c. Kemudian untuk masing-masing putting digosok dengan


handuk kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada
putting susu dapat terlepas.

4. Payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI.

Lakukan langkah-langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi


dan sore hari, sebaiknya tidak menggunakan alkohol atau
sabun untuk membersihkan putting susu karena akan
menyebabkan kulit kering dan lecet. Pengguna pompa ASI atau
bekas jarum suntik yang dipotong ujungnya juga dapat
digunakan untuk mengatasi masalah pada putting susu yang
terbenam.
D. SENAM NIFAS

1. Pengertian nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam


sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan
(Marmi, 2012). Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa setelah

66
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu (Saleha, 2009).
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masa nifas
(puerperium) masa yang berlangsung sekitar 6 minggu yang
dimulai beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
a. Tahapan masa nifas

Menurut Anggraini (2010), tahapan masa nifas di bagi atas:


a) Puerperium dini

Puerperium dini yaitu kepulihan dimana


ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan - jalan.
b) Puerperium intermedial

Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh


alat-alat genetalia yang lamanya 6–8 minggu.
c) Remote puerperium

Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan


untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.
2. Pengertian senam nifas

Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat


mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami
peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali
kepada kondisi normal seperti semula (Sukaryati dan Maryunani,
2011).

67
Menurut Widianti dan Proverawati (2010), senam nifas
adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah
melahirkan, dimana fungsinya adalah untuk mengembalikan
kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan
pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian
punggung, dasar panggul dan perut.
3. Tujuan senam nifas

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), tujuan


dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah:
a. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu

b. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi alat


kandungan

c. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot


panggul, perut dan perineum terutama otot yang berkaitan
selama kehamilan dan persalinan

d. Memperlancar pengeluaran lochea

e. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah


melahirkan

f. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan


persalinan

g. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas,


misalnya emboli, trombosia, dan lain-lain

4. Manfaat senam nifas

Manfaat senam nifas secara umum menurut Sukaryati dan


Maryunani (2011), adalah sebagai berikut:
a. Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang

68
mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-
bagian tersebut ke bentuk normal

b. Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar


diakibatkan kehamilan dan persalinan, serta mencegah
pelemahan dan peregangan lebih lanjut

c. Menghasilkan manfaat psikologis yaitu menambah


kemampuan menghadapi stres dan bersantai sehingga
mengurangi depresi pasca persalinan

5. Kontra indikasi senam nifas

Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak


diperbolehkan untuk melakukan senam nifas dan ibu yang keadaan
umumnya tidak baik misalnya hipertensi, pascakejang dan demam
(Wulandari dan Handayani, 2011). Demikian juga ibu yang
menderita anemia dan ibu yang mempunyai riwayat penyakit
jantung dan paru-paru seharusnya tidak melakukan senam nifas
(Widianti dan Proverawati, 2010).
6. Waktu dilakukan senam nifas

Senam ini dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan


tidak ada komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya
hipertensi, pascakejang, demam). Senam nifas sebaiknya
dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, kemudian
dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan melakukan senam
nifas sesegera mungkin, hasil yang didapat diharapkan dapat
optimal dengan melakukan secara bertahap.
Senam nifas sebaiknya dilakukan di antara waktu makan.
Melakukan senam nifas setelah makan membuat ibu merasa tidak
nyaman karena perut masih penuh. Sebaliknya jika dilakukan di
saat lapar, ibu tidak akan mempunyai tenaga dan lemas. Senam
nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari. Gerakan senam nifas ini

69
dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit
(Marmi, 2012).
7. Kerugian bila tidak melakukan senam nifas

Kerugian bila tidak melakukan senam nifas menurut


Sukaryati dan Maryunani (2011), antara lain :

a. Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa


darah tidak dapat dikeluarkan

b. Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga


resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan

c. Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah)

d. Timbul varises

8. Pelaksanaan Senam Nifas

Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya bidan


mengajarkan kepada ibu untuk melakukan pemanasan terlebih
dahulu. Pemanasan dapat dilakukan dengan melakukan latihan
pernapasan dengan cara menggerak-gerakkan kaki dan tangan
secara santai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kejang otot
selama melakukan gerakan senam nifas. Senam nifas sebaiknya
dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, kemudian
dilakukan secara teratur setiap hari (Widianti dan Proverawati,
2010).
Ada berbagai versi gerakan senam nifas, meskipun demikian
tujuan dan manfaatnya sama, berikut ini merupakan metode senam
yang dapat dilakukan mulai hari pertama sampai dengan hari
keenam setelah melahirkan menurut Sukaryati dan Maryunani
(2011) yaitu:
a. Hari pertama

70
Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas
perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui
hidung tahan hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian
keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen untuk
membantu mengosongkan paru-paru. Lakukan dalam waktu 5-
10 kali hitungan.
b. Hari kedua

Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala,


telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan
renggangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan
rilekskan kaki kiri dan renggangkan kaki kanan sehingga ada
regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan 5-
10 kali gerakan.
c. Hari ketiga

Sikap tubuh terlentang tapi kedua kaki agak dibengkokan


sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu angkat
pantat ibu dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu
turunkan pantat ke posisi semula dan ulangi gerakan hingga 5-
10 kali.
d. Hari keempat

Sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk ±45º


kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu
angkat tubuh ibu ±45º dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-
5. Lakukan gerakan tersebut 5-10 kali.
e. Hari kelima

Sikap tubuh masih terlentang kemudian salah satu kaki


ditekuk ±45º kemudian angkat tubuh dan tangan yang
berseberangan dengan kaki yang ditekuk usahakan tangan
menyentuh lutut. Gerakan ini dilakukan secara bergantian

71
dengan kaki dan tangan yang lain lakukan hingga 5-10 kali.
f. Hari keenam

Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki sehingga paha


membentuk sudut ±90º lakukan secara bergantian dengan kaki
yang lain. Lakukan 5-10 kali.
9. Persiapan senam nifas

Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang perlu


dipersiapkan yaitu sebagai berikut:
a. Memakai baju yang nyaman untuk berolahraga

b. Persiapkan minum, sebaiknya air putih

c. Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur

d. Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya


mengecek denyut nadinya dengan memegang pergelangan
tangan dan merasakan adanya denyut nadi kemudian hitung
selama satu menit penuh. Frekuensi nadi yang normal adalah
60-90 kali per menit

e. Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan

f. Petunjuk untuk bidan atau tenaga kesehatan yang


mendampingi ibu untuk melakukan senam nifas: perhatikan
keadaan umum ibu dan keluhan-keluhan yang dirasakan,
pastikan tidak ada kontra indikasi dan periksa tanda vital
secara lengkap untuk memastikan pulihnya kondisi ibu yaitu
tekanan darah, suhu pernafasan, dan nadi. Perhatikan pula
kondisi ibu selama senam. Tidak perlu memaksakan ibu jika
tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk minum air putih
jika diperlukan.

10. Penurunan Tinggi Fundus Uteri (TFU)

72
Penurunan tinggi fundus uteri merupakan salah satu tanda
dari involusi uterus. Involusi uterus adalah kembalinya uterus
kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi.
Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang
menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Selama proses
involusi, uterus menipis dan mengeluarkan lochea yang diganti
dengan endometrium baru. Involusi uterus melibatkan
pengguguran desidua serta penglupasan situs plasenta,
sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan
berat serta oleh warna dan banyaknya lochea (Bahiyatun, 2009).
Pada hari pertama TFU diatas simpisis pubis atau sekitar
12-14 cm. Hal ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm
setiap harinya, sehingga pada hari ketujuh TFU sekitar 5 cm dan
pada hari kesepuluh TFU tidak teraba di simpisis pubis. Ukuran
uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil
(Wulandari dan Handayani, 2011).

Tabel 2.3 Perubahan-perubahan normal pada uterus

Involusi Tinggi Fundus uteri Berat Diameter Palpasi


Uterus Uterus Uterus
Pada akhir Setinggi Pusat 900-1000 12,5 cm Lembut/
persalinan Gram lunak
Akhir minggu Pertengahan 450-500 7,5cm 2cm
ke-1 pusat dengan Gram
simpisis
Akhir minggu Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1cm
ke-2 pada simpisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram 2,5cm Menyem
pit
Sumber : Anggraini, 2010
Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), proses involusi uterus
adalah sebagai berikut :
11. Iskemia miometrium

73
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus
dari uterus setelah mengeluarkan plasenta membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
12. Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang


terjadi di dalam uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga panjangnya
sampai 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari semula selama
kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan karena penurunan
hormone estrogen dan progesteron.
13. Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot


uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan dengan
menggunakan meteran kertas atau pelvimeter. Hal yang harus
diperhatikan pada saat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri
adalah apakah kandung kemih dalam keadaan kosong atau tidak
dan bagaimana keadaan uterus, apakah uterus dalam keadaan
kontraksi atau rileks. Pemeriksaan uterus meliputi:
a. Penentuan lokasi uterus

Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada di atas


atau di bawah umbilikus dan apakah fundus berada di garis
tengah abdomen atau bergeser ke salah satu sisi.
b. Penentuan ukuran uterus

Dilakukan melalui palpasi dan mengukur tinggi fundus


uteri pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari
umbilikus atas atau bawah.

74
c. Penentuan konsistensi uterus

Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba


sekeras batu dan uterus lunak dapat dilakukan, terasa
mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan massase
pada uterus.
Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam
involusi tersebut disebut subinvolusi. Subinvolusi sering
disebabkan infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta dalam
uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan
normal atau terlambat, bila subinvolusi uterus tidak tertangani
dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut
atau post partum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi atau
proses involusi yang abnormal diantaranya tidak secara
progesif dalam pengambilan ukuran uterus. Uterus teraba
lunak dan kontraksi buruk, sakit pada punggung atau nyeri
pada pelvik yang konsisten, perdarahan pervaginam abnormal
seperti perdarahan segar, lochea rubra banyak, peristen, dan
berbau busuk.
Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat,
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) dan Kautsar (2011),
faktor-faktor yang mempengaruhi proses involusi uterus
antara lain:
a. Mobilisasi dini

Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan agar secepat


mungkin bidan membimbing ibu nifas bangun dari tempat
tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk
berjalan.
b. Status gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi sesorang

75
yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi
yang baik pada ibu nifas dengan status gizi baik akan
mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak
terjadi infeksi dan mempercepat proses involusi uterus.
c. Senam nifas

Apabila otot rahim di rangsang dengan latihan dan


gerakan senam maka kontaraksi uterus semakin baik
sehingga mempengaruhi proses pengecilan uterus.
d. Menyusui

Pada proses menyusui ada refleks let down dari


hisapan bayi merangsang hipofisis posterior
mengeluarkan hormon oksitosin yang oleh darah hormon
ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus
berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.
e. Usia

Ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh


proses penuaan dimana mengalami perubahan
metabolisme yaitu terjadi peningkatan jumlah lemak,
penurunan otot, penurunan penyerapan lemak, protein,
dan karbohidrat dan hal ini akan menghambat involusi
uterus.
f. Paritas (jumlah anak)

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Ibu


yang paritasnya tinggi proses involusinya menjadi lebih
lambat, karena makin sering hamil uterus akan sering
mengalami regangan.
E. Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri

Pada saat hamil beberapa otot mengalami penguluran,

76
terutama otot rahim dan perut. Setelah melahirkan, rahim tidak secara
cepat kembali ke seperti semula, tetapi melewati proses untuk
mengembalikan ke kondisi semula diperlukan suatu senam, yang
dikenal dengan senam nifas (Huliana dalam Sukaryati dan Maryunani,
2011).
Senam nifas merupakan serangkaian gerakan tubuh yang
dilakukan oleh ibu setelah melahirkan yang bertujuan untuk
memulihkan dan mempertahankan kekuatan otot yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan. Latihan pada otot dasar panggul
akan merangsang serat-serat saraf pada otot uterus yaitu serat saraf
simpatis dan parasimpatis yang menuju ganglion cervicale dari
frankenhauser yang terletak di pangkal ligamentum sacro uterinum.
Rangsangan yang terjadi pada ganglion ini akan menambah kekuatan
kontraksi uterus. Dengan adanya kontraksi dan retraksi dari uterus
yang kuat dan terus menerus dari latihan otot-otot tersebut maka akan
menambah kekuatan uterus dalam proses involusi sehingga penurunan
tinggi fundus uteri berlangsung lebih cepat dari pada yang tidak
senam. Selain itu latihan otot perut akan menyebabkan ligamen dan
fasia yang menyokong uterus akan mengencang. Ligamentum
rotundum yang kendor akan kembali sehingga letak uterus yang
sebelumnya retrofleksi akan kembali pada posisi normal yaitu menjadi
antefleksi (Polden, 2007). Hal ini didukung oleh penelitian Kuswati
(2014) yaitu dengan adanya kontraksi uterus yang kuat dan terus
menerus, akan lebih membantu kerja uterus dalam mengompresi
pembuluh darah dan proses hemostatis. Proses ini akan membantu
menurunkan tinggi fundus uteri. Hal ini karena salah satu manfaat
senam nifas adalah mempercepat involusi uterus yang dapat diukur
dari penurunan tinggi fundus uteri (Sukaryati dan Maryunani, 2011).

2.4 Bayi Baru Lahir ( BBL )

A. Pengertian BBL

77
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra ke kehidupan ekstra uterin. Bayi

baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala

melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu

sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai

apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Yeyeh rukiyah & lia yulianti, 2010).

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke

kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram

(vivian nanny lia dewi, 2010).

B. Tanda – Tanda Bayi Lahir Normal

1. Lahir aterm antara 37-42 minggu

2. Berat badan 2500-4000 gram

3. Panjang badan 48-52 cm

4. Lingkar dada 30-38 cm

5. Lingkar kepala 33-35 cm

6. Lingkar lengan 11-12 cm

7. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit

8. Pernafasan ± 40-60 x/menit

9. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan yang

cukup.

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna

78
11. Kuku agak panjang dan lemas

12. Nilai APGAR > 7

13. Gerak aktif

14. Bayi lahir langsung menangis kuat

15. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

16. Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

17. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik

18. Reflek grasping (menggenggam)sudah baik

19. Genetalia :

a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada

pada skrotum dan penis yang berlubang

b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra

yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora

20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24

jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

(vivian nanny lia dewi, 2010)

C. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus

Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim disebut “periode

transisi”. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah

kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan

cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem

termogulasi dan kemampuan dalam mengambil serta menggunakan

glukosa.

79
1. Perubahan sistem pernafasan

Dua factor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :

a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan

luar rahim yang merangsang pusat perrnafasan di otak.

b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi

paru– paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara

dalam paru–paru secara mekanis. Upaya pernafasan pertama

seorang bayi berfungsi untuk : mengeluarkan cairan dalam paru–

paru dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru–paru

untuk pertama kali.

2. Perubahan dalam sistem peredaran darah

Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2

dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik

guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan

besar. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung. Penutupan

duktus arteriosus antara arteri paru–paru dan aorta. Perubahan

sirkulasi ini terjadi perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh

tubuh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah

tekanan dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya

hingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah tekanan

dalam sistem pembuluh darah :

a. Pada saat tali pusat dipotong. Tekanan atrium kanan menurun

karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini

menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan.

80
Kedua hal ini membantu darah dengan kandungan O2 sedikit

mengalir ke paru–paru untuk oksigenasi ulang.

b. Pernafasan pertama menurun resistensi pembuluh darah paru –

paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. O2 pada

pernafasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem

pembuluh darah paru–paru. Peningkatan sirkulasi ke paru – paru

mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada

atrium kanan.

3. Sistem pengaturan suhu

a. Pengaturan suhu

Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban

menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi.

Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama

seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas

tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.

b. Mekanisme kehilangan panas

Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :

1) Evaporasi yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan

tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tidak segera

dikeringkan dan diselimuti.

2) Konduksi yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi

dengan permukaan yang dingin

3) Konveksi yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih

dingin (misalnya melalui kipas angin, hembusan udara, atau

pendingin udara)

81
4) Radiasi yaitu ketika bayi ditempatkan didekat benda – benda

yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi

(walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

c. Metabolisme glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah

tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat

(1–2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam

jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam

hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup

yang disimpan dalam hati.

d. Perubahan sistem gastrointestinal

Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk

pada saat lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai

menghisap dan menelan. Hubungan antara esophagus bawah dan

lambung masih belum sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas

lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara

lambat sesuai pertumbuhan janin.

e. Perubahan sistem kekebalan tubuh

Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap

infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya:

1) Perlindungan oleh kulit membrane mukosa

2) Fungsi jaringan saluran nafas

3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus

Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung,

kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah

82
yang membantu membunuh organism e asing ( Yeyeh Rukiyah,

2010 ).

D. Inisiasi menyusui dini ( IMD )

Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah dilahirkan

sebaiknya bayi langsung diletakkan di dada ibunya sebelum bayi itu

dibersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek

psikologis yang dalam diantara ibu dan anak. Setelah IMD dilanjutkan

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga dua tahun.

Berdasarkan penelitian, jika bayi yang baru lahir dipisahkan dengan

ibunya, maka hormon stres akan meningkat 50%. Otomatis, hal itu akan

menyebabkan kekebalan atau daya tahan tubuh bayi menurun (Info-Sehat,

2007).

Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini, yaitu diantaranya:

1. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan

2. Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan

3. Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisan lemak putih

(verniks)

4. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan bayi

di dada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi dan

kemudian selimuti kedua agar tidak kedinginan

5. Anjurkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk merangsang

bayi mendekati putting

6. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari puting susu ibunya

7. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama

minimal satu jam walaupun proses menyusui telah terjadi. Bila

83
belum terjadi proses menyusu hingga 1 jam, biarkan bayi berada di

dada ibu sampai proses menyusu pertama selesai

8. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, dan memberikan

suntikan vitamin K1 sampai proses menyusu pertama selesai

9. Proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus diupayakan

meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi atau tindakan lain

10. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali ada

indikasi medis yang jelas (Febrianti, 2008).

E. Mencegah kehilangan panas

Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum

berfungsi sempurna. Oleh karena itu jika tidak dilakukan upaya

pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat

mengalami hipotermi. Dengan hipotermi, sangat beresiko tinggi untuk

mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotemi mudah

terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidah segera

dikeringkan dan selimuti walaupun berada diruangan yang relatif hangat.

1. Mekanisme kehilangan panas

Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :

a. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh

bayi. Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan ktuban

pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak

segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah

dimandikan.

b. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang

84
diletakkan diatas meja, tempat tidur atau timbanagn yang dingin

akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat proses

konduksi.

c. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar

dengan udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan

atau ditempatkan dalam ruangan yang dingin adakan cepat

mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga dapat

terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran udara atau penyejuk

ruangan.

d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi

ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh

lebih rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi akan mengalami

kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih

dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.

2. Mencegah kehilangan panas

a. Keringkan bayi dengan seksama

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

c. Selimuti bagian kepala bayi

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

e. Jangan segera meninbang atau memandikan bayi baru lahir.

(Asuhan Persalinan Normal, 2008)

F. Perilaku bayi baru lahir

Reflek adalah suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan

tanpa disadari pada bayi normal, dibawah ini akan dijelaskan beberapa

85
penampilan dan perilaku bayi, baik secara spontan karena adanya

rangsangan atau bukan.

1. Tonik neek reflek, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal,

bila di tengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya.

2. Rooting reflek, yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi

maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah

datangnya jari.

3. Grasping reflek, yaitubila jari kita menyentuh telapak tangan bayi

maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.

4. Moro reflek, yaitu reflek yang timbul diluar kemauan / kesadaran

bayi.

5. Startle refleks, reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti

mengejang pada lengan dan tangan dan sering di ikuti dengan

tangisan.

6. Stapping refleks, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat

tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada dasar maka bayi

seolah–olah berjalan.

7. Rooting, yaitu bayi menoleh kearah sentuhan di pipinya atau dekat

mulut, berusaha untuk menghisap.

8. Sucling yaitu areola putting susus tertekan gusi bayi, lidah, dan langit–

langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI.

9. Swallowing yaitu dimana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah

mulut dan faring sehingga mengaktifkan reflek menelan dan

mendorong ASI ke lambung (yeyeh Rukiyah, 2010).

G. Penilaian

86
Segera setelah lahir letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang

disiapkan di atas perut ibu ( bila tidak memungkinkan, letakkan didekat

ibu misalnya diantara kedua kaki ibu atau disebelah ibu ) pastikan area

tersebut bersih dan kering, keringkan bayi terutama muka dan permukaan

tubuh dengan kain kering, hangat dan bersih. Kemudian penilaian

sepintas yaitu:

1. Apakah bayi menagis kuat atau bernapas tanpa kesulitan

2. Apakah bergerak dengan aktif atau lemas

3. Apakah warna kulit kemerahan atau biru

Tabel 2.4 Nilai APGAR :

Skor 0 1 2

Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


color (warna ekstrimitas biru kemerah –
kulit) merahan

Pulse ( heart Tidak < 100 x / menit >100x / menit


rate) atau ada
frekuensi jantung

Grimace (reaksi Tidak Sedikit gerakan Menangis,


terhadap ada mimic batuk/bersin
rangsangan)

Activity (tonus Lumpuh Ekstrimitas Gerakan aktif


otot) dalam fleksi
sedikit

Respiration Tidak Lemah, tidak Menangis kuat


(usaha nafas) ada teratur

Interpretasi :

1. Nilai 1-3 asfiksia berat

2. Nilai 4-6 asfiksia sedang

3. Nilai 7-10 asfiksia ringan ( normal )

H. Merawat Tali Pusat

87
1. Jangan membungkus puting tali pusat atau perut bayi atau

mengoleskan cairan atau bahan apapun ke puting tali pusat.

2. Nasehati hal yang sama bagi ibu dan keluarganya.

3. Mengoleskan alcohol atau betadhine (terutama jika pemotong tali

pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi

tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah / lembab.

4. Beri nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:

a. Lipat popok dibawah puting tali pusat.

b. Jika puting tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air DTT

dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan

menggunakan kain bersih.

c. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika pusat

menjadi merah, bernanah atau berdarah atau berbau.

d. Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah,

mengeluarkan nanah atau darah segera rujuk bayi ke fasilitas

kesehatan yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir

(Asuhan Persalinan Normal, 2008).

I. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Hepatiais B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis

B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi ini

diberikan sedini mungkin segera setelah bayi lahir. Terdapat 2 jadwal

pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal pertama, imunisasi Hepatitis B

sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0 ( segera setelah lahir menggunakan

unijact ), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi Hepatitis B sebanyak

88
4kali, yaitu pada usia 0, dan DPT + Hepatitis B pada 2, 3, 4 bulan usia

bayi ( Asuhan Persalinan Normal, 2008).

Tabel 2.5 Pemberian imunisasi

Jenis Tempat
Manfaat Waktu pemberian Catatan
Imunisasi pemberian

Hepatitis BMencegah penyakit 12 jam setelah IM pada 1. Diberikan tanpa


hepatitis B yang lahir, paha memandang status
menyerang hati dilanjutkan ibu (pernah terinfeksi
(liver), berakhir pada umur 1 atau belum).
menjadi sirosi (hati dan 3-6 2. Tak ada obat spesifik
menciut) dan bulan. untuk menangani
kanker hati. Interval penyakit ini.
dosis
minimal 4
minggu
Polio Mencegah terkena Diberikan pada Diteteskan Penyakit ini sangat menular
polio saat dimulut. dan tidak ada obatnya.
(poliomyelitis) kunjungan Diberikan
yang menyebabkan pertama. 3 kali
anak lumpuh. dalam
selang
waktu 6-8
minggu
BCG Mencegah penyakit Usia 1 bulan Disuntikkan Umumnya menyerang paru-
TBC setelah lahir di lengan paru. Tapi pada anak-
( tuberkulosis) atas anak, penyakit ini dapat
“menjalar” misalnya ke
otak, kelenjar tulang,
dan menimbulkan
komplikasi.
DPT Mencegah penyakit Usia bayi 2 Disuntikkan Bayi menjadi demam, gelisah
difteri, pertusis, bulan, dipaha dan sedikit rewel
dan tetanus dengan atau di
selang lengan
waktu 4
minggu
untuk DPT
berikutnya
Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia- IDAI Edisi III, 2008

Tabel 2.6 Jadwal Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Jumlah Pemberian Jadwal

89
Regimen 3 kali Usia 0 bulan ( segera setelah
Tunggal bayi lahir )
Usia 1 bulan
Usia 6 bulan
Regimen 4 kali Usia 0 bulan ( segera setelah
Kombinasi bayi lahir )
Usia 2 bulan
Usia 3 bulan
Usia 4 bulan
Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia-IDAI Edisi III, 2008

J. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

1. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan

tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan

bayi preterm, moulding yang buruk atau hidrosephalus. Pada

kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala

tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase. Keadaan

ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun

mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel

anterior harus diraba, fontanel yang benar dapat terjadi akibat

prematuroitas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil

terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini

diakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, sedangkan yang

cekung ndapat terjadi akibat dehidrasi. Terkadang teraba fontanel

ketiga antara fontanel antertior dan posterior, hal ini terjadi

karena adanya trisomi. Periksa adanya trauma kelahiran misalnya

: caput seksudeneum, sefalhematoma, perdarahan subaponeurotik

/ fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan kongenital

seperti : anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.

90
b. Telinga

Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi

yang cukup bulan, tulang rawan sudah matang. Daun telinga

harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas

dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang

letaknya rendah ( low set ears ) terdapat pada bayi yang

mengalami sindrom tertentu ( pierre-robin ). Perhatikan adanya

kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan

abnormalitas ginjal.

c. Mata

Hipertolirisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih

dari 3 cm antara kantus mata bagian dalam dapat di deteksi.

Periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa adanya strabismus

yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya

glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai

pembesarankemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak

kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil

harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang

kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya sekret

defek retina. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan

konjungtiva atau retina, adanya sekret pada mata, konjungtivitis

oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan

menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar

kemungkinan bayi mengalami sindrom down.

d. Mulut

91
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus

rata dan simetris. Bibir dipastikan tidak adanya sumbing, dan

langit-langit harus tertutup. Refleks hisap bayi harus bagus dan

berespon terhadap rangsangan

e. Hidung

Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan

lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernafas dengan

hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada

obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang

hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.

f. Leher

Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal.

Leher berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromosom.

Periksa kesimetrisannya. Pergerakan harus baik. Jika terdapat

keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.

Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan

pada fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk

mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya

pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis. Adanya lipatan

kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan

adanya kemungkinan trisomi.

g. Dada

Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan

simetris. Payudara baik pada laki-laki maupun perempuan

92
terlihat membesarkarena pengaruh hormon wanita dari ibu.

Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila tidak

simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis

diafrgama atau hernia diafragmatika. Pernafasan yang normal

dinding dada dan abdomen bergerak secra bersamaan.

h. Bahu, Lengan dan Tangan

Gerakan normal, kedua lengan harus bergerak bebas, jika

gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan pada neurologis

atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili

atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan

yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom.

i. Perut

Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,

perdarahan tali pusat. Perut harus tampak bulat dan bergerak

secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernafas.Kaji adanya

pembengkakan, jika perut sangat cekung kemungkinan adanya

hernia diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan

karena hepato-splenomegali atau tumor lain.

j. Kelamin

Pada wanita labia minora dapat ditemukan dengan adanya

verniks dan spegma ( kelenjar kecil yang terletak dibawah

prepusium mensekresi bahan yang seperti keju ) pada lekukan.

Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris,

klitoris normalmya menonjol. Menstruasi palsu kadang

ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga

93
psedomenstruasi. Normalnya terdapat umbai himen. Pada bayi

laki-laki rugae normalnya tampak opada skrotum dan kedua

testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya

terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah yang

digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada

dipermukaan dorsal.

k. Ekstermitas atas dan bawah

Ekstermitas bagian atas normalnya fleksi dengan

baik,dengan gerakan yang simetris. Refleks menggenggam

normalnya ada.ekstermitas bagian bawah normalnya pendek,

bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi femoralis dan pedis

normalnya ada.

l. Punggung

Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya

tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan

atau cekungan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat

menunjukkan adanya abnormalitas medula spinalis atau kolumna

vertebra.

m. Kulit

Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga

kehangatan tubuh bayi), warna, pembengkakan atau bercak-

bercak hitam, tanda-tanda lahir.Perhatikan adanya lanugo,

jumlah yang banyak terdapat pada bayi yang kurang bulan.

2. Permeriksaan Antropometri

a. Penimbangan berat badan

94
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala

penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil

timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi. Berat

badan bayi baru lahir normal antara 2500 gr - 4000 gr.

b. Pengukuran panjang badan

Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan

dari kepala sampai tumit dengan kaki / badan bayi diluruskan.

Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur. Panjang

badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm

c. Ukur lingkar kepala

Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari

kepala kembali lagi ke dahi.

1) Cirkumferensial fronto occipitalis = 34 cm

2) Circumferensia mento occipitalis = 35 cm

3) Circumferensia sub occipito bregmatika = 32 cm

d. Ukur lingkar dada

Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali

ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu).

Lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan

diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi

mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil

3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami

mikrosefalus.

K. Kunjungan Neonatus

Terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir :

95
1. Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)

2. Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)

3. Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)

(Aan Zulyanto dkk, 2014).

a. Lakukan pemeriksaan fisik, timbang berat, periksa suhu, dan


kebiasaan, makan bayi.

b. Periksa tanda bahaya:

1) Tidak mau minum atau memuntahkan semua

2) Kejang

3) Bergerak hanya jika dirangsang

4) Napas cepat ( ≥ 60 kali /menit )

5) Napas lambat ( < 30 kali /menit )

6) Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat.

7) Merintih

8) Teraba demam (suhu ketiak > 37.50C)

9) Teraba dingin (suhu ketiak < 360C )

10) Nanah yang banyak di mata

11) Pusar kemerahan meluas ke dinding perut

12) Diare

13) Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki

14) Perdarahan

c. Periksa tanda-tanda infeksi kulit superfisial, seperti nanah

keluar dari umbilikus kemerahan di sekitar umbilikus, adanya

lebih dari 10 pustula di kulit, pembengkakan, kemerahan, dan

pengerasan kulit.

96
d. Bila terdapat tanda bahaya atau infeksi, rujuk bayi ke fasilitas

kesehatan.

e. Pastikan ibu memberikan ASI eksklusif.

f. Tingkatkan kebersihan dan rawat kulit, mata, serta tali pusat

dengan baik.

g. Ingatkan orang tua untuk mengurus akte kelahiran bayinya.

h. Rujuk bayi untuk mendapatkan imunisasi pada waktunya.

Jelaskan kepada orang tua untuk waspada terhadap tanda bahaya pada bayinya.

2.5 Landasan Teori Keluarga Berencana ( KB )

A. Pengertian KB

Menurut WHO ( World Health Organization ), keluarga berencana

adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk

mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, mendapatkana kelahiran yang diinginkan, mengatur interval

diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga ( Ari

sulistyawati, 2011 ).

Keluarga berencana ( family planning, planned parenthood )

merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak

kehamilan menggunakan kontrasepsi (yetti A dan Martini, 2012).

Keluarga berencanan adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak

anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah

beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan.

Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan

perencanaan keluarga (Ari sulistyawati, 2011).

97
2.5 Jenis-jenis KB

1. Metode kontrasepsi Aminore Laktasi

Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pembinaan air susu ibu. secara

ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan dan minuman

(Yeti A. dan Martini, 2012).

2. Metode Kontrasepsi Alamiah Tanpa Alat

Menurut Yeti A. dan Martini, ( 2012 ) Adalah metode-metode yang tidak

membutuhkan alat atau bahan kimia ( yang menjadi ciri khas metode

perintang ) juga tidak memerlukan obat-obatan ( sebagaimna ciri-ciri metode

hormonal ). Keluarga berencana alamiah kadang disebut juga sebagai pantang

berkala, yaitu:

a. Metode Kalender

Metode kalender menggunakan prinsip pantang berkala yaitu

tidak melakukan hubungan persetubuhan pada masa subur istri.

Untuk menentukan masa subur itri digunakan tiga patokan yaitu:

1) Ovulasi terjadi 142 hari sebelum haid yang akan dating

2) Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah

ejakulasi

3) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ejakulasi.

( Ari sulistyawati, 2012 )

b. Metode Suhu Basal Tubuh

Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun,

biasanya diambil pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan

tempat tidur. Suhu basal tubuh akan meningkat setelah ovulasi.

Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada sebuah tabel atau kertas

98
grafik. Suhu tubuh wanita pada saat istirahat ( suhu tubuh basal )

meningkat sedikit demi sedikit sekitar 0,50 C, setelah sel telur

dilepaskan ( Yeti A. dan Martini, 2012 ).

Jika 6 hari secara berturut-turut suhu rendah ( 36,4 0 C-36,70

C ), kemungdian 3 hari berturut-turut suhu lebih tinggi ( 36,9 0 C-

37,50C ), maka setelah itu dapat dilakukan senggama tanpa

menggunakan alat kontrasepsi ( Yeti A. dan Martini, 2012 ).

c. Metode Lendir Serviks atau Metode Ovulasi Bilings ( MOB )

Adalah suatu upaya merencanakan keluarga dalam

menentukan ingin hamil atau ingin tidak hamil melalui pengamatan

lender serviks. Landasan ilmiah MOB adalah proses interaksi antara

hormone-hormon Follicel Stimuting Hormone ( FSH ) dan

Lutheinizing Hormon ( LH ), estrogen dan fogesteron yang

bersama-sama mengatur proses reproduksi manusia pada

perempuan, termasuk berbentuk lender ( mucus ) pada leher rahim

( serviks ) yang ditandai dengan gejala yang dapat diamati dan

diindentifikasi oleh perempuan yang bersangkutan. ( Yeti A. dan

Martini, 2012 )

d. Meode Symthotermal

Metode ini menggabungkan kedua metode diatas. Selanjutnya

wanita disuruh mencari tanda-tanda ovulasi lainnya yaitu nyeri

perut ( cramps ), spoting dan perubahan posisi serta konsistensi

serviks. Metode ini sedikit lebih unggul karena mengkombinasi

berbagai variable. Tetapi tetap juga memiliki keterbatasan.

Keuntungannya, hari-hari mendekati ovulasi dapat diketahui dari

99
bentuk lender dan kapan masa subur berlalau diketahui dari

kenaikan suhu tubuh. Pada hari-hari setelah lender serviks tidak

dapat ditarik lagi seperti benang, suhu tubuh harus lebih tinggi dari

6 hari sebelumnya. Tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya

ovulasi adalah rasa sakit pertengahan, yaitu rasa sakit di perut

bagian bawah ( di indung telur ) sebelah kiri atau kanan yang terjadi

tepat pada saat ovulasi dan bercak darah ( Yeti A. dan Martini, 2012

).

e. Metode Senggama Terputus ( Coitus Interuptus )

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana

tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya ( penis) dari

vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Coitus interuptus juga

dikenal sebagai penarikan atau pull-out metode, adalah tehnik

control kelahiran dimana seorang laki-laki menarik penisnya

sebelum ejakulasi selama hubungan seksual, dengan air mani yang

ejakulasi keluar dan jauh dari vagina. ( Yeti A. dan Martini, 2012 )

3. Metode Kontrasepsi Sederhana Dengan Alat

a. Metode Barier Pria ( kondom )

Kondom untuk pria merupakan bahan karet (lateks) poliuretan

( plastic ), atau bahan sejenis yang kuat, tipis dan elastis. Benda

tersebut ditarik menutupi penis yang sedang ereksi untuk

menampung semen selama ejakulasi dan mencegah sperma masuk

kedalam vagina. Kondom lateks dan poliuretan merupakan kondom

yang efektif untuk mencegah penularan HIV/AIDS dan mengurangi

resiko penyakit menular seksual. Kondom pria tidak menutupi semua

100
area yang terpanjang, menurut CDC kondom cenderung lebih efektif

digunakan untuk mencegah infeksi yang ditularkan oleh cairan dari

permukaan mukosa (misalnya: gonorrhea, klamidia, trikomoniasis,

dan HIV), dari pada mencegah penyakit yang ditularkan dari kulit.

Selaput kondom yang terbuat dari bahan alami sebagai alat untuk

mencegah kehamilan tidak dapat mencegah infeksi HIV, hepatitis B

atau herpes simpleks. (Ari Sulistyawati, 2012)

b. Kontrasepsi Barier Pada Wanita

Menghalangi masuknya spermatozoa kedalam traktus

genetalia interna wanita yang immobilisasi atau mematikan

spermatozoa oleh spermisidnya.

a. Metode Kontrasepsi Sederhana Dengan Alat

b. Kontrasepsi Hormonal

1) Suntik

(a) Profil

(1) Sangat efektif.

(2) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia

reproduksi.

(3) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan.

(4) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi

ASI.

(Ari sulistyawati, 2012)

(b) Jenis

Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya

mengandung progestin, yaitu:

101
(1) Depo Medroksoprogesteron Asetat ( Depoprovera ),

megandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3

bulan dengancara disuntik intramuskular ( di daerah

bokong ).

(2) Depo Noretisteron Enatat ( Depo Noristerat ), yang

mengandung 200 mg Noretindron Enatat, diberikan

setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular. ( Ari

sulistyawati, 2012 )

(c) Cara Kerja

(1) Mencegah ovulasi.

(2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma.

(3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

( Ari sulistyawati, 2012 )

(d) Efektifitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas

yang tinggi, dengan 3 % kehamilan per 100 perempuan-

tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai

jadual yang telah ditentukan. ( Ari sulistyawati, 2012 )

(e) Keuntungan

(1) Sangat efektif.

(2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

(3) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.

102
(4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan

pembekuan darah.

(5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

(6) Sedikit efek samping.

(7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

(8) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun

sampai perimenopouse.

(9) Membantu mencegah kanker endometrium dan

kehamilan ektopik.

(10) Menurunka kejadian jinak payudara.

(11) Mencegah beberapa penyakit radang panggul.

(12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit ( sickle cell).

(Ari sulistyawati, 2012)

(f) Keterbatasan

(1) Sering ditemukan gangguan haid seperti:

(a) Siklus haid yang memendek atau memanjang.

(b) Perdarahan yang banyak atau sedikit.

(c) Perdarahn tidak teratur atau perdarahan bercak

( spotting ).

(d) Tidak haid sama sekali.

(2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan ( harus kembali untuk suntikan).

(3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikut.

103
(4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping

tersering.

(5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B virus, atau inveksi virus

HIV.

(6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

(7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena

terjadinya kerusakan/kelainan pada organ genetalia,

melainkan karena belum habisnya pelepasan obat

suntikan dari deponya ( tempat suntikan ).

(8) Terjadi perubahan pada lipid serum pda penggunaan

jangka panjang.

(9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit

menurunkan kepadatan tulang ( densitas ).

(10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

kekeringan pda vagian, menurunkan libido, gangguan

emosi ( jarang ), sakit kepala, nervositas, jerawat.

(Ari sulistyawati, 2012)

(g) Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

(1) Usia reproduksi.

(2) Nulipara dan telah memiliki anak.

(3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang

memiliki efektivitas tinggi.

(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

104
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

(6) Setelah abortus atau keguguran.

(7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki

tubektomi.

(8) Perokok.

(9) Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah

gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

(10) Menggunakan obat untuk epilepsi ( fenition dan

barbiturat ) atau obat tuberkulosis ( rifampisin ).

(11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung

esterogen.

(12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

(13) Anemia defisiensi besi.

(14) Mendekati usia menepause yang tidak mau atau tidak

boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

(Ari sulistyawati, 2012)

(h) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan

Progestin.

(1) Hamil atau dicurigai hamil ( risiko cacat pada janin 7

per 100.000 kelahiran ).

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

(3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,

terutama amenorea.

105
(4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker

payudara.

(5) Diabetes mellitus disertai komplikasi.

(Ari sulistyawati, 2012)

(i) Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

(1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak

hamil.

(2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

(3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama diberikan

setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil.

Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan

hubungan seksual.

(4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan

ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila

ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal

sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak

hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak

perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.

(5) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis

lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi

suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang

akan diberikan dimulai pada saat jadual suntikan yang

sebelumnya.

(6) Ibu yang menggunakan ontrasepsi non hormonal dan

ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal,

106
suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan

diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut

tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu

haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari

ke-7 haid, ibu tersebut selam 7 hari setelah suntikan

tidak boleh melakukan hubungan seksual.

(7) Ibu ingin menggantiakn AKDR dengan kontrasepsi

hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari

pertama sampai hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin

ibu tersebut tidak hamil.

(8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak

teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat,

asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari

setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan

seksual

(Ari sulistyawati, 2012)

(j) Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan

(1) Kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan

caradisuntik intramuskular dalam didaerah pantat.

Apabilasuntikan diberikan terlalu dangkal,

penyerapan kontrasepsisuntikan akan lambat dan

tidak bekerja segera dan efektif.Suntikan diberikan

setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan

Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan

107
setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima

diberikan setiap12 minggu.

1) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol

yang dibasahi oleh etil / isopropil alkohol 60-90%.

Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit

kering baru disuntik.

2) Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya

gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak

perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada

dasar ampul,upayakan menghilangkannya dengan

menghangatkannya.(Ari Sulistyawati, 2012)

(k) Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

(1) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan

gangguan haid ( amenorea ).gangguan haid ini

biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali

mengganggu kesehatan.

(2) Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat

badan, sakit kepala, dan nyeri payudara. Efek-efek

samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang.

(3) Karena terhambat kembalinya kesuburan, penjelasan

perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin

menunda kehamilan, atau bagi ibu yang

merencanakan kehamilan berikutnya daam waktu

dekta.

108
(4) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang.

Haid baru datang kembali pada umunya setelah 6

bulan. Selam tidak haid tersebut dapat saja terjadi

kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid,

klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan

kesehatan untuk mencari penyebab tidak haid

tersebut.

(5) Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah

ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu

sebelum jadual yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi

kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan

hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan

metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu

dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.

(6) Bila klien misalnya, sedang menggunakan salah satu

kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk

digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain,

sebaiknya jangan dilakukan. Andai kata terpaksa juga

dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan tersebut

diinjeksi sesuai dengan jadual sutikan dari kontrasepsi

hormonal sebelumnya.

(7) Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat segera

diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.

(Ari sulistyawati, 2012)

(a) Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin

109
(1) Setiap terlambat haid harusdipikirkan adanya

kemungkinan kehamilan.

(2) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan

gejalakehamilan ektopik terganggu.

(3) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

(4) Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang

berat, ataukaburnya penglihatan.

(5) Perdarahan berat yang dua kali lebih panjang dari

masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam satu periode

masa haid.

(6) Bila terjadi hal-hal yang disebutkan diatas, hubungi

segera tenaga kesehatan atau klinik.

(Ari sulistyawati, 2012)

(11) Penanganan Gangguan Haid

(a) Amenorea

Tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Cukup

konseling saja. Bila klien tidak dapat menerima kelainan

haid tersebut, suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan

pemakaian jenis alat kontrasepsi lain. . ( Ari sulistyawati,

2012 )

(b) Perdarahan

(1) Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai,

tetapi tidak berbahaya

(2) Bila perdarahan / spotting terus berlanjut atau

setelah tidak haid, namun kemudian terjadi

110
perdarahan, maka perlu dicari penyebab

perdarahan tersebut dengan cara yang sesuai. Bila

tidak ditemukan penyebab terjadinya perdarahan,

tanyakan apakah klien masih ingin melanjutkan

suntikan, dan bila tidak, suntikan jangan

dilanjutkan lagi, dan carikan kontrasepsi jenis lain.

(3) Bila ditemukan penyakit radang panggul atau

penyakit akibat hubungan seksual, klien perlu

diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat

terus dilanjutkan.

(4) Bila perdarahan banyak atau memanjang (lebih

dari 8 hari) atau 2 kali lebih banyak dari

perdarahan yang biasanya dialami pada siklus haid

normal, jelaskan bahwa hal tersebut biasa terjadi

pada bulan pertama suntikan.

(5) Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari

penyebabnya dan bila ditemukan kelainan

ginekologik, klien perlu diobati atau dirujuk.

(Ari sulistyawati, 2012)

(12) Intruksi bagi klien

Klien harus kembali ke tempat pelayanan kesehatan atau

klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 12

minggu untuk DMPA atau setiap 8 minggu untuk Noristerat.

(Ari Sulistyawati, 2012)

Tabel 2.7 Keadaan yang memerlukan perhatian khusus

111
Keadaan Anjuran
a. Penyakit 1. Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi
hati akut suntikan
(virus) 2. Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi
b. Penyakit suntikan
jantung 3. Sebaiknya jangan menggunakan kontrasepsi
c. Stroke suntikan
Sumber: Ari Sulistyawati, 2012.

Tabel 2.8 Penanganan Efek Samping yang Sering di Jumpai

Efek samping Penanganan


a. Amenore a) Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu.
(tidak terjadi Jelaskan, bahwa darah haid tidak terkumpul
perdaraha / dalam rahim. Nasihati untuk kembali ke klinik
spotting ) b) Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien.
Hentikan penyuntikan
c) Bila terjadi kehamilan etopik, rujuk klien segera
d) Jangan berikan terapi hormonal untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak
terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
b. Perdarahan/p a) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering
erdarahan dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius,
bercak dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila
klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut
dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat
disarankan 2 pilihan pengobatan
Sumber : Ari Sulistyawati, 2012

2) Konrasepsi Hormonal Oral ( Pil )

Kontrasepsi hormonal oral adalah kontrasepsi berupa pil

atau obat yang berbentu tablet berisi hormone estrogen dan atau

progesteron. ( Yeti A. dan Martini, 2012 )

a) Jenis-jenis kontrasepsi hormonal oral yaitu :

1) Pil Oral Kombinasi ( POK )

Adalah pil kontrasepsi yang mencegah

terjadinya ovulasi dan mempunyai efek lain

terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan

perubahan-perubahan pada lender serviks, pada

112
motilas tuba fallopi dan uterus.Yang digunakan

adalah senyawa ethinyl estradiol ( EE ) dan

mestranol ( diubah di hepar menjadi EE yang

aktif ). Dosis progestin dari kelompok

norgestrel lebih baik dalam mengontrol

pendarahan irregular disbanding dengan

progestin dari kelompok norethindrane. ( Yeti

A. dan Martini, 2012 )

2) Mini Pil

Mini pil adalah kontrasepsi yang

mengandung progestin saja, tanpa estrogen.

Dosis progestinnya kecil yaitu 0,5 mg atau

kurang. Mini pil bukan menghambat ovulasi

karena selama memakan pil mini kadang-

kadang masih dapat terjadi. Efek utamanay

adalah terhadap lender serviks dan

endometrium sehingga nidasi blasto kista tidak

dapat terjadi. Pada umumnya mini pil tidak

digunakan untuk kontrasepsi ( Yeti A. dan

Martini, 2012 ).

3) Morning After Pill ( Post Coital Pill )

Adalah pil atau obat yang harus dimulai

dalam waktu beberapa jam atau diberikan esok

paginya. Karena digunkan segera setelah

senggama, kontrasepsi ini bertujuan untuk

113
mencegah nidasi. Berfungsi untuk mencegah

terjadinya kehamilan karena suatu hubungan

seks tanpa pengamanan dimasa subur sang

wanita. Morning after pill hanya akan efektif

jika diminum paling lama 120 jam atau 5 hari

sejak hubugan seks. Efek samping yang

ditimbulkan adalah mual dan sedikit mulas.

Morning after pill terdiri atas 2 buah tablet.

Tablet yang pertama diminum maksimal 120

jam sejak hubunga seks tanpa pengaman, dan

disusuloleh tablet yang ke dua maksimal 12 jam

sejak tablet pertama diminum (Yeti A. dan

Martini, 2012).

3) Implant

Implan merupakan alat kontrasepsi jenis lain yang bersifat

hormonal dan dimasukkan kebawah kulit. ( Yeti A. dan Martini,

2012 )

a) Profil

1) Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk jadena,

Indoplant atau Implanon.

2) Nyaman.

3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.

4) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.

114
5) Kesuburuan segera kembali setelah implant dicabut.

6) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,

perdarahan bercak dan amenore.

7) Aman dipakai pada masa laktasi.

(Ari Sulistyawati, 2012)

b) Jenis Implan
1) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga

dengan panjang 3.4 cm, dengan diameter 2.4 mm, yang

diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5

tahun.

2) Implanon. Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan

panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi

dengan 68 mg 3-ketodesogestrel dan lama kerjanya 3

tahun.

3) Jadena dan Implanon. Terdiri dari 2 batang yang diisi

dengan 75 mg levonogestrel dengan lama kerja 3 tahun.

(Ari Sulistyawati, 2012)

c. Kontrasepsi Non Hormonal


1) IUD

Sesuai dengan namanya intra uterine divice, alat kontrasepsi

ini di masukkan kedalam rahim perempuan untuk mencegah

terjadinya kehamilan. IUD dapat dilepaskan sewaktu-waktu, dan

perempuan dapat kembali hamil tanpa melewati waktu recoveri

terlebih dahulu. Biasanya, waktu pemasangan IUD paling baik

ini pada waktu terakhir periode menstruasi, karena selain bebas

115
resiko terjadinya kehamilan selama pemasangan IUD, kanal

serviks juga lebih lemas dan terbuka ( Yeti A. dan Martini,

2012).

IUD sendiri terdiri dari berbagai jenis, ada yang tampa

medikasi, ada yang dengan cuper, da nada yang mengandung

hormone ( terutama progestin hormone ). Yang paling sering

didengar mungkin Cuper-T IUD, spiral IUD, IUD jangkar. Di

Indonesia sendiri, IUD yang paling popular adalah Coper-T IUD,

yang disediakan secara gratis oleh pemerintah NKRI melalui

program KB di lingkaran biru ( Yeti A. dan Martini, 2012 ).

Daya guna teoritis dan daya guna pemakain hampir sama ( 1-

5 kehamilan per 100 wanita / tahun ). Kegagalan lebih rendah

pada AKDR yang mengeluarkan tembaga atau hormon. ( Ari

Sulistyawati, 2012 ).

4. Metode Kontrasepsi Dengan Operasi

a. Vasektomi

Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup saluran mani

( vas deverens ) yang menyalurkan sel mani ( sperma ) keluar dari

pusat produksinya di testis (Yeti A. dan Martini, 2012).

Saluran vas deferens yang berfungsi mengangkut sperma

dipotong dan diikat, sehingga aliran sperma dihambat tanpa

mempengaruhi jumlah cairan semen. Jumlah sperma hanya 5% dari

116
cairan ejakulasi. Cairan semen di produk dalam vesika seminalis dan

prostat sehingga tidak akan terganggu oleh vasektomi. (Yeti A. dan

Martini, 2012)

b. Tubektomi

Tubektomi pada wanita adalah suatu tindakan yang dilakukan

pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang

bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini

hanya digunakan untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang

masih dapat dipulihkan kembali seperti semula ( Ari Sulistyawati,

2012 ).

a) Profil

1) Sangat efektif dan mantap

2) Tindakan yang aman dan sederhana

3) Tidak ada efek samping

4) Konseling dan informed consent ( persetujuan tindakan)

mutlak diperlukan

5) Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk untuk

menghentikan fertilitas ( kesuburan ) seorang perempuan.

(Yeti A. dan Martini, 2012)

b) Mekanisme Kerja
1) Minilaparotomi

2) Laparoskopi

3) Dengan mengoklusi tuba falopi ( mengikat dan memotong

atau memasang cinsin ), sehingga sperma tidak dapat

bertemu dengan ovum.

117
(Yeti A. dan Martini, 2012)

3 Konseling Dan Persetujuan Tindakan Medis

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam Keluarga

Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan

konselingberarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan

jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Di

samping itu dapat membuat klien lebih puas. Konseling yang baik juga akan

membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan

meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi

interaksi antara klien dan petugas karena dapat meninkatkan hubungan dan

kepercayaan yang sudah ada.

Seringkali konseling diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik

karena petugas tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari pentingnya

konseling. Padahal dengan konseling klien akan lebih mudah mengikuti

nasehat provider. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu

dengan semua aspek pelayanan. Kelurga Berencana dan bukan hanya

informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada

saat pemberian pelayanan. Tehnik konseling yang baik dan informasi yang

memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang

kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada.

selanjutnya dengan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan

keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi

(Infomed Choice) yang akan di gunakannya.

118
BAB III

TINJAUAN KASUS

4.1 Kunjungan ANC ke I

1. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 19April 2021

Jam : 19.00 WIB

Tempat Praktik : BPM Ny.Sismiarti

Oleh : Rina Istiyani

119
NIM : 2081B0071

a. Data Subyaktif

1) Identitas

Nama Istri : Ny “ I “ Nama Suami : Tn “ D “


Umur : 26 Tahun Umur : 28 Tahun
Bangsa/Suk
: WNI/Jawa Bangsa/Suku : WNI/Jawa
u
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Perguruan Tinggi Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : bandar kidul,kediri kota

2) Keluhan utama / alasan kunjungan

Ibu mengatakan mengatakan nyeri pinggang, nyeri perut

bagian bawah, kram pada kaki dan ingin memeriksakan

kehamilannya.

3) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit

menurun (DM, Hipertensi, Asma) menahun (Jantung, Paru-

paru, Ginjal), menular (Epilepsi, TBC, HIV,

Hepatitis).Selain itu ibu tidak pernah melakukan operasi

ataupun rawat inap di rumah sakit.

120
b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit

menurun (DM, Hipertensi, Asma) menahun (Jantung, Paru-

paru, Ginjal), menular (Epilepsi, TBC, HIV, Hepatitis), ibu

tidak pernah operasi sebelumnya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang menderita

penyakit menurun (DM, Hipertensi, Asma) menahun

(Jantung, Paru-paru, Ginjal), menular (Epilepsi, TBC, HIV,

Hepatitis), dan tidak ada riwayat keturunan kembar di

dalam keluarga.

d. Riwayat Perilaku Kesehatan

Ibu mengatakan jika sakit dan memeriksakan

kehamilannya pada tenaga kesehatan dan ibu tidak pernah

pijat didukun, ibu tidak minum jamu- jamuan.

e. Riwayat social ekonomi

Ibu mengatakan tidak mempunyai kartu jaminan

kesehatan dan tidak mengikuti tabungan ibu bersalin

4) Riwayat Perkawinan

Status perkawinan

Kawin ke :1

Lamanya : 3,5 tahun

Usia menikah : 24 Tahun

121
5) Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 Tahun

Siklus : 28 hari

Teratur/tidak : Teratur

Lama : 6-7 hari

Sifat darah : Merah kehitaman, cair, bau anyir

Dismenorhea : Hari 1-2 menstruasi

Fluor albus : Sebelum dan setelah menstruasi, tidak gatal,

tidak bau

HPHT :11 Agustus 2020

HPL : 18 Mei 2021

6) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Kehamilan Persalinan Anak Nifas Ket

N Jenis Hidu
o Penyuli Peny Peny Menete
UK Persalina Penolong Umur JK BBL p/Mat
t ulit ulit ki
n i

do -
Bidan kte -
r -
9 -
- 16 L 3,500 -
bulan N H
- bulan gr -
Ny. I
-
-
1 Sismiarti -
-

2 37
H A M I L I N I
mgg

7) Riwayat Kehamilan Sekarang

a) Trimester I

122
Jumlah/ Tempat ANC : 1x (di BPM Ny.Sismiarti, tanggal

25 september 2020)

Keluhan : Pusing

Terapi : Tablet Fe:(20 tablet) : (1x sehari)

Penyuluhan : Istirahat cukup, pemenuhan nutrisi,

rutin periksa ANC.

Kekhawatiran Khusus : Ibu tampak cemas.

b) Trimester II

Jumlah/ Tempat ANC : 2x (di BPM Ny.Sismiarti, tanggal

18 desember 2020 dan 18 januari

2021)

Keluhan : Mual

Terapi : Tablet Fe : (20 tablet) : (1x

sehari)

Arkavit : (20 tablet) : (1x

sehari)

Penyuluhan : Istirahat cukup, tanda bahaya

kehamilan, pemenuhan nutrisi dan

minum obat teratur.

Kekhawatiran Khusus : Tidak ada

c) Trimester III

Jumlah / Tempat ANC : 2x (di BPM Ny.Sismiarti)

123
Keluhan : Nyeri pinggang, nyeri perut

bagian bawah, dan kram.

Terapi :Tablet Fe (30 tablet):(1x

sehari)

:Arkavit (20 tablet)(1x

sehari)

:Kalk (10 tablet)(1x

sehari)

Penyuluhan : Istirahat cukup, pemenuhan

nutrisi, minum obat teratur,

tanda bahaya kehamilan,

tanda-tanda persalinan,

persiapan persalinan.

Kekhawatiran Khusus : Tidak ada

Imunisasi TT : TT5

Senam Hamil : Tidak dilakukan

Rencana KB yang akan datang: IUD

8) Riwayat ekonomi dan asuransi kesehatan

Ibu mengatakan memiliki asuransi kesehatan BPJS.

9) Riwayat Psikososial Spiritual

124
Ibu mengatakan bahagia dengan kehamilannya saat ini.

Keluarga juga senang, keluarga dan suami mendukung penuh

dengan kehamilan ini.

10) Riwayat Sosial Budaya

Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan atau budaya untuk

tarak makan atau tidak memakan-makanan tertentu selama

masa kehamilan, dan nifas serta ibu mengatakan tidak pernah

periksa atau pijat kehamilan kedukun.

11) Pola Kehidupan Sehari-hari

Pola
kehidupan Sebelum hamil Saat hamil
sehari-hari
1. Makan : 2x sehari 1. Makan : 3x sehari
komposisinya : komposisinya : nasi,
nasi, tempe, ikan tempe, ikan ,tahu,
,tahu, telur ayam, telur ayam, sayuran
Nutrisi sayuran hijau, papaya dan
2. Minum : 5-7gelas pisang
air putih setiap hari 2. Minum : 7-8 gelas
air putih setiap hari,
dan 1 gelas susu
1. BAB  1x sehari 1. BAB  1x sehari
Eliminasi
2. BAK  5-6x sehari 2. BAK  7-8x sehari
1. Siang  1-2 1. Siang  1-2 jam/hari
jam/hari 2. Malam  6-7
Istirahat
2. Malam  7-8 jam/hari
jam/hari
1. Ibu melakukan 1. Ibu melakukan
aktifitas pekerjaan pekerjaan rumah
rumah tangga tangga yang ringan
sendiri serta aktivitas
Aktivitas
berdiri dan miring
kanan-kiri serta
berjalan-jalan santai
dipagi hari
Personal 1. Mandi 2x sehari 1. Mandi 2x sehari
hygiene 2. Keramas 2. Keramas 3x/minggu

125
3x/minggu 3. Ganti CD 5-6x
3. Ganti CD 2x sehari sehari
Seksual 1. tidak dikaji 1. tidak dikaji

b. DATA OBYEKTIF

19 April 2021, pukul 10:30 WIB

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV

TD : 110/70 mmHg

N : 90 x/menit

S : 36,7C

RR : 20 x/menit

Pemeriksaan antropometri

Lila : 25 cm

TB : 150 cm

BB sebelum hamil : 48 Kg

BB saat ini : 55 Kg

HPL : 18 – 05 – 2018

KSPR :2

2) Pemeriksaan Fisik

a) Muka : Normal, tidak ada odema, tidak pucat.

126
b) Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat,

sclera putih, reaksi cahaya mengecil

c) Mulut : Lembab, tidak ada stomatitis, lidah

tidak kotor.
d) Gigi : Tidak ada caries gigi, tidaka da

perdarahan gusi, tidak ada gigi

berlubang.
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

limfe maupun vena jugularis


f) Payudara : Simetris, terdapat hiperpigmentasi

areola, putting menonjol, tidak ada

pengeluaran colostrum, tidak ada

benjolan abnormal
g) Abdomen : Tidak ada luka beka soperasi,

pembesaran perut sesuai dengan usia

kehamilan, linea nigra positif, tidak ada

striae gravidarum albican, striae

lividae, gerakan janin positif.


Hasil palpasi

TFU Mc Donald : 29 cm
Leopold I : Teraba 2 jari diatas pusat, pada fundus

teraba bagian bulat, lunak dan tidak

melenting (bokong)
Leopold II : Bagian perut kanan ibu teraba

memanjang, lebar, seperti papan

(PUKA), dan bagian perut kiri ibu

127
teraba bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : Pada bagian terbawah teraba keras,

bulat melenting (kepala) kepala tidak

dapat digoyang. Kepala sudah masuk

PAP (pintu atas panggul).


Leopold IV : Divergen (4/5)

h) TBJ : (26-11) x 155 =2.325 gram

i) DJJ : 136 x / menit(dopler)

j) Genetalia : Tidak dikaji


k) Ekstermitasatas : Bentuk simetris, tidak ada oedema

l) Ekstermitas : Bentuk simetris, tidak ada oedema,

bawah tidak ada varises

3) Pemeriksaan Penunjang

HB : 9,6 g/dL
2. ASSASMENT / DIAGNOSA

Ny “I”usia 26 tahun G1IP10001 UK 36 minggu T/H letkep, KU ibu baik,

dengan kehamilan anemia ringan.

3. PENATALAKSANAAN (Pukul : 10:30 WIB, 19 April 2021)

a) Melakukan pemeriksaan pada ibu.

b) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa dalam

kehamilannya yang normal.

c) Memberi tahu ibu tentang tanda-tanda persalinan.

d) Memberi tahu ibu tanda-tanda bahaya kehamilan.

128
e) Menganjurkan ibu untuk makan-makan yang bergizi (sayur-

sayuran hijau seperti bayam, buah-buahan seperti buah bit).

f) Menganjurkan ibu untuk istirahat dan mengurangi aktivitas yang

berat.

g) Menganjurkan ibu untuk bersalin ketenaga kesehatan dan tidak

disarankan untuk lahir didukun

h) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama pada

payudara dan vulva.

i) Menganjurkan ibu mengkonsumsi obat yang telah diberikan

dengan benar secara teratur (tablet Fe, arkavit, kalk).

j) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb ulang setelah

1 minggu.

k) Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang setelah satu minggu dari

waktu periksa (26 April 2018).

129
4.2 Catatan Perkembangan

4.2.1 Kunjungan ANC II

Pada Ny “I” G1IP10001 UK 37 minggu T/H letkep, KU ibu

baik, dengan kehamilan anemia ringan.

Nama Pengkaji : Rina Istiyani

NIM : (2051B1020)

Tanggal / Jam Pengkajian : 26 April 2021 / 10.00 WIB

Tempat Pengkajian : Rumah ibu

1. SUBJEKTIF
Ibu datang mengeluh nyeri perut bagian bawah, nyeri pada

pinggang, dan kram pada kaki.

130
2. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmetis

TTV :

TD : 110/70 Mmhg

Nadi : 88 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,8C

a. Pemeriksaan antropometri

Lila : 25 cm

TB : 150 cm

BB sebelum hamil : 48 Kg

BB saat ini : 55 Kg

HPL : 18 – 05 – 2021

2. Pemeriksaan Fisik

m) Muka : Normal, tidak ada odema, tidak

pucat.
n) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda,

sclera putih, reaksi cahaya mengecil

o) Mulut : Lembab, tidak ada stomatitis, lidah

tidak kotor.
p) Gigi : Tidak ada caries gigi, tidak ada

perdarahan gusi, tidak ada gigi

131
berlubang.
q) Leher : Simetris, tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid, limfe maupun vena

jugularis
r) Payudara : Simetris, terdapat hiperpigmentasi

areola, puting menonjol, tidak ada

pengeluaran colostrum, tidak ada

benjolan abnormal.
s) Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi,

pembesaran perut memanjang sesuai

dengan usia kehamilan, linea nigra

positif, tidak ada striae gravidarum

albican, striae lividae, gerakan janin

positif.
Hasil palpasi :

Mc Donald : TFU : 30 cm

Leopold I : 2 jari dibawah px (prosesus

xifoideus), pada fundus teraba bagian

bulat, lunak dan tidak melenting

(bokong).
Leopold II : Bagian perut kanan ibu teraba

memanjang, lebar, seperti papan

(PUKA), dan bagian perut kiri ibu

teraba bagian-bagian kecil janin.


Leopold III : Pada bagian terbawah teraba keras,

bulat, melenting (kepala) dan kepala

132
sudah tidak dapat digoyangkan.

Kepala sudah masuk pintu atas

panggul (PAP)
Leopold IV : Divergen (4/5)

 TBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram


DJJ : 140 x/menit (dopler)
h.Genetalia : Tidak dikaji
i.Ektremitas bawah : Bentuk simetris, tidak ada oedem,

tidak ada varises

3. Pemeriksaan penunjang

HB :10,8 g/dL
3. ASSASMENT/DIAGNOSA

Ny “I” usia 26 tahun G1IP10001 UK 37 minggu T/H persentasi

kepala, KU ibu baik, dengan kehamilan anemia ringan.

4. PENATALAKSANAAN (Pukul : 10:30 WIB, 26 April 2021)

l) Melakukan pemeriksaan pada ibu.

m) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa

keadaan ibu dan janin baik.

n) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri

terutama pada payudara dan vulva.

o) Maengnjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi

seperti buah, sayur, daging, telur dan susu (sayur-

sayuran hijau seperti bayam, buah-buahan seperti

buah bit).

133
p) Menganjurkan ibu mengkonsumsi obat yang telah

diberikan dengan benar dan teratur (tablet Fe, arkavit,

kalk)

q) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb

ulang setelah 1 minggu.

r) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan

mengurangi kegiatan yang berat.

s) Menganjurkan keluarga untuk memberi dukungan

kepada ibu.

t) Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang (02 Mei 2018).

134
4.2.2 kunjungan ANC III

Pada Ny “I” G1IP10001 UK 38 minggu T/H letkep, KU ibu baik,

dengan kehamilan anemia ringan.

Nama Pengkaji : Rina istiyani

NIM : (1576620008)

Tanggal / Jam Pengkajian : 02-05-2021 / 16.00 WIB

Tempat Pengkajian : Rumah ibu

1. SUBJEKTIF

Ibu mengeluh sakit perut bagian bawah dan nyeri pinggang.

2. OBJEKTIF

a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmetis

TTV :

TD : 110/70 Mmhg

Nadi : 90x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,6C

135
Pemeriksaan antropometri

Lila : 25 cm

TB : 150 cm

BB sebelum hamil : 48 Kg

BB saat ini : 55 Kg

HPL : 18 – 05 – 2021

b. Pemeriksaan fisik

1) Muka : Normal, tidak ada odema, tidak pucat.

2) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera

putih, reaksi cahaya mengecil.

3) Mulut : Lembab, tidak ada stomatitis, lidah tidak

kotor.
4) Gigi : Tidak ada caries gigi, tidak ada

perdarahan gusi, tidak ada gigi

berlubang.
5) Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid, limfe maupun vena jugularis.


6) Payudara : Simetris, terdapat hiperpigmentasi

areola, puting menonjol, tidak ada

colostrum, tidak ada benjolan abnormal.


7) Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi,

pembesaran perut memanjang sesuai

dengan usia kehamilan, linea nigra

positif, tidak ada striae gravidarum

albican, striae lividae, pusat datar,

136
gerakan janin positif.

Hasil palpasi :

Mc Donald : TFU : 30 cm

Leopold I : 2 jari dibawah px (prosesus xifoideus), pada

fundus teraba bagian bulat, lunak dan tidak

melenting (bokong).
Leopold II : Bagian perut kanan ibu teraba memanjang,

lebar, seperti papan (PUKA), dan bagian

perut kiri ibu teraba bagian-bagian kecil

janin.
Leopold III : Pada bagian terbawah teraba keras, bulat,

melenting (kepala) dan kepala sudah tidak

dapat digoyangkan. Kepala sudah masuk

pintu atas panggul (PAP).


Leopold IV : Divergen (3/5)
Kandung kemih : Kosong
 TBJ : (30-11)x155 = 2945 gram
 DJJ : 142 x/menit (dopler)
 Genetalia : Tidak dikaji
 Anus : Tidak dikaji
 Ektremitas bawah : Bentuk simetris, tidak ada oedem, tidak ada

varises

c. Pemeriksaan penunjang

 HB : 9,9 g/dL
3. ASSAMENT / DIAGNOSA

137
Pada Ny “I” usia 26 tahun G1IP10001 UK 38 minggu T/H

persentasi kepala, KU ibu baik, dengan kehamilan anemia ringan.

4. PENATALAKSANAAN (Pukul : 16:30 WIB, 02 Mei 2021)

a) Melakukan pemeriksaan pada ibu.

b) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu

dan janin baik.

c) Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama

pada payudara dan vulva.

d) Maengnjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi seperti buah,

sayur, daging, telur dan susu (sayur-sayuran hijau seperti

bayam, buah-buahan seperti buah bit) untik memenuhi nutrisi

ibu dan bayi, dan untuk meningkatkan HB.

e) Menganjurkan ibu mengkonsumsi obat yang telah diberikan

dengan benar dan teratur (tablet Fe, arkavit, kalk)

f) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb ulang

setelah 1 minggu.

g) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan mengurangi

kegiatan yang berat.

h) Melakukan KIE kepada ibu dan keluarga tentang nyeri perut

bagian bawah yang ibu alami.

i) Menganjurkan keluarga untuk memberi dukungan kepada ibu.

j) Menganjurkan ibu untuk menyiapkan keperluan persalinan.

k) Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang(09 Mei 2021) .

138
4.3 INTRA NATAL CARE (INC)

4.3.1 Catatan Perkembangan INC

Nama Pengkaji :Rina Istiyani

139
NIM :(2051B1020)

Tanggal / Jam Pengkajian : 15 Mei 2021 / 22.00 WIB

Tempat Pengkajian : BPM Ny. Sismiarti

SUBJEKTIF

Ibu mengeluh perutnya mules dan kenceng-kenceng sejak tanggal 15

Mei 2021 jam 21.40 WIB, keluarga membawa ibu ke BPM Ny. Sismiarti

karena kenceng-kenceng semakin sering dan mengeluarkan lendir

bercampur darah.

OBJEKTIF

4. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmetis

TTV :

TD : 120/80 Mmhg

Nadi : 90 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,5C

Pemeriksaan antropometri

BB sebelum hamil : 48 Kg

BB saat ini : 55 Kg

HPL : 18 – 05 – 2018

KSPR :2

5. Pemeriksaan Fisik

140
a. Muka : Normal, tidak ada odema, tidak pucat.
b. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda,

sclera putih, reaksi cahaya mengecil.

c. Mulut : Lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada

caries.
d. Gigi : Tidak ada caries gigi, tidak ada

perdarahan gusi.
e. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid, limfe maupun vena jugularis.


f. Payudara : Simetris, terdapat hiperpigmentasi

areola, putting menonjol, tidak ada

pengeluaran colostrum, tidak ada

benjolan abnormal.
g. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi,

pembesaran perut memanjang sesuai

dengan usia kehamilan, linea nigra

positif, tidak ada striae gravidarum

albican, striae lividae, pusat datar,

gerakan janin positif.

Hasil palpasi :

Mc Donald : TFU :30 cm

Leopold I : Teraba 3 jari dibawah px (prosesus

xifoideus) pusat, pada fundus teraba

bagian kurang bulat, lunak dan tidak

melenting (bokong).

141
Leopold II : Bagian kanan ibu teraba memanjang,

lebar, seperti papan(PUKA) dan bagian

kiri ibu teraba bagian-bagian kecil

janin.
Leopold III : Pada bagian terbawah teraba keras,

bulat, melenting (kepala) dan kepala

sudah tidak dapat digoyangkan. Kepala

sudah masuk pintu atas panggul (PAP)


Leopold IV : Divergen (2/5)

His : 3x10’.>45

TBJ : (30-11)x 155 = 2945 gram

DJJ : (12+12+11) x 4 =140x/menit (reguler)


h. Genetalia : Tidak ada oedem, terdapat lendir bercampur

darah.
VT : V/V lender dan darah, portio lunak,

effecement 75%, Ø 4 cm, ketuban (+),

presentasi kepala, hodge III, dominator UUK,

molase (0), tidak ada bagian kecil yang

menumbung.
i. Anus : Tidak ada haemoroid
j. Ektremitas : Bentuk simetris, tidak ada oedem, tidak ada

bawah varises, reflek patella+/+


ASSASMENT/DIAGNOSA

Ny “ I ” usia 26 tahunGIIP10001 39-40 minggu inpartu kala I fase aktif

akselerasi, janin tunggal hidup presentasi kepala.

PENATALAKSANAAN (Pukul : 22:10 WIB, 15 Mei 2021)

142
1. Menjalin hubungan terapeutik antara bidan dan ibu sehingga terjalin rasa

saling percaya dan terbuka dalam memberikan informasi dalam

perawatan.

2. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janinnya dalam

keadaan baik.

3. Mengajarkan cara relaksasi yang benar saat ada kontraksi / his dengan

menarik nafas panjang.

4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang cukup untuk

tenaga ibu meneran yaitu makan nasi, roti, minum air atau air gula.

5. Menganjurkan ibu untuk berkemih jika kandung kemih ibu penuh karena

kandung kemih yang penuh dapat menghambat penurunan kepala janin

dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu.

6. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri agar uterus tidak menekan vena

cava inferior sehingga asupan oksigen cukup untuk janin

7. Melakukan observasi dan pencatatan his dan DJJ setiap 30 menit, TTV

dan kemajuan persalinan setiap 4 jam (pada lembar partograf)

8. Menganjurkan ibu untuk berdoa sesuai dengan kepercayaan setiap waktu

dan setiap meras sakit ketika his.

9. Menjelaskan kepada ibu tentang cara meneran yang benar.

143
4.3.2 Catatan perkembangan INC

Pada Ny “ I ” GII P10001 UK 39-40 minggu inpartu kala II fase aktif

deselerasi, janin intrauteri tunggal hidup presentasi kepala

Nama Pengkaji :Rina istiyani

NIM :(2051B1020)

Tanggal / Jam Pengkajian : 15 Mei 2021 / 23.00 WIB

Tempat Pengkajian : BPM Ny. Sismiarti

SUBJEKTIF

144
Ibu mengatakan semakin kenceng-kenceng dan ingin meneran seperti

BAB.

OBJEKTIF

1. Ibu tampak meneran setiap kali ada his

2. Tampak gejala kala II doranteknus perjolvulka (dorongan

meneran, tekanan anus, perinium menonjol, vulva membuka)

3. VT : v/v lendir dan darah, portio lunak, eff 100%, Ø 10 cm,

ketuban (-), presentasi kepala, hodge III, dominator UUK,

divergen 1/5, molase (0), tidak ada bagian kecil yang

menumbung.

4. DJJ : (12+12+11)x 4 = 140x/menit (reguler)

5. HIS : 4 x/ 10 menit lamanya 45 detik

ASSASMENT/DIAGNOSA

Ny “ I ” usia 26 tahunGIIP1000139-40 minggu T/H presentasi kepala inpartu

kala II fase aktif deselerasi.

PENATALAKSANAAN (Pukul : 22:10 WIB, 15 Mei 2021)

Melakukan pertolongan persalinan kala II

Tanggal/jam : 15 Mei 2021, 23:00 WIB

1. Mendengar & melihat adanya tanda persalinan kala dua(ibu merasa

ada dorongan kuat dan meneran, tekanan yang semakin meningkat

pada rectum dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan

spingter ani membuka).

145
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali

pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn

sabun & air mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah

dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke

perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap

dan selaput ketuban sudah pecah.

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai –

pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah

merasa ingin meneran.

146
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk mengambil posisi nyaman, jika ibu belum

merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5–6 cm,

memasang handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi

jika telah lahir dan kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian

dibawah bokong ibu. Setelah itu kita melakukan perasat stenan

(perasat untuk melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah

kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4

jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang

kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap

fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan

perineum).

147
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa

steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkankepada ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga

bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku

sebelah atas.

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung

kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai

bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

25. Melakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa

kesulitan

b. b. Apakah bayi bergerak aktif.

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

148
Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan

bayi atas perut ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus.

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus

berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit

IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal

(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama.

31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi

di kepala bayi.

3.2.3 Catatan perkembangan

Ny “ I ” P20002 UK 39-40 minggu inpartu kala III

149
Nama Pengkaji :Rina Istiyani

NIM :(2051B1020)

Tanggal / Jam Pengkajian : 15 Mei 2021 / 23.40 WIB

Tempat Pengkajian : BPM Ny. Sismiarti

SUBYEKTIF

Ibu mengatakan lega bayinya telah lahir.

OBYEKTIF

Terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu, perdarahan yang tiba-

tiba banyak, memanjangnya tali pusat saat diregangkan dengan klem yang

berjarak 5 cm dari vulva TFU setinggi pusat.

ASSASMENT/DIAGNOSA

Ny.”I” usia 26 tahunP20002 UK 39-40 minggu inpartu kala III

PENATALAKSANAAN (Pukul : 23:45 WIB, 15 Mei 2021)

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari

vulva

35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan

kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati

kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

150
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti

poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan

bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik

(fundus teraba keras)

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan

kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput

ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik

yang tersedia.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

3.2.4 Catatan perkembangan

Ny ”I” P20002 UK 39-40 minggu inpartu kala IV

Nama Pengkaji :Rina Istiyani

NIM :(2051B1020)

Tanggal / Jam Pengkajian : 16 Mei 2021 / 00.00 WIB

151
Tempat Pengkajian : BPM Ny. Sismiarti

SUBYEKTIF

Ibu mengatakan lega karena ari-arinya telah lahir

OBYEKTIF

TTV

TD : 120/80 mmHg

N : 90 x/menit

S : 37 C

RR : 20 x/menit

Keadaan umum : Baik

Kontraksi uterus : Baik (keras)

TFU : setinggi pusat

Perdarahan : 250 cc

ASSASMENT/DIAGNOSA

Ny ”I” usia 26 tahun P20002 UK 39-40 minggu inpartu kala IV

PENATALAKSANAAN (Pukul : 00:10 WIB, 16 Mei 2021)

42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di

paha kiri anterolateral.

152
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pasca persalinan.

50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik.

51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah di dekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan

sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai

pakaian bersih dan kering.

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

153
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58. Melengkapi partograf.

Catatan perkembangan

Tekanan Temperatu Tinggi Kontraksi Kandung


Jam ke Waktu Nadi pendarahan
darah re fundus uteri uterus kemih
setinggi
00.20 110/80 Mmhg 90x/m 36,6 C Baik Kosong ±15 cc
pusat
I 00.35 110/70 Mmhg 90x/m 2jari ↓ pusat Baik Kosong ±200cc
00.50 110/80 Mmhg 90x/m 2jari ↓ pusat Baik Kosong ±250cc
01.05 110/80 Mmhg 90x/m 2jari ↓ pusat Baik Kosong ±250cc
01.35 110/70 Mmhg 90x/m 36,5 C 2jari ↓ pusat Baik Kosong ±100 cc
II
02.05 110/80 Mmhg 90x/m 2jari ↓ pusat Baik Kosong50 cc

Catatan perkembangan pada 1 jam postpartum (Tanggal 16 Mei 2021, pukul

00:35 WIB)

S : Ibu mengatakan tidak merasa pusing.

O : kesadaran : composmentris KU : Baik

154
TTV : TD :120/80 mmHg N : 90 x/ menit

RR : 20 x/menit S : 36,5 derajat celcius.

Kontraksi uterus : baik Pervaginam :  200 cc

A : Ny. “I” usia 26 tahun p20002 1 jam post partum dengan HPP.

P: suntik oxitoksin 10 unit secara IM di bagian 1/3 paha kanan ibu bagian luar.

Drip oxitoksin dan RL.

Rujuk RS IBI Srikandi

Catatan perkembangan 2 jam postpartum (Tanggal 16 Mei 2021, Pukul 01:35

WIB)

S : Ibu mengatakan tidak merasa pusing.

O : kesadaran : composmentris KU : Baik

TTV : TD :120/80 mmHg N : 90 x/ menit

RR : 20 x/menit S : 36,5 derajat celcius.

Kontraksi uterus : baik Pervaginam :  100 cc

A : Ny.“I” usia 26 tahun p20002 2 jam postpartum.

P: Pemantauan perdarahan pervaginam

155
Ny ”I” usia 26 tahunP20002 UK 38-39 minggu inpartu kala IV mengalami

HPP pukul 01.35 WIB, dan diberikan oxitoksin 10 unit secara IM di 1/3 pada

paha kanan ibu, dan pada infus ibu juga dilakukan drip oxitoksin 10 unit. Setelah

dilakukan pemberian oxitoksin pasien dirujuk ke RS. Ratih pada pukul 00:40

WIB, dan sampai pada pukul 00:55 WIB. Setelah tiba di RS Ratih, pasien dibawa

ke UGD untuk dilakukan tindakan pengecekan penyebab terjadinya HPP. Setelah

dilakukan pengecekan dan diketahui penyebab HPP adalah sisa plasenta (rest

placenta)maka dilakukan tindakan pembersian uterus dari sisa plasenta, dan

selanjutnya dilakukan KBI/KBE untuk memnberhentikan perdarahan tesebut.

Setelah dilakukan tindakan pasien di pindahkan diruang inap untuk ibu nifas pada

pukul 01:50 WIB.

156
4.4 Catatan Perkembangan

4.4.1 Kunjungan PNC I

Ny “ I “ P200026 jam post partum dengan post partum dengan

hemoraghia post partum (HPP).

Nama Pengkaji :Rina istiyani

Nim : 2051N1020

Tanggal/Jam :16 Mei 2021 / 07.00 WIB

Tempat :RS Ratih

SUBYEKTIF

Ibu mengatakan sudah melahirkan anak keduanya 6 jam yang lalu

dan masih merasa nyeri pada bagian perut dan luka perinium.

157
OBYEKTIF

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmetis

TTV :

TD :120/80 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,50C
RR : 20 x/menit
a. Muka : Normal, tidak ada odema, tidak pucat.

b. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera

putih.
c. Mulut : Lembab, tidak ada stomatitis, lidah tidak

kotor.
d. Gigi : Tidak ada caries gigi, tidak ada perdarahan

gusi
e. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid,limfe maupun vena jugularis


f. Payudara : Bentuk simetris, hiperpigmentasi areola

mammae, puting susu menonjol,

colostrum sudah keluar, tidak ada benjolan

abnormal.
g. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, linea nigra

positif, tidak ada striae gravidarum

albican dan striae lividae, pusat datar,TFU

3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus

baik, kandung kemih kosong.


h. Genetalia : Bersih, tidak ada varises, terdapat lochea

rubra (±10 cc), terdapat luka jahitan yang

158
masih basah, tidak ada pembesaran

kelenjar bartolini.
i. Ektremitas : Bentuk simetris, dan tidak ada oedem.

bawah/ atas

ASSASMENT/DIAGNOSA

Ny “ I “ P20002 6 jam post dengan hemoraghia post partum (HPP).

PENATALAKSANAAN (Pukul : 07:30 WIB, 16 Mei 2021)

Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa dalam ibu dan bayi dalam

keadaan baik.

1. Menganjurkan ibu makan – makanan bergizi tidak boleh tarak,

makan-makanan gizi seimbang secara teratus seperti daging, ikan ,

tempe, sayur, buah serta susu kecuali alergi.

2. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar.

3. Mengajarkan ibu melakukan masase fundus uteri.

4. Menganjurkan ibu memberi bayi nya ASI Ekslusif minimal 6

bulan.

5. Mengajarkan ibu untuk menjaga personal hygienenya dengan

berganti pembalut jika sudah penuh.

6. Menganjurkan ibu untuk minum obat yang diberikan dokter secara

teratur.

159
7. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK karna

takut pada luka jahitan ibu.

8. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau bila ada

keluhan.

4.4 Asuhan Kebidanan Bayi baru Lahir

4.4.1 Kunjungan BBL I

By. Ny.”I” Bayi Baru Lahir Normal usia 6 jam.

Nama Pengkaji : Rina istiyani

NIM :2051B1020

Tanggal / Jam : 16 Mei 2021 / 07.45 WIB

Tempat : RS Ratih

SUBYEKTIF

Bayi lahir spontan tanggal 15-05-2021 pukul 23.40, jenis kelamin

perempuan, menangis spontan, A-S : 8-9.

OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Tanda – tanda vital

Nadi : 138 x/menit

RR : 44 x/menit

160
Suhu : 36,80C

Pemeriksaan antropometeri :

Berat Badan : 3300 gram

Panjang Badan : 52 cm

Lingkar dada :32 cm

Lingkar kepala :33cm

A–S : 8 -9

No Kategori Menitke 1 Menitke 5


1 Appearance (warnakulit). 2 2

2 Pulse (frekuensinasi). 1 1

3 Grimace (reaksirangsangan). 1 2

Activity (tonus otot).

4 Respiratory (pernafasan). 2 2

5 2 2
Jumlah 8 9
Pemeriksaan refleks

Moro : () Baik

Rooting : () Baik

Graphs : () Baik

Sucking : () Baik

Toninck neck : () Baik

Babinski : () Baik

2. Pemeriksaan fisik

Kulit : Vornicks ada dilipatan paha dan ketiak, warna

kulit kemerahan, lanugo didaerah bahu dan

161
punggung.
Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam, tidak ada caput,

tidak ada benjolan abnormal, tulang sutura

belum merapat.
Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak

ada tanda infeksi


Telinga : Bentuk simetris, tidak ada secret

Hidung : Baik, tidak ada cuping hidung.


Mulut : Simetris antara bibir bawah dan atas, mukosa

bibir warna merah.


Leher : Tidak ada pembesaaran pada kelenjar tyroid,

kelenjarlimfe, dan venajugularis.


Dada : Bentuk simetri, putting sudah terbentuk,

pembesaran mamme tidak ada, tidak ada

retraksi dada.
Abdomen : Bentuk datar, tali pusat basah, tali pusat tidak

ada pendarahan, tidak ada benjolan abnormal


Genetalia : Terdapat lubang pada vagina dan utera, labia

mayor dan minora sudah terbentuk.


Anus : Terdapat lubang anus, mekonium belum keluar.
Ektremitas atas : Bentuk simetris, gerakan aktif, tidak ada fakur,

dan bawah jumlah jari lengkap.


ASSASMENT/ANALISA

By. Ny.”I” dengan bayi baru lahir normal

PENATALAKSANAAN (Pukul : 08:00 WIB, 15 Mei 2021)

1. Mengecek ada nya perdarahan pada tali pusat atau tidak.

2. Melalukan pemeriksaan pada bayi seperti tanda-tanda vital bayi

3. Bedong kembali bayi agar tetap hangat

162
4.4.2 Catatan Perkembangan PNC II

Ny “ I “ P20002 post partum hari ke-7 dengan post partum normal

Nama Pengkaji :Rina istiyani

NIM :2051B1020

Tanggal/Jam :22 Mei 2021 / 15.30 WIB

Tempat : Rumah ibu

SUBYEKTIF

Ibu mengatakan dalam keadaan baik dan tidak ada keluhan dan

sudah bisa meneteki

OBYEKTIF

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmetis

TD :100/70 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,70C
RR : 20 x/menit
a. Muka : Tidak ada odema, tidak pucat.

b. Mata : Konjungtiva merah muda


c. Mulut : Lembab, tidak ada stomatitis,

lidah tidak kotor, tidak ada

caries.

d. Gigi : Tidak ada caries gigi, tidak ada

perdarahan gusi
e. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid, limfe maupun

163
vena jugularis
f. Payudara : Bentuk simetris,

hiperpigmentasi areola

mammae, puting susu menonjol,

ASI sudah keluar, tidak ada

benjolan abnormal.
g. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi,

linea nigra positif, tidak ada

striae gravidarum albican dan

striae lividae, pusat datar, TFU

pertengahan sympisis pusat,

kontraksi uterus baik, kandung

kemih kosong.
h. Genetalia : Bersih, tidak ada varises,

terdapat lochea sanguinolenta,

tidak ada pembesaran kelenjar

bartolini dan luka perinium

masih basah.
i. Ektremitas : Bentuk simetris, tidak ada

bawah oedem, tidak ada varises


ASSASMENT/ANALISA

Ny “ I “ P20002post partum hari ke-7 dengan post partum normal

PENATALAKSANAAN (Pukul : 16:00 WIB, 22 Mei 2021)

1. Melakukan pemeriksaan ibu (ttv, luka perinium)

2. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik

164
3. Menganjurkan ibu untuk tidak tarak terhadap makanan dan

memperbanyak mengkomsumsi sayuran agar produksi asi banyak.

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal dan vulva hyiene, ganti

pembalut jika sedah merasa penuh atau setelah BAB atau BAK.

5. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya setiap 2 jam sekali

( ASI Ekslusif tanpa MPASI )

6. Menganjurkan ibu untuk melaksanakan perawatan payudara untuk

melancarkan pengeluaran ASI dan mencegah terjadinya bendungan

ASI.

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas untuk memulihkan

kondisi tubuhnya

8. Menganjurkan ibu untuk periksa jika ada keluhan baik pada ibu dan

bayinya

4.4.3 Kunjungan BBL II

By.Ny. “I” Bayi Baru Lahir Normal usia7 hari

Nama Pengkaji : Rina istiyani

NIM :2051B1020

Tanggal/Jam : 22 Mei 2021 / 16.30 WIB

Tempat : Rumah ibu

SUBYEKTIF

165
Ibu mengatakan bayinya tidak rewel dan tali pusat bayi sudah lepas

pada hari ke-.6

OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

N : 140 x/menit

S : 36,7C

RR : 40 x/menit

BB : 3300 gram PB : 52 cm

Likep : 33 cm Lida : 32 cm

Pemeriksaan refleks

Moro : () Baik

Rooting : () Baik

Graphs : () Baik

Sucking : () Baik

Toninck neck : () Baik

Babinski : () Baik

2. Pemeriksaan fisik

Kulit : Kulit kemerahan, lanugo didaerah bahu dan

pungung
Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam, tidak ada caput,

tidak ada benjolan abmormal


Mata : Konjungtiva merah muda, skera putih, tidak ada

tanda infeks

166
Telinga : Bentuk simetris,tidak ada serumen,daun telinga

dengan mata simetris


Hidung : Bentuk simetris tidak ada secret, tidak ada

cuping hidung
Mulut : Bibir warna merah, bentuk simetris, mukosa

bibir lembab.
Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid,

kelenjar limfe dan vena jugularis


Dada : Bentuk simetis, puting sudah terbentuk,

pembesaran mamae tidak ada, retraksi tidak ada


Abdomen : Bentuk datar, tali pusat bersih dan terbungkus

kassa, tidak ada benjolan abnormal.


Genetalia : Terdapat lubang pada vagina dan utera, labia

mayor dan minora sudah terbentuk.


Anus : Terdapat lubang anus
Eksteremitas : Bentuk simetris, gerakan aktif, tidak ada faktur,

atas dan bawah jumlah jari lengkap.

ASSASMENT/DIAGNOSA

By.Ny. “I” Bayi Baru Lahir Normal usia7 hari.

PENATALAKSANAAN (Pukul : 16:45 WIB, 22 Mei 2021)

Melakukan pemeriksaan pada bayi (tali pusat).

1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam

keadaan baik dan dalam batas normal

2. Memberikan konseling / KIE pada keluarga tentang :

a. Cara menghangatkan bayi : selimuti bayi dengan selimut atau kain

bersih yang kering dan hangat, tutup bagian kepala bayianjurkan

ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

167
b. Cara dan teknik menyusui yang benar

1) Cara menyusui dengan sikap duduk

a) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi

yang rendah agar ibu tidak tergantung dan punggung ibu

bersandar pada sandaran kursi

b) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini

mempunyai manfaat sebagi desinfektan dan menjaga

kelembaban puting susu.

c) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi di

tidurkan diatas pangkuan ibu.

2) Bayi dipegang dengan satu tangan, kepala bayi diletakan pada

lengkung siku ibu, dan bokong bayi diletakan pada lengan.

Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan

oleh telapak tangan ibu.

3) Satu tangan bayi diletakan dibelakang badan ibu dan yang satu

didepan

4) Perut bayi menempel badan ibu kepala bayi menghadap

payudara

5) Telinga dan tangan bayi terletak pada satu garis lurus

6) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih saying

7) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari

menekan payudara bagian atas areola.

168
8) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting

refleks), dengan cara menyentuh pipi dnegan putting dengan

putting susu yang menyentuh sisi mulut bayi.

9) Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepal bayi

didekatkan kepayudara ibu dengan puting serta areola

dimasukan kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada

dibawah langit – langit dan lidah bayi akan menekan ASI

keluar dari tempat penampunagan ASI terletak dibawah areola.

10) Melepaskan isapan bayi

Setelah menyususi pada satu payudara sampai tersa kosong,

sebaiknya diganti menyusu pada payudara yang lainya. Cara

melepaskan isapan bayi :

a) Jari kelingking ibu di masukan kemulut bayi memlalui

sudut mulut atau

b) Dagu bayi ditekan kebawah

11) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum

terkosongkan (yang dihisap terakhir)

12) Setelah selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan ada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan

kering dengan sendirinya

13) Menyendawakan bayi

169
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari

lambung supaya bayi tidak muntah, gumoh, setelah menyusi.

Cara menyendawakan ::

a) Bayi digedong tegak dengan bersandar pada bahu ibu

kemudian punggungnya ditepuk perlahan – lahan

b) Dengan cara menelukngkupkan bayi diatas pangkuan ibu,

lalu usap punggung bayi sampai bersendawa.

3. Personal hygiene dengan mengganti popok yang basah atau pakaian

yang sudah kotor dengan yang bersih dan kering.

3.3.3. Catatan Perkembangan PNC III

Ny “ I “P20002 post partum hari ke-14 dengan post partum normal

Nama Pengkaji / Nim : Rina Istiyani (2051B1020)

Tanggal/Jam : 29Mei 2021 / 15.30 WIB

Tempat : Rumah ibu

SUBYEKTIF

Ibu mengatakan dalam keadaan baik dan tidak ada keluhan dan

masih meneteki bayinya

OBYEKTIF

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmetis

TD :110/80 mmHg
N : 80 x/menit

170
S : 36,60C
RR : 20 x/menit
a. Muka : Tidak odema, tidak pucat

b. Mata : Konjungtiva merah muda


c. Mulut : Lembab, tidak ada stomatitis, lidah tidak

kotor.
d. Gigi : Tidak ada caries gigi, tidak ada perdarahan

gusi

e. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid, limfe maupun vena jugularis


f. Payudara : Bentuk simetris, hiperpigmentasi areola

mammae, puting susu menonjol, ASI

sudah keluar, tidak ada benjolan abnormal.


g. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, linea nigra

positif, tidak ada striae gravidarum

albican dan striae lividae, pusat datar,

TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.


h. Genetalia : Bersih, tidak ada varises, terdapat lochea

serosa, tidak ada pembesaran kelenjar

bartolini.
i. Ektremitas : Bentuk simetris, tidak ada oedem, tidak

bawah ada varises


DIAGNOSA/ANALISA

Ny “ I “ P20002 post partum hari ke-14 dengan post partum normal

PENATALAKSANAAN (Pukul : 16:00 WIB, 29 Mei 2021)

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa dalam keadaan baik

171
2. Menganjurkan ibu untuk tidak tarak terhadap makanan dan

memperbanyak mengkomsumsi sayuran agar produksi asi banyak.

3. Menganjurkan ibu untuk mendiskusikan dengan suami tentangbKB

apa yang akan digunakan setelah masa nifas

4. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya setiap 2 jam sekali

( ASI Ekslusif tanpa MPASI )

5. Menganjurkan ibu untuk melaksanakan perawatan payudara untuk

melancarkan pengeluaran ASI dan mencegah terjadinya bendungan

ASI.

6. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas untuk memulihkan

kondisi tubuhnya

7. Menganjurkan ibu untuk periksa jika ada keluhan baik pada ibu dan

bayinya.

172
4.4.4 Catatan perkembangan BBL III

By.Ny. “I” Bayi Lahir Normal usia14 hari

Nama Pengkaji / Nim : Rina Istiyani(2051B1020)

Tanggal/Jam : 29 Mei 2021 / 16.10 WIB

Tempat : Rumah ibu

SUBYEKTIF

Bayi lahir spontan tanggal 15-05-2021 pukul 23.40, jenis kelamin

perempuan, menangis spontan, A-S : 8-9.

OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Tanda – tada vital

Keadaan umum : Baik

N: 139 x/menit

RR: 54 x/menit

S: 36,8 0C

Pemeriksaan refleks

Moro : () Baik

173
Rooting : () Baik

Graphs : () Baik

Sucking : () Baik

Toninck neck : () Baik

Babinski : () Baik

2. Pemeriksaan fisik

Mata : Konjungtiva merah muda, skera putih, tidak ada

tanda infeksi
Telinga : Bentuk simetris, tidak ada serumen, daun telinga

dengan mata simetris


Hidung : Bentuk simetris tidak ada secret, tidak ada

cuping hidung
Mulut : Bibir warna merah, tidak ada labio skizie, tidak

ada palatoschizis, tidak ada labiopalato skizie


Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid,

kelenjar limfe dan vena jugularis


Dada : Bentuk simetis, putting sudah terbentuk,

pembesaran mamae tidak ada, retraksi tidak ada


Abdomen : Bentuk datar, tali pusat sudah kering dan lepas,

tidak ada benjolan abnormal


Genetalia : Simetris, bersih, anus +, testis ada (+), penis(+).
Anus : Terdapat lubang anus
Eksteremitas : Bentuk simetris, gerakan aktif, tidak ada faktur,

atas dan bawah jumlah jari lengkap.


ANALISA

By.Ny. “I” Bayi Lahir Normal usia2 minggu.

174
PENATALAKSANAAN (Pukul : 16:20 tanggal 29 Mei 2021)

1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

2. Melakukan pemeriksaan tali pusat terdapat infeksi atau tidak.

3. Memberi KIE pada ibu untuk mengusap ASI terlebih dahulu sebelum

disusukan. Agar jika mamae lecet sembuh dan saat menyusui bayi,

daerah areola mamae masuk kemulut bayi, dan untuk tidak

memberikan makanan selain ASI selama 6 bulan.

4. Menganjurkan ibu untuk datang keposyandu untuk imunisasi pada

bayi

175
3.3.4. Catatan Perkembangan PNC IV

Ny “ I “ P20002 40 hari dengan post partum normal

Nama Pengkaji / Nim : Rina istiyani / 2051B1020

Tanggal/Jam : 25 Juni 2021 / 09.00 WIB

Tempat : Rumah ibu

SUBYEKTIF

Ibu mengatakan dalam keadaan baik dan tidak ada keluhan, serta

masih meneteki bayinya

OBYEKTIF

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmetis

TD :110/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,60C
RR : 20 x/menit
 Muka : Normal, tidak ada odema, tidak pucat.

 Mata : Simetris,konjungtiva merah muda


 Mulut : Lembab, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor.
 Gigi : Tidak ada caries gigi, tidak ada perdarahan gusi
 Leher : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

limfe maupun vena jugularis


 Payudara : Bentuk simetris, hiperpigmentasi areola mammae,

puting susu menonjol.


 Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, linea nigra positif,

tidak ada striae gravidarum albican dan striae

176
lividae, kandung kemih kosong.
 Genetalia : Bersih, tidakadavarises, tidakadakondiloma,

terdapat lochea Alba, tidak ada pembesaran

kelenjar bartolini dan scene


 Ektremitas : Bentuk simetris, tidak ada oedem, tidak ada

bawah varises
ASSASMENT/DIAGNOSA

Ny “ I “ usia 26 tahun P20002 40 hari post partum dengan post partum

normal

PENATA LAKSANAAN(Pukul : 09.10 WIB, 25 Juni 2021)

1. Melakukan pemeriksaan pada ibu.

2. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa dalam keadaan baik

3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan vulva hygiene

4. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi

5. Menganjurkan ibu untuk mendiskusikan dengan suami tentang KB apa

yang akan digunakan setelah masa nifas

6. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya setiap 2 jam sekali

( ASI Ekslusif tanpa MPASI )

7. Menganjurkan ibu untuk melaksanakan perawatan payudara untuk

melancarkan pengeluaran ASI dan mencegah terjadinya bendungan

ASI.

8. Menganjurkan ibu untuk rutin datang ke posyandu untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan bayinya.

177
4.4.5 Catatan Pekembangan BBL IV

By.Ny. “I” Bayi Lahir Normalusia40 hari

Nama Pengkaji / Nim : Rina Istiyani / 2051B1020

Tanggal/Jam : 25 Juni 2021 / 09.45 WIB

Tempat : Rumah ibu

SUBYEKTIF

Ibu mengatakan bayinya tidak rewel dan bayinya menyusu kuat

178
OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Tanda – tada vital

Keadaan umum : Baik

N : 137 x/menit

RR: 53 x/menit

S : 36,8 0C

Pemeriksaan refleks

Moro : () Baik

Rooting : () Baik

Walking : () Baik

Graphs : () Baik

Sucking : () Baik

Toninck neck : () Baik

Babinski : () Baik

2. Pemeriksaan fisik

Mata : Konjungtiva, merah muda, skera putih, tidak ada

tanda infeks
Telinga : Bentuk simetris,tidak ada serumen,daun telinga

dengan mata simetris


Hidung : Bentuk simetris tidak ada secret,tidak ada cuping

hidung
Mulut : Simetris, mukosa bibir lembab.
Leher : Tidak ada pembesaran pada kelenjar

179
tyroid,kelenjar limfe dan vena jugularis
Dada : Bentuk simetis, putting sudah terbentuk,

pembesaran mamae tidak ada, retraksi tidak ada


Abdomen : Bentuk datar, tali pusat sudah kering dan lepas

, tidak ada benjolan abnormal


Genetalia : Simetris, bersih, anus +, testis ada (+), penis(+).
Anus : Terdapat lubang anus
Eksteremitas : Bentuk simetris, gerakan aktif, tidak ada faktur,

atas dan bawah jumlah jari lengkap.

ASSASMENT/DIAGNOSA

By.Ny. “I” Bayi Lahir Normal usia 40 hari

PENATALAKSANAAN(Pukul : 09:45 WIB, 25 Juni 2021)

1. Melakukan pemeriksaan pada bayi.

2. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

3. Melakukan pemeriksaan tali pusat terdapat infeksi atau tidak.

4. Memberi KIE pada ibu untuk mengusap ASI terlebih dahulu sebelum

disusukan. Agar jika mamae lecet sembuh dan saat menyusui bayi,

daerah areola mamae masuk kemulut bayi, dan untuk tidak

memberikan makanan selain ASI selama 6 bulan.

5. Menganjurkan ibu untuk datang keposyandu untuk imunisasi pada

bayi

180
4.5 Catatan perkembangan

4.5.1 Kunjungan KB I

Ny.”I” P20002 usia 26 tahun calon aseptor KB.

Nama Pengkaji / Nim : Rina istiyani/ 2051B1020

Tanggal/Jam : 03 Agustus 2021 / 18.00 WIB

Tempat : BPM Ny. Sismiarti

SUBYEKTIF

Ibu mengatakan ingin menggunakan aseptor KB setelah kelahiran

bayi keduanya.

OBYEKTIF

1. Pemerikasaan Umum

181
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : composmetis

TTV TD : 120/80 mmHg

N : 84 x/menit

S : 36,50C

RR : 20 x/menit

Pemeriksaan Fisik

Muka : Tidak odema, tidak pucat..

Mata : Konjungtiva merah muda


Mulut : Lembab, tidak ada stomatitis, lidah tidak

kotor.
Gigi : Tidak ada caries gigi, tidak ada perdarahan

gusi
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid, limfe maupun vena jugularis


Payudara : simetris, payudara tampak membesar,

hyperpigmentasi pada areola mamae dan

papila mammae, putting tampak menonjol,

pengeluaran ASI lancar.


Abdomen : pembesaran perut (-), nyeri tekan(-)

Genetalia : kecoklatan, tidak ada flour albous.


Ekstermitas : Simetris,oedema ( - ).
ASSASMENT

Ny.”I” P2000 usia 26 tahun calon aseptor KB.

PENATALAKSANAAN (03 Agustus 2021, Pukul 18: 10 WIB)

1. Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

2. Menjelaskan kepada ibu macam – macam alat kontrasepsi

182
3. Menjelaskan kepada ibu tentang keuntungan dan kerugian dari

setiap masing-masing kontrasepsi

4. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memilih dan

merundingkan dengan suami mengenai alat kontrasesi yang

akan digunakan

4.5.2 Kunjungan KB II

Ny.”I” P20002 26 tahun calon akseptor KB.

Nama Pengkaji / Nim : Rina istiyani / 2051B1020

Tanggal/Jam : 04 Agustus 2021 / 18.30 WIB

Tempat : BPM Ny. Sismiarti

SUBYEKTIF

Ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD sebagai pilihan alat

kontrasepsinya

OBYEKTIF

1. Pemerikasaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : composmetis

- TTV : TD : 120/80 Mmhg

N : 84 x/menit

RR : 20 x/menit

183
S : 36,5C

2. Pemeriksaan fisik

Muka : Tidak odema, tidak pucat.

Mata : Simetris, Konjungtiva merah muda


Mulut : Lembab, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor.
Gigi : Tidak ada caries gigi, tidak ada perdarahan gusi
Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe

maupun vena jugularis


Payudara : simetris, payudara tampak membesar,tidak ada

massa, hyperpigmentasi pada areola mamae dan

papila mammae, putting tampak menonjol,

pengeluaran ASI lancar.


Abdomen : pembesaran perut (-),nyeri tekan (-)

Genetalia : kecoklatan, tidak ada flour albous.


Ekstermitas : Simetris, oedema ( - ).
ASSASMENT

Ny.”I” P20002 26 tahun dengan aseptor KB IUD.

PENATALAKSANAAN (03 Agustus 2021, Pukul 18:45 WIB)

1. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan.

2. Melakukan inform consent kepada ibu sebelum melakukan

pemasangan kb IUD.

3. Anjurkan ibu untuk menanggalkan pakaian bagian bawah ibu.

4. Menganjurkan ibu mengambil posisi litotomi.\

5. Melakukan pemasangan IUD

a. Mencuci tangan 7 langkah

b. Membuka bak instrumen

184
c. Memakai sarung tangan steril dikedua tangan

d. Mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, agar tidak mudah

terkena kontaminasi dari kulit di sekitar alat genitalia pada saat

pemasangan IUD, maka dipasang duk (kain) steril yang

berlubang, spekulum yang ukurannya sesuai dipasang secara hati-

hati pada vagina, sampai porsio dapat ditampakkan dengan jelas.

Sekali lagi diamati apakah ada kelainan pada porsio dan vagina

yang merupakan kontra indikasi pemasangan IUD.Rongga vagina

dan permukaan porsio dibersihkan dibersihkan dengan bahan

desinfektan.

e. Dengan hati-hati porsio bagian depan dijepit dengan tenakulum

agar porsio dapat terfiksasi. Dilakukan sondase rongga Rahim

dengan sonde rahim, perhatikan kelengkungan sonde terhadap

posisi dan kedudukan uterus. Tujuan melakukan sondase adalah

mengetahui arah serta panjang rongga rahim, sehingga dapat

menentukan ukuran IUD yang harus dipasang dan kedudukan

elips penghenti pada inserter.

f. Setelah kemasan dibuka, bagian sayap dari IUD Cu-T dilipat

kearah pangkalnya dan ikut dimasukkan kedalam inserter

Pelipatan ini dilakukan pada saat masih ada dalam kemasan atau

kemasan belum dibuka dan sebelum memakai sarung tangan,

sehingga lebih menjamin sterilitasnya.

185
g. Tangan kiri pemasang memegang pegangan tenakulum. Tabung

inserter yang didalamnya sudah ada IUD dan pendorong inserter

secara halus dimasukkan kedalam rongga Rahim melalui

orifisium uteri eksternum dengan tangan kanan.Pada waktu

memasukkan inserter dengan IUD di dalamnya ,harus sampai

elips penghenti tertahan oleh serviks uteri, sehingga ujung inserter

telah mencapai fundus. Dengan menahan pendorong inserter,

maka IUD dapat dipasang dan tertinggal didalam kavum uteri.

h. Tenakulum dilepas, dan diperiksa apakah bekas jepitan pada

porsio mengeluarkan darah. Darah yang keluar dari luka bekas

jepitan dan keluar dari orifisium uteri eksternum dibersihkan

dengan kasa kering. Benang IUD yang terlalu panjang dipotong

dengang unting, sehingga benang yang tertinggal terjulur dari

orifisium uteri eksternum sampai kira-kira 2 atau 3 cm dari

introitus vagina. Dengan bahan desinfektan dilakukan desinfeksi

pada daerah orifisium uteri eksternum dan luka bekas tenakulum.

i. Spekulum dilepas dan sebelum mengakhiri pemasangan,

dilakukan pemeriksaan colok vagina untuk memastikan bahwa

seluruh IUD sudah masuk kedalam rongga Rahim sehingga ujung

IUD tidak teraba lagi, serta untuk menempatkan benang IUD pada

forniks anterior vagina agar tidak memberikan keluhan pada

suami saat koitus.

186
j. Setelah selesai pemasangan ditanyakan pada aseptor, apakah

cukup nyaman dan tidak merasa pusing atau sakit perut yang

berlebihan. Awasi juga keadaan umum akseptor sesudah

pemasangan IUD.

6. Membereskan alat dan merendam dalam larutan klorin.

7. Mencuci tangan dan melepas sarung tangan secara terbalik.

8. Memberitahu ibu cara pengecekan benang IUD.

9. Beritahu ibu jadwal pelepasan IUD 5 sampai 10 tahun mendatang,atau

apabila ibu ingin memiliki keturunan lagi.

187
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kehamilan

Pada tanggal 19 April 2020 dilakukan kunjungan pertama pada Ny. “I”

usia 26 tahun UK 36 minggu dan ditemukan tinggi TFU ibu 29 cm dan HB

ibu 9,6g/dL. Sedangkan TFU menurut MC Donald pada usia kehamilan 36

minggu adalah 32 cm di atas sympisis, menurut Manuaba dalam buku Ilmu

Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan

bidan tahun 1998 Hb normal untuk ibu hamil adalah 11 gr%. Maka dengan

demikian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada tanggal 26 April 2020 dilakukan kunjungan kedua pada Ny.”I”

usia 26 tahun UK 37 minggu dan ditemukan tinggi TFU ibu 30 cm dan Hb

ibu 10,8 gr%. Sedangkan TFU menurut MC Donald pada usia 37 minggu

adalah 32 cm di atas sympisis, menurut Manuaba dalam buku Ilmu

Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan

bidan tahun 1998 Hb normal untuk ibu hamil adalah 11 gr%. Maka dengan

demikian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada tanggal 02 Mei 2020 dilakukan kunjungan ketiga pada Ny.“I” usia

26 tahun UK 38 minggu dan ditemukan tinggi TFU ibu 30 cm dan Hb ibu

9,9 gr%. Sedangkan TFU menurut MC Donald pada usia 38 minggu adalah

33 cm di atas sympisis, menurut Manuaba dalam buku Ilmu Kebidanan,

188
penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan tahun

1998 Hb normal untuk ibu hamil adalah 11 gr%. Maka dengan demikian

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus..

Menurut Ari Sulistyawati Standart pelayanan ke-6 membahas tentang

pengelolaan anemia pada kehamilan (Pemeriksaan HB) yang bertujuan

untuk menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan melakukan tindak

lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan

berlangsung. Berdasarkan kenyataannya ibu melalukan pemeriksaan Hb

sebanyak 3 kali selama trimester III dan dari hasil pemeriksaan ibu

mengalami anemia ringan. Dengan demikian, dikatakan terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus.

4.2 Persalinan

Menurut Harry Oxorn dan William R Forte tahun 2010 pada buku Ilmu

kebidanan: patologi dan fisiologi persalinan bahwa pada

1. Kala I : dari saat mulainya persalinan sungguhan sampai

pembukaan lengkap. Pada primigravida lamanya 6 sampai 18

jam dan pada multipara 2 sampai 10 jam.

2. Kala II : dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Pada

primigravida lamanya 30 menit sampai 3 jam, dan pada

multipara 5 sampai 30 menit.

3. Kala III : dari lahirnya bayi sampai keluarnya placenta.lamanya 5

sampai 30 menit.

189
4. Kala IV : dari keluarnya plasenta sampai keadaan ibu post

partum menjadi stabil.

Sedangkan menurut Desiyana Nani dalam buku fisiologi manusia

menjelaskan bahwa kala I memiliki 2 fase,yaitu:

1. Fase laten : dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan

mendekati 4cm.

2. Fase aktif : pembukaan dimulai dari 4 cm hingga lengkap

(10cm), dan fase aktif dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Fase akselerasi : lamanya 2 jam dengan pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

b. Fase dilatasi : maksimal lamanya 2 jam, dengan

pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.

c. Fase deselerasi : lamanya 2 jam,dengan pembukaandari 9

cm sampai pembukaan lengkap.

Menurut buku saku kebidanan dari EGC tahun 1598 menjelaskan bahwa

plasenta terdiri atas 10-40 kotiledon atau lobus, yang terbagi-bagi oleh

speptum atau alur,dalam bentuk seperti diskus, biasanya dengan

ketebalan1,5 – 3 cm. Berat rata-rata plasenta (tanpa tali pusat atau selaput

ketuban) adalah 480  135 gram (plasenta yang dilahirkan dengnan seksio

sesaria dapat memiliki berat 100 mL lebih.

Namun, pada pemeriksaan Ny.”I” pada saat inpartu kala I multipara fase

aktif deselerasi berjalan  2 jam, dan plasenta lahir spotan dan tidak

lengkap.maka dengan demikian ada kesenjangan antara teori dan kasus.

190
4.3 Nifas

Menurut Ari Sulistyawati dalam, buku asuhan kebidanan pada

kehamilan menjelaskan bahwa pemeriksaan tfu dan lochea, yaitu :

1. Pada akhir kala II, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.

2. Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat sympisis

dengan berat 500 gram.

3. Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas sympisis dengan

berat 350 gram.

4. Pada 6 minggu post partum, TFU mengecil (Tidak teraba) dengan

berat 50 gram.

Macam-macam lochea :

1. Lochea rubra keluar pada hari pertama sampai hari ke 4 masa post

partum dengan warna merah segar.

2. Lochea sanguinolenta berwara merah kecoklatan dan berlendir,serta

berlangsung dari hari ke 4 sampai ke 7 post partum.

3. Lochea serosa berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit, robekan / laserasi plasenta, keluar pada hari ke 7

sampai hari ke 14.

4. Lochea alba berwarana putih karna mengandung leukosit, sel

desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, serabut jaringan yang mati,

dan berlangsung 2 – 6 minggu post partum.

191
5. Lochea purulenta yang keluar cairan nanah berbau busuk.

6. Lochea statis pengeluaran lochea yang tidak lancar.

Pada pemeriksaan setelah melahirkan hari ke I tanggal 16-05-2021

Hasilnya, ASI : lancar (+/+), tidak ditemukan adanya bandungan ASI,

Abdomen TFU teraba 3 jari di bawah pusat, Pengeluaran pervaginam

Lochea : rubra (merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban) jumlah ± 30 cc. Dengan demikian, dikatakan tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Pada pemeriksaan hari ke 6 tanggal 22-05-2021 Hasilnya: ASI : lancar

(+/+), tidak ditemukan adanya bandungan ASI, Abdomen TFU tidak teraba,

Pengeluaran pervaginam Lochea: sanguinolenta (merah kuning berisi darah

dan lendir). Dengan demikian, dikatakan ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Pada pemeriksaan harike 14 (2 minggu) tanggal 29-05-2021 Hasilnya:

ASI : lancar (+/+), tidak ditemukan adanya bandungan ASI, Abdomen TFU

tidak teraba, Pengeluaran pervaginam Lochea : serosa (lebih pucat dari

lochea rubra,berwarna merah jambu kekuning-kuningan. Dengan demikian,

dikatakan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada pemeriksaan hari ke 40 tanggal 25-06-2021 Hasilnya: ASI : lancar

(+/+), tidak ditemukan adanya bandungan ASI, Abdomen TFU tidak teraba,

Pengeluaran pervaginam Lochea : alba warna putih kekuningan. Dengan

demikian, dikatakan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

192
4.4 Bayi Baru Lahir

Menurut Nanny dkk. Pada buku asuhan neonatal bayi dan anak balita

menjelaskan bahwa :

1. Lahir aterm antara 37-42 minggu

2. Berat badan 2500-4000 gram

3. Panjang badan 48-52 cm

4. Lingkar dada 30-38 cm

5. Lingkar kepala 33-35 cm

6. Lingkar lengan 11-12 cm

7. Reflek rooting (mencari puting susu saat dirangsang taktil pada

daerah pipi dan daerah mulut).

8. Reflek sucking (isap dan menelan).

9. Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan).

10. Reflek grasping (menggenggam)

Bayi Ny.I lahir pada jam 23.40 WIB, tanggal 15-05-2021 dengan masa

gestasi 38-39 minggu, berat badan bayi 3300 gram,panjang badan 52 cm,

lingkar dada 32 cm, lingkar kepala 33 cm. Maka tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

193
4.5 Keluarga Berencana (KB)

Setelah hari pasca melahirkan Ny.“ I“ mengatakan ingin menggunakan

KB IUD, dan pada tanggal 03-08-2021 Ny.“ I“ datang ke BPM Ny.Suharti

untuk pemasangan KB IUD, dilakukan pemeriksaan BB : 49 kg, TD :

110/80 mmHg, N : 84 x/menit, S: 36,7˚C, RR : 20x/menit.

Nasehat yang diberikan tidak boleh melakukan hubungan seksual selama

masih ada bercak darah, dan mengajari ibu cara pengecekan benang IUD.

Tanggal kembali 5 sampai 10 tahun yang akan datang, atau apabila ingin

memiliki keturunan lagi, atau apabila ada keluhan. Dengan demikian,

dikatakan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

194
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Kehamilan

Asuhan kebidanan Ny “I” pada masa kehamilan telah dilakukan

pada tanggal 19-04-2021 sampai tanggal 02-05-2021. Dan ditemukan

beberapa kesenjangan yaitu ibu melakukan pemeriksaan Hb pada

trimester III dengan hasil di bawah normal yaitu 9,9 g/dL. Hal ini

tidak sesuai dengan teori.

6.1.2 Persalinan

Asuhan kebidanan Ny “I” pada masa persalinan telah dilakukan

pada tanggal 15-05-2021 dan ditemukan kesenjangan antara teori dan

kasus yaitu TBJ tidak sesuai dengan teori.

6.1.3 Nifas

Asuhan kebidanan Ny “I” pada masa nifas telah dilakukan pada

tanggal. 16-05-2021 sampai tanggal 25-06-2021 ditemukan

kesenjangan antara teori dan kasus.

6.1.4 Bayi Baru Lahir ( BBL )

Asuhan kebidanan By Ny “ I ” pada masa BBL telah dilakukan

pada tanggal 15-05-2021 sampai tanggal 25-06-2021 dan tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

195
6.1.5 Keluarga Berencana (KB)

Asuhan kebidanan Ny “I” pada akseptor baru KB IUDtelah

dilakukan pada tanggal 03-08-2021 dan tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan kasus.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Pasien

Dengan adanya Laporan ini, diharapkan dapat memberikan

informasi dan pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, nifas,

merawat bayi baru lahir,dan keluarga berencana sehingga suami dan

keluarga dapat memberikan dukungan kepada ibu.

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan sebagai institusi yang berperan dalam mencetak tenaga

kesehatan dan melayani masyarakat khususnya bidan, mampu

memantau kemampuan SKILL yang dimiliki oleh mahasiswa agar

memperoleh kelulusan yang berkompeten dalam bidangnya.

6.2.3 Bagi Bidan Praktek Mandiri

Diharapkan sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di bidan

praktek mandiri mampu lebih meningkatkan kesehatan masyarakat

misalnya dengan melakukan pengkajian yang mendetail terutama

dalam menanyakan tentang Hari Pertama Haid Terakhir ( HPHT ) ibu,

196
mengadakan kelas ibu hamil, dan penyuluhan pada masyakat agar

masyarakat selalu memeriksakan keadaannya pada tenaga kesehatan.

6.2.4 Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat memberikan dan melaksanakan

asuhan kebidanan sesuai dengan teori karena teori mendasari setiap

praktek. Sehingga antara teori dan praktik tidak ada kesenjangan serta

dapat dijadikan bahan refrensi.

197
Daftar Pustaka

Anggraini Yetti, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka


Rihana.
Anggraeni Yetti dan Martini. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Rohima Press

Dewi, Vivian Nani Lia. 2011. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika

Eniyati dan Putri Melisa. 2012. Asuhan Kebidanna pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hidayat, A. A. A. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: EGC

Jannah Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Kehamilan. Yogyakarta:


ANDI.

Hani Ummi dkk, 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta :
Salemba Medika.
Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan dan KB : Jakarta :
EGC
Manuaba , IAC., Manuaba, IBFG., Manuaba, IBG. 2009. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Edisi II. Jakarta: EGC

Maryuani Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).
Jakarta: Trans Info Media
Maritalia Dewi, 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Megasari miratu dkk 2015 asuhan kebidanan 1 yogyakarta deepublish
Muslihatun Wafi Nur, 2009. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta :
Fitra Maya.
Nanny Lia Dewi Vivian, 2010.asuhan Neonatal Bayi Dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika.

198
Notoadmojo Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, 2009. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Romauli Suryati. 2011. Buku Ajar ASKEB I: Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika

Rukiyah Yeyeh A dan Yulianti Lia. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak
balita. Jakarta: Salemba Medika
Rukiyah Yeyeh Dkk, 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Trans Info
Media.
Saifudin Bari Abdul, dkk. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustakan Sarwono-Parawirohardjo
Saleha, Sitti, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Sofian Amru., 2013. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologis,
Obstetri Patologis. Edisi III. Jakarta: EGC
Sulistyawati Ari, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika.
Sulistyawati Ari. 20012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Hamil. Jakarta: Salemba
medika

199
200
201
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DAN MOTIVASI BIDAN
DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MENGIKUTI SENAM
HAMIL DI KLINIK RIMASDALIFAH ARUMY KOTA
BINJAI TAHUN 2018

Pendahuluan; Senam Hamil adalah latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil,
secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan. Senam hamil
terbukti baik bagi ibu maupun janin selama dilakukan dengan tepat dan tidak ada
kondisi lain yang membahayakan. Senam hamil merupakan salah satu kegiatan
dalam pelayanan antenatal care yang bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan
mental ibu hamil.

202
Tujuan; untuk mengetahui hubungan dukungan suami dan motivasi bidan dengan
keikutsertaan ibu mengikuti senam hamil di Klinik Rimasdalifah Arumy Kota
Binjai Tahun 2018.

Metode; desain penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross


sectional, dengan kuesioner. Teknik pengambilan sampel dengan accidental
sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan
peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel yang berjumlah 35 orang ibu hamil,
dan teknik analisis yang dilakukan menggunakan analisis Univariat dan analisis
Bivariat.

Hasil;berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi–squaredengan α=


0,05 di peroleh dukungan suami p- value 0,031> 0,05 dan motivasi bidan p- value
0,031> 0,05.

Kesimpulan; ada hubungan antara dukungan suami dan motivasi bidan dengan
keikutsertaan ibu mengikuti senam hamil di Klinik Rimasdalifah Arumy Kota
Binjai Tahun 2018. Diharapkan pada seluruh tenaga kesehatan khususnya bidan di
klinik dengan memberikan informasi tentang senam hamil agar ibu hamil selalu
rutin untuk mengikuti kegiatan senam hamil, sehingga lancar pada saat persalinan
nantinya.

Kata Kunci: Dukungan Suami, Motivasi Bidan, Senam Hamil

203
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL KETIDAKNYAMANAN
TRIMESTER III KAKI BENGKAK DENGAN TERAPI RENDAM
KAKI AIR HANGAT DI BPM SRI HARTI BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG

Latar Belakang : Ketidaknyamanan pada Trimester III yang sering terjadi


pada ibu hamil adalah kaki bengkak. Sekitar 20% ibu hamil mengalami kaki
bengkak pada kehamilan trimester III. Dari hasil wawancara dan observasi
langsung di BPM Sri Harti terdapat 60 ibu hamil dan yang mengalami kaki
bengkak ada 5 ibu hamil. Ibu hamil yang mengalami kaki bengkak di BPM
tersebut dilakukan pemberian konseling dan belum pernah dilakukan terapi
non farmakologis rendam kaki air hangat. Upaya untuk mengurangi kaki
bengkak pada ibu hamil Trimester III yaitu dengan terapi rendam kaki air
hangat.
Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. L
umur 18 tahun G1P0A0 UK 36 minggu 1 hari di BPM Sri Harti Banyubiru
Kabupaten Semarang menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah
Varney.
Metodelogi : Metode penulisan yang digunakan penulis dalam pengumpulan

204
data dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, studi
kepustakaan, dan dokumentasi.
Hasil : Hasil asuhan yang diberikan selama 5 hari dengan keluhan kaki
bengkak sudah teratasi dengan terapi rendam kaki air hangat dan body
mekanik.
Kesimpulan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil
ketidaknyamanan Trimester III kaki bengkak dengan terapi rendam kaki air
hangat tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
Saran : Tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dan peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan dengan
menerapkan terapi rendam kaki air hangat untuk mengurangi kaki bengkak
pada pasien ibu hamil Trimester III dalam melakukan asuhan kebidanan.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ketidaknyamanan Trimester III, Terapi


Rendam Kaki Air Hangat

205
206
207
208

Anda mungkin juga menyukai