DISUSUN OLEH :
RINA ISTIYANI
(2051B1020)
DOSEN PEMBIMBING :
DR. NURWIJAYANTI., S. PD., M. KES
NIDN : 0704017601
i
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL TESIS
Diajukan Oleh:
Rina Istiyani
2051B1020
TELAH DISETUJUI
MENGETAHUI,
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Direktur Pascasarjana,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Rina Istiyani
2051B1020
DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji
Dr. Byba melda, S.Kep., Ns., M.Kes (penguji 1) ..........................................
Anggota Penguji I
Yenny puspitasari., S. Kep., Ns., M. Kes (Penguji 2) ..........................................
Anggota penguji II
Dr. Nurwijayanti., S. Pd., M. Kes .........................................
MENGETAHUI,
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Direktur Pascasarjana,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SAW karena atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan “DETERMINAN KESEHATAN YANG
MEMPENGARUHI KECEMASAN IBU HAMIL DALAM MENGHADAPI
PERSALINAN DIMASA PANDEMI COVID 19 ” dapat terselesaikan. Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar pasca sarjana terapan kebidanan (M.
Kes) pada program Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan
STRADA INDONESIA.
Atas terselesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada :
1. Dr. dr. Sentot Imam Suprapto, MM selaku ketua Institut Ilmu Kesehatan STRADA
INDONESIA yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan
menyelesaikan Pendidikan Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Dr. Yuly Peristiowati, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku direktur pascasarjana Program Studi S-2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan STRADA INDONESIA yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Studi Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3. Dr. Katmini, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku wakil direktur pascasarjana dan sekaligus
pembimbing akademik peneliti pada Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Institut Ilmu Kesehatan STRADA INDONESIA yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Program Studi S-
2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.
4. Ratna wardan,S.Si.,MM selaku ketua program studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Institut Ilmu Kesehatan STRADA INDONESIA yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Program Studi S-
2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.
5. Dr. Nurwijayanti., S. Pd., M. Kes selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama proses penyusunan tesis.
6. Sismiarti.,Amd.Keb selaku pembimbing lahan yang telah memberi izin untuk dilakukan
penelitian.
iv
7. Ayah dan ibu sebagai orangtua yang selama ini telah memberi semangat dalam
mengerjakan dan menyelesaikan tesis.
8. Muhammad Nurul Wafa yang telah berpartisipasi memberikan semangat dalam
pengerjaan dan penyelesaian tesis.
9. Saudara dan keluarga besar yang telah berpartisipasi memberikan semangat dalam
mengerjakan dan menyelesaikan tesis.
10. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan
usulan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis berharap
semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Peneliti
v
DAFTAR ISI
Halaman judul i
Lembar persetujuan ii
Lembar pengesahan iii
Kata pengantar iv
Daftar isi vi
Daftar tabel viii
Daftar gambar ix
BAB 1 Pendahuluan 1
A. Latar belakang masalah 1
B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan penelitian 4
D. Manfaat penelitian 4
E. Keaslian penelitian 5
BAB 2 Kajian teori 9
A. Kehamilan TM III 9
B. Dukungan sosial 15
a. Tujuan dukungan sosial 16
b. Bentuk dukungan sosial 17
c. Sumber dukungan sosial 20
d. Faktor-faktor yang menghambat dukungan sosial 22
C. Interaksi sosial 22
a. Definisi interaksi sosial 23
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial 24
c. Aspek-aspek interaksi sosial 26
D. Efikasi diri 29
a. Aspek-aspek efikasi diri 30
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi 32
E. Kecemasan 35
a. Fisiologis 36
b. Psikologis 36
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi 36
d. Kecemasan pada kehamilan 37
e. Tingkat kecemasan 39
f. Alat ukur 40
vi
F. Kerangka konsep 41
G. Hipotesis 42
BAB 3 Metode penelitian 43
a. Desain penelitian 43
b. Subyek, waktu dan tempat penelitian 45
c. Populasi 45
d. Sampel 45
e. Variabel penelitian 46
f. Instrumen penelitian 47
g. Pengolahan dan analisis data 49
vii
Daftar Tabel
viii
Daftar gambar
ix
Informed consent
NIM : 2051B1020
Peneliti
Rina Istiyani
x
Lampiran 1
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang di lakukan oleh :
Saya akan bersedia untuk dilakukan pengukuran dan pemeriksaan demi kepentingan
penelitian. Denagan ketentuan, hasil pemeriksaan akan dirahasiakan dan hanya semata-mata
untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Demikian surat peryataan ini saya sampaikan, agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Kediri,………………………………….2021
Responden (………………..........)
xi
Kisi-kisi instrumen penelitian
Lampiran 2
xii
KUESIONER DUKUNGAN SOSIAL
Petunjuk umum pengisian :
1. Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan
peneliti berdasarkan uraian yang tertulis di lembar kuesioner ini.
2. Berilah tanda (√) pada pilihan data responden pendidikan dan pekerjaan.
3. Berilah tanda (X) di dalam kotak yang telah disediakan sesuai dengan apa
yang anda rasakan sebelum menghadapi persalinan
4. Jika pertanyaan tidak jelas atau kurang dimengerti silahkan bertanya pada
peneliti.
KARAKTERISTIK RESPONDEN :
1. Usia Ibu : < 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
2. Pendidikan : SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
3. Pekerjaan : Bekerja Tidak
Bekerja
KETERANGAN :
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang
TP : Tidak pernah
xiii
N Pertanyaan S S KD TP
o L R
1 Apakah suami membantu pekerjaan rumah?
2 Apakah suami mengajak jalan-jalan utnuk menghilangkan
kecemasan dimasa kehamilan?
3 Apakah suami memberikan support atau semangat untuk
tenang menjalani kehamilan ini?
4 Suami menanyakan kondisi saya dan janin didalam
kandungan saya?
5 Suami sabar mendengarkan keluh kesah saya
6 Apakah suami menghargai perasaan anda yang kadang
cemas memikirkan keselamatan bayi kalian?
7 Apakah suami selalu menemani anda periksa kehamilan?
Lampiran 3
ANGKET INTERAKSI SOSIAL
xiv
Petunjuk Pengisian:
3. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda, dengan
cara memberikan tanda chek() pada kolom yang tersedia.
5. Jawaban yang Anda berikan tidak akan terpengaruh terhadap nilai mata
pelajaran.
xv
Lampiran 4
Usia :
Alamat :
No Pernyataan SS S R TS STS
1 Saya menggunakan bahasa yang sopan
saat berbicara dengan teman saya
2 Saya sangat berhati-hati dalam berbicara agar
tidak menyinggung perasaan lawan bicara
Saya
3 Saya selalu memberi kesempatan lawan
bicara saya untuk menyampaikan
Pendapatnya
4 Jika ada teman yang berbicara dengan
saya, saya memperhatikan dengan baik apa
yang disampaikannya
5 Saya senang membantu teman yang sedang
membutuhkan bantuan
6 Saya ikut merasa sedih ketika teman
saya sedang merasa sedih
7 Ketika melihat teman merasa sakit, saya akan
langsung menanyakan keadaannya
8 Saya senang berkumpul dengan teman selama
kehamilan
9 Saya senang mengikuti kegiatan selama
kehamilan
10 Saya senang bercerita tentang kehamilan saya
dengan teman
11 Saya berbagi cerita tentang kehamilan dengan
teman
12 Saya senang menanyakan pengalaman
kehamilan teman
13 Ketika kontrol kehamilan saya aktif bertanya
kepada bidan
14 Ketika bidan memberikan edukasi saya
mendengarkan dan edukasi
16
Lampiran 5
KARAKTERISTIK RESPONDEN :
5. Usia Ibu : < 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
6. Pendidikan : SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
7. Pekerjaan : Bekerja Tidak
Bekerja
KETERANGAN :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya yakin kehamilan saya baik-baik saja
2 Saya yakin bahwa dapat melahirkan secara normal
3 Saya yakin suami saya selama mendukung saya
4 Saya yakin bahwa bayi saya sehat
5 Saya yakin dapat mengatasi kecemasan saya di masa
kehamlian di era pandemi covid 19
6 Saya yakin dapan melahirkan dibidan
7 Saya yakin daapat melahirkan dengan selamat
8 Saya yakin bayi saya lahir dengan sehat dan tidak ada
cacat
Lampiran 6
Lampiran 12
KUESIONER TINGKAT KECEMASAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN :
5. Usia Ibu : < 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
6. Pendidikan : SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
7. Pekerjaan : Bekerja Tidak
Bekerja
18
No Pertanyaan Rendah Ringan Berat
LEMBAR KONSUL
xix
Nama : Rina Istiyani
NIM : 2051B1020
xx
xxi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hal itu sesuai dengan pendapat kartini kartono (2018) yang menyatakan bahwa pada
setiap wanita baik yang berbahagia maupun yang tidak berbahagia apabila dirinya hamil,
pasti akan dihinggapi campuran perasaan, yaitu: rasa kuat dan berani menanggung segala
cobaan, dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta dan benci, keraguan dan kepastian,
kegelisahan fan rasa tenang bahagia, harapan penuh kegembiraaan, dan kecemasan, yang
semaunya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya. Menurut
dagun (2018) salah satu yang dirasakan ibu hamilsemasa keyamilannya adalah rasa cemas.
Rasa cemas yang dialami ibu hamil terjadi mulai tiga bulan pertama masa kehamilan dan
kembali lagi terjadi tiga bulan menjelang melahirkan. Menurut kartini kartono (2018)
banyak hal yang menyebabkan seorang ibu mengalami kecemasan menghadapi kelahiran
bayinya. Kegelisahan dan kecemasan yang dialami oleh ibu hamil disebabkan karena
beberapa hal, yaitu: takut mati, trauma kelahiran, perasaan bersalah atau berdosa dan
ketakutan rill. Yang dimaksudkan ketakutan rill antara lain adalah takut bayi lahir cacat,
takut bayi hidup semakin berat karena kelahiran anggota keluarga baru, munculnya elemen
ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan dipisahkan dari bayinya
1
dan takut kehilangam bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu
melahirkan bayinya diperkuat oleh rasa berdosa atau bersalah. Hal tersebut menimbulkan
gejolak sosial di tengah masyarakat, berupa kecemasan, stress, dan kekhawatiran. Hal ini
juga berpotensi terjadi pada kelompok rentan seperti ibu hamil. Penerapan kebijakan
PSBB di Indonesia, mengakibatkan penurunan dukungan sosial bagi ibu hamil, dimana
sumber dukungan Ibu hamil berasal dari lingkungan sosial, sehingga hal tersebut
mempengaruhi adaptasi psikologis ibu hamil (Agung, 2020).
Menurut Kemenkes (2021), bahwa Virus Covid-19 pertama kali ditemukan pada
tanggal 2 Maret 2020 dimana dari 1.078.314 jiwa positif menderita Covid-19, ditemukan
sebanyak 29.998 jiwa mengalami kematian dan 873.221 jiwa telah sembuh serta dalam
masa pemulihan sebanyak 175.095 jiwa. Hasil penelitian Yuliani, Diki Retno (2020) di
Kecamatan Baturaden, ditemukan sebanyak 57,5% ibu hamil trimester ketiga mengalami
kecemasan dimana 40% diantaranya ibu hamil tersebut mengalami tingkat kecemasan
ringan hingga sedang. Adapun faktor penyebab dari kecemasan yang dialami ibu hamil
tersebut antara lain resiko terpapar Covid-19, masa karantina dan langkah-langkah yang
diadopsi selama masa pandemi Covid-19 yang dapat memperburuk pada pemikiran dan
emosi ibu dan dapat menimbulkan timbulnya gejala depresi pada ibu hamil tersebut.
Pernyataan di atas didukung oleh penelitian Cella (2016), dimana dari 107.000.000 orang
ibu hamil trimester III ditemukan sebanyak 59% ibu mengalami kecemasan dalam
menghadapi persalinan di masa Pandemi Covid-19.
Menurut Alibasjah et al.,(2016) kecemasan ibu hamil trimeseter III ini diakibatkan
karena rasa kuatir para ibu tidak mendapatkan prenatal care yang adekuat selama
terjadinya pandemi sehingga dapat memicu terjadinya berbagai gejala dan penyakit,
sementara menurut Siallagan & Lestari (2018), kelahiran bayi prematur serta keguguran
dapat terjadi apabila ibu sering mengalami kecemasan. Kecemasan pada ibu hamil
trimester ketiga juga dapat disebabkan karna kurangnya dukungan sosial dari keluarga
terutama dari suami. Dikarnakan ibu hamil pada trimester ini akan sering mengalami
kecemasan dan ditambah dengan adanya pandemi covid 19 yang membuat ibu hamil lebih
merasa sering cemas. Menurut Handayani (2015), proses persalinan seringkali
mempengaruhi aspek psikologis yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan
psikologis pada ibu hamil trimester III, salah satunya adalah kecemasan. Seperti yang
dijelaskan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang paling umum dialami oleh ibu
hamil menjelang persalinan. Kecemasan yang sering terjadi pada ibu hamil trimester III
2
sebagian besar berfokus pada proses persalinan atau masa perawatan dan penyembuhan
yang akan dihadapi. Ibu hamil yang kurang interaksi sosial juga dapat meyebabkan
kecemasan dikarnakan lebih banyak diam dan tidak terbuka terhadap keluarga ataupun
tenaga kesehatan tentang apa yang dialami. Pada trimester ketiga pada kehamilan ibu
sering mengalami kecemasan dikarnakan efikasi diri yang kurang dan ibu merasa takut
dimasa kehamilannya. Adapun faktor penyebab dari kecemasan yang dialami ibu hamil
tersebut antara lain resiko terpapar Covid-19, masa karantina dan langkah-langkah yang
diadopsi selama masa pandemi Covid-19 yang dapat memperburuk pada pemikiran dan
emosi ibu dan dapat menimbulkan timbulnya gejala depresi pada ibu hamil tersebut. .
Menurut Alibasjah et al.,(2016) kecemasan ibu hamil trimeseter III ini diakibatkan karena
rasa kuatir para ibu tidak mendapatkan prenatal care yang adekuat selama terjadinya
pandemi sehingga dapat memicu terjadinya berbagai gejala dan penyakit, sementara
menurut Siallagan & Lestari (2018), kelahiran bayi prematur serta keguguran dapat terjadi
apabila ibu sering mengalami kecemasan.
Angka Kematian Ibu di Jawa Timur mengalami kenaikan di tahun 2020 ini. Hal ini
disebabkan karena adanya pembatasan kunjungan pemeriksaan kehamilan sehingga
penapisan ibu hamil risiko tinggi kurang maksimal, ada beberapa kabupaten/kota jumlah
persalinan yang ditolong dukun yang meningkat dari tahun sebelumnya, banyak ibu hamil
yang seharusnya dilakukan persalinan di fasyankes rujukan, tapi dilakukan di fasyankes
primer karena terbatasnya bed di RS, adanya pandemi covid-19, sehingga penyebab
kematian ibu kasus lain-lain (konfirmasi Covid-19) berjumlah 56 orang yang memberi
kontribusi naiknya jumlah kematian ibu, beberapa kab/kota yang tidak melakukan AMP
minimal 1x tiap tribulan karena adanya pandemi Covid-19 (dinas kesehatan, 2020).
Sedangkan gambaran Angka Kematian Ibu per Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun
2020 adalah sebagai berikut. Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2020 tertinggi
terdapat di Kabupaten Jember yaitu sebesar 173,53 per 100.000 kelahiran hidup sebanyak
61 orang. Sedangkan Angka Kematian Ibu terendah ada di Kota Madiun yaitu sebesar
40,14 per 100.000 kelahiran hidup atau sebanyak 1 orang. Walaupun capaian Angka
Kematian Ibu di Jawa Timur sudah memenuhi target Supas, Angka Kematian Ibu harus
tetap diupayakan turun supaya target Renstra terpenuhi (89,92) (dinas kesehatan, 2020).
3
Neonatal ( AKN ) 15 per 1000 kelhiran hidup ( SDKI, 2017 ). Untuk mengurangi
kecemasan pada ibu hamil trimester ketiga dibutuhkan dukungan sosial, seperti dukungan
dari keluarga, lingkungan , ataupun suami. Dan juga di perlukan membangun efikasi diri
terhadap ibu hamil agar tidak mengalami ketakutan akan kelahiran bayi terlebih dimasa
pandemi covid 19, dan membangun interaksi sosial dengan ibu hamil agar lebih baik, baik
pihak keluarga, lingkungan, ataupun tenaga kesehatan. Karna interaksi sosial yang baik
juga dapat memberikan dukungan sosial secara tidak langsung kepada ibu hamil.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Tujuan Umum :
Menganalisis determinan kesehatan yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan dimasa covid 19
b. Tujuan Khusus :
1. Menganalisis hubungan anatara dukungan sosial dengan tingkat
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Bandar kidul
Kec.Mojoroto Kota Kediri
2. Menganalisis hubungan antara interiaksi sosial dengan tigkat kecemasan
ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Bandar kidul Kec.Mojoroto
Kota Kediri
3. Menganalisis hubungan anatara efikasi diri dengan tingkat kecemasan ibu
hamil dalam menghadapi persalinan di Bandar kidul Kec.Mojoroto Kota
Kediri
4. Menganalisis determinan kesehatan yang paling mempengaruhi
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Bandar kidul
Kec.Mojoroto Kota Kediri
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang
determinan kesehatan yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil dalam menghadapi
persalianan dimasa pandemi covid-19
4
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Peneliti
Dengan hasil penelitian diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
pentingnya pengetahuan tentang determinan kesehatan yang mempengaruhi
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalianan dimasa pandemi covid-
19
c. Bagi Lahan dan Tempat kerja
Hasil penelitian ini di harapkan menjadi bahan kajian ilmiah untuk bisa
digunakan sebagai pengetahuan determinan kesehatan yang mempengaruhi
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalianan dimasa pandemi covid-
19
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan maupun konsultasi secara online, di era pandemi
covid-19.
E. KEASLIAN PENELITIAN
N Nama,judul,dan Tujuan Metode Hasil
o Tahun penelitian
5
di wilayah kota kendari keluarga digunakan untuk dukungan dan
tahun 2017 dengan perilaku mengetahui hampir
ibu dalam hubungan dukungan setengahnya
perawatan keluarga dengan (46,7%) ibu dalam
kehamilan perilaku ibu dalam kehamilan
dengan riwayat perawatan kehamilan pranikah tidak
kehamilan dengan riwayat mendapatkan
pranikah. kehamilan pranikah. dukungan dalam
perawatan
kehamilan. B.
Sebagian besar ibu
(60%) dengan
kehamilan
pranikah
berperilaku tidak
teratur dalam
pemeriksaan
kehamilan dan
hampir
setengahnya (40%)
berperilaku teratur
dalam pemeriksaan
kehamilan. C.
Terdapat hubungan
antara dukungan
keluarga dengan
perilaku ibu dalam
perawatan
kehamilan
pranikah di
puskesmas poasia
dengan tingkat
keeratan cukup
atau kk=0,44.
6
gunungpati kota
semarang dengan
keeratan yang kuat.
Hal ini tunjukkan
dengan perolehan
nilai rhitung adalah
0,624. Nilai rtabel
dengan n= 64 pada
taraf kesalahan 5%
yaitu 0,254. Nilai
rhitung> rtabel
maka ho ditolak
dan ha diterima.
4 Self efficacy ibu hamil Tujuan Desain penelitian ini Berdasarkan hasil
trimester iii dengan penelitian ini menggunakan analisis data
. tingkat kecemasan untuk analitik korelasi menggunakan uji
dalam menghadapi mengetahui dengan pendekatan korelasi spearman
persalinan (jurnal hubungan self cross sectional. rank dengan α =
informasi kesehatan efficacy ibu 0,05 diperoleh ρ
indonesia,2019) hamil trimester value = 0,000
iii dengan sehingga ρ value <
tingkat α (0,000 < 0,05).
kecemasan Maka dapat
dalam disimpulkan h0
menghadapi ditolak, artinya
persalinan. terdapat hubungan
self efficacy ibu
hamil trimester iii
dengan tingkat
kecemasan dalam
menghadapi
persalinan.
7
COVID-19. berpengetahuan
rendah menjadi
75%
berpengetahuan
tinggi.
8
BAB 2
KONSEP TEORI
A. Kehamilan Trimester III
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari
ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa (sperma)
terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada
uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm) (Manuaba, dkk, 2017)
Saifuddin (2011), menerangkan bahwa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu). Kehamilan trimester
III antara umur kehamilan 28-40 minggu.
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama
kehamilan, yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada
trimester III (Saifuddin, 2017).
a. Perubahan fisiologis trimester III Perubahan fisiologis kehamilan III yaitu:
1. Uterus
Saat kehamilan memasuki trimester III tinggi fundus uteri telah
mencapai 3 jari diatas umbilikus atau pada pemeriksaan Mc Donald sekitar
26 cm. Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri akan turun kembali dan
terletak tiga jari di bawah procesus xifoideus (px) oleh kepala janin yang
turun dan masuk ke dalam rongga panggul (Bobak,dkk,2017).
2. Payudara
Pada masa akhir kehamilan kolostrum dapat keluar dari payudara.
Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena
hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone
(Bobak,dkk,2017).
3. Sistem Kardiovaskular
Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena
cava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi terlentang,
penekanan ini akan mengurangi darah balik vena menuju jantung.
9
Akibatnya, terjadinya penurunan preload dan cardiac output sehingga
menyebabkan hipotensi (Saifuddin, 2017).
4. Sistem Pencernaan
Nafsu makan pada akhir kehamilan akan meningkat dan sekresi usus
berkurang. Usus besar bergeser ke arah lateral atas dan posterior, sehingga
aktivitas peristaltik menurun yang mengakibatkan bising usus menghilang
dan konstipasi umumnya akan terjadi (Saifuddin, 2017).
5. Sistem Perkemihan
Keluhan sering kencing akan sering muncul pada akhir kehamilan,
karena kepala janin mulai turun ke Pintu Atas Panggul (PAP) mendesak
kandung kemih. Desakan ini menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh (Bobak,dkk, 2017).
6. Perubahan Psikologi
Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan waspada, ibu
sering merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan dialami pada
saat persalinan. Ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-
waktu, serta takut bayi yang akan dilahirkan tidak normal. Rasa tidak
nyaman akibat kehamilan timbul kembali, merasa diri aneh dan jelek, serta
gangguan body image (Jannah, 2017).
b. Kebutuhan dasar Ibu Hamil Trimester III
Kebutuhan dasar ibu hamil trimester III yaitu sebagai berikut. Kebutuhan
Fisologis:
1. Oksigen
Ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas,
hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat membesarnya
Rahim (Nugroho,dkk, 2017).
2. Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ibu meningkat hingga 300 kalori/hari dari menu
seibang. Contoh: nasi tim dari empat sendok makan beras, ½ hati ayam,
satu potong tahu, wortel parut, bayam, satu sendok teh minyak goreng
dan 400 ml air (Nugroho,dkk, 2017).
3. Vitamin (B1, B2, dan B3)
10
Vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur metabolisme
sistem pernafasan dan energi. Ibu hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi vitamin B1 sekitar 1,2 mg per hari, vitamin B2 1,2 mg
per hari dan vitamin B3 11 mg per hari. Sumber vitamin tersebut yaitu:
keju, susu, kacang – kacangan, hati, dan telur (Nugroho,dkk, 2017).
4. Personal hygiene
Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga oleh setiap
ibu hamil. Kebersihan diri yang buruk dapat berdampak pada kesehatan
ibu dan janin. Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian
dua kali sehari (Nugroho,dkk, 2017).
5. Pakaian
Ibu hamil sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar, mudah
dikenakan dan nyaman. Gunakan kutang dengan ukuran sesuai ukuran
payudara dan mampu menyangga seluruh payudara, tidak
menggunakan sepatu tumit tinggi (Nugroho,dkk, 2017).
6. Eliminasi
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada kehamilan trimester
III dengan frekuensi buang air besar menurun akibat adanya konstipasi.
Ibu hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam sehingga
menganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur dikurangi
(Nugroho,dkk, 2017).
7. Seksual
Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual dengan
suaminya sepanjang hubungan tersebut tidak menganggu kehamilan.
Pilihlah posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita
hamil dan usahakan gunakan kondom karena prostaglandin yang
terdapat pada semen dapat menyebabkan kontraksi (Nugroho,dkk,
2017).
8. Senam hamil
Suatu program latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu
untuk mempersiapkan persalinan baik secara fisik atau mental
(Nugroho,dkk, 2017).
9. Istirahat atau tidur
Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat atau tidur yang cukup.
11
Kurang istirahat atau tidur dapat menyebabkan ibu hamil terlihat pucat,
lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur malam kurang lebih 8 jam dan
tidur siang kurang lebih 1 jam (Nugroho,dkk, 2017).
10. Traveling
Umumnya perjalanan jauh pada enam bulan pertama kehamilan
dianggap cukup aman, bila ingin melakukan perjalanan jauh pada tiga
bulan terakhir kehamilan sebaiknya dirundingkan dengan dokter
(Nugroho,dkk, 2017).
11. Stimulasi pengungkit otak (brain boster).
Pemberian stimulasi diberikan dengan menggunakan musik pada
periode kehamilan yang bertujuan meningkatkan intelegensia bayi yang
dilahirkan (Kemenkes RI, 2017).
c. Persiapan persalinan
Hal yang harus disiapkan adalah P4K seperti penolong persalinan, tempat
bersalin, biaya persalinan, transportasi, calon donor darah, pendamping
persalinan, pakaian ibu dan bayi.
d. Ketidaknyamanan ibu hamil trimester III dan cara mengatasinya
Pada masa kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu yang
membutuhkan suatu adaptasi. Dalam proses adaptasi tidak jarang ibu akan
mengalami ketidaknyaman (Romauli, 2017). Ketidaknyamanan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Sering Buang Air Kecil, cara mengatasinya yaitu kurangi asupan
karbohidrat murni, makanan yang mengandung gula, kopi , teh, dan
soda. (Romauli, 2017).
2. Striae gravidarum, cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan
emolien topical atau antipruritik jika ada indikasinya. (Romauli, 2017).
3. Hemoroid, cara mengatasinya yaitu makan makanan yang berserat,
buah dan sayuran serta banyak mengkonsumsi minum air putih dan sari
buah. Melakukan senam hamil untuk mengatasi hemoroid. (Romauli,
2017).
4. Keputihan, cara mengatasinya yaitu dengan mandi setiap hari,
menggunakan pakaian yang terbuat dari bahan katun, serta
12
mengkonsumsi buah dan sayur. (Sulistyawati, 2017).
5. Keringat bertambah, cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan
pakaian yang tipis, longgar, dan tingkatkan asupan cairan dan mandi
secara teratur. (Sulistyawati, 2017).
6. Napas sesak, cara mengatasinya yaitu merentangkan tangan diatas
kepala serta menghirup napas panjang dan mendorong postur tubuh
yang baik. (Sulistyawati, 2017).
7. Perut kembung, cara mengatasinya yaitu hindari makanan yang
mengandung gas, mengunyah makanan secara teratur dan lakukan
senam secara teratur. (Sulistyawati, 2017).
8. Pusing atau sakit kepala, cara mengatasinya yaitu bangun secara
perlahan dari posisi istirahat dan hindari berbaring dalam posisi
terlentang. (Sulistyawati, 2017).
9. Sakit punggung, cara mengatasinya yaitu posisi atau sikap tubuh yang
baik selama melakukan aktivitas, hindari mengangkat barang berat,
gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung. (Sulistyawati,
2017).
10. Varises, cara mengatasinya yaitu istirahat dengan menaikkan kaki
setinggi 45O atau meletakkan satu bantal dibawah kaki untuk
membalikkan efek gravitasi, jaga agar kaki tidak bersilangan dan
hindari berdiri atau duduk terlalu lama. (Sulistyawati, 2017).
e. Standar Pelayanan Kebidanan pada Ibu Hamil
Menurut Kementerian Kesehatan R.I. (2017), pada standar pelayanan
kebidanan ibu hamil, dapat kita ketahui sebagai berikut.
1. Melakukan pengukuran timbang berat badan dan tinggi badan.
13
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan
antenatal untuk mendeteksi adanya hipertensi dalam kehamilan
(tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) dan preeklamsi (hipertensi kehamilan
yang disertai protein urin).
14
hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal
e. Pemeriksaan Hepatitis B, ini merupakan virus yang menyebabkan
penyakit hati dan dapat menular pada bayi. Bayi dapat
diimunisasi pada saat lahir untuk mencegah penularan.
f. Melakukan penatalaksanaan segera terhadap kasus atau masalah
yang terjadi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil laboratorium, setiap kelainan
yang dite mukan pada ibu hamil harus ditangani dengan standar dan kewenangan bidan.
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
Melakukan temu wicara atau konseling. Bimbingan Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE) dan konseling sesuai kebutuhan ibu termasuk P4K dan kontrasepsi
pascasalin. (Kementerian Kesehatan R.I.,2017). Rangkuman tatalaksana asuhan
antenatal pada kehamilan trimester III yaitu: catatan pada kunjungan sebelumnya,
keluhan yang mungkin dialami selama kehamilan, pemeriksaan keadaan umum,
tekanan darah, suhu tubuh, berat badan, gejala anemia (pucat, nadi cepat), edea, tanda
bahaya (sesak, perdarahan, dan lain – lain) pemeriksaan terkait masalah pada kunjungan
sebelumnya, pemeriksaan tinggi fundus, pemeriksaan obstetrik dengan teknik Leopold,
dan pemeriksaan kadar Hb.
B. Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (Rokhimah, dalam Meilianawati 2018) dukungan sosial adalah
derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh
orang–orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut,
dukungan sosial dapat merujuk pada kenyamanan, kepedulian, harga diri atau segala
bentuk bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok. Menurut
Gonollen dan Bloney (dalam As’ar, 2018), dukungan sosial adalah derajat dukungan
yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang – orang yang
memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut. Dukungan sosial
merupakan transaksi interpersonal yang mencakup afeksi positif, penegasan, dan
bantuan berdasarkan pendapat lain. Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan
mengenai peranan atau pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti
seperti keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Menurut Brownel dan Shumaker
(dalam Sulistyawati, 2018; Rima & Raudatussalamah, 2018) terdapat efek tidak
langsung dari dukungan sosial berarti dukungan sosial memperngaruhi kesejahteraan
individu dengan mengurangi tingkat keparahan stress dari suatu peristiwa. Dukungan
15
sosial melibatkan hubungan sosial yang berarti, sehingga dapat menimbulkan pengaruh
positif bagi si penerimanya. Menurut Ganster dan Victor (dalam Rustiana, 2018; Rima
& Raudatussalamah, 2018) mencatat bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan psikologis. Sejumlah penelitian juga menemukan bahwa
dukungan sosial turut mempengaruhi kesehatan fisik (Rustiana, dalam Rima &
Raudatussalamah, 2018).
16
yang mendukung perasaan istri, mislanya dengan mengajak istri jalan – jalan
ringan, menemani istri kedokter untuk memeriksakan kehamilannya serta tidak
membuat masalah dalam komunikasi (Astuti, H dalam Subketi I, 2018). Menurut
(Romana, T dalam Subekti I, 2018) yang dapat dilakukan para suami dan
memperhatikan kebutuhan aman dan nyaman pada istri selama masa kehamilan
yaitu salah satunya dengan bersama – sama hadir dalam kursus kelas ibu hamil
atau mengantar istri ke tempat senam hamil.
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita
yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru
pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan
adanya dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat. Suami sebagai seorang
yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil wanita
mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami yaitu
memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri
mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan selama masa kehamilan (Astuti, H dalam Subekti
I, 2018). Keterlibatan suami dalam kesehatan reproduksi telah dipromosikan
sebagai strategi baru yang menjanjikan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan
anak. Dalam penyediaan layanan perawatan antenatal terfokus, salah satu elemen
penting yaitu promosi keterlibatan suami dalam proses perawatan antenatal
(Gebrehiwot, dkk 2018).
17
kepuasaan individu pada saat memberi dukungan. Kepuasaan dengan dukungan
sosial dipengaruhi oleh faktor kepribadian seperti harga diri dan perasaan control
atas lingkungan sekitar (Abadi.L, 2018).
Dukungan sosial dapat diperoleh dari sejumlah orang yang dianggap penting
(Significant others) seperti suami, anak, orangtua, saudara atau kerabat dan teman
akrab (dalam Kumolohadi, 2018; Rima & Raudatussalamah, 2018). Menurut
House dan Kahn (dalam Kumolohadi, 2018; Rima & Raudatussalamah, 2018)
mengungkap bentuk-bentuk dukungan sosial yaitu, dukungan emosional,
dukungan ini ditunjukkan melalui ekspresi empati, perhatian dan kepedulian
terhadap seseorang. Dukungan Penghargaan, ditunjukkan melalui ekspresi orang
lain tentang pandangan yang positif terhadap seseorang, dorongan atau
persetujuan terhadap gagasan dan perasaan seseorang. Dukungan Instrumental,
melibatkan bantuan langsung seperti memberikan atau meminjamkan uang atau
membantu mengerjakan tugas. Dukungan Informasi, yaitu pemberian nasehat,
pengarahan, saran atau umpan balik mengenai apa yang dapat dilakukan.
Dukungan sosial melibatkan hubungan sosial yang berarti, sehingga dapat
menimbulkan pengaruh positif bagi penerimanya. Ganster dan Victor (dalam
Rustiana, 2018; Rima Rima & Raudatussalamah, 2018) mencatat bahwa
dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan psikologis.
Sejumlah penelitian juga menemukan bahwa dukungan sosial turut
mempengaruhi kesehatan fisik. Menurut House dan Khan (dalam Mujiadi, 2004 ;
Rima & Raudatussalamah, 2012), dukungan sosial mampu menolong individu
mengurangi pengaruh yang merugikan dan dapat mempertahankan diri dari
pengaruh negatif. Pada masa kehamilan dukungan sosial dari suami sangat
diperlukan oleh ibu hamil, agar ibu hamil menjadi bahagia dan menghayati masa
kehamilannya dengan tenang sehingga ibu dapat termotivasi menjaga kesehatan
selama kehamilan.
Bentuk dukungan sosial menurut Cohen & Hoberman (dalam Isnawati &
Suhariadi, 2013) yaitu:
1. Appraisal Support
Yaitu adanya bantuan yang berupa nasehat yang berkaitan dengan
pemecahan suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor.
18
2. Tangiable Support
Yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik
dalam menyelesaikan tugas
4. Belonging Support
Menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok
dan rasa kebersamaan.
Sedangkan menurut Cutrona & Gardner (2018) dan Uchino (2018) (dalam
Sarafino, 2011) dijelaskan secara rinci terdapat empat bentuk dukungan sosial,
yaitu:
1. Emotional Support
Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap
orang yang bersangkutan sehingga individu merasa nyaman, aman, juga
merasa dicintai saat individu sedang mengalami tekanan atau dalam
keadaan stress.
2. Esteem Support
Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif
kepada orang yang sedang mengalami stress, dorongan atau persetujuan
terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan
positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat
menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa
menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini
sangat berguna ketika individu mengalami stress karena tuntutan tugas
yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya.
19
berupa materi atau jasa.Misalnya memberi atau meminjamkan uang atau
membantu meringankan tugas orang yang sedang mengalami stress.
Dengan adanya bantuan yang mengacu pada ketersediaan peralatan, materi
atau jasa dapat membantu mengatasi permasalahan – permasalahan yang
bersifat prakits.
4. Informational Support
Mencakup memberi nasehat. Petunjuk, saran ataupun umpan balik,
sehingga dapat mengarahkan bagaimana individu memecahkan masalah
yang dihadapi.
Dalam konsep teori Sarafino, terdapat Companionship Support yaitu
dukungan yang mencakup pada ketersedian kelompok untuk
menghabiskan waktu secara bersama. Dengan demikian dapat
memberikan rasa kebersamaan dalam suatu kelompok untuk melakukan
aktivitas sosial bersama. Dukungan ini menyebabkan individu merasa
bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota –
anggotanya dapat saling berbagi.
20
kehamilannya. Ibu hamil yang memiliki dukungan yang tinggi akan merasa puas
karena kebutuhan secara fisik dan psikologis terpenuhi. Akan tetapi, hal itu akan
menjadi penghambat jika keluarga tidak memberikan dukungan terhadap ibu
hamil. Dari sisi kesehatan, hormonal wanita saat hamil, dapat merubah mood
untuk melakukan sesuatu selama kehamilannya berlangsung. Hal ini normal,
tetapi seharusnya tidak terlalu konsentrasi terhadap hal – hal tersebut karena dapat
membuat keadaan ibu hamil menjadi lebih sulit mengurangi rasa jenuh maupun
tertekan. Walaupun dukungan datang dari orang – orang terdekat tetapi jika sudah
tidak ada keinginan dari diri sendiri untuk melakukan sesuatu maka semuanya
akan percuma (Andryana. R, 2018).
Sebagaimana penelitian yang dilakukan Johanna Gladieux terhadap 26
pasangan suami-istri yang tengah menghadapi kehamilan di California, dukungan
emosional suami terhadap istri dapat menyebabkan adanya ketenangan batin dan
perasaan senang dalam diri istri. Istri akhirnya menjadi lebih mudah
menyesuaikan diri dalam situasi kehamilan (dalam Dagun, 2018; Rima &
Raudatussalamah, 2018). Sarason juga berpendapat bahwa orang yang
memperoleh dukungan sosial akan mengalami hal-hal positif dalam hidupnya,
memiliki harga diri, dan mempunyai pandangan yang lebih optimis (dalam
Mujiadi, 2018; Rima & Raudatussalamah, 2018). Dukungan selama kehamilan
lebih banyak manfaatnya dalam mengurangi tekanan ibu selama proses kehamilan
dan persalinan, penelitian telah menunjukkan bahwa ketika wanita dalam masa
kehamilan dan persalinan memiliki rasa stress, rasa aman yang menurun dan
kecemasan, tidak hanya itu banyak penelitian selama 30 tahun terakhir
menyatakan bahwa suami dapat memberikan dukungan psikologis, emosional dan
moral. Demikian juga dilaporkan bahwa suami memiliki fungsi penting dalam
mendukung ibu hamil selama kehamilan dan persalinan (Magrabi & Mohamed,
2018). Menurut Gottlieb sumber dukungan sosial dapat dibagi menjadi dua
macam:
1. Hubungan seseorang dengan professional. Maksudnya adalah seseorang
yang ahli dibidangnya, misalnya seorang tenaga kesehatan dengan ibu
hamil sehingga membentuk interaksi sosial.
2. Hubungan seseorang dengan nonprofessional, misalnya suami, anggota
keluarga lainnya seperti anak, teman dan kerabat dekat. Sehingga
terbentuk interaksi antara ibu hamil dengan orang – orang terdekat.
21
Dalam penelitian Mullany et al. (2007) dan Fatimah (2009) juga memiliki
pendapat serupa bahwa dukungan dari keluarga terutama suami dalam mengikuti
kelas ibu hamil sangat berpengaruh besar pada ibu hamil. Masyarakat yang
kurang pengetahuan tentang kelas ibu hamil cenderung tidak mendukung kegiatan
kelas ibu hamil dan masyarakat masih menganggap kelas ibu hamil itu merupakan
pekerjaan orang kesehatan saja, sehingga hal tersebut mempengaruhi partisipasi
ibu dalam kegiatan kelas ibu hamil. Hasil dari beberapa penelitian tersebut juga
sesuai dengan konsep yang dinyatakan oleh Mullany et al., (2007) bahwa
keluarga atau orang terdekat merupakan perantara yang efektif dan mampu
memberikan kemudahan seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Karena keluarga, terutama suami juga memiliki peran dalam menentukan
keputusan untuk memelihara kesehatan para anggota keluarganya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah segala bentuk tindakan
dan ucapan yang bersifat membantu dengan melibatkan emosi, informasi,
instrumentasi dan appresiasi (penilaian positip) pada individu dalam mengahadapi
masalahnya. Salah satu peran serta suami atas kehadiran ibu hamil ketika
melakukan kelas senam hamil yaitu dengan memberikan motivasi kepada ibu
berupa dukungan secara psikologis dan dukungan nyata terhadap ibu agar dapat
berpartisipasi dalam program senam hamil (Mullany et al., 2007; Redshaw &
Henderson 2013).
1. Penarikan diri dari orang lain, disebabkan karena harga diri yang rendah,
ketakutan untuk dikritik, pengharapan bahwa orang lain tidak menolong,
seperti menghindar, mengutuk diri, diam, menjauh, tidak mau meminta
bantuan.
2. Melawan orang lain, seperti sikap curiga, tidak sensitif, tidak timbal balik,
dan agresif.
22
C. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan
antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses
sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar
manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara- cara berhubungan
yang dapat dilihat jika individu dan kelompok- kelompok sosial saling bertemu serta
menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.
23
interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Pergaulan hidup terjadi
apabila orang atau kelompok manusia bekerja sama. Saling bicara dan
seterusnya untuk mencapai tujuan bersama (Anagoro dan Widiyanti, 2018: 24).
Interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu
yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau
sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan
tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau
kelompok dengan kelompok (Walgito, 2018: 57)
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu
yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain, atau sebaliknya.
1. Faktor Imitasi
Banyak para ahli Sosial berpendapat bawa seluruh kehidupan sosial
itu sebenarnya berdasarkan faktor imitasi saja. Walaupun pendapat ini
ternyata berat sebelah, peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak
kecil. Sebelum orang mengimitasi suatu hal, terlebih dahulu haruslah
terpenuhi syarat, yaitu :
2. Faktor Sugesti
24
Bahwa dalam sugesti itu seseorang memberikan pandangan atau sikap
dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain diluar sana. Memang
benar pula peranan sugesti itu dalam pembentukan norma-norma
kelompok, prasangka-prasangka sosial, norma-norma susila, norma
politik dan lain-lainnya. Sebab, pada orang kebanyakan diantara
pedoman-pedoman tingkah lakunya itu banyak dari adat kebiasaan yang
diambil alih begitu saja, tanpa mempertimbangkan lebih lanjut dari orang
tuanya, pendidik, ataupun kawan di lingkungannya.
Syarat-syarat yang memudahkan sugesti itu terjadi, yaitu :
3. Faktor Identifikasi
Identifikasi adalah suatu istilah yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud seorang tokoh psikologi dalam. Identifikasi merupakan dorongan
untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Identifikasi dilakukan
orang kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam suatu segi, untuk
memperoleh sistem norma, sikap, dan nilai yang dianggapnya ideal dan
yang masih merupakan kekurangan pada dirinya. Sebagaimana
diungkapkan, proses ini terjadi secara otomatis, di bawah sadar, dan
obyek identifikasi itu tidak dipilih secara rasional, tetapi berdasarkan
penilaian subyektif, berperasaan.
Identifikasi dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu :
a. Anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial
25
itu karena orang tua dengan sengaja mendidiknya;
b. Anak mengidentifikasi diri pada orang tua, Karena
orang tua sangat penting sebagai tempat identifikasi
dari anak-anaknya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah.
4. Faktor Simpati
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang
terhadap orang lain. Timbulnya simpati itu merupakan sadar bagi diri
manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Simpati
menghubungkan seseorang dengan orang lain, sebaliknya perasaan
antipati cenderung menghambat atau menghilangkan sama sekali
pergaulan antar orang. Adam Smith membedakan 2 bentuk dasar
daripada simpati:
a. Yang menimbulkan respons yang cepat hampir seperti reflek
b. Yang sifatnya lebih intelektual kita dapat bersimpati terhadap
seseorang, meskipun kita tak merasakan sebagai yang ia rasakan.
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasionil, melainkan
berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan
sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik
baginya.
a. Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengiriman berita atau informasi
dari seseorang kepada orang lainnya. Dalam kehidupan sehari–hari
kita melihat komunikasi ini dalam berbagai bentuk, misalnya
bergaul dengan teman, percakapan antara dua orang, pidato, berita
26
yang dibacakan oleh penyiar, buku cerita, koran, dan sebagainya.
Terdapat lima unsur dalam proses komunikasi, yaitu :
c. Sikap
Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang,
tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang
terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian, situasi, orang
orang, atau kelompok. Sikap dinyatakan dalam tiga domain, yaitu :
27
3) Cognition, merupakan penilaian terhadap objek sikap
Aspek sikap ini indikatornya adalah : perasaan dalam suatu
situasi.
1) Situasi kebersamaan
28
2) Situasi kelompok sosial
D. Efikasi Diri
Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (self- efficacy).
Bandura (2018) mendefinisikan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan seseorang
terhadap kemampuan atau kompetisinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai
tujuan, atau mengatasi hambatan tertentu. Lebih lanjut Bandura menjelaskan efikasi diri
adalah kepercayaan seseorang bahwa orang tersebut dapat menguasi sebuah situasi dan
menghasilkan keluaran yang positif. Efikasi diri tidak hanya dapat dipahami sebagai
keyakinan seseorang pada kemampuannya, tetapi juga dapat dilihat sebagai penilaian
atas kemampuan yang dimiliki diri sendiri. Pikiran individu terhadap efikasi diri
kemudian menentukan seberapa besar usaha yang dicurahkan dan seberapa lama
individu akan tetap bertahan dalam menghadapi hambatan yang sedang dialami.
Bandura menjelaskan kepercayaan seseorang dalam keyakinan dirinya memiliki
berbagai dampak, Seperti pengaruh kepercayaan dalam mengambil keputusan untuk
mencari kebahagiaan, seberapa banyak usaha yang dilakukan dalam mencurahkan kerja
kerasnya, seberapa lama seseorang akan gigih menghadapi rintangan dan kegagalan,
penyesuaian dalam keadaan sengsara, pola apa yang akan dilakukan antara menghindari
atau menghadapinya, seberapa banyak stres dan depresi pengalaman seseorang dengan
beban yang dituntut oleh lingkungan, dan tingkat penyelesaian tugas yang dapat
diselesaikan. Bagian inilah yang menentukan seperti apa seseorang akan tergambarkan
secara alami dan alternatif gambaran dari terbentuknya seseorang.
Sedangkan menurut Baron & Byrne (2018) menyatakan bahwa efikasi diri
merupakan salah satu bagian dari konsep diri yang meliputi suatu kumpulan keyakinan
mengenai kemampuan individu untuk menghadapi tugas-tugas secara efektif dan
menyelesaikan tugas tersebut. Myers (2018) mengemukakan bahwa dalam kehidupan
sehari-hari, efikasi diri mengarahkan kepada sekumpulan target yang menantang dan
29
tidak pantang menyerah dalam mendapatkannya. Kurniawan (2018) mengatakan bahwa
keyakinan diri merupakan panduan untuk tindakan, yang telah dikonstruksikan dalam
perjalanan pengalaman interaksi sepanjang hidup individu. Crick & Dodge (dalam
Kurniawan, 2018) menjelaskan keyakinan diri merupakan representasi mental individu
atas realitas, terbentuk oleh pengalaman pengalaman masa lalu dan masa kini, dan
disimpan dalam memori jangka panjang.
Pada penelitian ini, pengertian efikasi diri mengacu pada definisi yang
dikemukakan oleh Bandura karena pengertian efikasi diri cenderung mengarahkan pada
seberapa besar usaha yang dapat dicurahkan seseorang dan seberapa lama individu akan
tetap bertahan dalam menghadapi hambatan yang sedang dialami. Bandura menjelaskan
bagaimana efikasi diri dapat membentuk dan menentukan seperti apa kepribadian
manusia dan gambaran diri seseorang dalam menghadapi masalah, seberapa besar usaha
yang dilakukan, dan sikap apa yang diambil dalam menghadapi masalah, dan pengaruh
efikasi diri seseorang dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan
keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengasuh dan mendidik anaknya.
Hal ini meliputi keyakinan mengenai kemampuan seseorang dalam mengasuh secara
efektif dan mengarahkan pada sekumpulan target yang harus dicapai dan berusaha
untuk mendapatkannya. Kepercayaan seseorang dapat menguasai sebuah situasi dan
menghasilkan keluaran positif serta tidak hanya dipahami sebagai keyakinan pada
kemampuannya, tetapi dapat juga sebagai penilaian atas kemampuan yang dimiliki diri
sendiri. Efikasi diri merupakan representasi mental individu atas realitas sehingga
terbentuk oleh pengalaman masa lalu dan masa kini dan disimpan dalam memori jangka
panjang. Terbentuknya pemikiran individu terhadap efikasi akan menentukan seberapa
besar usaha yang dicurahkan seseorang untuk terus berusaha menghadapi hambatan.
1. Aspek - Aspek Efikasi Diri Parenting
Bandura (2018) menyatakan terdapat tiga hal penting yang dapat digunakan
untuk membentuk efikasi diri, yaitu sebagai berikut :
a. level
Dimensi ini mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini
individu akan mampu mengatasinya. Apabila tugas-tugas yang
dibebankan pada individu disusun menurut tingkat kesulitannya, maka
perbedaan efikasi diri secara individual mungkin terbatas pada tugas-
tugas yang sederhana, menengah, atau tinggi. Individu akan melakukan
30
tindakan yang dirasakan mampu untuk dilaksanaknnya dan akan tugas-
tugas yang diperkirakan di luar batas kemampuan yang dimilikinya.
b. Generality
Dimensi ini mengacu pada variasi situasi di mana penilaian tentang
efikasi diri dapat diterapkan. Aspek ini berhubungan luas bidang tugas
atau tingkah laku. Beberapa pengalaman berangsur-angsur menimbulkan
penguasaan terhadap pengharapan pada bidang tugas atau tingkah laku
yang khusus sedangkan pengalaman lain membangkitkan keyakinan
yang meliputi berbagai tugas.
c. Strength
Dimensi ini terkait dengan kekuatan atau kemantapan dari efikasi
diri seseorang ketika berhadapan dengan tuntutan tugas atau suatu
permasalahan. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah mudah
digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya,
sedangkan seseorang yang memiliki efikasi diri yang kuat tekun dalam
meningkatkan usahanya meskipun dijumpai pengalaman yang
memperlemahnya.
Corsini (dalam Hambawany, 2018) mengemukakan terdapat empat aspek
yang dapat mempengaruhi efikasi diri yaitu:
a. Kognitif.
Kemampuan seseorang untuk memikirkan cara-cara yang digunakan
dan merancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Asumsi yang timbul dari dari aspek kognitif ini adalah
semakin efektif kemampuan berfikir dan dalam berlatih mengungkapkan
ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung seseorang
bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Motivasi.
Kemampuan seseorang untuk memotivasi diri melalui pikirannya
untuk melakukan suatu tindakan dan keputusan dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Motivasi seseorang timbul dari pemikiran optimis
dalam diri untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Motivasi dalam
efikasi diri digunakan untuk memprediksi kesuksesan dan kegagalan
individu.
c. Afeksi.
31
Kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi terjadi secara alami dalam diri
seseorang dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman
emosional. Afeksi ditunjukkan dengan mengontrol kecemasan dan
perasaan depresif yang menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk
mencapai tujuan.
d. Seleksi.
Kemampuan seseorang untuk menyeleksi tingkah laku dan
lingkungan yang tepat sehinnga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Asumsi yang timbul dalam aspek ini yaitu ketidakmampuan orang dalam
melakukan seleksi, tingkah laku membuat orang tidak percaya diri,
bingung dan mudah menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi
yang sulit.
Baumrind dan Black (dalam steinberg, 2018) menjelaskan bahwa ada
beberapa aspek penting dalam pola asuh demokratis, yaitu:
a. Komunikasi
Pada pola asuh demokratis terjadi komunikasi yang baik antara
orantua dengan anak. Komunikasi itu berjalan dua arah atau timbal balik,
orangtua mengajak anak untuk bermusyawarah dan memberikan
kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
b. Norma dan nilai
Dalam pola asuh demokratis, orangtua membuat norma atau
peraturan serta nilai-nilai yang harus dipatuhi oleh anak. Hal ini
bertujuan agar anak memiliki pedoman dalam bertingkah laku dan
berpikir untuk tidak melanggar aturan tersebut.
c. Kasih sayang dan sikap tegas
Pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada anak-anaknya
merupakan hal penting dalam menjaga suatu hubungan antara anak dan
orangtua.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri
Menurut Bandura (2018) efikasi diri dapat diubah, ditingkatkan serta
diturunkan melalui salah satu atau empat kombinasi sumber yaitu:
a. Pengalaman keberhasilan (mastery experience)
Didasarkan oleh pengalaman-pengalaman yang dialami individu secara
32
langsung. Apabila seseorang pernah mengalami keberhasilan dimasa lalu maka
dapat meningkatkan efikasi dirinya. Keberhasilan yang didapatkan oleh
seseorang akan meningkatkan efikasi dirinya. Apabila keberhasilan yang
didapatkan seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya,
biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri.
Sebaliknya, apabila keberhasilan didapat melalui hambatan yang besar dan
merupakan hasil perjuangan sendiri maka hal itu akan membawa pengaruh
terhadap peningkatan efikasi diri.
33
diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada umumnya seseorang cenderung akan
mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh
ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan. Efikasi diri biasanya
ditandai oleh rendahnya tingkat stres dan kecemasan, sebaliknya efikasi diri
yang rendah ditandai oleh tingkat stres dan kecemasan yang tinggi.
b. Intensif eksternal
Intensif berupa hadiah yang diberikan oleh orang lain untuk merefleksikan
keberhasilan seseorang dalam menguasai atau melaksanakan suatu tugas,
misalnya pemberian pujian, status sosial, materi, dan lain-lain. Intensif dari
orang lain tersebut dapat memotivasi seseorang untuk mengeluarkan usaha
yang lebih keras serta memuncukan efikasi dirinya (Bandura, 2018).
34
dan peran dalam lingkungan akan memberikan rasa nyaman pada orangtua
dalam lingkungan karena adanya pengakuan dari masyarakat. Adanya
penghargaan dari orang lain memunculkan perasaan yang berarti dalam suatu
lingkungan, sehingga akan memunculkan efikasi diri (Bandura, 2018).
35
yang telah dipaparkan sesuai dengan variabel yang peneliti gunakan dan dapat
dijadikan acuan penelitian.
E. Kecemasan
Menurut Kaplan, kecemasan merupakan respons terhadap situasi tertentu yang
mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,
perubahan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Seringkali kecemasan
juga ditandai dengan perasaan tegang, mudah gugup, kewaspadaan berlebih, dan
terkadang menyebabkan keringat pada telapak tangan (Arindra, 2018).
Kecemasan merupakan bagian dari respon emosional, dimana ansietas adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Dimana
ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. (Stuart,
2018).
Para ahli mendefinisikan bahwa kecemasan adalah gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam
dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal. Sementara
ahli lain menyatakan bahwa kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2018).
1. Respon terhadap kecemasan
Aspek-aspek kecemasan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu
fisiologis dan psikologis (Noerma, 2018).
a. Fisiologis
Bentuk reaksi fisiologis berupa detak jantung meningkat, pencernaan
tidak teratur, keringat yang berlebihan, ujung-ujung jari terasa dingin, sering
buang air kecil, tidur tidak nyenyak, kepala pusing, nafsu makan hilang, dan
sesak nafas (Neorma, 2018). Beberapa keluhan yang sering dikemukakan
juga ialah rasa sakit pada otot, tulang dan pendengaran berdenging (tinnitus)
dan gangguan pola tidur (Hawari, 2018).
b. Psikologis
Pada aspek psikologis, kecemasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Aspek kognitif
Termasuk dalam aspek ini adalah tidak mampu memusatkan
36
perhatian (Noerma, 2018).
2) Aspek afektif
Termasuk dalam aspek ini antara lain, takut, merasa akan ditimpa
bahaya, kurang mampu memusatkan perhatian, merasa tidak berdaya,
tidak tentram, kurang percaya diri, ingin lari dari kenyataan hidup
(Noerma, 2018), gangguan daya ingat, mudah terkejut, merasa tegang
(Hawari, 2018).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan
Menurut Keable (2018), mengemukakan faktor umum yang dapat
menyebabkan kecemasan antara lain; stres di tempat kerja, stres dengan
pernikahan atau persahabatan, stres karena keuangan, stres karena penyakit
yng diderita, efek samping obat, stres karena trauma emosional, gejala
penyakit yang diderita, dan akibat kekurangan oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan, yaitu:
1. Pengaruh keluarga (misalnya, faktor neurobiologis dan kepribadian);
kecemasan disini diartikan sebagai kecemasan yang disebabkan oleh
adanya turunan sifat pencemas, dan atau mencemaskan salah seorang
atau sekelompok orang di dalam keluarga yang mengalami sesuatu
sehingga menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan serta timbul
kekhawatiran.
2. Trauma dari peristiwa-peristiwa psikologis tertentu; kecemasan timbul
diakibatkan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan sehingga
perasaan menjadi was-was dan terlalu protektif terhadap diri sendiri maupun
orang lain.
3. Stress; tekanan psikologis yang mampu membuat perasaan menjadi
sangat gelisah, takut berkepanjangan, tidak tenang, gangguan pada
proses berpikir, sukar konsentrasi dan gangguan fisik seperti jantung
yang berdebar-debar.
4. Kegagalan dalam belajar; kecemasan yang disebabkan oleh kegagalan
dalam belajar merupakan kecemasan yang disebabkan kurangnya daya
atau kemampuan untuk menghadapi kejadian/peristiwa tertentu yang
serupa (pernah terjadi) sehingga menimbulkan keresahan dan
ketidakmampuan kontrol diri.
d. Kecemasan pada Kehamilan
37
Adanya ansietas pada kehamilan dapat berakibat kurang baik pada ibu
ataupun pada janin. Dampak kurang baik tersebut tidak hanya pada saat
kehamilan tetapi dapat berpengaruh juga pada proses kelahiran, pasca
kelahiran dan pada masa laktasi. Dari hasil beberapa penelitian dampak buruk
yang dapat terjadi akibat ansietas pada kehamilan antara lain: kematian janin
intrauterine, abortus, gangguan perkembangan otak janin, kelahiran
premature, berat badan lahir rendah. Pada ibu dapat meningkatkan kejadian
hipertensi, preeklamsi dan eklamsi. Walaupun belum banyak penelitian yang
menghubungkan akibat buruk lain yang dapat terjadi pada kehamilan dengan
ansietas, namun atas dasar psikofisiologi dan psikopatologi stres secara
umum, tentunya komplikasi atau dampak buruk lain dapat timbul sehubungan
dengan adanya gangguan psikosomatik ansietas pada kehamilan (Laksmi
dkk., 2018)
Perkembangan psikologi selama kehamilan bervariasi menurut tahap
kehamilan. Pada trimester pertama adalah periode penyesuaian diri,
seringkali ibu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya
memang hamil. Perubahan psikologis pada trimester pertama disebabkan
karena adaptasi tubuh terhadap peningkatan hormon progesteron dan
estrogen. Segera setelah terjadi perubahan, hormon progestereon dan
estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya rasa
mual-mual pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara
(Indrayani, 2018).
Seringkali pada awal kehamilannya, sekitar 80% ibu melewati
kekecewaan, menolak, sedih, gelisah. Kegelisahan timbul karena adanya
perasaan takut, takut abortus atau kehamilan dengan penyulit, kecacatan,
kematian bayi, kematian saat persalinan, takut rumah sakit dan lain-lain.
Kegelisahan sering dibarengi dengan mimpi buruk, firasat dan hal ini sangat
mengganggu (Indrayani, 2018).
Pada trimester kedua, dengan mengenali gerakan janin, ibu akan
menyadari bahwa janin adalah individu yang berdiri sendiri, yang
mempunyai kebutuhan sendiri yang sementara tinggal di dalam tubuhnya
(Saifuddin, 2018). Selama trimester ini wanita umumnya merasa baik dan
terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Pada trimester kedua tubuh ibu
sudah beradaptasi dengan kadar hormon yang lebih tinggi, sehingga merasa
38
lebih sehat dibandingkan dengan trimester pertama. Periode ini sering disebut
periode sehat ibu sudah bebas dari ketidaknyamanan. (Indrayani, 2018).
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu penantian dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran
bayi (Indrayani, 2018).
Pada trimester ketiga perempuan akan mendapati dirinya sebagai calon
ibu dan mulai menyiapkan dirinya untuk hidup bersama bayinya dan
membangun hubungan dengan bayinya (Saifuddin, 2018) Pada trimester
ketiga biasanya ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan dirinya, bayinya,
kelainan pada bayi, persalinan, nyeri persalinan dan ibu tidak akan pernah
tahu kapan ia akan melahirkan. Pada periode ini ibu tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya, menuggu tanda-tanda persalinan, perhatian ibu berfokus
pada bayinya, gerakan janin dan membesarnya uterus mengingatkannya pada
bayinya (Indrayani, 2018).
Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu merasa dirinya
aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah tersinggung
serta merasa menyulitkan. Di samping itu ibu merasa sedih akan berpisah
dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterimanya selama
hamil. Masa ini juga disebut masa krusial/penuh kemelut untuk beberapa
wanita karena adanya krisis identitas, karena mereka mulai berhenti bekerja,
kehilangan kontak dengan teman dan kolega. Wanita mempunyai banyak
kekhawatiran seperti tindakan mendikalisasi saat persalinan, perubahan body
image merasa kehamilannya sangat berat, tidak praktis, kurang atraktif serta
takut kehilangan pasangan (Indrayani, 2018).
e. Tingkat Kecemasan
Menurut Videbeck (2018), ada empat tingkat kecemasan yang dialami
oleh individu yaitu:
1. Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari.
Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan
indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan
39
dan kreativitas.
2. Kecemasan sedang
Individu terfokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi
penyempitan, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang
lain.
3. Kecemasan berat
Kecemasan ini sangat mengurangi persepsi individu. Cenderung
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan atau perintah
untuk berfokus pada area lain.
4. Panik
Individu kehilangan kendali diri. Karena hilangnya control, maka
tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi
peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan
dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan berhubungan dengan
orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidka
mampu berfungsi secara efektif.
f. Alat ukur tingkat kecemasan
Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrument
Hamilton Ansietas Rating Scale (HARS), Analog Ansietas Scale, Zung Self-
Rating Ansietas Scale (ZSAS), dan Trait Ansietas Inventory Form Z-I (STAI
Form Z-I). Zung Self-Rating Ansietas Scale (ZSAS) dirancang untuk meneliti
kecemasan secara kuantitatif. Instrument ZSAS dikembangkan oleh William W.K
Zung pada tahun 1997 (Astria, 2018).
40
F. Kerangka Konsep
IYA
DUKUNGAN SOSIAL
Lakukan edukasi terhadap suami istri
TIDAK
a. Dukungan emosional
b. Dukungan penghargaan 1. Klien mengerti dan dapat mengulangi apa yang
c. Dukungan instrumental dijelaskan
d. Dukungan informatif 2. Klien tidak cemas
Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelskan keterkaitan antara variabel dimana,kerangka konsep
akan memebantu penelitian menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,
2016).Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan
merupakan refleksi dari hubungan variabel –variabel yang diteliti (swarjana,2015). Adapun
variabel yang akan diteliti adalah determinan (dukungan sosial, interaksi sosial, dan efikasi
diri) yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil menjelang persalinan dimasa COVID 19.
G. Hipotesis Penelitian
42
4. Terdapat adanya pengaruh antara determinan kesehatan( dukungan sosial, interaksi sosial,
dan efikasi diri ) terhadap tingkat kecemasan ibu hamil dimasa pandemi COVID 19
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
x Y
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sugiyono, 2010:18)
Keterangan:
43
Gambar 3.2 Gambar desain penelitian
44
Gambar 3.2 diatas menunjukan lebih detail desain penelitian yang akan dilakukan
peneliti.
Subjek penelitian ini adalah ibu hamil Trimester III di Bandar kidul
Kec.Mojoroto Kota Kediri
2. Tempat Penelitian
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan kepada ibu hamil trimester
III di Bandar kidul Kec.Mojoroto Kota Kediri
C. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi penelitian
ini adalah ibu hamil trimester III Bandar kidul Kec.Mojoroto Kota Kediri. Jumlah ibu
hamil dengan trimester III kota kediri sebanyak 130 ibu hamil.
D. Sampel
45
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2016:118). Menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Nonprobality sampling
adalah teknik pengambilan 60 sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, dan
snowball.
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah ibu hamil pada trimester III dimasa
Covid 19.
E. Variabel penelitian
a. Variabel
1. Variabel Bebas (Independent) : Sugiyono, (2016:61) menyatakan bahwa
variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel bebas pada penelitian ini adalah determinan kesehatan
(dukungan sosial, interaksi sosial, dan efikasi diri) pada ibu hamil trimester
II.
2. Variabel Terikat (Dependent) : Variabel dependen (variabel terikat)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:61). Variabel terikat pada penelitian
ini adalah tingkat kecemasan ibu hamil pada trimester III dimasa pandemi
COVID 19.
46
Tabel 3.1 Definisi operasional
47
(tingkat khawatir, takut, Sedang
kecemasan) ataupun was-was Berat Sedang
terhadap sesuatu Panik Berat
hal yang akan
diukur
menggunakan
kuesioner dengan
skor yang telah
ditentukan
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini terdiri dari
A. Data demografi Data demografi meliputi nama inisial, umur, alamat, pendidikan
terakhir, agama, jumlah saudara, dan tempat tinggal
B. Data dukungan sosial,interaksi sosial dan efikasi diri
Variabel independen tentang dukungan sosial menggunakan kuesioner
dengan skala likert dan nilai skala SL:4, SR:3, JR:2, TP:1 untuk pernyataan
positif, sedangkan untuk pernyataan negatif nilai skalanya adalah TP:4, JR:3,
SR:2, SL:1. Variabel ini menggunakan skala likert maka untuk keperluan analisis
menggunakan skor T yaitu :
X− X
T = 50 + 10
S
Keterangan :
x : skor responden
s : standar deviasi
s=
√ ∑2
(x−x)
n
keterangan
x : skor responden
x : nilai rata-rata
n : jumlah sampel
48
s : simpangan baku
MT =
∑T
n
Keterangan :
MT : Mean T
T : Skor
n : Jumlah responden
49
skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.” Peneliti dalam
menguji reliabilitas menggunakan bantuan SPSS 16.
Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai Alpha>
0,60 maka kontruk pernyataan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel
(Wiratna, 2015:199). Sedangkan menurut Sekaran dalam Duwi Prayitno
(2016:98) jika nilai reliabilitas kurang dari 0,60 adalah kurang baik, 0,7 dapat
diterima, dan di atas 0,80 adalah baik.
F. Metode pengambilan data
Metode pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan non test atau
menggunakan kuesioner. Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat
kuesioner daftar pernyataan. Menurut Riduwan (2003: 81) kuesioner adalah
daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang memberikan respon
(responden) sesuai dengan permintaan peneliti, dengan tujuan untuk mencari
informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden.
G. Pengolahan Dan Analisis Data
A. Pengolahan Data
1. Penyuntingan (Editing)
2. Pengkodean (Coding)
50
1-4. Penetapan skor tergantung pada sifat pernyataan apakah negatif atau
positif (terlampir).
3. Tabulasi (Tabulating)
4. Skoring
a. Pernyataan Positif
SL : selalu : 4
SR : sering :3
KD : kadang :2
TP : tidak pernah :1
B. Analisis Data
Metoda analisis data yaitu pengelompokkan data berdasarkan variabel dan
jenis responden, mentabulasi data berdasarkan dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan, menurut (Sugiyono, 2017:147). Metoda analisis data yang
51
digunakan yaitu analisis regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan
pengolahan data Software SPSS (Statistical Package For Social Science). Hal ini
dilakukan agar hasil yang diperoleh dari analisis dan pengujian tersebut dapat
memberikan jawaban yang akurat mengenai variabel yang diteliti.
Pada analisis regresi ini menggunakan analisis regresi logistik biner untuk
menganalisis hubungan antara satu variabel respon dan beberapa variabel
prediktor, dengan variabel responnya berupa data kualitatif dikotomi yaitu
bernilai 1 untuk menyatakan keberadaan sebuah karakteristik dan bernilai 0 untuk
menyatakan ketidakberadaan sebuah karakteristik. Analisis regresi merupakan
salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel
terhadap variabel lain. Model regresi yang paling sederhana adalah model regresi
linier sederhana dengan bentuk persamaan
DAFTAR PUSTAKA
Doriana rina, feni tria, & gultom lusiana. 2014. Sosial, Budaya Serta Pengetahuan Ibu Hamil
Yang Tidak Mendukung Kehamilan Sehat. Jurnal ilmiah PANNMED Vol.9 No.1 Mei-
Agustus 2014
Hikmah nurul, naimah, yuliani ita, 2019. Self Efficacy Ibu Hamil Trimester Iii Dengan
Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan. Jurnal Informasi Kesehatan
Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 123 – 132
Humairoh zahrotul, 2017. Hubungan Antara Pemberian Dukungan Sosial Dari Suami
Dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi
52
Listriana desi.2016. Hubungan Interaksi Sosial Siswa Dengan Hasil Belajar Ips Kelas Iv Sdn
Gugus Dewi Kunthi Kecamatan Gunungpati Kota Semarang
Masruroh nida, 2017. Hubungan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Suami Dengan
Kecemasan Istri Dalam Menghadapi Persalinan
Maya aminah, tamar miskiyah, desti dwita, chaprilian fera. 2021. Edukasi Persiapan
Persalinan Dengan Protokol Kesehatan Di Masa Kenormalan Baru (New Normal)
Sebagai Upaya Pencegahan Covid-19 Pada Ibu Hamil. Volume 3, Nomor 1, Juni 2021
Rendita gita, 2018. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Kehamilan Preeklamsia
Pada Ibu Hamiltrimester Iiidiwilayah Kerja Puskesmas Purwanegara
Vidyastuti niken, 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Ibu Dalam
Perawatan Kehamilan Dengan Riwayat Pranikah Di Wilayah Kota Kendari Tahun
2017
53