Anda di halaman 1dari 74

PROPOSAL TESIS

DETERMINAN KESEHATAN YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN IBU


HAMIL DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DIMASA
PANDEMI COVID 19

DISUSUN OLEH :

RINA ISTIYANI
(2051B1020)

DOSEN PEMBIMBING :
DR. NURWIJAYANTI., S. PD., M. KES
NIDN : 0704017601

PEMINATAN KESEHATAN IBU ANAK PROGRAM STUDI S-2


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DIREKTORAT PASCA SARJANA
KEDIRI 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL TESIS

Diajukan Oleh:
Rina Istiyani
2051B1020

TELAH DISETUJUI

Kediri, 16 Agustus 2021


Dosen Pembimbing

Dr. Nurwijayanti., S. Pd., M. Kes


NIDN : 0704017601

MENGETAHUI,
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Direktur Pascasarjana,

Dr. Yuly Peristiowati, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0706077601

ii
LEMBAR PENGESAHAN

DETERMINAN KESEHATAN YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN IBU


HAMIL DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DIMASA
PANDEMI COVID 19

Oleh:
Rina Istiyani
2051B1020

Proposal tesis ini telah diuji dan dinilai oleh Dewan


penguji Pada Program Studi Kesehan Masyarakat
Pada hari Rabu tanggal 22 September 2021

DEWAN PENGUJI
Ketua Penguji
Dr. Byba melda, S.Kep., Ns., M.Kes (penguji 1) ..........................................

Anggota Penguji I
Yenny puspitasari., S. Kep., Ns., M. Kes (Penguji 2) ..........................................

Anggota penguji II
Dr. Nurwijayanti., S. Pd., M. Kes .........................................

MENGETAHUI,
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Direktur Pascasarjana,

Dr. Yuly Peristiowati, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0706077601

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SAW karena atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan “DETERMINAN KESEHATAN YANG
MEMPENGARUHI KECEMASAN IBU HAMIL DALAM MENGHADAPI
PERSALINAN DIMASA PANDEMI COVID 19 ” dapat terselesaikan. Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar pasca sarjana terapan kebidanan (M.
Kes) pada program Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan
STRADA INDONESIA.

Atas terselesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada :
1. Dr. dr. Sentot Imam Suprapto, MM selaku ketua Institut Ilmu Kesehatan STRADA
INDONESIA yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan
menyelesaikan Pendidikan Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Dr. Yuly Peristiowati, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku direktur pascasarjana Program Studi S-2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan STRADA INDONESIA yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Studi Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3. Dr. Katmini, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku wakil direktur pascasarjana dan sekaligus
pembimbing akademik peneliti pada Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Institut Ilmu Kesehatan STRADA INDONESIA yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Program Studi S-
2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.
4. Ratna wardan,S.Si.,MM selaku ketua program studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Institut Ilmu Kesehatan STRADA INDONESIA yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Program Studi S-
2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.
5. Dr. Nurwijayanti., S. Pd., M. Kes selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama proses penyusunan tesis.
6. Sismiarti.,Amd.Keb selaku pembimbing lahan yang telah memberi izin untuk dilakukan
penelitian.

iv
7. Ayah dan ibu sebagai orangtua yang selama ini telah memberi semangat dalam
mengerjakan dan menyelesaikan tesis.
8. Muhammad Nurul Wafa yang telah berpartisipasi memberikan semangat dalam
pengerjaan dan penyelesaian tesis.
9. Saudara dan keluarga besar yang telah berpartisipasi memberikan semangat dalam
mengerjakan dan menyelesaikan tesis.
10. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan
usulan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis berharap
semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Kediri, 16 agustus 2021

Peneliti

v
DAFTAR ISI

Halaman judul i
Lembar persetujuan ii
Lembar pengesahan iii
Kata pengantar iv
Daftar isi vi
Daftar tabel viii
Daftar gambar ix
BAB 1 Pendahuluan 1
A. Latar belakang masalah 1
B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan penelitian 4
D. Manfaat penelitian 4
E. Keaslian penelitian 5
BAB 2 Kajian teori 9

A. Kehamilan TM III 9
B. Dukungan sosial 15
a. Tujuan dukungan sosial 16
b. Bentuk dukungan sosial 17
c. Sumber dukungan sosial 20
d. Faktor-faktor yang menghambat dukungan sosial 22
C. Interaksi sosial 22
a. Definisi interaksi sosial 23
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial 24
c. Aspek-aspek interaksi sosial 26
D. Efikasi diri 29
a. Aspek-aspek efikasi diri 30
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi 32
E. Kecemasan 35
a. Fisiologis 36
b. Psikologis 36
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi 36
d. Kecemasan pada kehamilan 37
e. Tingkat kecemasan 39
f. Alat ukur 40

vi
F. Kerangka konsep 41
G. Hipotesis 42
BAB 3 Metode penelitian 43
a. Desain penelitian 43
b. Subyek, waktu dan tempat penelitian 45
c. Populasi 45
d. Sampel 45
e. Variabel penelitian 46
f. Instrumen penelitian 47
g. Pengolahan dan analisis data 49

vii
Daftar Tabel

Tabel 1 Keaslian penelitian 5


Tabel 2 Definisi operasional 47

viii
Daftar gambar

Gambar 2.1Kerangka konsep 41


Gambar 3.1Desain penelitian (sugiyono,2010:18) 43
Gambar 3.2Desain penelitian 49

ix
Informed consent

Lembar Penjelasan Penelitian

Nama Peneliti : Rina Istiyani

NIM : 2051B1020

Alamat : Perumahan green ashoka blok.B23, Ngronggo Kota Kediri

Judul Penelitian : Determinan kesehatan yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil

dalam menghadapi persalinan dimasa pandemi covid 19

Peneliti adalah mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat


Institut Ilmu Kesehatan X-Strada Indonesia Kota Kediri. Saudara telah diminta ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah secara sukarela.
Saudara berhak menolak berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan
cara pengisian kuesioner yang akan di berikan dari pihak peneliti. Segala informasi yang
saudara berikan akan digunakan sepenuhnya hanya dalam penelitian ini. Peneliti sepenuhnya
akan menjaga kerahasiaan identitas saudara dan tidak dipublikasikan dalam bentuk apapun.
Jika ada yang belum jelas, saudara boleh bertanya pada peneliti. Jika saudara sudah
memahami penjelasan ini dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan saudara
menandatangani lembar persetujuan yang akan dilampirkan.

Peneliti

Rina Istiyani

x
Lampiran 1

Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang di lakukan oleh :

Nama : Rina Istiyani


NIM : 2051B1020
Alamat : Perumahan green ashoka blok.B23, Ngronggo Kota Kediri

Judul Penelitian : Determinan kesehatan yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil

dalam menghadapi persalinan dimasa pandemi covid 19

Saya akan bersedia untuk dilakukan pengukuran dan pemeriksaan demi kepentingan
penelitian. Denagan ketentuan, hasil pemeriksaan akan dirahasiakan dan hanya semata-mata
untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Demikian surat peryataan ini saya sampaikan, agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Kediri,………………………………….2021

Responden (………………..........)

xi
Kisi-kisi instrumen penelitian

No Variabel Indikator Jml.soal No. Soal


1 Dukunga Mengetahui tentang kehamilan TM III 3 9,11,12
n sosial Memberikan perhatian terhadap istri 4 4,56,10
Mengatasi ketidaknyamanan/ kecemasan ibu 2 2,3
Mendukung istri dimasa kehamilannya 3 1,7,8
2 Interaksi Mengetahui tata cara berinteraksi 5 1,2,3,4,6
sosial Memiliki kegiatan bersama/group 3 8,9, 10
Melakukan timbal nalik dalam interaksi 5 5,7,11,12
,14
Bertanya tentang hal yang belum dimengerti 1 13
3 Efikasi Keyakinan bahwa kehamilan,ibu dan bayi nya 2 1,5,8
dini baik-baik saja
Keyakingan atas dukungan suami 1 3
Merasa yakin akan melahirkan secara normal 4 2,4,6,7
4 Tingkat Kecemasan selama proses persalinan di masa 5 1,2,5,6,
kecemas covid 19 7
an Kecemasan pada bayi yang akan dilahirkan 2 3,4
(cacat atau meninggal)

Lampiran 2

xii
KUESIONER DUKUNGAN SOSIAL
Petunjuk umum pengisian :
1. Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan
peneliti berdasarkan uraian yang tertulis di lembar kuesioner ini.
2. Berilah tanda (√) pada pilihan data responden pendidikan dan pekerjaan.
3. Berilah tanda (X) di dalam kotak yang telah disediakan sesuai dengan apa
yang anda rasakan sebelum menghadapi persalinan
4. Jika pertanyaan tidak jelas atau kurang dimengerti silahkan bertanya pada
peneliti.

KARAKTERISTIK RESPONDEN :
1. Usia Ibu : < 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
2. Pendidikan : SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
3. Pekerjaan : Bekerja Tidak
Bekerja

KETERANGAN :
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang
TP : Tidak pernah

xiii
N Pertanyaan S S KD TP
o L R
1 Apakah suami membantu pekerjaan rumah?
2 Apakah suami mengajak jalan-jalan utnuk menghilangkan
kecemasan dimasa kehamilan?
3 Apakah suami memberikan support atau semangat untuk
tenang menjalani kehamilan ini?
4 Suami menanyakan kondisi saya dan janin didalam
kandungan saya?
5 Suami sabar mendengarkan keluh kesah saya
6 Apakah suami menghargai perasaan anda yang kadang
cemas memikirkan keselamatan bayi kalian?
7 Apakah suami selalu menemani anda periksa kehamilan?

8 Apakah suami anda menuntut anda menyiapkan


keperluannya dimasa kehamilan ini?
9 Apakah suami mengizinkan anda untuk melakukan
aktivitas seperti biasa agar anda tidak memikirkan hal-hal
buruk?
10 Apakah suami anda pernah memberikan kejutan kecil
selama kehamilan?
11 Apakah suami anda tidak melarang tentang makanan yang
anda konsumsi?
12 Apakah suami melarang anda untuk senam hamil?

Lampiran 3
ANGKET INTERAKSI SOSIAL

xiv
Petunjuk Pengisian:

1. Isilah identitas diri Anda.

2. Berikut ini terdapat 53 pernyataan. Setiap pernyataan diikuti dengan 5


pilihan jawaban sebagai berikut:

STS : Sangat Tidak Setuju


TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju

3. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda, dengan
cara memberikan tanda chek() pada kolom yang tersedia.

4. Pastikan tidak ada pernyataan yang tidak dijawab.

5. Jawaban yang Anda berikan tidak akan terpengaruh terhadap nilai mata
pelajaran.

6. Atas perhatian dan kesediaanya saya ucapkan terima kasih.

xv
Lampiran 4

Angket Interaksi Sosial

Usia :
Alamat :
No Pernyataan SS S R TS STS
1 Saya menggunakan bahasa yang sopan
saat berbicara dengan teman saya
2 Saya sangat berhati-hati dalam berbicara agar
tidak menyinggung perasaan lawan bicara
Saya
3 Saya selalu memberi kesempatan lawan
bicara saya untuk menyampaikan
Pendapatnya
4 Jika ada teman yang berbicara dengan
saya, saya memperhatikan dengan baik apa
yang disampaikannya
5 Saya senang membantu teman yang sedang
membutuhkan bantuan
6 Saya ikut merasa sedih ketika teman
saya sedang merasa sedih
7 Ketika melihat teman merasa sakit, saya akan
langsung menanyakan keadaannya
8 Saya senang berkumpul dengan teman selama
kehamilan
9 Saya senang mengikuti kegiatan selama
kehamilan
10 Saya senang bercerita tentang kehamilan saya
dengan teman
11 Saya berbagi cerita tentang kehamilan dengan
teman
12 Saya senang menanyakan pengalaman
kehamilan teman
13 Ketika kontrol kehamilan saya aktif bertanya
kepada bidan
14 Ketika bidan memberikan edukasi saya
mendengarkan dan edukasi

16
Lampiran 5

ANGKET EFIKASI DIRI

Petunjuk umum pengisian :


1. Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan
peneliti berdasarkan uraian yang tertulis di lembar kuesioner ini.
2. Berilah tanda (√) pada pilihan data responden pendidikan dan pekerjaan.
3. Berilah tanda (X) di dalam kotak yang telah disediakan sesuai dengan apa
yang anda rasakan sebelum menghadapi persalinan
4. Jika pertanyaan tidak jelas atau kurang dimengerti silahkan bertanya pada
peneliti.

KARAKTERISTIK RESPONDEN :
5. Usia Ibu : < 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
6. Pendidikan : SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
7. Pekerjaan : Bekerja Tidak
Bekerja

KETERANGAN :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya yakin kehamilan saya baik-baik saja
2 Saya yakin bahwa dapat melahirkan secara normal
3 Saya yakin suami saya selama mendukung saya
4 Saya yakin bahwa bayi saya sehat
5 Saya yakin dapat mengatasi kecemasan saya di masa
kehamlian di era pandemi covid 19
6 Saya yakin dapan melahirkan dibidan
7 Saya yakin daapat melahirkan dengan selamat
8 Saya yakin bayi saya lahir dengan sehat dan tidak ada
cacat

Lampiran 6

Lampiran 12
KUESIONER TINGKAT KECEMASAN

Petunjuk umum pengisian :


1. Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan
peneliti berdasarkan uraian yang tertulis di lembar kuesioner ini.
2. Berilah tanda (√) pada pilihan data responden pendidikan dan pekerjaan.
3. Berilah tanda (X) di dalam kotak yang telah disediakan sesuai dengan apa
yang anda rasakan selama kehamilan.
4. Jika pertanyaan tidak jelas atau kurang dimengerti silahkan bertanya pada
peneliti.

KARAKTERISTIK RESPONDEN :
5. Usia Ibu : < 20 tahun
20-35 tahun
> 35 tahun
6. Pendidikan : SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
7. Pekerjaan : Bekerja Tidak
Bekerja

18
No Pertanyaan Rendah Ringan Berat

1. Saya cemas mengenai Persalinan


2. Saya khawatir mengenai sakit pada saat kontraksi
dan selama proses persalinan
3. Saya takut bahwa bayi saya akan mengalami cacat
mental atau akan menderita kerusakan otak
4. Saya takut bahwa bayi kami akan meninggal saat
lahir atau akan meninggal selama dan beberapa saat
setelah persalinan
5. Saya cemas harus melahirkan di RS dimasa
pandemi ini
6. Saya cemas apabila saya dan bayi saya terpapar
virus covid 19
7. Saya takut dengan hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi

LEMBAR KONSUL

xix
Nama : Rina Istiyani

NIM : 2051B1020

Dosen Pembimbing : Dr. Nurwijayanti., S.Pd.,MM

Judul : Determinan Kesehatan Yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil


Dalam Menghadapi Persalinan Dimasa Pandemi Covid 19 Di Bandar
kidul Kec.Mojoroto Kota Kediri

N Tanggal Keterangan Paraf pembimbing


O
1. 9 agustus 2021 BAB I
1. Faktor determinan dan
kecemasan
2. Alenia 1 covid 19 dapat
menular kesiapa saja
3. Alenia 2 kondisi ibu hamil dan
pelayanan yang terbatas dimasa
covid 19
4. Alenia 3 kecemasan ibu hamis
dimasa covid 19
5. Alenia 4 data tentang ibu
bersalin selama pandemi covid
19
6. Alenia 5 penyebab kecemasan
2. 11 agustus 2021 ACC BAB I

3. 12 agustus 2021 ACC BAB II

4. 16 agustus 2021 BAB III penambahan responden


(populasi) dan perluasan wilayah

5. 16 agustus 2021 ACC BAB III

xx
xxi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Corona Virus Disease-19 atau COVID-19 merupakan penyakit menular yang


disebabkan oleh virus SARS-COV 2 atau virus corona (Kemekes, 2020). Virus ini sangat
cepat menyebar keseluruh penjuru dunia dan laporan-laporan kasus dan kematian semakin
meningkat (Isupova, 2020). Disejumlah negara termasuk pemerintah Indonesia melakukan
pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 dan yang menjadi perhatian utama
adalah pada kelompok rentan yang potensi resiko lebih besar salah satu diantaranya adalah
kelompok ibu hamil (Qiao, 2020). Ibu hamil tercatat salah satu kelompok rentan resiko
terinfeksi COVID-19 dikarenakan pada masa kehamilan terjadinya perubahan fisiologi
yang mengakibatkan penurunan kekebalan parsial (Liang & Acharya, 2020) dan dapat
menyebabkan dampak yang serius bagi ibu hamil.covid 19 menyebabkan keterbatasan
pelayanan pada ibu hamil dikarnakan diadakan nya sistem PSBB ataupun PPKM, dan
dengan banyaknya kasus yang terjadi membuat ibu hamil mengalami ketakutan untuk
datang periksa. Informasi tentang COVID-19 hingga saat ini masih sangat terbatas
termasuk data ibu hamil terkonfirmasi positif COVID-19 belum dapat disimpulkan di
Indonesia (Pradana et al., 2020).

Hal itu sesuai dengan pendapat kartini kartono (2018) yang menyatakan bahwa pada
setiap wanita baik yang berbahagia maupun yang tidak berbahagia apabila dirinya hamil,
pasti akan dihinggapi campuran perasaan, yaitu: rasa kuat dan berani menanggung segala
cobaan, dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta dan benci, keraguan dan kepastian,
kegelisahan fan rasa tenang bahagia, harapan penuh kegembiraaan, dan kecemasan, yang
semaunya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya. Menurut
dagun (2018) salah satu yang dirasakan ibu hamilsemasa keyamilannya adalah rasa cemas.
Rasa cemas yang dialami ibu hamil terjadi mulai tiga bulan pertama masa kehamilan dan
kembali lagi terjadi tiga bulan menjelang melahirkan. Menurut kartini kartono (2018)
banyak hal yang menyebabkan seorang ibu mengalami kecemasan menghadapi kelahiran
bayinya. Kegelisahan dan kecemasan yang dialami oleh ibu hamil disebabkan karena
beberapa hal, yaitu: takut mati, trauma kelahiran, perasaan bersalah atau berdosa dan
ketakutan rill. Yang dimaksudkan ketakutan rill antara lain adalah takut bayi lahir cacat,
takut bayi hidup semakin berat karena kelahiran anggota keluarga baru, munculnya elemen
ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan dipisahkan dari bayinya

1
dan takut kehilangam bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu
melahirkan bayinya diperkuat oleh rasa berdosa atau bersalah. Hal tersebut menimbulkan
gejolak sosial di tengah masyarakat, berupa kecemasan, stress, dan kekhawatiran. Hal ini
juga berpotensi terjadi pada kelompok rentan seperti ibu hamil. Penerapan kebijakan
PSBB di Indonesia, mengakibatkan penurunan dukungan sosial bagi ibu hamil, dimana
sumber dukungan Ibu hamil berasal dari lingkungan sosial, sehingga hal tersebut
mempengaruhi adaptasi psikologis ibu hamil (Agung, 2020).

Menurut Kemenkes (2021), bahwa Virus Covid-19 pertama kali ditemukan pada
tanggal 2 Maret 2020 dimana dari 1.078.314 jiwa positif menderita Covid-19, ditemukan
sebanyak 29.998 jiwa mengalami kematian dan 873.221 jiwa telah sembuh serta dalam
masa pemulihan sebanyak 175.095 jiwa. Hasil penelitian Yuliani, Diki Retno (2020) di
Kecamatan Baturaden, ditemukan sebanyak 57,5% ibu hamil trimester ketiga mengalami
kecemasan dimana 40% diantaranya ibu hamil tersebut mengalami tingkat kecemasan
ringan hingga sedang. Adapun faktor penyebab dari kecemasan yang dialami ibu hamil
tersebut antara lain resiko terpapar Covid-19, masa karantina dan langkah-langkah yang
diadopsi selama masa pandemi Covid-19 yang dapat memperburuk pada pemikiran dan
emosi ibu dan dapat menimbulkan timbulnya gejala depresi pada ibu hamil tersebut.
Pernyataan di atas didukung oleh penelitian Cella (2016), dimana dari 107.000.000 orang
ibu hamil trimester III ditemukan sebanyak 59% ibu mengalami kecemasan dalam
menghadapi persalinan di masa Pandemi Covid-19.

Menurut Alibasjah et al.,(2016) kecemasan ibu hamil trimeseter III ini diakibatkan
karena rasa kuatir para ibu tidak mendapatkan prenatal care yang adekuat selama
terjadinya pandemi sehingga dapat memicu terjadinya berbagai gejala dan penyakit,
sementara menurut Siallagan & Lestari (2018), kelahiran bayi prematur serta keguguran
dapat terjadi apabila ibu sering mengalami kecemasan. Kecemasan pada ibu hamil
trimester ketiga juga dapat disebabkan karna kurangnya dukungan sosial dari keluarga
terutama dari suami. Dikarnakan ibu hamil pada trimester ini akan sering mengalami
kecemasan dan ditambah dengan adanya pandemi covid 19 yang membuat ibu hamil lebih
merasa sering cemas. Menurut Handayani (2015), proses persalinan seringkali
mempengaruhi aspek psikologis yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan
psikologis pada ibu hamil trimester III, salah satunya adalah kecemasan. Seperti yang
dijelaskan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang paling umum dialami oleh ibu
hamil menjelang persalinan. Kecemasan yang sering terjadi pada ibu hamil trimester III

2
sebagian besar berfokus pada proses persalinan atau masa perawatan dan penyembuhan
yang akan dihadapi. Ibu hamil yang kurang interaksi sosial juga dapat meyebabkan
kecemasan dikarnakan lebih banyak diam dan tidak terbuka terhadap keluarga ataupun
tenaga kesehatan tentang apa yang dialami. Pada trimester ketiga pada kehamilan ibu
sering mengalami kecemasan dikarnakan efikasi diri yang kurang dan ibu merasa takut
dimasa kehamilannya. Adapun faktor penyebab dari kecemasan yang dialami ibu hamil
tersebut antara lain resiko terpapar Covid-19, masa karantina dan langkah-langkah yang
diadopsi selama masa pandemi Covid-19 yang dapat memperburuk pada pemikiran dan
emosi ibu dan dapat menimbulkan timbulnya gejala depresi pada ibu hamil tersebut. .
Menurut Alibasjah et al.,(2016) kecemasan ibu hamil trimeseter III ini diakibatkan karena
rasa kuatir para ibu tidak mendapatkan prenatal care yang adekuat selama terjadinya
pandemi sehingga dapat memicu terjadinya berbagai gejala dan penyakit, sementara
menurut Siallagan & Lestari (2018), kelahiran bayi prematur serta keguguran dapat terjadi
apabila ibu sering mengalami kecemasan.

Angka Kematian Ibu di Jawa Timur mengalami kenaikan di tahun 2020 ini. Hal ini
disebabkan karena adanya pembatasan kunjungan pemeriksaan kehamilan sehingga
penapisan ibu hamil risiko tinggi kurang maksimal, ada beberapa kabupaten/kota jumlah
persalinan yang ditolong dukun yang meningkat dari tahun sebelumnya, banyak ibu hamil
yang seharusnya dilakukan persalinan di fasyankes rujukan, tapi dilakukan di fasyankes
primer karena terbatasnya bed di RS, adanya pandemi covid-19, sehingga penyebab
kematian ibu kasus lain-lain (konfirmasi Covid-19) berjumlah 56 orang yang memberi
kontribusi naiknya jumlah kematian ibu, beberapa kab/kota yang tidak melakukan AMP
minimal 1x tiap tribulan karena adanya pandemi Covid-19 (dinas kesehatan, 2020).
Sedangkan gambaran Angka Kematian Ibu per Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun
2020 adalah sebagai berikut. Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2020 tertinggi
terdapat di Kabupaten Jember yaitu sebesar 173,53 per 100.000 kelahiran hidup sebanyak
61 orang. Sedangkan Angka Kematian Ibu terendah ada di Kota Madiun yaitu sebesar
40,14 per 100.000 kelahiran hidup atau sebanyak 1 orang. Walaupun capaian Angka
Kematian Ibu di Jawa Timur sudah memenuhi target Supas, Angka Kematian Ibu harus
tetap diupayakan turun supaya target Renstra terpenuhi (89,92) (dinas kesehatan, 2020).

Rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun 2020 – 2024 menyebutkan bahwa


kondisi umum dan permasalahan kesehatan ibu dan anak di Indonesia antara lain, Angka
Kematian Ibu ( AKI ) 305 per 100.000 kelahiran hidup ( Supas 2015 ) dan Kematian

3
Neonatal ( AKN ) 15 per 1000 kelhiran hidup ( SDKI, 2017 ). Untuk mengurangi
kecemasan pada ibu hamil trimester ketiga dibutuhkan dukungan sosial, seperti dukungan
dari keluarga, lingkungan , ataupun suami. Dan juga di perlukan membangun efikasi diri
terhadap ibu hamil agar tidak mengalami ketakutan akan kelahiran bayi terlebih dimasa
pandemi covid 19, dan membangun interaksi sosial dengan ibu hamil agar lebih baik, baik
pihak keluarga, lingkungan, ataupun tenaga kesehatan. Karna interaksi sosial yang baik
juga dapat memberikan dukungan sosial secara tidak langsung kepada ibu hamil.
B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada pengaruh determinan kesehatan yang mempengaruhi kecemasan ibu


hamil dalam menghadapi persalinan dimasa pandemi covid 19?
C. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Umum :
Menganalisis determinan kesehatan yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil
dalam menghadapi persalinan dimasa covid 19
b. Tujuan Khusus :
1. Menganalisis hubungan anatara dukungan sosial dengan tingkat
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Bandar kidul
Kec.Mojoroto Kota Kediri
2. Menganalisis hubungan antara interiaksi sosial dengan tigkat kecemasan
ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Bandar kidul Kec.Mojoroto
Kota Kediri
3. Menganalisis hubungan anatara efikasi diri dengan tingkat kecemasan ibu
hamil dalam menghadapi persalinan di Bandar kidul Kec.Mojoroto Kota
Kediri
4. Menganalisis determinan kesehatan yang paling mempengaruhi
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan di Bandar kidul
Kec.Mojoroto Kota Kediri
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang
determinan kesehatan yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil dalam menghadapi
persalianan dimasa pandemi covid-19

4
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Peneliti
Dengan hasil penelitian diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
pentingnya pengetahuan tentang determinan kesehatan yang mempengaruhi
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalianan dimasa pandemi covid-
19
c. Bagi Lahan dan Tempat kerja
Hasil penelitian ini di harapkan menjadi bahan kajian ilmiah untuk bisa
digunakan sebagai pengetahuan determinan kesehatan yang mempengaruhi
kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalianan dimasa pandemi covid-
19
d. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan maupun konsultasi secara online, di era pandemi
covid-19.
E. KEASLIAN PENELITIAN
N Nama,judul,dan Tujuan Metode Hasil
o Tahun penelitian

1 Hubungan persepsi Untuk Menggunakan Berdasarkan hasil


terhadap dukungan mengetahui penelitian kuantitatif koefisien
. sosial suami dengan apakah ada dimana data yang determinasi (r2 )
kecemasan istri dalam hubungan dikumpulkan berupa sebesar 0,126, hal
menghadapi persalinan antara persepsi data kuantitatif atau ini menunjukkan
yang di terbitkan pada terhadap jenis data lain yang bahwa persepsi
jurnal psikologi ( e- dukungan dapat dikuantitatifkan terhadap dukungan
journal ) 2017 sosial suami dan diolah dengan memberikan
dengan menggunakan teknik sumbangan sebesar
kecemasan ibu statistic 12,6% terhadap
hamil pada tingkat kecemasan
trimester 3 ibu hamil dalam
menghadapi
persalinan. Sisanya
sebesar 87,5%
kecemasan
dipengaruhi oleh
faktor lain.

2 Hubungan dukungan Penelitian ini Peneliti pada A. Sebagian besar


keluarga terhadap bertujuan rancangan ini (53,3%) ibu
perilaku ibu dalam mengetahui menggunakan desain dengan kehamilan
perawatan kehamilan bagaimana cross sectional. Studi pranikah
dengan riwayat pranikah dukungan cross sectional mendapatkan

5
di wilayah kota kendari keluarga digunakan untuk dukungan dan
tahun 2017 dengan perilaku mengetahui hampir
ibu dalam hubungan dukungan setengahnya
perawatan keluarga dengan (46,7%) ibu dalam
kehamilan perilaku ibu dalam kehamilan
dengan riwayat perawatan kehamilan pranikah tidak
kehamilan dengan riwayat mendapatkan
pranikah. kehamilan pranikah. dukungan dalam
perawatan
kehamilan. B.
Sebagian besar ibu
(60%) dengan
kehamilan
pranikah
berperilaku tidak
teratur dalam
pemeriksaan
kehamilan dan
hampir
setengahnya (40%)
berperilaku teratur
dalam pemeriksaan
kehamilan. C.
Terdapat hubungan
antara dukungan
keluarga dengan
perilaku ibu dalam
perawatan
kehamilan
pranikah di
puskesmas poasia
dengan tingkat
keeratan cukup
atau kk=0,44.

3 Hubungan interaksi Untuk Pendekatan yang A. Interaksi sosial


sosial siswa dengan hasil mengetahui digunakan dalam siswa kelas iv sdn
. belajar ips kelas iv sdn hubungan penelitian ini adalah gugus dewi kunthi
gugus dewi kunthi interaksi sosial pendekatan kecamatan
kecamatan gunungpati siswa dengan kuantitatif dengan gunungpati kota
kota semarang 2017 hasil belajar ips jenis non- semarang berada
kelas iv sdn eksperimental. Jenis pada kategori
gugus dewi penelitian yang sedang dengan
kunthi digunakan dari non- persentase 70,31%.
kecamatan eksperimental dalam B. Hasil belajar ips
gunungpati penelitian ini adalah pada aspek
kota semarang. penelitian korelasi. kognitif berada
Penelitian korelasi pada kategori
adalah penelitian sedang dengan
yang ditujukkan persentase 62,5%.
untuk mengetahui C. Hasil penelitian
hubungan suatu menunjukkan
variabel dengan bahwa ada
variabel-variabel lain hubungan yang
signifikan antara
interaksi sosial
siswa dengan hasil
belajar ips kelas iv
sdn gugus dewi
kunthi kecamatan

6
gunungpati kota
semarang dengan
keeratan yang kuat.
Hal ini tunjukkan
dengan perolehan
nilai rhitung adalah
0,624. Nilai rtabel
dengan n= 64 pada
taraf kesalahan 5%
yaitu 0,254. Nilai
rhitung> rtabel
maka ho ditolak
dan ha diterima.

4 Self efficacy ibu hamil Tujuan Desain penelitian ini Berdasarkan hasil
trimester iii dengan penelitian ini menggunakan analisis data
. tingkat kecemasan untuk analitik korelasi menggunakan uji
dalam menghadapi mengetahui dengan pendekatan korelasi spearman
persalinan (jurnal hubungan self cross sectional. rank dengan α =
informasi kesehatan efficacy ibu 0,05 diperoleh ρ
indonesia,2019) hamil trimester value = 0,000
iii dengan sehingga ρ value <
tingkat α (0,000 < 0,05).
kecemasan Maka dapat
dalam disimpulkan h0
menghadapi ditolak, artinya
persalinan. terdapat hubungan
self efficacy ibu
hamil trimester iii
dengan tingkat
kecemasan dalam
menghadapi
persalinan.

5 [JURNAL Tujuan dari Adapun metode Setelah diberikan


KREATIVITAS pengabdian yang digunakan edukasi dan
PENGABDIAN ini adalah dalam pelaksanaan pembagian
KEPADA untuk pengabdian ini masker,
MASYARAKAT mencegah dan adalah melalui pedagang sudah
(PKM), Pencegahan memutus mata edukasi kepada mulai sadar
Penularan Covid-19 rantai pedagang pasar pentingnya
Melalui Sosialisasi penularan dengan penggunaan
Dan Pembagian Covid-19 di menghimbau masker.
Masker Di Pasar Pasar pentingnya
Pringgan Pringgan menggunakan
Medan(heny,laura Medan. masker.
&frida,2020)

6 JMM (Jurnal Tujuan dari Metode Hasil dari


Masyarakat Mandiri) kegiatan Pelaksanaan kegiatan ini
PENINGKATAN pengabdian Kegiatan ini adalah adalah terdapat
PENGETAHUAN ini adalah pemberian materi peningkatan
SISWA DALAM untuk tentang pencegahan pengetahuan
PENCEGAHAN meningkatkan penularan COVID- tentang
PENULARAN pengetahuan 19 melalui pencegahan
COVID-19(fitry,ifon, siswa dalam pendidikan penularan
& donny,2020) pencegahan kesehatan. COVID-19 dari
penularan 100%

7
COVID-19. berpengetahuan
rendah menjadi
75%
berpengetahuan
tinggi.

7 Jurnal Ilmu untuk Jenis penelitian Hasil penelitian


Keperawatan Jiwa mengidentifik deskriptif dengan menunjukkan
KECEMASAN IBU asi tingkat pendekatan bahwa, tingkat
HAMIL TRIMESTER kecemasan crosssectional kecemasan ibu
III DI MASA ibu hamil hamil multigravida
PANDEMI COVID trimester trimester III di
19 DALAM ketiga di masa masa pandemi
MENGHADAPI pandemi Covid-19
PERSALINAN Covid-19 ditemukan
(Jagentar, Helinida, dalam sebanyak 20 orang
Amando,& menghadapi (60,6%) mengalami
Angelina,2021) persalinan. kecemasan ringan
sampai sedang dan
sebanyak 11 orang
(33,3%) mengalami
kecemasan berat.
8 Journal of midwifery Penelitian ini Metode: Jenis Berdasarkan
vol.9 no. 1 april 2021, bertujuan penelitian ini hasil penelitian
TINGKAT untuk adalah deskriptif. mengenai tingkat
KECEMASAN IBU mengidentifik kecemasan ibu
HAMIL PADA asi tingkat hamil pada masa
MASA PANDEMI kecemasan pandemi Covid-
COVID-19 DI KOTA ibu hamil 19 dapat
BENGKULU pada masa disimpulkan
pandemi bahwa tingkat
Covid-19. kecemasan ibu
hamil pada masa
pandemi Covid-
19 yaitu tidak
mempunyai
kecemasan 3.7
%, ibu hamil
dengan
kecemasan
ringan 39.8 %,
ibu hamil dengan
kecemasan
sedang 37.0 %,
ibu hamil dengan
kecemasan berat
19.4 % dan tidak
ada yang
mengalami
kecemasan
dengan kategori
berat/panik (0%).

8
BAB 2
KONSEP TEORI
A. Kehamilan Trimester III
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari
ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa (sperma)
terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada
uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm) (Manuaba, dkk, 2017)
Saifuddin (2011), menerangkan bahwa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu). Kehamilan trimester
III antara umur kehamilan 28-40 minggu.
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama
kehamilan, yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada
trimester III (Saifuddin, 2017).
a. Perubahan fisiologis trimester III Perubahan fisiologis kehamilan III yaitu:
1. Uterus
Saat kehamilan memasuki trimester III tinggi fundus uteri telah
mencapai 3 jari diatas umbilikus atau pada pemeriksaan Mc Donald sekitar
26 cm. Pada kehamilan 40 minggu, fundus uteri akan turun kembali dan
terletak tiga jari di bawah procesus xifoideus (px) oleh kepala janin yang
turun dan masuk ke dalam rongga panggul (Bobak,dkk,2017).
2. Payudara
Pada masa akhir kehamilan kolostrum dapat keluar dari payudara.
Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena
hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone
(Bobak,dkk,2017).
3. Sistem Kardiovaskular
Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena
cava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi terlentang,
penekanan ini akan mengurangi darah balik vena menuju jantung.

9
Akibatnya, terjadinya penurunan preload dan cardiac output sehingga
menyebabkan hipotensi (Saifuddin, 2017).

4. Sistem Pencernaan
Nafsu makan pada akhir kehamilan akan meningkat dan sekresi usus
berkurang. Usus besar bergeser ke arah lateral atas dan posterior, sehingga
aktivitas peristaltik menurun yang mengakibatkan bising usus menghilang
dan konstipasi umumnya akan terjadi (Saifuddin, 2017).
5. Sistem Perkemihan
Keluhan sering kencing akan sering muncul pada akhir kehamilan,
karena kepala janin mulai turun ke Pintu Atas Panggul (PAP) mendesak
kandung kemih. Desakan ini menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh (Bobak,dkk, 2017).
6. Perubahan Psikologi
Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan waspada, ibu
sering merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan dialami pada
saat persalinan. Ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-
waktu, serta takut bayi yang akan dilahirkan tidak normal. Rasa tidak
nyaman akibat kehamilan timbul kembali, merasa diri aneh dan jelek, serta
gangguan body image (Jannah, 2017).
b. Kebutuhan dasar Ibu Hamil Trimester III
Kebutuhan dasar ibu hamil trimester III yaitu sebagai berikut. Kebutuhan
Fisologis:
1. Oksigen
Ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas,
hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat membesarnya
Rahim (Nugroho,dkk, 2017).
2. Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ibu meningkat hingga 300 kalori/hari dari menu
seibang. Contoh: nasi tim dari empat sendok makan beras, ½ hati ayam,
satu potong tahu, wortel parut, bayam, satu sendok teh minyak goreng
dan 400 ml air (Nugroho,dkk, 2017).
3. Vitamin (B1, B2, dan B3)

10
Vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur metabolisme
sistem pernafasan dan energi. Ibu hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi vitamin B1 sekitar 1,2 mg per hari, vitamin B2 1,2 mg
per hari dan vitamin B3 11 mg per hari. Sumber vitamin tersebut yaitu:
keju, susu, kacang – kacangan, hati, dan telur (Nugroho,dkk, 2017).
4. Personal hygiene
Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga oleh setiap
ibu hamil. Kebersihan diri yang buruk dapat berdampak pada kesehatan
ibu dan janin. Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian
dua kali sehari (Nugroho,dkk, 2017).
5. Pakaian
Ibu hamil sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar, mudah
dikenakan dan nyaman. Gunakan kutang dengan ukuran sesuai ukuran
payudara dan mampu menyangga seluruh payudara, tidak
menggunakan sepatu tumit tinggi (Nugroho,dkk, 2017).
6. Eliminasi
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada kehamilan trimester
III dengan frekuensi buang air besar menurun akibat adanya konstipasi.
Ibu hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam sehingga
menganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur dikurangi
(Nugroho,dkk, 2017).
7. Seksual
Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual dengan
suaminya sepanjang hubungan tersebut tidak menganggu kehamilan.
Pilihlah posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita
hamil dan usahakan gunakan kondom karena prostaglandin yang
terdapat pada semen dapat menyebabkan kontraksi (Nugroho,dkk,
2017).
8. Senam hamil
Suatu program latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu
untuk mempersiapkan persalinan baik secara fisik atau mental
(Nugroho,dkk, 2017).
9. Istirahat atau tidur
Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat atau tidur yang cukup.

11
Kurang istirahat atau tidur dapat menyebabkan ibu hamil terlihat pucat,
lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur malam kurang lebih 8 jam dan
tidur siang kurang lebih 1 jam (Nugroho,dkk, 2017).

10. Traveling
Umumnya perjalanan jauh pada enam bulan pertama kehamilan
dianggap cukup aman, bila ingin melakukan perjalanan jauh pada tiga
bulan terakhir kehamilan sebaiknya dirundingkan dengan dokter
(Nugroho,dkk, 2017).
11. Stimulasi pengungkit otak (brain boster).
Pemberian stimulasi diberikan dengan menggunakan musik pada
periode kehamilan yang bertujuan meningkatkan intelegensia bayi yang
dilahirkan (Kemenkes RI, 2017).
c. Persiapan persalinan
Hal yang harus disiapkan adalah P4K seperti penolong persalinan, tempat
bersalin, biaya persalinan, transportasi, calon donor darah, pendamping
persalinan, pakaian ibu dan bayi.
d. Ketidaknyamanan ibu hamil trimester III dan cara mengatasinya
Pada masa kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu yang
membutuhkan suatu adaptasi. Dalam proses adaptasi tidak jarang ibu akan
mengalami ketidaknyaman (Romauli, 2017). Ketidaknyamanan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Sering Buang Air Kecil, cara mengatasinya yaitu kurangi asupan
karbohidrat murni, makanan yang mengandung gula, kopi , teh, dan
soda. (Romauli, 2017).
2. Striae gravidarum, cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan
emolien topical atau antipruritik jika ada indikasinya. (Romauli, 2017).
3. Hemoroid, cara mengatasinya yaitu makan makanan yang berserat,
buah dan sayuran serta banyak mengkonsumsi minum air putih dan sari
buah. Melakukan senam hamil untuk mengatasi hemoroid. (Romauli,
2017).
4. Keputihan, cara mengatasinya yaitu dengan mandi setiap hari,
menggunakan pakaian yang terbuat dari bahan katun, serta

12
mengkonsumsi buah dan sayur. (Sulistyawati, 2017).
5. Keringat bertambah, cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan
pakaian yang tipis, longgar, dan tingkatkan asupan cairan dan mandi
secara teratur. (Sulistyawati, 2017).
6. Napas sesak, cara mengatasinya yaitu merentangkan tangan diatas
kepala serta menghirup napas panjang dan mendorong postur tubuh
yang baik. (Sulistyawati, 2017).
7. Perut kembung, cara mengatasinya yaitu hindari makanan yang
mengandung gas, mengunyah makanan secara teratur dan lakukan
senam secara teratur. (Sulistyawati, 2017).
8. Pusing atau sakit kepala, cara mengatasinya yaitu bangun secara
perlahan dari posisi istirahat dan hindari berbaring dalam posisi
terlentang. (Sulistyawati, 2017).
9. Sakit punggung, cara mengatasinya yaitu posisi atau sikap tubuh yang
baik selama melakukan aktivitas, hindari mengangkat barang berat,
gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung. (Sulistyawati,
2017).
10. Varises, cara mengatasinya yaitu istirahat dengan menaikkan kaki
setinggi 45O atau meletakkan satu bantal dibawah kaki untuk
membalikkan efek gravitasi, jaga agar kaki tidak bersilangan dan
hindari berdiri atau duduk terlalu lama. (Sulistyawati, 2017).
e. Standar Pelayanan Kebidanan pada Ibu Hamil
Menurut Kementerian Kesehatan R.I. (2017), pada standar pelayanan
kebidanan ibu hamil, dapat kita ketahui sebagai berikut.
1. Melakukan pengukuran timbang berat badan dan tinggi badan.

Timbang berat badan dilakukan setiap kunjungan antenatal,


penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau
kurang dari 1 kg tiap bulan menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan dilakukan pada kontak
pertama untuk mendeteksi adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi
badan ibu kurang dari 145 cm meningkatkan resiko Cephalo Pelvic
Disproportion (CPD).
2. Pemeriksaan tekanan darah.

13
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan
antenatal untuk mendeteksi adanya hipertensi dalam kehamilan
(tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) dan preeklamsi (hipertensi kehamilan
yang disertai protein urin).

3. Menilai status gizi dengan mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA).

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk


skrining ibu hamil beresiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) yaitu
LILA kurang dari 23,5 cm.
4. Pemeriksaan fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan untuk mendeteksi


pertumbuhan janin sesuai umur kehamilan.
5. Menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.

Menentukan presentasi janin dilakukan pada usia kehamilan 36


minggu setiap kunjungan antenatal yang bertujuan untuk mengetahui
letak janin. Penilaian detak jantung janin dilakukan untuk mendeteksi
adanya gawat janin.
6. Melakukan skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT), imunisasi TT diberikan untuk mencegah tetatus
neonatorum. Pemberian imunisasi TT disesuaikan dengan status TT ibu.
7. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Tablet besi
diberikan untuk mencegah anemia pada ibu hamil. Ibu hamil harus
mendapat tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Melakukan Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi
ibu hamil bila diperlukan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb), untuk mengetahui
apakah ibu kekurangan darah (anemia) atau tidak.
c. Pemeriksaan protein dalam urine, dilakukan atas indikasi.
Skrining sifilis, dilakukan rutin pada semua ibu hamil selama
trimester pertama atau awal trimester kedua.
d. Pemeriksaan HIV dilakukan wajib dengan adanya program
pencegahan penularan dari ibu ke anak (PPIA) pada semua ibu

14
hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal
e. Pemeriksaan Hepatitis B, ini merupakan virus yang menyebabkan
penyakit hati dan dapat menular pada bayi. Bayi dapat
diimunisasi pada saat lahir untuk mencegah penularan.
f. Melakukan penatalaksanaan segera terhadap kasus atau masalah
yang terjadi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil laboratorium, setiap kelainan
yang dite mukan pada ibu hamil harus ditangani dengan standar dan kewenangan bidan.
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
Melakukan temu wicara atau konseling. Bimbingan Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE) dan konseling sesuai kebutuhan ibu termasuk P4K dan kontrasepsi
pascasalin. (Kementerian Kesehatan R.I.,2017). Rangkuman tatalaksana asuhan
antenatal pada kehamilan trimester III yaitu: catatan pada kunjungan sebelumnya,
keluhan yang mungkin dialami selama kehamilan, pemeriksaan keadaan umum,
tekanan darah, suhu tubuh, berat badan, gejala anemia (pucat, nadi cepat), edea, tanda
bahaya (sesak, perdarahan, dan lain – lain) pemeriksaan terkait masalah pada kunjungan
sebelumnya, pemeriksaan tinggi fundus, pemeriksaan obstetrik dengan teknik Leopold,
dan pemeriksaan kadar Hb.
B. Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (Rokhimah, dalam Meilianawati 2018) dukungan sosial adalah
derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh
orang–orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut,
dukungan sosial dapat merujuk pada kenyamanan, kepedulian, harga diri atau segala
bentuk bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok. Menurut
Gonollen dan Bloney (dalam As’ar, 2018), dukungan sosial adalah derajat dukungan
yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang – orang yang
memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut. Dukungan sosial
merupakan transaksi interpersonal yang mencakup afeksi positif, penegasan, dan
bantuan berdasarkan pendapat lain. Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan
mengenai peranan atau pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti
seperti keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Menurut Brownel dan Shumaker
(dalam Sulistyawati, 2018; Rima & Raudatussalamah, 2018) terdapat efek tidak
langsung dari dukungan sosial berarti dukungan sosial memperngaruhi kesejahteraan
individu dengan mengurangi tingkat keparahan stress dari suatu peristiwa. Dukungan

15
sosial melibatkan hubungan sosial yang berarti, sehingga dapat menimbulkan pengaruh
positif bagi si penerimanya. Menurut Ganster dan Victor (dalam Rustiana, 2018; Rima
& Raudatussalamah, 2018) mencatat bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan psikologis. Sejumlah penelitian juga menemukan bahwa
dukungan sosial turut mempengaruhi kesehatan fisik (Rustiana, dalam Rima &
Raudatussalamah, 2018).

a. Tujuan Dukungan Sosial


Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita
yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru
pertama kali hamil. Seorang wanita merasa tenang dan nyaman dengan adanya
dukungan dan perhatian dari orang–orang terdekat. Aspek dukungan sosial
menurut House (Handono, 2013 dalam Meilianawati 2018) yaitu:

2. Dukungan emosional, yaitu mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan


perhatian terhadap orang yang bersangkutan.

3. Dukungan penghargaan, yaitu terjadi lewat ungkapan hormat


(penghargaan) positif bagi orang itu, dorongan maju atau persetujuan
dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang
itu dengan orang lain.

4. Dukungan instrumental, yaitu mencakup bantuan langsung untuk


mempermudah perilaku yang secara langsung untuk mempermudah
perilaku secara langsung menolong individu. Misalnya bantuan benda,
pekerjaan, dan waktu.

5. Dukungan informatif, yaitu mencakup pemberian nasehat, saran-saran,


atau umpan balik.
Menurut Taylor (dalam King, 2018; Rima & Raudatussalamah, 2018)
dukungan sosial adalah informasi, dan umpan balik dari orang lain yang
menunjukkan bahwa seseorang dicintai, diperhatikan, dihargai, dihormati dan
dilibatkan dalam jaringan komunikasi. Dukungan sosial juga merupakan cara
yang paling efektif yang dapat digunakan seseorang untuk menyesuaikan diri dari
peristiwa yang sulit dan penuh tekanan. Saat hamil merupakan saat yang sensitive
bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin seorang suami memberikan suasana

16
yang mendukung perasaan istri, mislanya dengan mengajak istri jalan – jalan
ringan, menemani istri kedokter untuk memeriksakan kehamilannya serta tidak
membuat masalah dalam komunikasi (Astuti, H dalam Subketi I, 2018). Menurut
(Romana, T dalam Subekti I, 2018) yang dapat dilakukan para suami dan
memperhatikan kebutuhan aman dan nyaman pada istri selama masa kehamilan
yaitu salah satunya dengan bersama – sama hadir dalam kursus kelas ibu hamil
atau mengantar istri ke tempat senam hamil.
Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita
yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru
pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan
adanya dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat. Suami sebagai seorang
yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil wanita
mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami yaitu
memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri
mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan selama masa kehamilan (Astuti, H dalam Subekti
I, 2018). Keterlibatan suami dalam kesehatan reproduksi telah dipromosikan
sebagai strategi baru yang menjanjikan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan
anak. Dalam penyediaan layanan perawatan antenatal terfokus, salah satu elemen
penting yaitu promosi keterlibatan suami dalam proses perawatan antenatal
(Gebrehiwot, dkk 2018).

b. Bentuk Dukungan Sosial


Dukungan sosial juga merupakan cara yang paling efektif yang dapat
digunakan seseorang untuk menyesuaikan diri dari peristiwa yang sulit dan penuh
tekanan (Kim, Sherman & Taylor, 2018). Menurut Sarason (dalam Kuntjoro,
2018; Rima & Raudatussalamah ,2018) dukungan sosial adalah keberadaan,
kesediaan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan
menyayangi kita. Menurut Brownel & Shumaker (dalam Sulistyawati, 2018;
Rima & Raudatussalamah, 2018) terdapat efek tidak langsung dari dukungan
sosial berarti dukungan sosial mempengaruhi kesejahteraan individu dengan
mengurangi tingkat keparahan stress dari suatu peristiwa. Dukungan sosial
memiliki dua komponen mendasar yaitu jumlah individu yang tersedia dimana
salah satu individu dapat mengandalkan pada saat dibutuhkan dan tingkat

17
kepuasaan individu pada saat memberi dukungan. Kepuasaan dengan dukungan
sosial dipengaruhi oleh faktor kepribadian seperti harga diri dan perasaan control
atas lingkungan sekitar (Abadi.L, 2018).

Dukungan sosial dapat diperoleh dari sejumlah orang yang dianggap penting
(Significant others) seperti suami, anak, orangtua, saudara atau kerabat dan teman
akrab (dalam Kumolohadi, 2018; Rima & Raudatussalamah, 2018). Menurut
House dan Kahn (dalam Kumolohadi, 2018; Rima & Raudatussalamah, 2018)
mengungkap bentuk-bentuk dukungan sosial yaitu, dukungan emosional,
dukungan ini ditunjukkan melalui ekspresi empati, perhatian dan kepedulian
terhadap seseorang. Dukungan Penghargaan, ditunjukkan melalui ekspresi orang
lain tentang pandangan yang positif terhadap seseorang, dorongan atau
persetujuan terhadap gagasan dan perasaan seseorang. Dukungan Instrumental,
melibatkan bantuan langsung seperti memberikan atau meminjamkan uang atau
membantu mengerjakan tugas. Dukungan Informasi, yaitu pemberian nasehat,
pengarahan, saran atau umpan balik mengenai apa yang dapat dilakukan.
Dukungan sosial melibatkan hubungan sosial yang berarti, sehingga dapat
menimbulkan pengaruh positif bagi penerimanya. Ganster dan Victor (dalam
Rustiana, 2018; Rima Rima & Raudatussalamah, 2018) mencatat bahwa
dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan psikologis.
Sejumlah penelitian juga menemukan bahwa dukungan sosial turut
mempengaruhi kesehatan fisik. Menurut House dan Khan (dalam Mujiadi, 2004 ;
Rima & Raudatussalamah, 2012), dukungan sosial mampu menolong individu
mengurangi pengaruh yang merugikan dan dapat mempertahankan diri dari
pengaruh negatif. Pada masa kehamilan dukungan sosial dari suami sangat
diperlukan oleh ibu hamil, agar ibu hamil menjadi bahagia dan menghayati masa
kehamilannya dengan tenang sehingga ibu dapat termotivasi menjaga kesehatan
selama kehamilan.
Bentuk dukungan sosial menurut Cohen & Hoberman (dalam Isnawati &
Suhariadi, 2013) yaitu:

1. Appraisal Support
Yaitu adanya bantuan yang berupa nasehat yang berkaitan dengan
pemecahan suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor.

18
2. Tangiable Support
Yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik
dalam menyelesaikan tugas

3. Self Esteem Support


Dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan
kompeten atau harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai bagian
dari sebuah kelompok dimana para anggotanya memiliki dukungan yang
berkaitan dengan self-esteem seseorang.

4. Belonging Support
Menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok
dan rasa kebersamaan.
Sedangkan menurut Cutrona & Gardner (2018) dan Uchino (2018) (dalam
Sarafino, 2011) dijelaskan secara rinci terdapat empat bentuk dukungan sosial,
yaitu:

1. Emotional Support
Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap
orang yang bersangkutan sehingga individu merasa nyaman, aman, juga
merasa dicintai saat individu sedang mengalami tekanan atau dalam
keadaan stress.

2. Esteem Support
Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif
kepada orang yang sedang mengalami stress, dorongan atau persetujuan
terhadap ide ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan
positif antara individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat
menyebabkan individu yang menerima dukungan membangun rasa
menghargai dirinya, percaya diri, dan merasa bernilai. Dukungan jenis ini
sangat berguna ketika individu mengalami stress karena tuntutan tugas
yang lebih besar daripada kemampuan yang dimilikinya.

3. Tangiable or Instrumental Support


Dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti

19
berupa materi atau jasa.Misalnya memberi atau meminjamkan uang atau
membantu meringankan tugas orang yang sedang mengalami stress.
Dengan adanya bantuan yang mengacu pada ketersediaan peralatan, materi
atau jasa dapat membantu mengatasi permasalahan – permasalahan yang
bersifat prakits.

4. Informational Support
Mencakup memberi nasehat. Petunjuk, saran ataupun umpan balik,
sehingga dapat mengarahkan bagaimana individu memecahkan masalah
yang dihadapi.
Dalam konsep teori Sarafino, terdapat Companionship Support yaitu
dukungan yang mencakup pada ketersedian kelompok untuk
menghabiskan waktu secara bersama. Dengan demikian dapat
memberikan rasa kebersamaan dalam suatu kelompok untuk melakukan
aktivitas sosial bersama. Dukungan ini menyebabkan individu merasa
bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota –
anggotanya dapat saling berbagi.

c. Sumber Dukungan Sosial


Dukungan sosial suami adalah keterlibatan suami selama masa kehamilan
dan persalinan istirnya, meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental dan dukungan infromasi, sehingga sang istri merasa
bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dihargai, dibantu dan berada dalam keadaan
yang aman dan tentang (Wilda, 2012 dalam Indri Subekti 2016). Sumber
dukungan antara lain didapatkan dari; pasangan, keluarga, dan masyarakat.
Dukungan sosial yang paling dekat dengan ibu hamil adalah dari pasangannya
(suami). Dukungan (motivasi) atau dukungan suami berperan sangat besar dalam
menentukan status kesehatan ibu. Jika suami mengharapkan adanya kehamilan,
maka memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal mempengaruhi ibu
menjadi lebih percaya diri, lebih bahagia, menunjukkan kesiapan dan lebih kuat
secara mental untuk menghadapi segala hal kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Dukungan sosial didapat oleh ibu hamil dari tiga pihak yaitu suami, keluarga,
dan tenaga kesehatan. Dukungan dari keluarga merupakan dukungan terbesar
kedua yang dibutuhkan ibu setelah dukungan suami. Dengan mendapatkan
dukungan dari keluarga, ibu akan merasa diperhatikan dan dihargai selama masa

20
kehamilannya. Ibu hamil yang memiliki dukungan yang tinggi akan merasa puas
karena kebutuhan secara fisik dan psikologis terpenuhi. Akan tetapi, hal itu akan
menjadi penghambat jika keluarga tidak memberikan dukungan terhadap ibu
hamil. Dari sisi kesehatan, hormonal wanita saat hamil, dapat merubah mood
untuk melakukan sesuatu selama kehamilannya berlangsung. Hal ini normal,
tetapi seharusnya tidak terlalu konsentrasi terhadap hal – hal tersebut karena dapat
membuat keadaan ibu hamil menjadi lebih sulit mengurangi rasa jenuh maupun
tertekan. Walaupun dukungan datang dari orang – orang terdekat tetapi jika sudah
tidak ada keinginan dari diri sendiri untuk melakukan sesuatu maka semuanya
akan percuma (Andryana. R, 2018).
Sebagaimana penelitian yang dilakukan Johanna Gladieux terhadap 26
pasangan suami-istri yang tengah menghadapi kehamilan di California, dukungan
emosional suami terhadap istri dapat menyebabkan adanya ketenangan batin dan
perasaan senang dalam diri istri. Istri akhirnya menjadi lebih mudah
menyesuaikan diri dalam situasi kehamilan (dalam Dagun, 2018; Rima &
Raudatussalamah, 2018). Sarason juga berpendapat bahwa orang yang
memperoleh dukungan sosial akan mengalami hal-hal positif dalam hidupnya,
memiliki harga diri, dan mempunyai pandangan yang lebih optimis (dalam
Mujiadi, 2018; Rima & Raudatussalamah, 2018). Dukungan selama kehamilan
lebih banyak manfaatnya dalam mengurangi tekanan ibu selama proses kehamilan
dan persalinan, penelitian telah menunjukkan bahwa ketika wanita dalam masa
kehamilan dan persalinan memiliki rasa stress, rasa aman yang menurun dan
kecemasan, tidak hanya itu banyak penelitian selama 30 tahun terakhir
menyatakan bahwa suami dapat memberikan dukungan psikologis, emosional dan
moral. Demikian juga dilaporkan bahwa suami memiliki fungsi penting dalam
mendukung ibu hamil selama kehamilan dan persalinan (Magrabi & Mohamed,
2018). Menurut Gottlieb sumber dukungan sosial dapat dibagi menjadi dua
macam:
1. Hubungan seseorang dengan professional. Maksudnya adalah seseorang
yang ahli dibidangnya, misalnya seorang tenaga kesehatan dengan ibu
hamil sehingga membentuk interaksi sosial.
2. Hubungan seseorang dengan nonprofessional, misalnya suami, anggota
keluarga lainnya seperti anak, teman dan kerabat dekat. Sehingga
terbentuk interaksi antara ibu hamil dengan orang – orang terdekat.

21
Dalam penelitian Mullany et al. (2007) dan Fatimah (2009) juga memiliki
pendapat serupa bahwa dukungan dari keluarga terutama suami dalam mengikuti
kelas ibu hamil sangat berpengaruh besar pada ibu hamil. Masyarakat yang
kurang pengetahuan tentang kelas ibu hamil cenderung tidak mendukung kegiatan
kelas ibu hamil dan masyarakat masih menganggap kelas ibu hamil itu merupakan
pekerjaan orang kesehatan saja, sehingga hal tersebut mempengaruhi partisipasi
ibu dalam kegiatan kelas ibu hamil. Hasil dari beberapa penelitian tersebut juga
sesuai dengan konsep yang dinyatakan oleh Mullany et al., (2007) bahwa
keluarga atau orang terdekat merupakan perantara yang efektif dan mampu
memberikan kemudahan seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Karena keluarga, terutama suami juga memiliki peran dalam menentukan
keputusan untuk memelihara kesehatan para anggota keluarganya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah segala bentuk tindakan
dan ucapan yang bersifat membantu dengan melibatkan emosi, informasi,
instrumentasi dan appresiasi (penilaian positip) pada individu dalam mengahadapi
masalahnya. Salah satu peran serta suami atas kehadiran ibu hamil ketika
melakukan kelas senam hamil yaitu dengan memberikan motivasi kepada ibu
berupa dukungan secara psikologis dan dukungan nyata terhadap ibu agar dapat
berpartisipasi dalam program senam hamil (Mullany et al., 2007; Redshaw &
Henderson 2013).

d. Faktor – faktor yang Menghambat Dukungan Sosial


Faktor – faktor yang menjadi penghambat dalam pemberian dukungan sosial
menurut Apollo & Cahyadi, 2018:

1. Penarikan diri dari orang lain, disebabkan karena harga diri yang rendah,
ketakutan untuk dikritik, pengharapan bahwa orang lain tidak menolong,
seperti menghindar, mengutuk diri, diam, menjauh, tidak mau meminta
bantuan.

2. Melawan orang lain, seperti sikap curiga, tidak sensitif, tidak timbal balik,
dan agresif.

3. Tindakan sosial yang tidak pantas, seperti membicarakan dirinya secara


terus – menerus, menganggu orang lain, berpakaian tidak pantas, dan tidak
pernah merasa puas.

22
C. Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan
antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses
sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar
manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara- cara berhubungan
yang dapat dilihat jika individu dan kelompok- kelompok sosial saling bertemu serta
menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.

a. Definisi Interaksi Sosial


Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk
yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya sehari–hari. Oleh
karena itu, tidak dapat dihindari bahwa manusia harus selalu berhubungan
dengan manusia lainnya. Hubungan manusia dengan manusia lainnya, atau
hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan kelompok dengan
kelompok inilah yang disebut interaksi sosial (Sarwono, 2018: 185)
Ahmadi (2018:54) menyatakan interaksi sosial adalah suatu hubungan
antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau
sebaliknya.
Menurut H. Bonner (dalam Gerungan, 2018: 62) interaksi sosial adalah
suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain, atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat
menggambarkan kelangsungan timbal– baliknya interaksi sosial dua atau lebih
manusia itu. Sementara itu, individu yang satu dapat menyesuaikan diri secara
autoplastis kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri
yang lain. Individu yang satu dapat juga menyesuaikan diri secara aloplastis
dengan individu lain, dimana individu yang lain itulah yang dipengaruhi oleh
dirinya yang pertama. Dengan demikian, hubungan antara individu yang
berinteraksi senantiasa merupakan hubungan timbal-balik, saling pengaruh
yang timbal balik.
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa

23
interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Pergaulan hidup terjadi
apabila orang atau kelompok manusia bekerja sama. Saling bicara dan
seterusnya untuk mencapai tujuan bersama (Anagoro dan Widiyanti, 2018: 24).
Interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu
yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau
sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan
tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau
kelompok dengan kelompok (Walgito, 2018: 57)
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu
yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain, atau sebaliknya.

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial


Floyd Allport mengemukakan bahwa perilaku dalam interaksi sosial
ditentukan oleh banyak faktor termasuk manusia lain yang ada disekitarnya
dengan prilakunya yang spesifik (Gerungan, 2010: 62)
Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, baik secara
tunggal maupun secara bergabung ialah:

1. Faktor Imitasi
Banyak para ahli Sosial berpendapat bawa seluruh kehidupan sosial
itu sebenarnya berdasarkan faktor imitasi saja. Walaupun pendapat ini
ternyata berat sebelah, peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak
kecil. Sebelum orang mengimitasi suatu hal, terlebih dahulu haruslah
terpenuhi syarat, yaitu :

a. Minat perhatian yang cukup besar akan hal tersebut


b. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi dan
berikut dapat pula suatu syarat lainnya, yaitu bahwa
c. Orang-orang juga dapat mengimitasi suatu pandangan atau tingkah
laku karena hal itu mempunyai penghargaan sosial yang tinggi, jadi
seseorang mungkin mengimitasi sesuatu karena ia ingin memperoleh
penghargaan sosial di dalam lingkungannya.

2. Faktor Sugesti

24
Bahwa dalam sugesti itu seseorang memberikan pandangan atau sikap
dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain diluar sana. Memang
benar pula peranan sugesti itu dalam pembentukan norma-norma
kelompok, prasangka-prasangka sosial, norma-norma susila, norma
politik dan lain-lainnya. Sebab, pada orang kebanyakan diantara
pedoman-pedoman tingkah lakunya itu banyak dari adat kebiasaan yang
diambil alih begitu saja, tanpa mempertimbangkan lebih lanjut dari orang
tuanya, pendidik, ataupun kawan di lingkungannya.
Syarat-syarat yang memudahkan sugesti itu terjadi, yaitu :

a. Sugesti karena hambatan berfikir


b. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi)
c. Sugesti karena otoritas
d. Sugesti karena mayoritas
e. Sugesti karena “will to believe”
Sugesti yaitu pengaruh psychis, baik yang datang dari dirinya sendiri
maupun orang lain yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya
kritik. Karena itu dalam psikologi sugesti ini dibedakan adanya :

a) Auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari


dirinya sendiri
b) Hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain

3. Faktor Identifikasi
Identifikasi adalah suatu istilah yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud seorang tokoh psikologi dalam. Identifikasi merupakan dorongan
untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Identifikasi dilakukan
orang kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam suatu segi, untuk
memperoleh sistem norma, sikap, dan nilai yang dianggapnya ideal dan
yang masih merupakan kekurangan pada dirinya. Sebagaimana
diungkapkan, proses ini terjadi secara otomatis, di bawah sadar, dan
obyek identifikasi itu tidak dipilih secara rasional, tetapi berdasarkan
penilaian subyektif, berperasaan.
Identifikasi dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu :
a. Anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial

25
itu karena orang tua dengan sengaja mendidiknya;
b. Anak mengidentifikasi diri pada orang tua, Karena
orang tua sangat penting sebagai tempat identifikasi
dari anak-anaknya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah.

4. Faktor Simpati
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang
terhadap orang lain. Timbulnya simpati itu merupakan sadar bagi diri
manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Simpati
menghubungkan seseorang dengan orang lain, sebaliknya perasaan
antipati cenderung menghambat atau menghilangkan sama sekali
pergaulan antar orang. Adam Smith membedakan 2 bentuk dasar
daripada simpati:
a. Yang menimbulkan respons yang cepat hampir seperti reflek
b. Yang sifatnya lebih intelektual kita dapat bersimpati terhadap
seseorang, meskipun kita tak merasakan sebagai yang ia rasakan.
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasionil, melainkan
berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan
sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik
baginya.

5. Aspek-Aspek Interaksi Sosial


Menurut Sarwono, (2010: 185), ada beberapa aspek yang mendasari
interaksi sosial, yaitu :

a. Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengiriman berita atau informasi
dari seseorang kepada orang lainnya. Dalam kehidupan sehari–hari
kita melihat komunikasi ini dalam berbagai bentuk, misalnya
bergaul dengan teman, percakapan antara dua orang, pidato, berita

26
yang dibacakan oleh penyiar, buku cerita, koran, dan sebagainya.
Terdapat lima unsur dalam proses komunikasi, yaitu :

1) Adanya pengirim berita;

2) Adanya penerima berita;

3) Adanya berita yang dikirimkan;

4) Adanya media atau alat pengirim berita;

5) Adanya sistem symbol yang digunakan untuk menyatakan


berita.
Dalam aspek komunikasi ini indikatornya adalah: proses
pengiriman berita atau informasi.

b. Tingkah Laku Kelompok


Teori yang pertama dikemukakan oleh tokoh-tokoh psikologi
dari aliran klasik yaitu bahwa tingkah laku kelompok merupakan
sekumpulan individu dan tingkah laku kelompok adalah gabungan
dari tingkah laku-tingkah laku individu-individu secara bersama-
sama. Teori yang kedua dikemukakan oleh Gustave Le Bon, bahwa
tingkah laku kelompok yaitu bahwa bila dua orang atau lebih
berkumpul disuatu tempat tertentu, mereka akan menampilkan
perilaku yang sama sekali berbeda daripada cirri-ciri tingkah laku
individu-individu itu masing-masing.
Aspek tingkah laku kelompok ini indikatornya adalah : tingkah
laku secara bersama-sama dan berkumpul dengan orang lebih dari
satu orang di suatu tempat.

c. Sikap
Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang,
tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang
terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian, situasi, orang
orang, atau kelompok. Sikap dinyatakan dalam tiga domain, yaitu :

1) Affect, merupakan perasaan yang timbul


2) Behavior, merupakan perilaku yang mengikuti perasaan itu

27
3) Cognition, merupakan penilaian terhadap objek sikap
Aspek sikap ini indikatornya adalah : perasaan dalam suatu
situasi.

d. Adanya Kontak Sosial


Terjadi apabila ada hubungan dengan pihak lain. Dalam
hubungan kontak sosial memiliki tiga bentuk yaitu hubungan antar
perorangan, hubungan antar orang dengan kelompok, hubungan
antar kelompok. Hubungan ini bisa terjadi bila kita bicara dengan
pihak lain secara berhadapan langsung maupun tidak langsung.
Dalam kontak sosial sendiri terdiri dari tiga, yaitu hubungan antar
perorangan, hubungan antar orang dengan kelompok, dan
hubungan antar kelompok. Dengan adanya kontak sosial tersebut
maka ada yang bersifat positif serta negatif. Dalam aspek kontak
sosial ini indikatornya adalah : hubungan dengan pihak lain secara
langsung maupun tidak langsung.
Menurut Gerungan (2018: 78) aspek interaksi sosial yaitu
situasi sosial. Situasi sosial merupakan setiap situasi dimana
terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan manusia
lainnya. Menurut M. Sherif seorang ahli ilmu jiwa Amerika
Serikat, situasi- situasi sosial itu dapat dibagi kedua golongan
utama, yaitu :

1) Situasi kebersamaan

Pada situasi ini, individu-individu yang turut serta dalam


situasi tersebut belum mempunyai saling hubungan yang
teratur seperti yang terdapat pada situasi kelompok sosial.
Situasi kebersamaan itu merupakan situasi di mana
berkumpul sejumlah orang yang sebelumnya salimg tidak
mengenal, dan interaksi sosial yang lalu terdapat diantara
mereka itu tidak seberapa mendalam.Mereka kebetulan ada
bersamaan pada suatu tempat dan kesemuanya yang
kebetulan berada bersama itu, belum merupakan suatu
keseluruhan yang utuh.

28
2) Situasi kelompok sosial

Situasi ini merupakan situasi di dalam kelompok, dimana


kelompok sosial tempat orang-orangnya berinteraksi itu
merupakan suatu keseluruhan tertentu. Hubungan tersebut
berdasarkan pembagian tugas di antara para anggotanya yang
menuju ke suatu kepentingan bersama.

D. Efikasi Diri
Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (self- efficacy).
Bandura (2018) mendefinisikan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan seseorang
terhadap kemampuan atau kompetisinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai
tujuan, atau mengatasi hambatan tertentu. Lebih lanjut Bandura menjelaskan efikasi diri
adalah kepercayaan seseorang bahwa orang tersebut dapat menguasi sebuah situasi dan
menghasilkan keluaran yang positif. Efikasi diri tidak hanya dapat dipahami sebagai
keyakinan seseorang pada kemampuannya, tetapi juga dapat dilihat sebagai penilaian
atas kemampuan yang dimiliki diri sendiri. Pikiran individu terhadap efikasi diri
kemudian menentukan seberapa besar usaha yang dicurahkan dan seberapa lama
individu akan tetap bertahan dalam menghadapi hambatan yang sedang dialami.
Bandura menjelaskan kepercayaan seseorang dalam keyakinan dirinya memiliki
berbagai dampak, Seperti pengaruh kepercayaan dalam mengambil keputusan untuk
mencari kebahagiaan, seberapa banyak usaha yang dilakukan dalam mencurahkan kerja
kerasnya, seberapa lama seseorang akan gigih menghadapi rintangan dan kegagalan,
penyesuaian dalam keadaan sengsara, pola apa yang akan dilakukan antara menghindari
atau menghadapinya, seberapa banyak stres dan depresi pengalaman seseorang dengan
beban yang dituntut oleh lingkungan, dan tingkat penyelesaian tugas yang dapat
diselesaikan. Bagian inilah yang menentukan seperti apa seseorang akan tergambarkan
secara alami dan alternatif gambaran dari terbentuknya seseorang.
Sedangkan menurut Baron & Byrne (2018) menyatakan bahwa efikasi diri
merupakan salah satu bagian dari konsep diri yang meliputi suatu kumpulan keyakinan
mengenai kemampuan individu untuk menghadapi tugas-tugas secara efektif dan
menyelesaikan tugas tersebut. Myers (2018) mengemukakan bahwa dalam kehidupan
sehari-hari, efikasi diri mengarahkan kepada sekumpulan target yang menantang dan

29
tidak pantang menyerah dalam mendapatkannya. Kurniawan (2018) mengatakan bahwa
keyakinan diri merupakan panduan untuk tindakan, yang telah dikonstruksikan dalam
perjalanan pengalaman interaksi sepanjang hidup individu. Crick & Dodge (dalam
Kurniawan, 2018) menjelaskan keyakinan diri merupakan representasi mental individu
atas realitas, terbentuk oleh pengalaman pengalaman masa lalu dan masa kini, dan
disimpan dalam memori jangka panjang.
Pada penelitian ini, pengertian efikasi diri mengacu pada definisi yang
dikemukakan oleh Bandura karena pengertian efikasi diri cenderung mengarahkan pada
seberapa besar usaha yang dapat dicurahkan seseorang dan seberapa lama individu akan
tetap bertahan dalam menghadapi hambatan yang sedang dialami. Bandura menjelaskan
bagaimana efikasi diri dapat membentuk dan menentukan seperti apa kepribadian
manusia dan gambaran diri seseorang dalam menghadapi masalah, seberapa besar usaha
yang dilakukan, dan sikap apa yang diambil dalam menghadapi masalah, dan pengaruh
efikasi diri seseorang dalam mengambil keputusan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan
keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengasuh dan mendidik anaknya.
Hal ini meliputi keyakinan mengenai kemampuan seseorang dalam mengasuh secara
efektif dan mengarahkan pada sekumpulan target yang harus dicapai dan berusaha
untuk mendapatkannya. Kepercayaan seseorang dapat menguasai sebuah situasi dan
menghasilkan keluaran positif serta tidak hanya dipahami sebagai keyakinan pada
kemampuannya, tetapi dapat juga sebagai penilaian atas kemampuan yang dimiliki diri
sendiri. Efikasi diri merupakan representasi mental individu atas realitas sehingga
terbentuk oleh pengalaman masa lalu dan masa kini dan disimpan dalam memori jangka
panjang. Terbentuknya pemikiran individu terhadap efikasi akan menentukan seberapa
besar usaha yang dicurahkan seseorang untuk terus berusaha menghadapi hambatan.
1. Aspek - Aspek Efikasi Diri Parenting
Bandura (2018) menyatakan terdapat tiga hal penting yang dapat digunakan
untuk membentuk efikasi diri, yaitu sebagai berikut :
a. level
Dimensi ini mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini
individu akan mampu mengatasinya. Apabila tugas-tugas yang
dibebankan pada individu disusun menurut tingkat kesulitannya, maka
perbedaan efikasi diri secara individual mungkin terbatas pada tugas-
tugas yang sederhana, menengah, atau tinggi. Individu akan melakukan

30
tindakan yang dirasakan mampu untuk dilaksanaknnya dan akan tugas-
tugas yang diperkirakan di luar batas kemampuan yang dimilikinya.
b. Generality
Dimensi ini mengacu pada variasi situasi di mana penilaian tentang
efikasi diri dapat diterapkan. Aspek ini berhubungan luas bidang tugas
atau tingkah laku. Beberapa pengalaman berangsur-angsur menimbulkan
penguasaan terhadap pengharapan pada bidang tugas atau tingkah laku
yang khusus sedangkan pengalaman lain membangkitkan keyakinan
yang meliputi berbagai tugas.
c. Strength
Dimensi ini terkait dengan kekuatan atau kemantapan dari efikasi
diri seseorang ketika berhadapan dengan tuntutan tugas atau suatu
permasalahan. Tingkat efikasi diri yang lebih rendah mudah
digoyangkan oleh pengalaman-pengalaman yang memperlemahnya,
sedangkan seseorang yang memiliki efikasi diri yang kuat tekun dalam
meningkatkan usahanya meskipun dijumpai pengalaman yang
memperlemahnya.
Corsini (dalam Hambawany, 2018) mengemukakan terdapat empat aspek
yang dapat mempengaruhi efikasi diri yaitu:
a. Kognitif.
Kemampuan seseorang untuk memikirkan cara-cara yang digunakan
dan merancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Asumsi yang timbul dari dari aspek kognitif ini adalah
semakin efektif kemampuan berfikir dan dalam berlatih mengungkapkan
ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung seseorang
bertindak dengan tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Motivasi.
Kemampuan seseorang untuk memotivasi diri melalui pikirannya
untuk melakukan suatu tindakan dan keputusan dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Motivasi seseorang timbul dari pemikiran optimis
dalam diri untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Motivasi dalam
efikasi diri digunakan untuk memprediksi kesuksesan dan kegagalan
individu.
c. Afeksi.

31
Kemampuan mengatasi emosi yang timbul pada diri sendiri untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi terjadi secara alami dalam diri
seseorang dan berperan dalam menentukan intensitas pengalaman
emosional. Afeksi ditunjukkan dengan mengontrol kecemasan dan
perasaan depresif yang menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk
mencapai tujuan.
d. Seleksi.
Kemampuan seseorang untuk menyeleksi tingkah laku dan
lingkungan yang tepat sehinnga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Asumsi yang timbul dalam aspek ini yaitu ketidakmampuan orang dalam
melakukan seleksi, tingkah laku membuat orang tidak percaya diri,
bingung dan mudah menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi
yang sulit.
Baumrind dan Black (dalam steinberg, 2018) menjelaskan bahwa ada
beberapa aspek penting dalam pola asuh demokratis, yaitu:
a. Komunikasi
Pada pola asuh demokratis terjadi komunikasi yang baik antara
orantua dengan anak. Komunikasi itu berjalan dua arah atau timbal balik,
orangtua mengajak anak untuk bermusyawarah dan memberikan
kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
b. Norma dan nilai
Dalam pola asuh demokratis, orangtua membuat norma atau
peraturan serta nilai-nilai yang harus dipatuhi oleh anak. Hal ini
bertujuan agar anak memiliki pedoman dalam bertingkah laku dan
berpikir untuk tidak melanggar aturan tersebut.
c. Kasih sayang dan sikap tegas
Pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada anak-anaknya
merupakan hal penting dalam menjaga suatu hubungan antara anak dan
orangtua.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri
Menurut Bandura (2018) efikasi diri dapat diubah, ditingkatkan serta
diturunkan melalui salah satu atau empat kombinasi sumber yaitu:
a. Pengalaman keberhasilan (mastery experience)
Didasarkan oleh pengalaman-pengalaman yang dialami individu secara

32
langsung. Apabila seseorang pernah mengalami keberhasilan dimasa lalu maka
dapat meningkatkan efikasi dirinya. Keberhasilan yang didapatkan oleh
seseorang akan meningkatkan efikasi dirinya. Apabila keberhasilan yang
didapatkan seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya,
biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri.
Sebaliknya, apabila keberhasilan didapat melalui hambatan yang besar dan
merupakan hasil perjuangan sendiri maka hal itu akan membawa pengaruh
terhadap peningkatan efikasi diri.

b. Meniru (vicarious experience/modeling),


Individu yang melihat orang lain berhasil dalam melakukan aktivitas yang
sama dan memiliki kemampuan yang sebanding dapat meningkatkan efikasi
dirinya. Individu yang pada awalnya memiliki efikasi diri yang rendah akan
sedikit berusaha untuk dapat mencapai keberhasilan seperti yang diperoleh
orang lain. Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan
dengan seorang individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan
meningkatkan efikasi diri seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama.
Efikasi diri tersebut didapat melalui upaya meniru yang biasanya terjadi pada
diri seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga
melakukan peniruan tersebut. Dalam hal ini efikasi diri yang didapat tidak
akan berpengaruh apabila model yang diamati tidak memiliki kemiripan atau
berbeda dengan individu tersebut.
c. Persuasi sosial (social persuasion),
Individu diarahkan dengan saran, nasihat, bimbingan sehingga dapat
meningkatkan keyakinan bahwa kemampuan-kemampuan yang dimiliki dapat
membantu untuk mencapai apa yang diinginkan. informasi tentang
kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh
biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa dirinya cukup mampu
melakukan suatu tugas.
d. Kondisi psikologis dan emosi (physiological & emotion state),
Seseorang akan lebih mungkin mencapai keberhasilan jika tidak terlalu
sering mengalami keadaan yang menekan karena dapat menurunkan
prestasinya dan menurunkan keyakinan akan kemampuan dirinya. kecemasan
dan stres yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan tugas yang sering

33
diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada umumnya seseorang cenderung akan
mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh
ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan. Efikasi diri biasanya
ditandai oleh rendahnya tingkat stres dan kecemasan, sebaliknya efikasi diri
yang rendah ditandai oleh tingkat stres dan kecemasan yang tinggi.

Bandura (dalam Rizvi, dkk, 2018) menjelaskan bahwa perbedaan derajat


efikasi diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Sifat tugas yang dihadapi


Ketika karakteristik suatu tugas belum diketahui, maka penilaian yang
akan terjadi hanya berdasarkan pada kemampuannya, sehingga performasi
tidak optimal. Jenis tugas yang sulit menuntut usaha yang lebih keras dan berat
dari pada jenis tugas yang lebih mudah. Usaha yang akan dikeluarkan untuk
mencapai hasil yang maksimal. Kerasnya usaha disertai strategi yang baik
memunculkan efikasi diri seseorang karena adanya kontribusi yang diberikan
terhadap tugas tersebut (Rahmawati, 2018). Orangtua membutuhkan usaha
yang keras untuk dapat meyakinkan diri agar anaknya mampu diterima di
masyarakat. Dengan memikirkan bagaimana cara dan mencoba agar
mendapatkan hasil yang memuaskan. Bukanlah hal yang mudah dalam
menemukan cara yang tepat agar dapat diterima di masyarakat.

b. Intensif eksternal
Intensif berupa hadiah yang diberikan oleh orang lain untuk merefleksikan
keberhasilan seseorang dalam menguasai atau melaksanakan suatu tugas,
misalnya pemberian pujian, status sosial, materi, dan lain-lain. Intensif dari
orang lain tersebut dapat memotivasi seseorang untuk mengeluarkan usaha
yang lebih keras serta memuncukan efikasi dirinya (Bandura, 2018).

c. Suatu tugas peran individu dalam lingkungan


Derajat status seseorang mempengaruhi penghargaan dari orang lain dan
rasa percaya dirinya. Penghargaan dari orang lain ini merupakan motivasi yang
akan mendorong seseorang agar dapat terus berusaha. Dengan adanya status

34
dan peran dalam lingkungan akan memberikan rasa nyaman pada orangtua
dalam lingkungan karena adanya pengakuan dari masyarakat. Adanya
penghargaan dari orang lain memunculkan perasaan yang berarti dalam suatu
lingkungan, sehingga akan memunculkan efikasi diri (Bandura, 2018).

d. Informasi tentang kemampuan diri


Efikasi diri seseorang akan meningkat atau menurun apabila mendapat
informasi yang positif atau negatif tentang dirinya (Bandura, 2018). Baron &
Byrne (2018) menyatakan efikasi diri merupakan salah satu bagian dari konsep
diri yang meliputi suatu kumpulan keyakinan mengenai kemampuan individu
untuk menghadapi tugas-tugas secara efektif dan menyelesaikan tugas
tersebut. Informasi positif akan meningkatkan efikasi diri apabila diterima
dengan jelas sehingga mengarahkan seseorang untuk memunculkan
kemampuan yang sesuai dengan karakteristik tugas (Bandura, 2018).

Menurut Greenberg dan Baron (Hambawany, 2018) mengatakan ada dua


faktor yang mempengaruhi efikasi diri, yaitu:
a. Pengalaman langsung, sebagai hasil dari pengalaman mengerjakan suatu
tugas di masa lalu (sudah pernah melakukan tugas yang sama di masa lalu).
b. Pengalaman tidak langsung, sebagai hasil observasi pengalaman orang lain
dalam melakukan tugas yang sama (pada waktu individu mengerjakan
sesuatu dan bagaimana individu tersebut menerjemahkan pengalamannya
tersebut dalam mengerjakan suatu tugas).
Berdasarkan faktor di atas, peneliti memilih faktor yang dikemukakan oleh
Bandura (2018), yaitu pengalaman keberhasilan (mastery experience), meniru
(vicarious experience/modeling), persuasi sosial (social persuasion), kondisi
psikologis dan emosi (physiological & emotion state). Dalam hal ini alasan peneliti
memilih faktor yang mempengaruhi efikasi diri menurut Bandura (2018)
berdasarkan pemahaman yang peneliti dapatkan bahwa persuasi sosial adalah
seseorang saat mendapatkan saran, nasihat, bimbingan dapat meningkatkan
keyakinan bahwa kemampuan-kemampuan yang dimiliki dapat membantu untuk
mencapai apa yang diinginkan. informasi yang disampaikan secara verbal oleh
seseorang yang berpengaruh, dapat digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa
dirinya cukup mampu melakukan suatu tugas. Hal ini menunjukan bahwa teori

35
yang telah dipaparkan sesuai dengan variabel yang peneliti gunakan dan dapat
dijadikan acuan penelitian.
E. Kecemasan
Menurut Kaplan, kecemasan merupakan respons terhadap situasi tertentu yang
mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan,
perubahan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Seringkali kecemasan
juga ditandai dengan perasaan tegang, mudah gugup, kewaspadaan berlebih, dan
terkadang menyebabkan keringat pada telapak tangan (Arindra, 2018).
Kecemasan merupakan bagian dari respon emosional, dimana ansietas adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Dimana
ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. (Stuart,
2018).
Para ahli mendefinisikan bahwa kecemasan adalah gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam
dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal. Sementara
ahli lain menyatakan bahwa kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2018).
1. Respon terhadap kecemasan
Aspek-aspek kecemasan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu
fisiologis dan psikologis (Noerma, 2018).
a. Fisiologis
Bentuk reaksi fisiologis berupa detak jantung meningkat, pencernaan
tidak teratur, keringat yang berlebihan, ujung-ujung jari terasa dingin, sering
buang air kecil, tidur tidak nyenyak, kepala pusing, nafsu makan hilang, dan
sesak nafas (Neorma, 2018). Beberapa keluhan yang sering dikemukakan
juga ialah rasa sakit pada otot, tulang dan pendengaran berdenging (tinnitus)
dan gangguan pola tidur (Hawari, 2018).
b. Psikologis
Pada aspek psikologis, kecemasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Aspek kognitif
Termasuk dalam aspek ini adalah tidak mampu memusatkan

36
perhatian (Noerma, 2018).
2) Aspek afektif
Termasuk dalam aspek ini antara lain, takut, merasa akan ditimpa
bahaya, kurang mampu memusatkan perhatian, merasa tidak berdaya,
tidak tentram, kurang percaya diri, ingin lari dari kenyataan hidup
(Noerma, 2018), gangguan daya ingat, mudah terkejut, merasa tegang
(Hawari, 2018).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan
Menurut Keable (2018), mengemukakan faktor umum yang dapat
menyebabkan kecemasan antara lain; stres di tempat kerja, stres dengan
pernikahan atau persahabatan, stres karena keuangan, stres karena penyakit
yng diderita, efek samping obat, stres karena trauma emosional, gejala
penyakit yang diderita, dan akibat kekurangan oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan, yaitu:
1. Pengaruh keluarga (misalnya, faktor neurobiologis dan kepribadian);
kecemasan disini diartikan sebagai kecemasan yang disebabkan oleh
adanya turunan sifat pencemas, dan atau mencemaskan salah seorang
atau sekelompok orang di dalam keluarga yang mengalami sesuatu
sehingga menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan serta timbul
kekhawatiran.
2. Trauma dari peristiwa-peristiwa psikologis tertentu; kecemasan timbul
diakibatkan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan sehingga
perasaan menjadi was-was dan terlalu protektif terhadap diri sendiri maupun
orang lain.
3. Stress; tekanan psikologis yang mampu membuat perasaan menjadi
sangat gelisah, takut berkepanjangan, tidak tenang, gangguan pada
proses berpikir, sukar konsentrasi dan gangguan fisik seperti jantung
yang berdebar-debar.
4. Kegagalan dalam belajar; kecemasan yang disebabkan oleh kegagalan
dalam belajar merupakan kecemasan yang disebabkan kurangnya daya
atau kemampuan untuk menghadapi kejadian/peristiwa tertentu yang
serupa (pernah terjadi) sehingga menimbulkan keresahan dan
ketidakmampuan kontrol diri.
d. Kecemasan pada Kehamilan

37
Adanya ansietas pada kehamilan dapat berakibat kurang baik pada ibu
ataupun pada janin. Dampak kurang baik tersebut tidak hanya pada saat
kehamilan tetapi dapat berpengaruh juga pada proses kelahiran, pasca
kelahiran dan pada masa laktasi. Dari hasil beberapa penelitian dampak buruk
yang dapat terjadi akibat ansietas pada kehamilan antara lain: kematian janin
intrauterine, abortus, gangguan perkembangan otak janin, kelahiran
premature, berat badan lahir rendah. Pada ibu dapat meningkatkan kejadian
hipertensi, preeklamsi dan eklamsi. Walaupun belum banyak penelitian yang
menghubungkan akibat buruk lain yang dapat terjadi pada kehamilan dengan
ansietas, namun atas dasar psikofisiologi dan psikopatologi stres secara
umum, tentunya komplikasi atau dampak buruk lain dapat timbul sehubungan
dengan adanya gangguan psikosomatik ansietas pada kehamilan (Laksmi
dkk., 2018)
Perkembangan psikologi selama kehamilan bervariasi menurut tahap
kehamilan. Pada trimester pertama adalah periode penyesuaian diri,
seringkali ibu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya
memang hamil. Perubahan psikologis pada trimester pertama disebabkan
karena adaptasi tubuh terhadap peningkatan hormon progesteron dan
estrogen. Segera setelah terjadi perubahan, hormon progestereon dan
estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya rasa
mual-mual pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara
(Indrayani, 2018).
Seringkali pada awal kehamilannya, sekitar 80% ibu melewati
kekecewaan, menolak, sedih, gelisah. Kegelisahan timbul karena adanya
perasaan takut, takut abortus atau kehamilan dengan penyulit, kecacatan,
kematian bayi, kematian saat persalinan, takut rumah sakit dan lain-lain.
Kegelisahan sering dibarengi dengan mimpi buruk, firasat dan hal ini sangat
mengganggu (Indrayani, 2018).
Pada trimester kedua, dengan mengenali gerakan janin, ibu akan
menyadari bahwa janin adalah individu yang berdiri sendiri, yang
mempunyai kebutuhan sendiri yang sementara tinggal di dalam tubuhnya
(Saifuddin, 2018). Selama trimester ini wanita umumnya merasa baik dan
terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Pada trimester kedua tubuh ibu
sudah beradaptasi dengan kadar hormon yang lebih tinggi, sehingga merasa

38
lebih sehat dibandingkan dengan trimester pertama. Periode ini sering disebut
periode sehat ibu sudah bebas dari ketidaknyamanan. (Indrayani, 2018).
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu penantian dan
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran
bayinya. Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orangtua seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran
bayi (Indrayani, 2018).
Pada trimester ketiga perempuan akan mendapati dirinya sebagai calon
ibu dan mulai menyiapkan dirinya untuk hidup bersama bayinya dan
membangun hubungan dengan bayinya (Saifuddin, 2018) Pada trimester
ketiga biasanya ibu merasa khawatir, takut akan kehidupan dirinya, bayinya,
kelainan pada bayi, persalinan, nyeri persalinan dan ibu tidak akan pernah
tahu kapan ia akan melahirkan. Pada periode ini ibu tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya, menuggu tanda-tanda persalinan, perhatian ibu berfokus
pada bayinya, gerakan janin dan membesarnya uterus mengingatkannya pada
bayinya (Indrayani, 2018).
Ketidaknyamanan pada trimester ini meningkat, ibu merasa dirinya
aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan mudah tersinggung
serta merasa menyulitkan. Di samping itu ibu merasa sedih akan berpisah
dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterimanya selama
hamil. Masa ini juga disebut masa krusial/penuh kemelut untuk beberapa
wanita karena adanya krisis identitas, karena mereka mulai berhenti bekerja,
kehilangan kontak dengan teman dan kolega. Wanita mempunyai banyak
kekhawatiran seperti tindakan mendikalisasi saat persalinan, perubahan body
image merasa kehamilannya sangat berat, tidak praktis, kurang atraktif serta
takut kehilangan pasangan (Indrayani, 2018).
e. Tingkat Kecemasan
Menurut Videbeck (2018), ada empat tingkat kecemasan yang dialami
oleh individu yaitu:
1. Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari.
Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan
indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan

39
dan kreativitas.
2. Kecemasan sedang
Individu terfokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi
penyempitan, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang
lain.
3. Kecemasan berat
Kecemasan ini sangat mengurangi persepsi individu. Cenderung
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan atau perintah
untuk berfokus pada area lain.
4. Panik
Individu kehilangan kendali diri. Karena hilangnya control, maka
tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi
peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan
dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan berhubungan dengan
orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidka
mampu berfungsi secara efektif.
f. Alat ukur tingkat kecemasan
Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrument
Hamilton Ansietas Rating Scale (HARS), Analog Ansietas Scale, Zung Self-
Rating Ansietas Scale (ZSAS), dan Trait Ansietas Inventory Form Z-I (STAI
Form Z-I). Zung Self-Rating Ansietas Scale (ZSAS) dirancang untuk meneliti
kecemasan secara kuantitatif. Instrument ZSAS dikembangkan oleh William W.K
Zung pada tahun 1997 (Astria, 2018).

40
F. Kerangka Konsep

IBU HAMIL TM III

CEMAS (perasaan tegang, mudah gugup, TIDAK CEMAS


kewaspadaan berlebih)

IYA
DUKUNGAN SOSIAL
Lakukan edukasi terhadap suami istri
TIDAK
a. Dukungan emosional
b. Dukungan penghargaan 1. Klien mengerti dan dapat mengulangi apa yang
c. Dukungan instrumental dijelaskan
d. Dukungan informatif 2. Klien tidak cemas

IYA A. Lakukan edukasi terhadap klien dan suami


INTERAKSI SOSIAL B. Lakukan pendekatan terhadap klien untuk
TIDAK menjalin interaksi soaial yang baik antara tenaga
1. Komunikasi kesehatan dan kliean
2. Tingkah laku kelompok
3. Sikap
1. Klien mengerti dan dapat mengulangi apa yang
dijelaskan
2. Klien tidak cemas
IYA
EFIKASI DIRI
Lakukan edukasi yang berisiskan motivasi-motivasi
TIDAK dan hal-hal yang posistif bsgi klien
1. Level 41
2. Generality  Klien mengerti dan dapat mengulangi apa
3. strength yang dijelaskan
 Klien tidak cemas
Gambar 2.1. Kerangka konsep ibu hamil TM III dalam menghadapi persalinan dengan kecemasan
atau tidak dikarnakan berbagai faktor seperti dukungan sosial, interaksi sosial, dan
efikasi diri

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelskan keterkaitan antara variabel dimana,kerangka konsep
akan memebantu penelitian menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,
2016).Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan
merupakan refleksi dari hubungan variabel –variabel yang diteliti (swarjana,2015). Adapun
variabel yang akan diteliti adalah determinan (dukungan sosial, interaksi sosial, dan efikasi
diri) yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil menjelang persalinan dimasa COVID 19.

G. Hipotesis Penelitian

Sugiyono (2016:224)menyatakan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap


rumusan masalah penelitian. Arikunto (2016:112) menyatakan bahwa ada dua jenis hipotesis
yang digunakan yaitu hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Hipotesis alternatif
menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, sedangkan hipotesis nol (Ho)
menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel X dan Y
1. Terdapat adanya pengaruh antara dukungan sosial terhadap tingkat kecemasan ibu hamil
dimasa pandemi COVID 19
2. Terdapat adanya pengaruh antara interaksi sosial terhadap tingkat kecemasan ibu hamil
dimasa adanya pandemi COVID 19
3. Terdapat adanya pengaruh antara efikasi diri terhadap tingkat kecemasan ibu hamil dimasa
pandemi COVID 19.

42
4. Terdapat adanya pengaruh antara determinan kesehatan( dukungan sosial, interaksi sosial,
dan efikasi diri ) terhadap tingkat kecemasan ibu hamil dimasa pandemi COVID 19

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian regresi logistik. Studi analitik


korelasi adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel
independent dan dependent (Lapau, 2013). Cross sectional adalah suatu penelitian
untuk mempelajari kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan cara pendekatan atau
pengumpulan data sekaligus pada satu saat tertentu saja (Ariani, 2014). dengan
demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh determinan
kesehatan terhadap tingkat kecemasan pada ibu hamil di masa pandemi covid 19.
Adapun desain penelitian (Sugiyono, 2010:18) , yaitu:

x Y
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sugiyono, 2010:18)

Keterangan:

X: determinan kesehatan (Variabel Bebas)

Y: tingkat kecemasan (Variabel Terikat)

43
Gambar 3.2 Gambar desain penelitian

Variabel bebas Variabel terikat


(determinan kesehatan) (tingkat kecemasan)

Dukungan sosial Interaksi sosial


a. Emosional (empati, 1. Komunikasi(bergaul
kepedulian, dan dengan teman,
perhatian) percakapan)

b. Penghargaan 2. Tingkah laku Efikasi diri


a. Level (kemampuan
(ungkapan hormat) kelompok(tingkah
perorangan dalam
laku secara bersama- menyelesaikan
c. Instrumental(mencak sama dan berkumpul tugas)
up bantuan langsung dengan orang lebih b. Generality (luas
untuk mempermudah dari satu orang di bidang tugas,
perilaku, contoh suatu tempat) tingkah laku)
:bantuan c. Strength
benda,pekerjaan) 3. Sikap(perasaan dalam (keyakinan)
suatu situasi)
d. Informatifnasehat,sar
an, atau umpan balik) 4. Adanya kontak
sosial(hubungan antar
perorangan atau
Ha Diterima:
rhitung > rtabel
Hasil penelitian...........?
Ho Ditolak:
rhitung < rtabel

44
Gambar 3.2 diatas menunjukan lebih detail desain penelitian yang akan dilakukan
peneliti.

B. Subjek, Tempat, Dan Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah ibu hamil Trimester III di Bandar kidul
Kec.Mojoroto Kota Kediri

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Bandar kidul Kec.Mojoroto Kota


Kediri

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan kepada ibu hamil trimester
III di Bandar kidul Kec.Mojoroto Kota Kediri

C. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi penelitian
ini adalah ibu hamil trimester III Bandar kidul Kec.Mojoroto Kota Kediri. Jumlah ibu
hamil dengan trimester III kota kediri sebanyak 130 ibu hamil.

D. Sampel

45
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2016:118). Menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Nonprobality sampling
adalah teknik pengambilan 60 sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, dan
snowball.

Berdasarkan sampel yang didapatkan peneliti mengambil sampel dengan tehnik


nonprobality sampling dengan sampling purposive(purposive sampling). Teknik
purposive sampling adalah sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria tertentu oleh
peneliti (Swarja, 2014). Berikut adalah kriteria inklusi penelitian ini:

a. Ibu hamil trimester III


b. Ibu hamil usia 20 – 35 tahun
c. Ibu hamil primi/multi

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah ibu hamil pada trimester III dimasa
Covid 19.

E. Variabel penelitian
a. Variabel
1. Variabel Bebas (Independent) : Sugiyono, (2016:61) menyatakan bahwa
variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel bebas pada penelitian ini adalah determinan kesehatan
(dukungan sosial, interaksi sosial, dan efikasi diri) pada ibu hamil trimester
II.
2. Variabel Terikat (Dependent) : Variabel dependen (variabel terikat)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:61). Variabel terikat pada penelitian
ini adalah tingkat kecemasan ibu hamil pada trimester III dimasa pandemi
COVID 19.

46
Tabel 3.1 Definisi operasional

N Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala/ Skor


o operasional jenis data
1 independent
 Dukungan Dukungan sosial  Emosional Kuesioner Nominal SL : 4
sosial diukur
menggunakan
 Penghargaa
n SR : 3
kuesioner dengan KD : 2
skor yang telah  Instrumental
ditentukan  Informative
TP : 1

 Interaksi Suatu interaksi  Tingkah kuesioner Nominal STS: 1


sosial atau komunikasi laku
yang menciptakan kelompok TS : 2
suatu hubungan  Sikap S :3
yang baik yang  Adanya
diukur SS : 4
kontak
menggunakan social
kuesioner dengan
skor yang telah
ditentukan
 Efikasi diri Suatu keyakinan  Level Kuesioner Nominal STS: 1
atau sikap percaya  Generality
pada diri sendiri  Strength TS : 2
yang diukur
S :3
menggunakan
kuesioner dengan SS : 4
skor yang telah
ditentukan
2 Dependen Suatu perasaan Ringan Kuesioner Ordinal  Ringan

47
(tingkat khawatir, takut, Sedang
kecemasan) ataupun was-was Berat  Sedang
terhadap sesuatu Panik  Berat
hal yang akan
diukur
menggunakan
kuesioner dengan
skor yang telah
ditentukan

F. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini terdiri dari
A. Data demografi Data demografi meliputi nama inisial, umur, alamat, pendidikan
terakhir, agama, jumlah saudara, dan tempat tinggal
B. Data dukungan sosial,interaksi sosial dan efikasi diri
Variabel independen tentang dukungan sosial menggunakan kuesioner
dengan skala likert dan nilai skala SL:4, SR:3, JR:2, TP:1 untuk pernyataan
positif, sedangkan untuk pernyataan negatif nilai skalanya adalah TP:4, JR:3,
SR:2, SL:1. Variabel ini menggunakan skala likert maka untuk keperluan analisis
menggunakan skor T yaitu :

X− X
T = 50 + 10
S

Keterangan :

x : skor responden

T : mean skor responden

s : standar deviasi

Dimana untuk mencari standar deviasi menggunakan rumus

s=
√ ∑2
(x−x)
n

keterangan

x : skor responden

x : nilai rata-rata

n : jumlah sampel

48
s : simpangan baku

Peneliti kemudian menginterpretasikan jawaban untuk mempermudah


penelitian menjadi 2 kategori yaitu mendukung/baik (T>MT) dan tidak
mendukung/idak baikt (T≤MT) Dimana untuk mencari MT menggunakan rumus:

MT =
∑T
n

Keterangan :

MT : Mean T

T : Skor

n : Jumlah responden

C. Data tingkat kecemasan ibu hamil


Tingkat kecemasa pada ibu hamil trimester III merupakan variabel
dependen tentang tingkat kecemasan ibu hamil pada trimester III dimasa COVID
19 menggunakan lembar isian atau kuesioner dan dihitung dengan skala likert.
D. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid 65 atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah (Arikunto, 2016:168).
Teknik uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji
validitas internal. Validitas internal instrumen yang berupa nontest yang
digunakan untuk mengukur sikap, gejala yang didefinisikan, cukup memenuhi
validitas konstruksi (Sugiyono, 2014:123).
E. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,
2016:221). Teknik uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus
Alpha. Peneliti menggunakan rumus ini karena instrumen yang digunakan
berbentuk angket dengan skor skala bertingkat. Arikunto (2016:239) menyatakan
bahwa “rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang

49
skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.” Peneliti dalam
menguji reliabilitas menggunakan bantuan SPSS 16.
Uji reliabilitas dapat dilihat pada nilai Cronbach’s Alpha, jika nilai Alpha>
0,60 maka kontruk pernyataan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel
(Wiratna, 2015:199). Sedangkan menurut Sekaran dalam Duwi Prayitno
(2016:98) jika nilai reliabilitas kurang dari 0,60 adalah kurang baik, 0,7 dapat
diterima, dan di atas 0,80 adalah baik.
F. Metode pengambilan data
Metode pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan non test atau
menggunakan kuesioner. Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat
kuesioner daftar pernyataan. Menurut Riduwan (2003: 81) kuesioner adalah
daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain yang memberikan respon
(responden) sesuai dengan permintaan peneliti, dengan tujuan untuk mencari
informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden.
G. Pengolahan Dan Analisis Data
A. Pengolahan Data

Pengolahan data-data yang diperoleh kemudian diolah secara komputerisasi


menggunakan SPSS for Windows version 17. Melalui tahap penyuntingan,
pengkodean, dan tabulasi.

1. Penyuntingan (Editing)

Dalam tahap penyuntingan ini dilakukan pemeriksaan seluruh daftar


pernyataan atau kuesioner yang telah diisi/ direspon oleh para responden.

2. Pengkodean (Coding)

Kegiatan pengkodean dilakukan setelah penyuntingan (editing), yakni


berupa pemberian nilai pada kolom di sebelah kanan sesuai jawaban
responden. Perincian pemberian kode (untuk penilaian skala dukungan
sosial, interaksi sosial, efikasi diri ) yaitu : berupa pernyataan dengan 4
alternatif jawaban, yaitu selalu (S), sering (SRG), kadang-kadang (KDG),
dan sangat tidak pernah (TP) pada kuesioner dan 4 alternatif jawaban,
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (TS)
untuk pernyataan kuesioner. Masing-masing alternatif jawaban diberi skor

50
1-4. Penetapan skor tergantung pada sifat pernyataan apakah negatif atau
positif (terlampir).

3. Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi yaitu menyusun dan menghitung data hasil pengkodean


untuk kemudian disajikan dengan cara memasukkan angka-angka kedalam
kotak-kotak bernomor pada tabel. Dari data-data yang telah ditabulasi dapat
diketahui angka komulatif masing-masing variabel.

4. Skoring

Skoring ini adalah proses penentuan skor atas jawaban responden


yang dilakukan dengan membuat klasifikasi dan kategori yang cocok
tergantung pada anggapan atau opini responden. Penghitungan skoring
dilakukan dengan menggunakan skala Likert yang pengukurannya sebagai
berikut:

a. Pernyataan Positif

SL : selalu : 4
SR : sering :3
KD : kadang :2
TP : tidak pernah :1

Dan juga pernyatan lainnya adalah


STS : sangat tidak setuju :1
TS : tidak setuju :2
S : setuju :3
SS : sangat setuju :4

B. Analisis Data
Metoda analisis data yaitu pengelompokkan data berdasarkan variabel dan
jenis responden, mentabulasi data berdasarkan dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan, menurut (Sugiyono, 2017:147). Metoda analisis data yang

51
digunakan yaitu analisis regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan
pengolahan data Software SPSS (Statistical Package For Social Science). Hal ini
dilakukan agar hasil yang diperoleh dari analisis dan pengujian tersebut dapat
memberikan jawaban yang akurat mengenai variabel yang diteliti.
Pada analisis regresi ini menggunakan analisis regresi logistik biner untuk
menganalisis hubungan antara satu variabel respon dan beberapa variabel
prediktor, dengan variabel responnya berupa data kualitatif dikotomi yaitu
bernilai 1 untuk menyatakan keberadaan sebuah karakteristik dan bernilai 0 untuk
menyatakan ketidakberadaan sebuah karakteristik. Analisis regresi merupakan
salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel
terhadap variabel lain. Model regresi yang paling sederhana adalah model regresi
linier sederhana dengan bentuk persamaan

DAFTAR PUSTAKA

Doriana rina, feni tria, & gultom lusiana. 2014. Sosial, Budaya Serta Pengetahuan Ibu Hamil
Yang Tidak Mendukung Kehamilan Sehat. Jurnal ilmiah PANNMED Vol.9 No.1 Mei-
Agustus 2014

Hikmah nurul, naimah, yuliani ita, 2019. Self Efficacy Ibu Hamil Trimester Iii Dengan
Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan. Jurnal Informasi Kesehatan
Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 123 – 132

Humairoh zahrotul, 2017. Hubungan Antara Pemberian Dukungan Sosial Dari Suami
Dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi

52
Listriana desi.2016. Hubungan Interaksi Sosial Siswa Dengan Hasil Belajar Ips Kelas Iv Sdn
Gugus Dewi Kunthi Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

Masruroh nida, 2017. Hubungan Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Suami Dengan
Kecemasan Istri Dalam Menghadapi Persalinan

Maya aminah, tamar miskiyah, desti dwita, chaprilian fera. 2021. Edukasi Persiapan
Persalinan Dengan Protokol Kesehatan Di Masa Kenormalan Baru (New Normal)
Sebagai Upaya Pencegahan Covid-19 Pada Ibu Hamil. Volume 3, Nomor 1, Juni 2021

Ratnasari isnaini.2017. Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Pada Ny. J Umur 34 Tahun


G2p0ab1ah0 Dengan Riwayat Abortus, Riwayat Schizophrenic, Dan Tinggi Badan <
145 Cm Di Puskesmas Umbulharjo I Kota Yogyakarta

Rendita gita, 2018. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Kehamilan Preeklamsia
Pada Ibu Hamiltrimester Iiidiwilayah Kerja Puskesmas Purwanegara

Syafitri Nuriza.2011. Hubungan Interaksi Sosial Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa


Semester Ii Program Studi Diploma Iii Kebidanan Stikes Muhammadiyah Klaten

Vidyastuti niken, 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Ibu Dalam
Perawatan Kehamilan Dengan Riwayat Pranikah Di Wilayah Kota Kendari Tahun
2017

53

Anda mungkin juga menyukai