Dosen Pembimbing :
Susilawati,SST .,M.Kes
Disusun Oleh :
Fadilah Nurul H (P17312215130)
Cici Nur Khoiriyah (P17312215133)
Ni Kadek Ayu R.D.S.P (P17312215134)
Putri Wulandari (P17312215135)
Meisya Ika Rahmawati D (P17312215137)
Ekky Wahyuningtyas (P17312215154)
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada ibu Susilawati, SST.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Pemberdayaan Perempuan
Dalam Asuhan Kebidanan. Kami membuat makalah ini yang bertujuan untuk memberikan
penjelasan tentang Kekerasan di Rumah Tangga.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan lebih bagi kami dan
para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun yang kami harapkan guna kedepannya
dapat memberi kesempurnaan pada makalah kami ini. Atas perhatian dan waktunya, kami
mengucapkan terima kasih.
Jember
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................i
PENDAHULUAN
2. Gangguan stres pasca trauma.
3. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa indikasi
medis)
5. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti skizofrenia
dan atau bentuk psikotik lainnya
6. Bunuh diri
Kekerasan Psikis Ringan, berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi,
kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan, dan
isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina;
penguntitan; ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis;yang masing-masingnya
bisa mengakibatkan penderitaan psikis ringan, berupa salah satu atau beberapa hal di
bawah ini:
1. Ketakutan dan perasaan terteror
2. Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak
4. Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala, gangguan pencernaan tanpa
indikasi medis)
Contoh intervensi termasuk dukungan psikososial dan intervensi psikologis untuk korban
kekerasan rumah tangga; gabungan program pemberdayaan ekonomi dan sosial; transfer tunai;
bekerja dengan pasangan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan hubungan;
intervensi mobilisasi masyarakat untuk mengubah norma gender yang tidak setara; program
sekolah yang meningkatkan keamanan di sekolah dan mengurangi/menghilangkan hukuman
keras dan memasukkan kurikulum yang menantang stereotip gender dan mempromosikan
hubungan berdasarkan kesetaraan dan persetujuan; dan pendidikan partisipatif berbasis
kelompok dengan perempuan dan laki-laki untuk menghasilkan refleksi kritis tentang
hubungan kekuasaan gender yang tidak setara.
Untuk mencapai perubahan yang langgeng, penting untuk memberlakukan dan
menegakkan undang-undang serta mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang
mempromosikan kesetaraan gender; mengalokasikan sumber daya untuk pencegahan dan
penanggulangan; dan berinvestasi dalam organisasi hak-hak perempuan.
Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan memerlukan pendekatan
multi-sektor, peranan penting di sektor kesehatan antara lain:
1. Advokasi untuk membuat kekerasan terhadap perempuan tidak dapat diterima dan agar
kekerasan tersebut ditangani sebagai masalah kesehatan masyarakat.
2. Memberikan layanan yang komprehensif, menyadarkan dan melatih penyedia layanan
kesehatan dalam menanggapi kebutuhan para penyintas secara holistik dan empatik.
3. Mencegah terulangnya kekerasan melalui identifikasi dini terhadap perempuan dan anak
yang mengalami kekerasan dan memberikan rujukan dan dukungan yang tepat
4. Mempromosikan norma-norma gender egaliter sebagai bagian dari keterampilan hidup dan
kurikulum pendidikan seksualitas komprehensif yang diajarkan kepada kaum muda.
5. Menghasilkan bukti tentang apa yang berhasil dan besarnya masalah dengan melakukan
survei berbasis populasi, atau memasukkan kekerasan terhadap perempuan dalam survei
demografi dan kesehatan berbasis populasi, serta dalam sistem surveilans dan informasi
kesehatan.
Salah satu upaya Kementerian PPPA bersama dengan United Nations Fund for Population
Activities (UNFPA) adalah membuat protokol penanganan kasus kekerasan terhadap
perempuan yang dapat digunakan dalam penanganan kekerasan terhadap perempuan, sehingga
perempuan yang menjadi korban tetap terlayani dan lembaga lembaga penyedia layanan tetap
bisa memberikan penanganan kasus dengan merujuk pada protokol yang ada. Protokol ini
diadopsi dari Panduan Penanganan Kekerasan Berbasis Gender yang disusun oleh Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) DKI Jakarta, Yayasan
Pulih, dan Lembaga Penyedia Layanan Bersama Kementerian PPPA dan UNFPA pada tahun
2020. Protokol yang tersedia mulai dari
1. Protokol pengaduan; pemberian layanan pendampingan;
2. Rujukan ke layanan kesehatan; rujukan ke rumah aman atau shelter;
3. Layanan psikososial;
4. Layanan konsultasi hukum; hingga pendampingan proses hukum.
Protokol ini dapat diterapkan dalam penanganan kasus KDRT, karena KDRT merupakan
salah satu bentuk dari kekerasan terhadap perempuan. Dengan protokol ini, diharapkan korban
KDRT yang selama ini memilih untuk diam atau hanya menceritakan kasus yang dialaminya
kepada orang-orang terdekat bersedia untuk melaporkan kasusnya. Selain itu, berbagai
program pemerintah seperti Program Sembako (Bantuan Pangan non-Tunai); Program
Bantuan Sosial Tunai; Program BLT Dana Desa; Program Listrik Gratis untuk pelanggan 450
VA, dan 900 VA; Program Kartu Pra-Kerja berupa insentif untuk pelatihan kerja sebesar Rp1
juta/bulan; dan Program Subsidi Gaji Karyawan dengan gaji di bawah Rp5 juta diharapkan
juga dapat meringankan beban ekonomi rumah tangga, sehingga dapat meminimalisasi
terjadinya konflik dalam keluarga, termasuk di dalamnya mencegah terjadinya KDRT.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekerasan dalam rumah tangga adalah segala tindakan kekerasan secara fisik, psikis,
seksual, penelantaran rumah tangga, ekonomi dan spiritual yang terjadi di dalam keluarga atau
unit rumah tangga atau antara mantan atau pasangan saat ini yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan kesejahteraan anak-anak mereka. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah advokasi,
pemberian layanan yang komprehensif, mencegah terulang melalui identifikasi dini,
mempromosikan norma norma gender egaliter dan kurikulum pendidikan seksualitas
komprehensif kepada kaum muda. Sedangkan, upaya penanganan yang dilakukan oleh
Kementerian PPPA bersama dengan United Nations Fund for Population Activities (UNFPA)
adalah membuat protokol penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan yang dapat digunakan
dalam penanganan kekerasan terhadap perempuan,
3.2 Saran
Menurut kelompok kami, sebagai bidan sudah seharusnya memiliki perhatian khusus
terhadap perempuan dan atau korban tindakan kekerasan dalam rumah tangga dengan mampu
melaksanakan peran bidan sebagai pendidik, penggerak, fasilitator dan advokator agar dapat
mencegah dan menekan kasus kekerasan dalam rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan-detail/menemukenali-
kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt
https://www.pa-bantaeng.go.id/blog/2021/01/02/kekerasan-dalam-rumah-tanggakdrt/
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=647:kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt-persoalan-
privat-yang-jadi-persoalan-publik&catid=101&Itemid=181
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan_dalam_rumah_tangga