Dosen Pembimbing :
Susilawati,SST .,M.Kes
Disusun Oleh :
Fadilah Nurul H (P17312215130)
Cici Nur Khoiriyah (P17312215133)
Ni Kadek Ayu R.D.S.P (P17312215134)
Putri Wulandari (P17312215135)
Meisya Ika Rahmawati D (P17312215137)
Ekky Wahyuningtyas (P17312215154)
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada : Susilawati,SST .,M.Kes selaku dosen mata kuliah Pemberdayaan
Perempuan Dalam Asuhan Kebidanan.
Kami membuat makalah ini yang bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang
Kekerasan di Rumah Tangga.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan lebih bagi kami dan
para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun yang kami harapkan
guna kedepannya dapat memberi kesempurnaan pada makalah kami ini. Atas perhatian dan
waktunya, kami mengucapkan terima kasih.
Jember
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang pemberdayaan perempuan dan masalah sosial kekerasan dalam
rumah tangga
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang definisi KDRT
b. Menjelaskan tentang faktor resiko KDRT
c. Menjelaskan tentang bentuk KDRT
d. Permasalahan sosial KDRT
e. Respon dan pencegahan KDRT
f. Upaya penanganan KDRT
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Faktor-faktor yang secara khusus terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga meliputi:
1. Riwayat paparan kekerasan di masa lalu
2. Perselisihan dan ketidakpuasan perkawinan
3. Kesulitan dalam berkomunikasi antara pasangan
4. Laki-laki mengendalikan perilaku terhadap pasangannya
3. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa indikasi
medis)
5. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti skizofrenia
dan atau bentuk psikotik lainnya
6. Bunuh diri
Kekerasan Psikis Ringan, berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi,
kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan,
dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina;
penguntitan; ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis;yang masing-masingnya
bisa mengakibatkan penderitaan psikis ringan, berupa salah satu atau beberapa hal di
bawah ini:
1. Ketakutan dan perasaan terteror
2. Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak
Meskipun demikian seringkali tidak ada solusi yang bisa diterapkan untuk perempuan
korban kekerasan dalam rumah tangga. Bagi beberapa korban, siklus kekerasan yang tak
henti-hentinya menghasilkan harga diri yang berkurang, ketidakberdayaan, depresi, dan
perasaan dipenjara yang berlebihan, bahkan keyakinan bahwa mereka pantas dianiaya. Lebih
banyak hambatan material menghalangi sebagian besar korban. Banyak yang secara finansial
bergantung pada pelaku kekerasan mereka, dan, karena banyak korban pelecehan adalah ibu,
mereka terutama takut tidak dapat menghidupi anak-anak mereka jika mereka meninggalkan
pasangan yang melakukan kekerasan. Banyak yang takut melaporkan kejahatan tersebut
karena polisi tidak dapat memberikan perlindungan yang dapat diandalkan terhadap
pembalasan. Salah satu masalah terburuk adalah bahwa pelaku kekerasan biasa sering
menjadi paling kejam dan pendendam justru ketika perempuan mencoba untuk pergi;
sejumlah wanita telah dibunuh oleh pasangan pria ketika mereka mencoba mengajukan
tuntutan atau memenangkan perintah perlindungan.
Pada tahun 2019, WHO dan UN Women dengan dukungan dari 12 badan PBB dan
bilateral lainnya menerbitkan RESPECT women – sebuah kerangka kerja untuk mencegah
kekerasan terhadap perempuan yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan. Setiap huruf
RESPECT mewakili salah satu dari tujuh strategi:
1. Penguatan keterampilan hubungan (Relationship skills strengthening)
2. Pemberdayaan perempuan (Empowerment of women)
3. Kepastian pelayanan (Services ensured)
4. Penurunan Kemiskinan (Poverty reduced)
5. Lingkungan yang mendukung (Enabling environments) seperti sekolah, tempat kerja,
ruang publik)
6. Pencegahan pelecehan anak dan remaja (Child and adolescent abuse prevented)
7. Perubahan sikap, keyakinan, dan norma (Transformed attitudes, beliefs and norms).
Contoh intervensi termasuk dukungan psikososial dan intervensi psikologis untuk korban
kekerasan rumah tangga; gabungan program pemberdayaan ekonomi dan sosial; transfer
tunai; bekerja dengan pasangan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan
hubungan; intervensi mobilisasi masyarakat untuk mengubah norma gender yang tidak
setara; program sekolah yang meningkatkan keamanan di sekolah dan
mengurangi/menghilangkan hukuman keras dan memasukkan kurikulum yang menantang
stereotip gender dan mempromosikan hubungan berdasarkan kesetaraan dan persetujuan; dan
pendidikan partisipatif berbasis kelompok dengan perempuan dan laki-laki untuk
menghasilkan refleksi kritis tentang hubungan kekuasaan gender yang tidak setara.
Untuk mencapai perubahan yang langgeng, penting untuk memberlakukan dan
menegakkan undang-undang serta mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang
mempromosikan kesetaraan gender; mengalokasikan sumber daya untuk pencegahan dan
penanggulangan; dan berinvestasi dalam organisasi hak-hak perempuan.
Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan memerlukan pendekatan
multi-sektor, peranan penting di sektor kesehatan antara lain:
1. Advokasi untuk membuat kekerasan terhadap perempuan tidak dapat diterima dan agar
kekerasan tersebut ditangani sebagai masalah kesehatan masyarakat.
2. Memberikan layanan yang komprehensif, menyadarkan dan melatih penyedia layanan
kesehatan dalam menanggapi kebutuhan para penyintas secara holistik dan empatik.
3. Mencegah terulangnya kekerasan melalui identifikasi dini terhadap perempuan dan anak
yang mengalami kekerasan dan memberikan rujukan dan dukungan yang tepat
4. Mempromosikan norma-norma gender egaliter sebagai bagian dari keterampilan hidup
dan kurikulum pendidikan seksualitas komprehensif yang diajarkan kepada kaum muda.
5. Menghasilkan bukti tentang apa yang berhasil dan besarnya masalah dengan melakukan
survei berbasis populasi, atau memasukkan kekerasan terhadap perempuan dalam survei
demografi dan kesehatan berbasis populasi, serta dalam sistem surveilans dan informasi
kesehatan.
Salah satu upaya Kementerian PPPA bersama dengan United Nations Fund for
Population Activities (UNFPA) adalah membuat protokol penanganan kasus kekerasan
terhadap perempuan yang dapat digunakan dalam penanganan kekerasan terhadap
perempuan, sehingga perempuan yang menjadi korban tetap terlayani dan lembaga lembaga
penyedia layanan tetap bisa memberikan penanganan kasus dengan merujuk pada protokol
yang ada. Protokol ini diadopsi dari Panduan Penanganan Kekerasan Berbasis Gender yang
disusun oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) DKI
Jakarta, Yayasan Pulih, dan Lembaga Penyedia Layanan Bersama Kementerian PPPA dan
UNFPA pada tahun 2020. Protokol yang tersedia mulai dari
1. Protokol pengaduan; pemberian layanan pendampingan;
2. Rujukan ke layanan kesehatan; rujukan ke rumah aman atau shelter;
3. Layanan psikososial;
4. Layanan konsultasi hukum; hingga pendampingan proses hukum.
Protokol ini dapat diterapkan dalam penanganan kasus KDRT, karena KDRT merupakan
salah satu bentuk dari kekerasan terhadap perempuan. Dengan protokol ini, diharapkan
korban KDRT yang selama ini memilih untuk diam atau hanya menceritakan kasus yang
dialaminya kepada orang-orang terdekat bersedia untuk melaporkan kasusnya. Selain itu,
berbagai program pemerintah seperti Program Sembako (Bantuan Pangan non-Tunai);
Program Bantuan Sosial Tunai; Program BLT Dana Desa; Program Listrik Gratis untuk
pelanggan 450 VA, dan 900 VA; Program Kartu Pra-Kerja berupa insentif untuk pelatihan
kerja sebesar Rp1 juta/bulan; dan Program Subsidi Gaji Karyawan dengan gaji di bawah Rp5
juta diharapkan juga dapat meringankan beban ekonomi rumah tangga, sehingga dapat
meminimalisasi terjadinya konflik dalam keluarga, termasuk di dalamnya mencegah
terjadinya KDRT.
BAB 3
PENUTUP
Daftar Pustaka
https://komnasperempuan.go.id/instrumen-modul-referensi-pemantauan-detail/menemukenali-
kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt
https://www.pa-bantaeng.go.id/blog/2021/01/02/kekerasan-dalam-rumah-tanggakdrt/
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=647:kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt-persoalan-
privat-yang-jadi-persoalan-publik&catid=101&Itemid=181
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan_dalam_rumah_tangga