Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH BENCANA DALAM KEBIDANAN

“KONSEKUENSI KESEHATAN DARI KEKERASAN BERBASIS


GENDER’’

Oleh
KELOMPOK VI
TITIEK DANIATY 042022066
VIEN AYU SUSANTI 042022068
HASNI 042022041
SULIA A.LOLOPAYUNG 042022065
SUHARTI 042022064
ZUARNITA 042022074
VERIANI PAMANTUNG 042022067

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA


PALOPO T/A 2022-2023
BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Kekerasan terhadap perempuan sampai saat ini masih menjadi isu yang sangat penting, baik
itu di dalam negeri ataupun di luar negeri. Kekerasan ini terjadi dalam segala bidang kehidupan baik
itu dalam lingkungan budaya maupun agama. Terjadinya kekerasan terhadap perempuan pada
akhirnya akan menghambat perempuan untuk terlibat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
pendidikan.
Terdapat fakta di luar negeri maupun di Indonesia,
Di Indonesia sendiri, kekerasan terhadap gender menjadi permasalahan yang tak kunjung berakhir,
bahkan malah semakin menjadi. Berdasarkan Catatan Tahunan Komnas Perempuan, pada tahun 2021 terjadi
peningkatan secara signifikan terhadap kasus kekerasan berbasis gender di Indonesia. Sepanjang tahun 2021
terdapat sebanyak 338. 496 kasus kekerasan terhadap gender, meningkat sebesar 50% dari 226.062 kasus
tahun
2020. Angka tersebut diperoleh dari laporan Komnas Perempuan, laporan pelayanan dan data Badan Peradilan
Agama (BADILAG). Lonjakan tajam kasus kekerasan berbasis gender berasal dari data BADILAG yang
menunjukan peningkatan sebesar 80% dari 2.134 kasus di tahun 2020 menjadi 3.838 kasus di tahun 2021.9
Peningkatan angka kasus kekerasan berbasis gender menjadi tantangan sekaligus rintangan yang dihadapi oleh
negara Indonesia dalam mencapai kesetaraan gender yang dicanangkan dalam tujuan ke 5 agenda pembangunan
berkelanjutan atau Sustainable Development Goals. . Maksudnya perempuan yang diperlakukan dengan
tindak kekerasan maka realitas jasmani dan mental-psikologis daya aktualitasnya tidak mampu
merespons lingkungan. Aktualitas dirinya terdegradasi, sehingga harga dirinya jatuh dan keadaan
jiwa yang tertekan. Jenis kekerasan terhadap perempuan mencakup kekerasan fisik, psikis, kekerasan
seksual, kekerasan ekonomis dan kekerasan sosial budaya. Jadi dalam konteks sosiologis kekerasan
terhadap perempuan terjadi pada proses interaksi, yang menghasilkan adanya ketidak seimbangan
posisi tawar dalam status peran atau kedudukan. Berdasarkan latar belakang bahwa kekerasan
perempuan merupakan perlakuan maupun tindakan yang terjadi terhadap kekerasan Yang dilakukan
pasangannya maupun bukan pasanganya serta risko terjadi baik fisik maupun psikologi terhadap
perempuan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang
ingin penulis jawab melalui penilitian ini adalah:
1.Bagaimana cara mengatasi kekerasan terhadap perempuan di Indonesia dengan cepat?
2.Apa yang menjadi sebab utama timbulnya kekerasan perempuan di Indonesia?
3.Apa Dampak kekerasan perempuan itu pada kesehatan diri korban?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka penulis ingin mengetahui tentang cara
mengatasi kekerasan terhadap perempuan lalu yang menjadi sebab utama timbulnya kekerasan
perempuan dan dampak kekerasan perempuan itu pada diri korban

BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan


Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik
dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau
masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian,
kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak. Secara filosofis, fenomena
kekerasan merupakan sebuah gejala kemunduran hubungan antarpribadi, di mana orang tidak lagi
bisa duduk bersama untuk memecahkan masalah. Hubungan yang ada hanya diwarnai dengan
ketertutupan, kecurigaan, dan ketidakpercayaan. Dalam hubungan seperti ini, tidak ada dialog,
apalagi kasih. Semangat mematikan lebih besar daripada semangat menghidupkan, semangat
mencelakakan lebih besar daripada semangat melindungi. Memahami tindak-tindak kekerasan di
Indonesia yang dilakukan orang satu sama lain atau golongan satu sama lain dari perspektif ini,
terlihat betapa masyarakat kita sekarang semakin jauh dari menghargai dialog dan keterbukaan.
Permasalahan sosial biasa bisa meluas kepada penganiayaan dan pembunuhan. Toko, rumah ibadah,
kendaraan yang tidak ada sangkut pautnya dengan munculnya masalah, bisa begitu saja menjadi
sasaran amuk massa. Secara teologis, kekerasan di antara sesama manusia merupakan akibat dari
dosa dan pemberontakan manusia. Kita tinggal dalam suatu dunia yang bukan saja tidak sempurna,
tapi lebih menakutkan, dunia yang berbahaya. Orang bisa menjadi berbahaya bagi sesamanya. Mulai
dari tipu muslihat, pemerasan, penyerangan, pemerkosaan, penganiayaan, pengeroyokan, sampai
pembunuhan. Menghadapi kenyataan ini, ada dua bentuk perlawanan yang dilakukan sejauh ini
dengan bernafaskan ajaran cinta damai.
Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan yang dikenakan pada seseorang
semata- mata karena dia perempuan yang berakibat atau dapat menyebabkan
kesengsaraan/penderitaan secara fisik, psikologis atau seksual. Termasuk juga ancaman perbuatan
tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di
muka umum maupun dalam kehidupan pribadi. (pasal 1, Deklarasi Internasional Penghapusan
Kekerasan terhadap Perempuan, 1993).

Aspek Budaya :
• Kuatnya pengertian yang bersumber pada nilai-nilai budaya yang memisahkan peran dan sifat
gender laki-laki dan perempuan secara tajam dan tidak setara.
• Sosialisasi pengertian tersebut melalui a.l. keluarga, lembaga pendidikan, agama, dan media massa,
menyebabkan berlakunya keyakinan dan tuntutan:
• laki-laki dan perempuan punya tempat dan perannya sendiri-sendiri yang khas dalam
keluarga/perkawinan/berpacaran.
• laki-laki lebih superior daripada perem-puan, dan mempunyai hak penuh untuk memperlakukan
perempuan seperti barang miliknya
• keluarga adalah wilayah pribadi, tertutup dari pihak luar, dan berada di bawah kendali laki-laki
• Diterimanya kekerasan sebagai cara penyelesaian konflik Aspek Ekonomi :
• Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;
• perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di lingkup formal dan informal,
dan kesempatan mendapat-kan pendidikan dan pelatihan.

Aspek Hukum :
• Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam
praktek penegakan hukum;
• Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab sepenuhnya kebutuhan
perlindungan bagi korban dan penanganan pada pelaku;
• Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang hukum,
• Perlakuan aparat penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada perempuan dan anak
perempuan korban kekerasan.

Aspek Politik :
• Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses pengambilan keputusan di bidang
politik, hukum, kesehatan, maupun media.
• Kekerasan terhadap Perempuan masih belum sepenuhnya dianggap sebagai persoalan yang
berdampak serius bagi negara,
• Adanya resiko yang besar bila memperta-nyakan aturan agama,
• Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi politik.
BISA TERJADI DI MANA SAJA?
kembali ↑
Kekerasan fisik, psikologis-emosional, seksual dapat terjadi di :
• lingkungan keluarga, misal kekerasan terhadap istri/anak, incest;
• masyarakat umum, misal: pelecehan seks oleh guru/orang lain, praktek-praktek budaya yang
merugikan perempuan/anak perempuan
• wilayah konflik/non konflik dan bencana, misal: kebijakan/fasilitas publik yang tidak peka gender
yang memungkinkan untuk terjadinya kekerasan, maupun tindak kekerasan yang dilakukan oleh
aparat.
B. Risiko yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada perempuan
Risiko yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada
perempuan meliputi;
a. HIV dan infeksi menular seksual lainnya.
Selama satu dekade terakhir, ada telah berkembang bahwa kekerasan pasangan intim merupakan
kontributor penting dalam kerentanan perempuan terhadap HIV dan IMS Mekanisme yang
mendasari kerentanan wanita terhadap HIV atau IMS adalah hubungan seksual secara paksa.
Perempuan dalam hubungan kekerasan, atau yang hidup dalam ketakutan kekerasan, juga
mungkin memiliki kontrol terbatas atas waktu atau keadaan dari hubungan seksual, atau
kemampuan mereka untuk menegosiasikan penggunaan kondom
b. ABORSI
Perilaku kekerasan terhadap perempuan berdampak besar pada kesehatan seksual dan
reproduksi perempuan serta penggunaan kontrasepsi seperti kondom ketidakmampuan
perempuan untuk menolak paksaan laki-laki dalam penggunaan kondom mengakibatkan
kelahiran yang tidak diinginkan, diperkirakan dari 80 juta kehamilan yang tidak diinginkan
setiap tahun, setidaknya setengah dihentikan melalui aborsi dan hampir setengah dari mereka
berlangsung dalam kondisi aborsi yang tidak aman. kehamilan yang tidak diinginkan dilakukan
dengan risiko bagi ibu dan bayi karena aborsi ilegal dan risiko kematian akan mengacam.
c. Berat Badan Lahir Rendah Dan Prematur
Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur atau pembatasan pertumbuhan dalam rahim
sangat berhubungan dengan stres dan lingkungan yang tidak mendukung yang berakibat pada
tingkat stres kronis menjadi faktor risiko utama kesehatan ibu dan akan mempengaruhi janin,
studi observasional yang yang dilakuakan untuk menyelidiki kekerasan pada pasangan intim
berpotensial mengakibatkan bayi lahir berat rendah serta lahir prematur.
d. Penggunaan Alkohol dan Obat Berbahaya
Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur atau pembatasan pertumbuhan dalam rahim
sangat berhubungan dengan stres dan lingkungan yang tidak mendukung yang berakibat pada
tingkat stres kronis menjadi faktor risiko utama kesehatan ibu dan akan mempengaruhi janin,
studi observasional yang yang dilakuakan untuk menyelidiki kekerasan pada pasangan intim
berpotensial mengakibatkan bayi lahir berat rendah serta lahir prematur.
e. Depresi dan Bunuh Diri
Kekerasan pasangan intim dapat menyebabkan depresi dan usaha bunuh diri serta peristiwa
traumatis karena kekersan seksual sehingga perempuan akan menjadi deprsi memungkinkan
terjadi perilaku bunuh diri. penelitian lain menunjukkan bahwa wanita dengan masalah
kesehatan mental akibat kekerasan seksual sering akan mengakhiri hidupnya
e. Luka Non-Fatal
kekerasan pasangan intim dikaitkan dengan banyak konsekuensi kesehatan, tetapi efek yang
langsung cedera adalah fatal dan non-fatal.diperkirakan bahwa sekitar setengah dari wanita di
Amerika Serikat yang terluka secara fisik dengan pasangan mereka, sebagian besar dari mereka
masih terlihat bekas luka di bagian Kepala, leher dan wajah akibat kekerasan pasangan mereka,
diikuti oleh cedera otot dan cedera genital. Pengukuran cedera akibat kekerasan pasangan intim
tetap menantang karena berbagai alasan.
f. Cedera Fatal (Kasus Pembunuhan Pasangan Intim)
Pembunuhan baik pria atau wanita lebih banyak disebabkn karena pasangan intim mereka, dalam
hal ini pasangan intim wanita yang paling banyak dibunuh. di Indonesia data dari Komisi Nasional
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang terkumpul tersebut jenis kekerasan terhadap
perempuan yang paling menonjol sama seperti tahun sebelumnya adalah KDRT/RP yang
mencapai angka 11.207 kasus (69%). Pada ranah KDRT/RP kekerasan yang paling menonjol
adalah kekerasan fisik 4.304 kasus (38%), menempati peringkat pertama disusul kekerasan
seksual 3.325 kasus (30%), psikis 2.607 kasus (23%) dan ekonomi 971 kasus (9%).Kekerasan di
ranah komunitas mencapai angka 5.002 kasus (31%), di mana kekerasan seksual menempati
peringkat pertama sebanyak 3.174 kasus (63%), diikuti kekerasan fisik 1.117 kasus (22%) dan
kekerasan lain di bawah angka 10%; yaitu kekerasan psikis 176 kasus (4%), kekerasan ekonomi
64 kasus (1%), buruh migran 93 kasus (2%); dan trafiking 378 kasus (8%)
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bahwa Kekerasan terhadap perempuan tindakan kekerasan berbasis
gender yang mengakibatkan, atau mungkin mengakibatkan, bahaya seksual dan mental fisik atau
penderitaan perempuan, termasuk ancaman tindakan seperti itu, pemaksaan atau perampasan
sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi. Yang meliputi
kekerasan pasangan intim, Kekerasan seksual, Pemerkosaan, kekerasan pasangan intim, Kekerasan
fisik, kekerasan seksual yang menimbulkan risiko pada perempuan antara lain penyakit HIV dan
penyakit kelamin lainya, BBLR, Abortus, Penggunaan alkohol dan obat terlarang, stres sampai bunuh
diri karena hal tersebut perlu adanya pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan
masyarakat, sekolah dan pasangan masing-masing.

B. Saran
Menurut saya kekerasan terhadap perempuan di Indonesia harus di tindak lanjuti harus kita
perhatikan jangan di abaikan,jangan rendahkan perempuan di Indonesia,hidup perempuan
Indonesia
Daftar pustaka
1. WHO , Global and regional estimates of violence against women: prevalence and health effects of
intimate partner violence and non-partner sexual violence.2013, WHO Library Cataloguing-in-
Publication Data
2. Diakses : http://www.komnasperempuan.go.id/wp content/uploads/2013/12/Kekerasan-
Seksual-Kenali-dan-Tangani.pdf
3. KOMNAS Perempuan,” Kekerasan terhadap Perempuan Meluas: Negara Urgen Hadir Hentikan
Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Domestik, Komunitas dan Negara” Catatan Tahunan
Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Jakarta, 7 Maret 2016 4.ayurensaf.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai