Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEKERASAN TERHADAP WANITA

DI SUSUN OLEH;

NURSI DIYANA (2130502093)

DOSEN PENGAMPU;

Dr.Suryati M.pd

PROPGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI 2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas izin Allah swt serta ridho nya saya dapat menyelesaikan hasil makalahh

saya yang berjudul kekerasan terhadap wanita,yang bersumberkan dari beberapa refrensi dan

rujukan, Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr Suryati M.pd

selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada

semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari

makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................4
B.RUMUSAN MASALAH................................................................................5
1.Bagaimana cara mengatasi kekerasan terhadap perempuan di
Indonesia dengan cepat............................................................................5
2.Apa yang menjadi sebab utama timbulnya kekerasan perempuan di
Indonesia..................................................................................................5
3.Apa Dampak kekerasan perempuan itu pada diri korban.......................5
BAB II..............................................................................................................6
PEMBAHASAN.................................................................................................6
Aspek Budaya :.........................................................................................8
BAB III...........................................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

Kekerasan terhadap perempuan sampai saat ini masih menjadi isu yang sangat penting, baik itu di

dalam negeri ataupun di luar negeri. Kekerasan ini terjadi dalam segala bidang kehidupan baik itu

dalam lingkungan budaya maupun agama. Terjadinya kekerasan terhadap perempuan pada akhirnya

akan menghambat perempuan untuk terlibat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pendidikan.

Terdapat fakta di luar negeri maupun di Indonesia, Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas

Perempuan, pada tahun 2011 jumlah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) meningkat sekitar 13,32%

menjadi sebesar 119.107 kasus dibandingkan pada tahun 2010 yaitu sebanyak 105.103 kasus. Data ini

disampaikan berdasarkan laporan dari 395 lembaga layanan perempuan korban kekerasan yang

tersebar di 33 Provinsi. Menurut data dari Komnas Perempuan, pada tahun 2010 jumlah KtP tertinggi

terdapat di Jawa yaitu sebesar 63.229 korban yang tercatat, lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2009

yang berjumlah 12.374 korban yang tercatat. Maksudnya perempuan yang diperlakukan dengan

tindak kekerasan maka realitas jasmani dan mental-psikologis daya aktualitasnya tidak mampu

merespons lingkungan. Aktualitas dirinya terdegradasi, sehingga harga dirinya jatuh dan keadaan jiwa

yang tertekan. Jenis kekerasan terhadap perempuan mencakup kekerasan fisik, psikis, kekerasan

seksual, kekerasan ekonomis dan kekerasan sosial budaya. Jadi dalam konteks sosiologis kekerasan

terhadap perempuan terjadi pada proses interaksi, yang menghasilkan adanya ketidak seimbangan

posisi tawar dalam status peran atau kedudukan. Berdasarkan latar belakang bahwa kekerasan

perempuan merupakan perlakuan maupun tindakan yang terjadi terhadap kekerasan Yang dilakukan

pasangannya maupun bukan pasanganya serta risko terjadi baik fisik maupun psikologi terhadap

perempuan itu sendiri.

B.RUMUSAN MASALAH
4
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang

ingin penulis jawab melalui penilitian ini adalah:

1.Bagaimana cara mengatasi kekerasan terhadap perempuan di Indonesia dengan cepat?

2.Apa yang menjadi sebab utama timbulnya kekerasan perempuan di Indonesia?

3.Apa Dampak kekerasan perempuan itu pada diri korban?

C.TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka penulis ingin mengetahui tentang cara mengatasi

kekerasan terhadap perempuan lalu yang menjadi sebab utama timbulnya kekerasan perempuan dan

dampak kekerasan perempuan itu pada diri korban

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN KEKERASAN TERHADAP WANITA

Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan

kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau

masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian,

kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak. Secara filosofis, fenomena

kekerasan merupakan sebuah gejala kemunduran hubungan antarpribadi, di mana orang tidak lagi bisa

duduk bersama untuk memecahkan masalah. Hubungan yang ada hanya diwarnai dengan

ketertutupan, kecurigaan, dan ketidakpercayaan. Dalam hubungan seperti ini, tidak ada dialog, apalagi

kasih. Semangat mematikan lebih besar daripada semangat menghidupkan, semangat mencelakakan

lebih besar daripada semangat melindungi. Memahami tindak-tindak kekerasan di Indonesia yang

dilakukan orang satu sama lain atau golongan satu sama lain dari perspektif ini, terlihat betapa

masyarakat kita sekarang semakin jauh dari menghargai dialog dan keterbukaan. Permasalahan sosial

biasa bisa meluas kepada penganiayaan dan pembunuhan. Toko, rumah ibadah, kendaraan yang tidak

ada sangkut pautnya dengan munculnya masalah, bisa begitu saja menjadi sasaran amuk massa.

Secara teologis, kekerasan di antara sesama manusia merupakan akibat dari dosa dan pemberontakan

manusia. Kita tinggal dalam suatu dunia yang bukan saja tidak sempurna, tapi lebih menakutkan,

dunia yang berbahaya. Orang bisa menjadi berbahaya bagi sesamanya. Mulai dari tipu muslihat,

pemerasan, penyerangan, pemerkosaan, penganiayaan, pengeroyokan, sampai pembunuhan.

Menghadapi kenyataan ini, ada dua bentuk perlawanan yang dilakukan sejauh ini dengan bernafaskan

ajaran cinta damai. Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan yang dikenakan pada

seseorang sematamata karena dia perempuan yang berakibat atau dapat menyebabkan

kesengsaraan/penderitaan secara fisik, psikologis atau seksual. Termasuk juga ancaman perbuatan

tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di

6
muka umum maupun dalam kehidupan pribadi. (pasal 1, Deklarasi Internasional Penghapusan

Kekerasan terhadap Perempuan, 1993).

Dalam Rekomendasi Rec(2002)5 dari Komite Menteri untuk negara-negara anggota tentang

pelindungan perempuan dari kekerasan, Dewan Eropa menetapkan bahwa KTP "termasuk, tetapi

tidak terbatas pada, hal-hal berikut":[15]

1. kekerasan yang terjadi dalam keluarga atau sebuah rumah tangga, termasuk, antara lain,

agresi fisik dan mental, kekerasan emosional dan psikologis, pemerkosaan dan pelecehan

seksual, inses, pemerkosaan antara pasangan, baik pasangan tetap atau tidak tetap serta orang

yang tinggal bersama, kejahatan yang dilakukan atas nama kehormatan, sunat perempuan dan

praktik tradisional lainnya yang membahayakan perempuan, seperti kawin paksa;

2. kekerasan yang terjadi dalam masyarakat umum, termasuk, antara lain, pemerkosaan,

pelecehan seksual, pelecehan dan intimidasi seksual di tempat kerja, dalam lembaga atau di

tempat lain, perdagangan perempuan untuk tujuan eksploitasi seksual dan eksploitasi

ekonomi, serta pariwisata seks;

3. kekerasan yang dilakukan maupun dibiarkan oleh negara atau pejabatnya;

4. pelanggaran hak asasi perempuan dalam situasi konflik bersenjata, khususnya penyanderaan,

pemindahan paksa, pemerkosaan sistematis, perbudakan seksual, kehamilan paksa, dan

perdagangan untuk tujuan eksploitasi seksual dan eksploitasi ekonomi.

Aspek Budaya :
• Kuatnya pengertian yang bersumber pada nilai-nilai budaya yang memisahkan peran dan sifat

gender laki-laki dan perempuan secara tajam dan tidak setara.

• Sosialisasi pengertian tersebut melalui a.l. keluarga, lembaga pendidikan, agama, dan media

massa, menyebabkan berlakunya keyakinan dan tuntutan:

• laki-laki dan perempuan punya tempat dan perannya sendiri-sendiri yang khas dalam

keluarga/perkawinan/berpacaran.

7
• laki-laki lebih superior daripada perem-puan, dan mempunyai hak penuh untuk memperlakukan

perempuan seperti barang miliknya

• keluarga adalah wilayah pribadi, tertutup dari pihak luar, dan berada di bawah kendali laki-laki

• Diterimanya kekerasan sebagai cara penyelesaian konflik

Aspek Ekonomi :

• Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;

• perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di lingkup formal dan

informal, dan kesempatan mendapat-kan pendidikan dan pelatihan.\

Aspek Hukum :

• Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam

praktek penegakan hukum;

• Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab sepenuhnya kebutuhan

perlindungan bagi korban dan penanganan pada pelaku;

• Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang hukum,

• Perlakuan aparat penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada perempuan dan anak

perempuan korban kekerasan.

Aspek Politik :

• Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses pengambilan keputusan di

bidang politik, hukum, kesehatan, maupun media.

• Kekerasan terhadap Perempuan masih belum sepenuhnya dianggap sebagai persoalan yang

berdampak serius bagi negara,

• Adanya resiko yang besar bila memperta-nyakan aturan agama,

• Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi politik. BISA TERJADI DI MANA SAJA?

kembali ↑ Kekerasan fisik, psikologis-emosional, seksual dapat terjadi di :

• lingkungan keluarga, misal kekerasan terhadap istri/anak, incest;

8
• masyarakat umum, misal: pelecehan seks oleh guru/orang lain, praktek-praktek budaya yang

merugikan perempuan/anak perempuan

• wilayah konflik/non konflik dan bencana, misal: kebijakan/fasilitas publik yang tidak peka

gender yang memungkinkan untuk terjadinya kekerasan, maupun tindak kekerasan yang

dilakukan oleh aparat

B.RISIKO YANG DI TIMBULKAN TERHADAP KEKERASAN TERHADAP

WANITA

Risiko yang ditimbulkan terhadap kekerasan pada perempuan meliputi;

a. HIV dan infeksi menular seksual lainnya. Selama satu dekade terakhir, ada telah berkembang bahwa

kekerasan pasangan intim merupakan kontributor penting dalam kerentanan perempuan terhadap HIV

dan IMS Mekanisme yang mendasari kerentanan wanita terhadap HIV atau IMS adalah hubungan

seksual secara paksa. Perempuan dalam hubungan kekerasan, atau yang hidup dalam ketakutan

kekerasan, juga mungkin memiliki kontrol terbatas atas waktu atau keadaan dari hubungan seksual,

atau kemampuan mereka untuk menegosiasikan penggunaan kondom

a. ABORSI Perilaku kekerasan terhadap perempuan berdampak besar pada kesehatan seksual dan

reproduksi perempuan serta penggunaan kontrasepsi seperti kondom ketidakmampuan perempuan

untuk menolak paksaan laki-laki dalam penggunaan kondom mengakibatkan kelahiran yang tidak

diinginkan, diperkirakan dari 80 juta kehamilan yang tidak diinginkan setiap tahun, setidaknya

setengah dihentikan melalui aborsi dan hampir setengah dari mereka berlangsung dalam kondisi

aborsi yang tidak aman. kehamilan yang tidak diinginkan dilakukan dengan risiko bagi ibu dan bayi

karena aborsi ilegal dan risiko kematian akan mengacam.

b. Berat Badan Lahir Rendah Dan Prematur Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur atau

pembatasan pertumbuhan dalam rahim sangat berhubungan dengan stres dan lingkungan yang tidak

mendukung yang berakibat pada tingkat stres kronis menjadi faktor risiko utama kesehatan ibu dan

9
akan mempengaruhi janin, studi observasional yang yang dilakuakan untuk menyelidiki kekerasan

pada pasangan intim berpotensial mengakibatkan bayi lahir berat rendah serta lahir prematur.

c. Penggunaan Alkohol yang Obat Berbahaya Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur atau

pembatasan pertumbuhan dalam rahim sangat berhubungan dengan stres dan lingkungan yang tidak

mendukung yang berakibat pada tingkat stres kronis menjadi faktor risiko utama kesehatan ibu dan

akan mempengaruhi janin, studi observasional yang yang dilakuakan untuk menyelidiki kekerasan

pada pasangan intim berpotensial mengakibatkan bayi lahir berat rendah serta lahir prematur.

d. Depresi dan Bunuh Diri Kekerasan pasangan intim dapat menyebabkan depresi dan usaha bunuh

diri serta peristiwa traumatis karena kekersan seksual sehingga perempuan akan menjadi deprsi

memungkinkan terjadi perilaku bunuh diri. penelitian lain menunjukkan bahwa wanita dengan

masalah kesehatan mental akibat kekerasan seksual sering akan mengakhiri hidupnya

e. Luka Non-Fatal kekerasan pasangan intim dikaitkan dengan banyak konsekuensi kesehatan, tetapi

efek yang langsung cedera adalah fatal dan non-fatal.diperkirakan bahwa sekitar setengah dari wanita

di Amerika Serikat yang terluka secara fisik dengan pasangan mereka, sebagian besar dari mereka

masih terlihat bekas luka di bagian Kepala, leher dan wajah akibat kekerasan pasangan mereka,

diikuti oleh cedera otot dan cedera genital. Pengukuran cedera akibat kekerasan pasangan intim tetap

menantang karena berbagai alasan.

f. Cedera Fatal (Kasus Pembunuhan Pasangan Intim) pembunuhan baik pria atau wanita lebih

banyak disebabkn karena pasangan intim mereka, dalam hal ini pasangan intim wanita yang paling

banyak dibunuh. di Indonesia data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan yang

terkumpul tersebut jenis kekerasan terhadap perempuan yang paling menonjol sama seperti tahun

sebelumnya adalah KDRT/RP yang mencapai angka 11.207 kasus (69%). Pada ranah KDRT/RP

kekerasan yang paling menonjol adalah kekerasan fisik 4.304 kasus (38%), menempati peringkat

pertama disusul kekerasan seksual 3.325 kasus (30%), psikis 2.607 kasus (23%) dan ekonomi 971

kasus (9%).Kekerasan di ranah komunitas mencapai angka 5.002 kasus (31%), di mana kekerasan

seksual menempati peringkat pertama sebanyak 3.174 kasus (63%), diikuti kekerasan fisik 1.117

kasus (22%) dan kekerasan lain di bawah angka 10%; yaitu kekerasan psikis 176 kasus (4%),

kekerasan ekonomi 64 kasus (1%), buruh migran 93 kasus (2%); dan trafiking 378 kasus (8%)

10
C.DAMPAK KEKERASAN TERHADAP WANITA

 Kesehatan Fisik a.l., memar, cedera (mulai dari sobekan hingga patah tulang dan luka

dalam), gangguan kesehatan yang khronis, gangguan pencernaan, perilaku seksual beresiko,

gangguan makan, kehamilan yang tak diinginkan, keguguran/ melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah, terinfeksi penyakit menular seksual, HIV/AIDS

 Kesehatan Mental: a.l., depresi, ketakutan, harga diri rendah, perilaku obsesif kompulsif,

disfungsi seksual, gangguan stress pasca trauma

 Produktivitas kerja menurun: sering terlambat datang ke tempat kerja, sulit

berkonsentrasi, berhalangan kerja kare-na harus mendapat perawatan medis, atau memenuhi

panggilan polisi/meng-hadiri sidang.

 Fatal: bunuh diri, membunuh/melukai pelaku, kematian karena aborsi/kegugur-an/AIDS

D.BENTUK BENTUK KEKERASAN TERHADAP WANITA

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga, tindak kekerasan pada perempuan ini tidak hanya mengacu

pada kekerasan fisik, namun terdapat jenis kekerasan lainnya, yakni : 

1. Kekerasan emosional

Kekerasan emosional merupakan tindakan yang menyebabkan korban

ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,

11
rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Selain

tindakan berupa cacian dan makian, tanda perilaku kasar pada perempuan

dalam rumah tangga yang menyerang psikisi ini juga berupa pelarangan,

pemaksaan,dan,isolasi,sosial.

2. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit

atau luka berat. Tindakan yang termasuk pada kekerasan fisik meliputi

menampar, memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak), menendang,

menyudut dengan rokok, melukai dengan senjata, dan sebagainya.

3. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual yang terjadi dalam lingkup rumah tangga umumnya adalah

tindakan pemaksaan hubungan seksual dan pelecehan seksual. Perlu diketahui,

pemaksaan hubungan seksual dengan pola yang tidak dikehendaki oleh istri juga

termasukdalamkekerasanseksual.

4. Kekerasan ekonomi

Kekerasan ekonomi ini juga biasa disebut dengan kekerasan penelantaran rumah

tangga. Jenis kekerasan ini berhubungan dengan memberikan kehidupan,

perawatan, atau pemeliharaan. Tindakan kekerasan ini dapat berupa tidak

memberikan nafkah, membatasi finansial korban dengan tidak wajar, atau

bahkan menguasai penghasilan pasangan sepenuhnya.

Dan dapat kita ketahui sendiri di Indonesia masih banyak sekali kekerasan kekerasan

terhadap wanita yang sering kita jumpai didaerah kita masing masing.

E.PANDANGAN HUKUM INDONESIA TERHADAP KEKERASAN

TERHADAP WANITA

Masalah utama yang berkaitan dengan hukum berpusat pada tidak adanya hukum yang secara

khusus memberikan perlindungan bagi perempuan yang menjadi korban kekerasan tersebut.

Bahkan istilah “kekerasan terhadap perempuan” tidak dikenal dalam hukum

12
Indonesia, meski fakta kasus ini marak terungkap di berbagai penjuru Indonesia. Dalam

KUHP yang ada saat ini, sebagian kasus-kasus yang tergolong kekerasan terhadap perempuan

memang dapat dijaring dengan pasal-pasal kejahatan namun terbatas pada tindak pidana

umum (korban laki-laki atau perempuan) seperti: kesusilaan, perkosaan, penganiayaan,

pembunuhan dll. Tindak pidana ini dirumuskan dalam pengertian sempit (terbatas sekali),

meskipun ada pemberatan pidana (sanksi hukuman) bila perbuatan tersebut dilakukan dalam

hubungan keluarga seperti terhadap ibu, istri, anak.

Tindakan kekerasan terhadap isteri adalah tindakan pidana. Hal tersebut telah diatur dalam

pasal 351 jo 356 (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Salah satu kesimpulan

dari pasal-pasal ini adalah, bila penganiayaan dilakukan terhadap keluarga dekat/orang yang

seharusnya dilindungi, maka hukumannya ditambah sepertiga dari jumlah hukuman apabila

penganiayaan dilakukan terhadap orang lain. Selain itu, dalam kasus isteri (perempuan) di

bawah umur (16 tahun), maka apabila laki-laki (suaminya) menyebabkan luka-luka dalam

proses hubungan seksual maka si suami bisa didakwa melanggar pasal 288 KUHP.

Bentuk lain kekerasan terhadap perempuan adalah pelecehan seksual. Tidak ada perundangan

yang khusus mengatur pelecehan seksual. Tapi dalam KUHP ada ketentuan tentang Ã

¢â‚¬Å“perbuatan cabul”, yang pengertiannya adalah perbuatan yang melanggar

kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan keji yang terjadi di lingkungan nafsu birahi kelamin.

Pasal-pasal tersebut antara lain :

Pasal 281 KUH Pidana

1. Barangsiapa dengan sengaja merusak kesopanan di muka umum;

2. Barangsiapa dengan sengaja merusak kesopanan di muka orang lain yang kehadirannya di

sana tidak dengan kemauannya sendiri Pokok penting pasal ini adalah: Pengertian Ã

¢â‚¬Å“kesopanan” pada pasal ini adalah dalam arti kata â⠂¬Å“kesusilaan”

(zeden, eerbaarheid), perasaan malu yang berhubungan dengan nafsu kelamin, misalnya

13
bersetubuh, meraba buah dada, meraba kemaluan, memperlihatkan anggota kemaluan,

mencium, dan lain sebagainya.

Pasal 294 KUH Pidana

1.Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang belum dewasa, anak

tiri atau anak pungutnya, anak peliharaannya atau dengan seorang yang belum

dewasa yang dipercayakan padanya untuk ditanggung, dididik atau dijaga atau

dengan bujang atau orang sebawahnya yang belum dewasa, dihukum penjara selama-

lamanya tujuh tahun;

2. Dengan hukuman yang serupa dihukum:

(1) Pegawai Negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang di bawah

perintahnya atau dengan orang yang dipercayakan atau diserahkan padanya untuk

dijaga;

(2) Pengurus, tabib, guru, pegawai, mandor (opzichter) atau bujang dalam penjara,

rumah tempat melalukan pekerjaan untuk negeri (landswerkinrichting), rumah

pendidikan, rumah piatu, rumah sakit jiwa atau balai derma, yang melakukan

pencabulan dengan orang yang ditempatkan di situ. Pokok penting pasal ini adalah :

Suatu hubungan dimana korbannya mempunyai ketergantungan dengan si pelaku.

Pasal ini menghukum orang yang melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang

belum dewasa, anak tiri atau anak pungut, anak peliharaannya atau dengan seorang

yang belum dewasa yang dipercayakan kepadanya untuk ditanggung, dididik atau

dijaga, atau dengan bujang bawahnya yang belum dewasa. Hukumannya adalah

penjara selama-lamanya tujuh tahun; â⠂¬Â¢ Selanjutnya pasal ini menghukum

pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang di bawah

perintahnya atau dengan orang dipercayakan kepadanya untuk dijaga. Demikian pula

pengurus, tabib, guru, pegawai, mandor (opzichter) atau bujang dalam penjara, rumah

14
tempat melakukan pekerjaan untuk negara (landswerkinrichting), rumah pendidikan,

rumah piatu, rumah sakit ingatan atau balai derma, yang melakukan perbuatan cabul

terhadap orang yang ditempatkan di situ.

BAB III

PENUTUP
A.KESIMPULAN

15
Berdasarkan pembahasan bahwa Kekerasan terhadap perempuan tindakan kekerasan berbasis

gender yang mengakibatkan, atau mungkin mengakibatkan, bahaya seksual dan mental fisik

atau penderitaan perempuan, termasuk ancaman tindakan seperti itu, pemaksaan atau

perampasan sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan

pribadi. Yang meliputi kekerasan pasangan intim, Kekerasan seksual, Pemerkosaan,

kekerasan pasangan intim, Kekerasan fisik, kekerasan seksual yang menimbulkan risiko pada

perempuan antara lain penyakit HIV dan penyakit kelamin lainya, BBLR, Abortus,

Penggunaan alkohol dan obat terlarang, stres sampai bunuh diri karena hal tersebut perlu

adanya pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang melibatkan masyarakat, sekolah dan

pasangan masing-masing.

B.SARAN

Menurut saya kekerasan terhadap perempuan di Indonesia harus di tindak lanjuti harus kita

perhatikan jangan di abaikan,jangan rendahkan perempuan di Indonesia,hidup perempuan

Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

. WHO , Global and regional estimates of violence against women: prevalence and health

effects of intimate partner violence and non-partner sexual violence.2013, WHO Library

16
Cataloguing-inPublication Data Diakses : http://www.komnasperempuan.go.id/wp

content/uploads/2013/12/KekerasanSeksual-Kenali-dan-Tangani.pdf KOMNAS

Perempuan,” Kekerasan terhadap Perempuan Meluas: Negara Urgen Hadir Hentikan

Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Domestik, Komunitas dan Negara” Catatan

Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Jakarta, 7 Maret 2016

ayurensaf.wordpress.com, Russo, Nancy Felipe; Pirlott, Angela (November 2006). "Gender-based

violence: concepts, methods, and findings". Annals of the New York Academy of Sciences. Taylor and

Francis and Oxfam. 1087 (Violence and Exploitation Against Women and Girls): 178–

205. Bibcode:2006NYASA1087..178R. doi:10.1196/annals.1385.024. PMID 17189506.

https://www.kompas.com/parapuan/read/532919331/kenali-4-jenis-kekerasan-terhadap-

perempuan-dalam-rumah-tangga.

17

Anda mungkin juga menyukai