Dosen Pembina:
Dra. Nurani Kusnadi, M.Si
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
Pendahuluan..........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.1 Pokok Bahasan............................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................3
Pembahasan...........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pemerkosaan..............................................................................................................3
2.2 Jenis – Jenis Perkosaan..............................................................................................................3
2.3 Hubungan Pemerkosaan dengan Budaya.....................................................................................5
2.4 Modus Pemerkosaan....................................................................................................................5
2.5 Sasaran Tindak Perkosaan..........................................................................................................6
2.6 Dampak Pemerkosaan.................................................................................................................6
2.7 Faktor Penyebab Perkosaan.........................................................................................................7
2.8 Pencegahan Perkosaan................................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................9
Penutup..................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................iv
iii
BAB I
Pendahuluan
1
8) Pencegahan Tindak Pemerkosaan.
2
BAB II
Pembahasan
Maka dari itu, dapat disimpulkan dari pernyataan pernyatan di atas adalah perilaku
pemaksaan atau kekerasan kepada orang lain yang berkaitan dengan hubungan seksual,
atau tindakan seseorang yang secara paksa ingin melampiaskan nafsu seksualnya atau
rasa berkuasa terhadap orang lain.
1. Forcible rape yaitu pasal 285 KUHP: Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam
karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Exploitation Rape yaitu Perkosaan yang menunjukkan bahwa pada setiap kesempatan
melakukan hubungan seksual yang diperoleh oleh laki-laki dengan mengambil
keuntungan yang berlawanan dengan posisi perempuan yang bergantung padanya secara
ekonomis dan sosial. Misalnya istri yang diperkosa oleh suaminya atau pembantu rumah
3
tangga yang diperkosa oleh majikannya, sedangkan pembantunya tidak mempersoalkan
atau mengadukan kasusnya ini kepada pihak yang berwajib.
4. Angea Rape Yakni penganiayaan seksual yang bercirikan seksualitas yang menjadi
sarana untuk menyatakan dan melampiaskan rasa geram dan marah yang tertahan. Tubuh
korban disini seakanakan merupakan obyek terhadap siapa pelaku yang memproyeksikan
pemecahan atas frustasi-frustasi, kelemahan, kesulitan dan kekecewaan hidupnya.
5. Domination Rape Yaitu suatu perkosaan yang terjadi ketika pelaku mencoba untuk
gigih atas kekuasaan dan superioritas terhadap korban. Tujuannya adalah penaklukan
seksual, pelaku menyakiti korban, namun tetap memiliki keinginan berhubungan
seksual.
6. Seductive Rape Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi-situasi yang merangsang
yang tercipta oleh kedua belah pihak. Pada mulanya korban memutuskan bahwa
keintiman personal harus dibatasi tidak sampai sejauh persenggamaan. Pelaku pada
umumnya mempunyai keyakinan membutuhkan paksaan, oleh karena tanpa itu tidak
mempunyai perasaan bersalah yang menyangkut seks
7. Sadistic Rape Perkosaan sadistis, artinya pada tipe ini seksualitas dan agresif berpadu
dalam bentuk yang merusak. Pelaku perkosaan telah nampak menikmati kesenangan
erotik bukan melalui hubungan seksnya, melainkan melalui serangan yang mengerikan
atas alat kelamin dan tubuh korban.
Dari beberapa jenis yang di kemukakan diatas kami akan membahas tentang “Sadistic
rape” dan “Victim precipitation rape” yang menurut kami baru-baru ini terjadi di
Indonesia, seperti kasus Eno yang menjadi korban pemerkosaan , dari beberapa sumber
kami menemukan bahwa Eno awalnya menolak untuk di ajak berhubungan seks dengan
kekasihnya, kemudian kekasihnya yang kesal meninggalkan kediaman Eno dan kembali
ke kediaman Eno lalu memperkosa Eno bersama kedua temannya, kemudian salah satu
dari mereka mengambil cangkul dn kemudian di masukan ke lubang vagina Eno hingga
mencapai paru-parunya. Kasus Eno tersebut menurut kami merupakan kasus Sadistic
rape karena meskipun pelaku telah mencapai kepuasannya dengan memperkosa Eno
secara bergiliran, hal sadis kemudian mengikuti yakni membunuh Eno dengan
memasukan cangkul ke lubang vaginanya , selain itu kasus Yuyun yang terjadi beberapa
waktu lalu, dalam fakta yang ditemukan , Yuyun di perkosa oleh 15 orang remaja yang
sedang dalam keadaan mabuk di tempat yang sepi saat sedang berjalan sendirian,
kemudian di bunuh dan di buang ke kebun dengan kondisi yang mengenaskan. Setelah
kasus itu terjadi, kami menemukan bawa ada pertanyaan masyarakat dan bahkan ahli
yang menanyakan hal-hal seperti “Kenapa Yuyun berjalan sendirian?” atau “Kenapa
memakai rok pendek”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sekilas mengarah pada
keterlibatan pengaruh korban pada kasus pemerkosaan tersebut, hal ini bisa kita lihat
sebagai kasus “Victim precipitation rape” dimana korban turut disalahkan atas
pemerkosaan yang terjadi.
4
2.3 Hubungan Pemerkosaan dengan Budaya
Dalam hal ini, kami melihat bahwa pemerkosaan sesungguhnya terus terjadi di
masyarakat Indonesia karena budaya patriarkis yang menempatkan laki-laki sebagai
sosok otoritas utama dibandingkan dengan perempuan. Hal ini di pertegas pula dengan
pernyataan para sosiolog bahwa budaya pemerkosaan mengaitkan hubungan seks yang
tidak konsensual dengan struktur budaya masyarakat yang sangat patriarkis,
menyebabkan pemerkosaan diterima luas secara sosial dan institusional (Devi Asmarani
dalam http://magdalene.co).
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Universitas Airlangga
oleh Abdul Wahid dalam bukunya menyatakan bahwa modus operandi perkosan oleh
pelaku dalam menjalankan aksi kejahatannya telah menggunakan cara-cara
pemaksaan kehendak, pengancaman dan kekerasan. Di smping perkosaan itu sendiri
termsuk kejahatan yang berkarakter kekerasan, modus operandi yng dilaksanakan
juga mengandung kekerasan.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa korban tindak pemerkosaan bisa di
alami oleh orang-orang yang memiliki kekurangn fisik dan mental , pengungsi, atau
bahkan istri atau kekasih sendiri. Dalam kasus-kasus lainnya, kami mendapatkan bahwa
sasaran tindak perkosaan lainnya adalah perempuan yang sedang dalam kondisi
sendirian.
Dari pernyataan tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa dampak psikis dan fisik
akan di alami oleh korban yang mengalami perkosaan. Tetapi, dampak psikis lah yang
akan merugikan bagi korban dan keluarga dimana korban maupun kelurga bisa jadi
mengalami trauma dan yang paling parah tidak bisa hidup kembali dalam masyarakat.
Selain itu, pandangan sosial disekitar korban bisa jadi akan berubah dengan melihat
korban sebagai “korban pemerkosaan” sehingga kehidupan akan berubah dari kehidupan
yang sebelumnya, maka dari itu melihat dampak yang begitu merugikan di alami oleh
6
korban, pelaku pemerkosaan sesungguhnya harus secara adil di hokum sesuai dengan
perbuatan yang telah dilakukan.
Dapat di simpulkan bahwa salah sat factor penyebab terjadinya pemerkosaan yakni
karena budaya atau mode kehidupan yang kurang memperhatikan etika berpakaian dan
tingkat control masyarakat yang rendah, selain itudari pembahasan-pembahasan
sebelumnya kemi menyimpulkan bahwa budaya patriarki juga merupakan factor yang
cukup kuat dari timbulnya tindak kekerasan dalam gender yaitu perkosaan
7
b. Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam berkelompok dengan banyak
teman, tidak
berduaan.
c. Di tempat kerja bersama teman/berkelompok,tidak berduaan dengan sesama
pegawai
atau atasan.
d. Tidak menerima tamu laki-laki kerumah,bila dirumah seorang diri.
e. Berjalan-jalan bersama banyak teman,terlebih diwaktu malam hari.
f. Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan, atau berbalik dan
bertanya
ke orang tersebut dengan nada yang keras dan tegas, apa maksud dia.
g. Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit,atau alat bela diri seperti
parfum spray, bubuk cabe/merica yang bisa ditiupkan ke mata.
h. Berteriak sekencang mungkin bila diserang.
i. Jangan ragu mencegah dengan mengatakan “tidak”, walaupun pada atasan yang
memiliki kekuasaan atau pacar yang sangat dicintai.
j. Ketika bepergian, hindari sendirian, tidak menginap, bila orang tersebut merayu
tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya membuat anda merasa risih, tidak
nyaman, dan cepatlah meninggalkannya.
k. Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu tindakan yang
mengarah seperti dipegang, diraba, dicium, di ajak ketempat sepi.
l. Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti : hipnotis, obat-obatan
dalam minuman, permen, snack atau hidangan makanan.
m. Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada polisi, hansip atau
instansi.
n. Menjaga jarak / space interpersonal dengan lawan jenis. Di eropa space
interpersonal dengan jarak 1 meter.
(megaslides.top)
Dapat di simpulkan bahwa cara yang paling bisa dilakukan oleh seorang wanita agar
terhindar dari pemerkosaan dlah menjaga diri dengan cara berpakaian sopan dan tidak
mencolok serta menghindari bepergian sendirian agar memperkecil kesempatan pelaku
untuk melancarkan aksinya. Selain itu, hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk
pencegahan yakni menerapkan hokum yng tegas dan setimpal dengan perbuatan pelaku
sehingga orang-orang yang ingin melakukan hal serupa akan takut dan mengurungkan
niatnya jika mengetahui hokum yang berlaku.
BAB III
Penutup
8
Dari penjelasan-penjelasan yang telah di paparkan pada bagian pembahasan,ada
beberapa poin yang dapat disimpulkan, yakni :
9
DAFTAR PUSTAKA
iv