Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMERKOSAAN TERHADAP PEREMPUAN SEBAGAI BENTUK KEKERASAN


DALAM GENDER
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pekerjaan Sosial dan Masyarakat Multikultur

Dosen Pembina:
Dra. Nurani Kusnadi, M.Si

Disusun Oleh Mahasiswa Kelas 2 F Kelompok 4 :

1. Citra Adilla 15.04.081


2. Rifky Dwi Syafitri 15.04.236
3. Samuel Petra 15.04. 291
4. Nurlina Afifah 15.04.345

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL (STKS)


BANDUNG
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                       Bandung, Oktober 2016

                                                                                               Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
Pendahuluan..........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.1 Pokok Bahasan............................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................3
Pembahasan...........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pemerkosaan..............................................................................................................3
2.2   Jenis – Jenis Perkosaan..............................................................................................................3
2.3 Hubungan Pemerkosaan dengan Budaya.....................................................................................5
2.4 Modus Pemerkosaan....................................................................................................................5
2.5 Sasaran Tindak Perkosaan..........................................................................................................6
2.6 Dampak Pemerkosaan.................................................................................................................6
2.7 Faktor Penyebab Perkosaan.........................................................................................................7
2.8 Pencegahan Perkosaan................................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................9
Penutup..................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................iv

iii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kekerasan dapat diartikan sebagai semua tindakan, perbuatan, sikap, dan perka
taan langsung atau tidak langsung, yang tidak menghormati dan melukai kebera
daan seseorang secara fisik, mental maupun jiwani (2007 dalam http://a-
research.upi.edu). Kekerasan dalam hal ini bukan hanya yang mengakibatkan kerugian
fisik, tetapi menyebabkan kerugian mental.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita seringkali melihat atau mendengar hal-hal
yang berkaitan dengan Kekerasan terhadap wanita. Kekerasan yang di maksud pada hal
ini berkaitan dengan Gender atau sifat yang melekat pada manusia baik laki-laki maupun
perempuan yang dikonstruksi dalam lingkungan sosial, Kekerasan disini seringkali
diketahui sebagai kekerasan terhadap perempuan karena posisinya yang lemah (atau
sengaja dilemahkan), baik secara sosial, ekonomi, maupun politik (Subhan, 2004:5 dalam
http://a-research.upi.edu) padahal sesungguhnya kekerasan ini dapat dilakukan kepada
siapa aja.
Kekerasan yang berkaitan dengan gender sesungguhnya terdiri dari beberapa macam
seperti Domestik violence, Genital multilation,Pemerkosaan terhadap
perempuan,prostitution,pornografi,enforced steririlazation,molestation, dan sexual and
emotional harassment. Mengingat kekerasan perkosaan merupakan kejahatan yang cukup
mendapat perhatian dikalangan masyarakat yang dapat dibuktikan dengan data jumlah
pemerkosaan di daerah Lampung yang dari tahun ke tahun semakin bertambah. Tahun
2008 terjadi 206 kasus pemerkosaan sampai tahun 2013 kasus pemerkosaan sampai 1326.
Meningkatnya dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Dari fakta tersebut kami dapat menyimpulkan bahwa persamaan gender
sesungguhnya belum sepenuhnya tercapai karena kasus kasus kekerasan terhadap wanita
berupa perkosaan ini masih terjadi. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan
membahas lebih dalam tentang Perkosaan yang terjadi terhadap perempuan dan
hubungannya dengan budaya di masyarakat sebagai bentuk dari kekerasan dalam gender

1.1 Pokok Bahasan


Pokok bahasan yang akan kami bahas dalam makalah ini yaitu :
1) Pengertian Pemerkosaan.
2) Jenis-Jenis Perkosaan
3) Hubungan Pemerkosaan dengan Budaya di Masyarakat
4) Faktor Penyebab Pemerkosaan
5) Modus-Modus Pemerkosaan
6) Sasaran Tindak Perkosaan
7) Dampak Pemerkosaan

1
8) Pencegahan Tindak Pemerkosaan.

2
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Pemerkosaan


Pemerkosaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan 1) paks,
kekerasan, 2) gagah,kuat, perkasa. Sedangkan memperkosa berarti menundukan dengan
kekerasan menggagahi,melanggar dengan kekerasan. Tindakan ini dianggap melanggar
hokum yng berlaku (Depdikbud, 1989: 673 dalam Abdul Wahid dan Muhammad Irfan,
2001:40).
Selain itu, menurut Soetandyo Wignjosoebroto, “perkosaan adalah suatu usaha
melampiaskan nafsu seksual oleh seorang laki-laki terhadap seorang perempuan dengan
cara yang menurut moral dan atau hokum yang berlaku melanggar (Abdul Wahid dan
Muhammad Irfan, 2011:40).
Dalam sumber lainnya, pengertian-pengertian perkosaan juga dinyatakan sebagai
berikut :
a.       Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau alat lain
kedalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya.
b.      Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang perempuan disiksa,
dipukuli sampai pingsan,atau ketika perempuan meronta, melawan, berupaya
melarikan setiap diri atau korban hendak bunuh diri,akan tetapi meskipun
perempuan tidak melawan,apapun yang dilakukan perempuan, bila perbuatan
tersebut bukan pilihan/keinginan perempuan berarti termasuk tindak perkosaan,
bukan kesalahan wanita.
c.       Dalam rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istri termasuk
tindakan kekerasan, merupakan tindakan yang salah.
(yani widyastuti,dkk : 2009 dalam…)

Maka dari itu, dapat disimpulkan dari pernyataan pernyatan di atas adalah perilaku
pemaksaan atau kekerasan kepada orang lain yang berkaitan dengan hubungan seksual,
atau tindakan seseorang yang secara paksa ingin melampiaskan nafsu seksualnya atau
rasa berkuasa terhadap orang lain.

2.2   Jenis – Jenis Perkosaan


Mengenai jenis-jenis perkosaan, seorang ahli kriminologi Mulyana W. Kusuma
menyebutkan sebagai berikut : (Abdul Wahid, 2001:46)

1. Forcible rape yaitu pasal 285 KUHP: Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam
karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2. Exploitation Rape yaitu Perkosaan yang menunjukkan bahwa pada setiap kesempatan
melakukan hubungan seksual yang diperoleh oleh laki-laki dengan mengambil
keuntungan yang berlawanan dengan posisi perempuan yang bergantung padanya secara
ekonomis dan sosial. Misalnya istri yang diperkosa oleh suaminya atau pembantu rumah

3
tangga yang diperkosa oleh majikannya, sedangkan pembantunya tidak mempersoalkan
atau mengadukan kasusnya ini kepada pihak yang berwajib.

3. Victim Precipitated Rape Yaitu perkosaan yang terjadi (berlangsung) dengan


menempatkan korban sebagai pencetusnya.

4. Angea Rape Yakni penganiayaan seksual yang bercirikan seksualitas yang menjadi
sarana untuk menyatakan dan melampiaskan rasa geram dan marah yang tertahan. Tubuh
korban disini seakanakan merupakan obyek terhadap siapa pelaku yang memproyeksikan
pemecahan atas frustasi-frustasi, kelemahan, kesulitan dan kekecewaan hidupnya.

5. Domination Rape Yaitu suatu perkosaan yang terjadi ketika pelaku mencoba untuk
gigih atas kekuasaan dan superioritas terhadap korban. Tujuannya adalah penaklukan
seksual, pelaku menyakiti korban, namun tetap memiliki keinginan berhubungan 
seksual.

6. Seductive Rape Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi-situasi yang merangsang
yang tercipta oleh kedua belah pihak. Pada mulanya korban memutuskan bahwa
keintiman personal harus dibatasi tidak sampai sejauh persenggamaan. Pelaku pada
umumnya mempunyai keyakinan membutuhkan paksaan, oleh karena tanpa itu tidak
mempunyai perasaan bersalah yang menyangkut seks

7.  Sadistic Rape Perkosaan sadistis, artinya pada tipe ini seksualitas dan agresif berpadu
dalam bentuk yang merusak. Pelaku perkosaan telah nampak menikmati kesenangan
erotik bukan melalui hubungan seksnya, melainkan melalui serangan yang mengerikan
atas alat kelamin dan tubuh korban.

Dari beberapa jenis yang di kemukakan diatas kami akan membahas tentang “Sadistic
rape” dan “Victim precipitation rape” yang menurut kami baru-baru ini terjadi di
Indonesia, seperti kasus Eno yang menjadi korban pemerkosaan , dari beberapa sumber
kami menemukan bahwa Eno awalnya menolak untuk di ajak berhubungan seks dengan
kekasihnya, kemudian kekasihnya yang kesal meninggalkan kediaman Eno dan kembali
ke kediaman Eno lalu memperkosa Eno bersama kedua temannya, kemudian salah satu
dari mereka mengambil cangkul dn kemudian di masukan ke lubang vagina Eno hingga
mencapai paru-parunya. Kasus Eno tersebut menurut kami merupakan kasus Sadistic
rape karena meskipun pelaku telah mencapai kepuasannya dengan memperkosa Eno
secara bergiliran, hal sadis kemudian mengikuti yakni membunuh Eno dengan
memasukan cangkul ke lubang vaginanya , selain itu kasus Yuyun yang terjadi beberapa
waktu lalu, dalam fakta yang ditemukan , Yuyun di perkosa oleh 15 orang remaja yang
sedang dalam keadaan mabuk di tempat yang sepi saat sedang berjalan sendirian,
kemudian di bunuh dan di buang ke kebun dengan kondisi yang mengenaskan. Setelah
kasus itu terjadi, kami menemukan bawa ada pertanyaan masyarakat dan bahkan ahli
yang menanyakan hal-hal seperti “Kenapa Yuyun berjalan sendirian?” atau “Kenapa
memakai rok pendek”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sekilas mengarah pada
keterlibatan pengaruh korban pada kasus pemerkosaan tersebut, hal ini bisa kita lihat
sebagai kasus “Victim precipitation rape” dimana korban turut disalahkan atas
pemerkosaan yang terjadi.

4
2.3 Hubungan Pemerkosaan dengan Budaya

Secara sederhana, budaya pemerkosaan adalah lingkungan di mana kekerasan


seksual mengakar dan dinormalisasi dalam media, budaya pop dan masyarakat. Hal ini
seringkali ada, meski tidak secara eksklusif, dalam masyarakat yang sangat patriarkis
dimana dinamika gender melenceng, dengan perempuan sebagai subordinasi laki-laki,
dan kurangnya kesetaraan gender secara umum.  (Devi Asmarani dalam
http://magdalene.co)

Dalam hal ini, kami melihat bahwa pemerkosaan sesungguhnya terus terjadi di
masyarakat Indonesia karena budaya patriarkis yang menempatkan laki-laki sebagai
sosok otoritas utama dibandingkan dengan perempuan. Hal ini di pertegas pula dengan
pernyataan para sosiolog bahwa budaya pemerkosaan mengaitkan hubungan seks yang
tidak konsensual dengan struktur budaya masyarakat yang sangat patriarkis,
menyebabkan pemerkosaan diterima luas secara sosial dan institusional (Devi Asmarani
dalam http://magdalene.co).

Jadi, dapat di simpulkan bahwa pemerkosaan terhadap wanita berkaitan dengan


budaya patriarkis yang ada dalam masyarakat dimana di dalamnya hidup anggapan bahwa
Pria lebih berkuasa daripada wanita, Istri harus tunduk terhadap suami, serta kenyataan
fisik dimana kekuatan pria sejatinya akan lebih besar daripada kekuatan wanita. Selain itu
pemerkosaan terhadap wanita juga bisa dilihat sebagai bukti budaya yang tidak
menyetarakan gender sehingga timbul kekerasan di dalamnya terutama terhadap
perempuan yang di anggap lebih lemah.

2.4 Modus Pemerkosaan


Beberapa tehnik metode modus kejahatan pemerkosaan versi organisasi.org :
1. Memberi obat bius agar tidak sadarkan diri
2. Memberi ancaman pada korban agar tidak berdaya
3. Melakukan penganiayaan agar tidak sadarkan diri atau tidak berdaya
4. Menghipnotis korban agar mau melakukan apa yang diinginkan pemerkosa
5. Memberi obat perangsang agar korban jadi birahi / bernafsu
6. Dijadikan wanita penghibur / pelacur bayaran
7. Dicekoki menuman keras agar mabuk setengah sadar
8. Diculik lalu digagahi di tempat yang tersembunyi
9. Ditipu akan diberikan sesuatu atau dijanjikan sesuatu, dll

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Universitas Airlangga
oleh Abdul Wahid dalam bukunya menyatakan bahwa modus operandi perkosan oleh
pelaku dalam menjalankan aksi kejahatannya telah menggunakan cara-cara
pemaksaan kehendak, pengancaman dan kekerasan. Di smping perkosaan itu sendiri
termsuk kejahatan yang berkarakter kekerasan, modus operandi yng dilaksanakan
juga mengandung kekerasan.

Dalam kasus-kasus lainnya kami melihat bahwa pelaku sesungguhnya tidak


menjadikan pemerkosaan sebagai tujuan aksi utama, melainkan kekerasan dan hasrat
yang datang kemudian setelah melakukan kejahatan lain pada mulanya. Misalnya
5
seorang perampok pada tahun 1995 yang memperkosa anak dan istri dari Acan di
bekasi yang modus utama kejahatanya sesunggunya adalah perampokan.

2.5 Sasaran Tindak Perkosaan


Menurut kebidanankeperawatan.wordpress.com, beberapa sasaran korban tindak
pemerkosaan adalah orang orang yang mengalami hal-hal sebagai berikut :
1) Kekurangan pada fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau permasalahan yang
berkaitan dengan fisik sehingga perempuan duduk diatas kursi roda, bisu, tuli, buta
atau keterlambatan mental. Mereka tidak mampu mengadakan perlawanan.
2) Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah, anak jalanan/ gelandangan, didaerah
peperangan.
3) Korban tindak kekerasan suami/pacar.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa korban tindak pemerkosaan bisa di
alami oleh orang-orang yang memiliki kekurangn fisik dan mental , pengungsi, atau
bahkan istri atau kekasih sendiri. Dalam kasus-kasus lainnya, kami mendapatkan bahwa
sasaran tindak perkosaan lainnya adalah perempuan yang sedang dalam kondisi
sendirian.

2.6 Dampak Pemerkosaan


Beberapa akibat / efek dampak buruk pada korban pemerkosaan menurut
documents.tips yakni :
1) Menjadi stress hingga mengalami gangguan jiwa
2) Cidera ata luka-luka akibat penganiayaan
3) Kehilangan keperawanan / kesucian
4) Menjadi trauma pada laki-laki dan hubungan seksual
5) Bisa menjadi seorang lesbian atau homo yang menyukai sesama jenis
6) Masa depan suram karena dikanal sebagai korban perkosaan
7) Sulit mencari jodoh karena sudah tidak perawan
8) Bisa membalas dendam pada oang lain
9) Hamil di luar nikah yang sangat tidak diinginkan
10) Anak hasil perkosaan bisa dibenci orang tua, kerabat, tetangga, dll
11) Merusak mental seorang anak karena belum waktunya mengenal seks
12) Menjadi pasrah dan terus melakukan hubungan seks pranihah
13) Merasa kotor dan akhirnya terjun sebagai psk untuk mendapat uang.
14) Terkena penyakit menular seksual yang berbahaya, dll

Dari pernyataan tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa dampak psikis dan fisik
akan di alami oleh korban yang mengalami perkosaan. Tetapi, dampak psikis lah yang
akan merugikan bagi korban dan keluarga dimana korban maupun kelurga bisa jadi
mengalami trauma dan yang paling parah tidak bisa hidup kembali dalam masyarakat.
Selain itu, pandangan sosial disekitar korban bisa jadi akan berubah dengan melihat
korban sebagai “korban pemerkosaan” sehingga kehidupan akan berubah dari kehidupan
yang sebelumnya, maka dari itu melihat dampak yang begitu merugikan di alami oleh

6
korban, pelaku pemerkosaan sesungguhnya harus secara adil di hokum sesuai dengan
perbuatan yang telah dilakukan.

2.7 Faktor Penyebab Perkosaan


Penyebab terjadinya pemerkosaan dapat dilihat dari berbagai factor, menurut Andika
Legesan dan skripsinya yakni :
a.  Pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak menghargai etika berpakaian
yang menutup aurat, yang dapat merangsang pihak lain untuk berbuat tidak senono
dan jahat.
b.  Gaya hidup atau mode pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang semakin
bebas, tidak atau kurang bisa lagi menbedakan antara yang seharusnya boleh
dikerjakan dengan yang dilarang dalam hubungannya dengan kaedah akhlak
mengenai hubungan laki-laki dengan perempuan.
c.   Rendahnya pengalaman dan penghayatan terhadap norma-norma keagamaan yang
terjadi di tengah masyarakat. Nilai-nilai keagamaan yang semakin terkikis di
masyarakat atau pola relasi horizontal yang cenderung semakin meniadakan peran
agama adalah sangat potensial untuk mendorong seseorang berbuat jahat dan
merugikan orang lain.
d.  Tingkat kontrol masyarakat (social control) yang rendah, artinya berbagai prilaku
yang diduga sebagai penyimpangan, melanggar hukum dan norma keagamaan
kurang mendapatkan response dan pengawasan dari unsur-unsur masyarakat.
e.  Putusan hakim yang terasa tak adil, seperti putusan yang cukup ringan yang
dijatuhkan pada pelaku. Hal ini di mungkinkan dapat mendorong anggota-anggota
masyarakat lainnya untuk berbuat keji dan jahat. Artinya mereka yang hendak
berbuat jahat tidak merasa takut lagi dengan sanksi hukum yang akan diterimanya.
f.  Ketidak mampuan pelaku untuk mengendalikan emosi dan nafsu seksualnya. Nafsu
seksualnya dibiarkan mengembara dan menuntutnya untuk dicarikan kompensasi
pemuasnya.
g.  Keinginan pelaku untuk melakukan (melampiaskan) balas dendam terhadap sikap,
ucapan (keputusan) dan prilaku korban yang dianggap menyakiti dan
merugikannya.

Dapat di simpulkan bahwa salah sat factor penyebab terjadinya pemerkosaan yakni
karena budaya atau mode kehidupan yang kurang memperhatikan etika berpakaian dan
tingkat control masyarakat yang rendah, selain itudari pembahasan-pembahasan
sebelumnya kemi menyimpulkan bahwa budaya patriarki juga merupakan factor yang
cukup kuat dari timbulnya tindak kekerasan dalam gender yaitu perkosaan

2.8 Pencegahan Perkosaan


Beberapa pencegahan perkosaan antara lain :
a.       Berpakaian santun, berprilaku, bersolek tidak mengundang perhatian pria.

7
b.      Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam berkelompok dengan banyak
teman, tidak
berduaan.
c.       Di tempat kerja bersama teman/berkelompok,tidak berduaan dengan sesama
pegawai
atau atasan.
d.       Tidak menerima tamu laki-laki kerumah,bila dirumah seorang diri.
e.       Berjalan-jalan bersama banyak teman,terlebih diwaktu malam hari.
f.       Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan, atau berbalik dan
bertanya
ke orang tersebut dengan nada yang keras dan tegas, apa maksud dia.
g.      Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit,atau alat bela diri seperti
parfum spray, bubuk cabe/merica yang bisa ditiupkan ke mata.
h.      Berteriak sekencang mungkin bila diserang.
i.       Jangan ragu mencegah dengan mengatakan “tidak”, walaupun pada atasan yang
memiliki kekuasaan atau pacar yang sangat dicintai.
j.        Ketika bepergian, hindari sendirian, tidak menginap, bila orang tersebut merayu
tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya membuat anda merasa risih, tidak
nyaman, dan cepatlah meninggalkannya.
k.      Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu tindakan yang
mengarah seperti dipegang, diraba, dicium, di ajak ketempat sepi.
l.        Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti : hipnotis, obat-obatan
dalam minuman, permen, snack atau hidangan makanan.
m.     Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada polisi, hansip atau
instansi.
n.      Menjaga jarak / space interpersonal dengan lawan jenis. Di eropa space
interpersonal dengan jarak 1 meter.
(megaslides.top)

Dapat di simpulkan bahwa cara yang paling bisa dilakukan oleh seorang wanita agar
terhindar dari pemerkosaan dlah menjaga diri dengan cara berpakaian sopan dan tidak
mencolok serta menghindari bepergian sendirian agar memperkecil kesempatan pelaku
untuk melancarkan aksinya. Selain itu, hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk
pencegahan yakni menerapkan hokum yng tegas dan setimpal dengan perbuatan pelaku
sehingga orang-orang yang ingin melakukan hal serupa akan takut dan mengurungkan
niatnya jika mengetahui hokum yang berlaku.

BAB III

Penutup

8
Dari penjelasan-penjelasan yang telah di paparkan pada bagian pembahasan,ada
beberapa poin yang dapat disimpulkan, yakni :

1. Pemerkosaan merupakan tindakan pemaksaan kepada orang lain untuk


melampiaskan nafsu seksual atau membuktikan kekuasaan diri.

2. Macam macam pemerkosaan yakni Perkosaan Sadistik, Angea Rape, Dononation


Rape,Seduktive rape,Victim Precipated Rape,Exploitation Rape.

3. Jika dihubungkan dengan kebudayaan , pemerkosaan ini berkaitan dengan budaya


masyarakat yang menganggap bahwa . aki-laki adalah lebih tinggi dari pada
perempuan , serta stigma masyarkat yang menganggap perempuan atau istri
betugas untuk melayani suami dan perempuan dinilai sebagai makhluk yang
lemah.
4. Modus pemerkosaan yang sering dilakukan biasanya dengan membuat korban
tidak sadar dengan jalan obat bius atau hipnotis
5. Sasaran pemerkosaan pada wanita biasanya dilakukan pada wanita yang memiliki
gangguan mental, Pekerja Seks Komersil, atau bahkan kepada istri dan kekasih.
6. Dampak Pemerkosaan selain gangguan pada fisik tetapi juga yang paling
merugikan adalah gangguan pada mental seperti stress dan depresi.
7. Faktor Penyebab yang paling bisa dilihat dari kasus tindak perkosaan ini adalah
berkembangny budaya yang menonjolkan ketidaksantunan dalam cara berpakaian
sehingga mengundang para pelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan.
8. Pencegahan agar tidak menjadi korban pemerkosaan dapat dilakukan oleh wanita
salah satunya dengan berpakaian santun dan tidak mencolok

9
DAFTAR PUSTAKA

Wahid,Abdul dan Muhammad Irfan (2001). Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan


Seksual.Advokasi atas Hak Asasi Manusia. Jakarta : PT Refika Aditama

Andrews,Gilly (2009). Kesehatan Reproduksi Wanita edisi 2. jakarta : EGC


Widyastuti,yani, Dkk (2009).Kesehatan Reproduksi.Fitramaya

Yanti (2011). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppb_033772_chapter1.pdf. Di akses pada


10/21/2016. 12:14.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/viewFile/899/714. Diakses pada


10/23/2016 12:10 Di unggah oleh unsrat.id. Atikel Skripsi oleh Andika Legesan NIM:
080711297. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi,Manado

http://magdalene.co/news-818-akhiri-budaya-pemerkosaan-di-indonesia-.html. Di akses pada


10/23/2016. 10:53. Di unggah pada 31 Mei 2016 - 09:43:54 WIB oleh Devi Asmarani

kebidanankeperawatan.wordpress.com Di akses pada 10/23/201611:33. Di unggah pada 24


November 2011 oleh kebidanan dan keperawatan.
http://megaslides.top/doc/432004/dimensi-sosial-wanita-dan-permasalahannya. Di akses pada
10/23/2016 11:59 di unggah pada 05 июля 2016 oleh User

iv

Anda mungkin juga menyukai