Anda di halaman 1dari 19

Makalah

KEKERASAN PADA PEREMPUAN

Oleh;

Nur Aini
Tuti Arianti
Yunda Herayanti
Yunesa Rivani
Zahratul Mawaddah
Zuhra Oktavianti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam

semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya, sehingga makalah

kami ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwanya

masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang

terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan

demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Kekerasan.........................................................................3
B. Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan...............................5
C. Penyebab Kekerasan Pada Perempuan...............................................7
D. Dampak Kekerasan Pada Wanita........................................................9
E. Pencegahan Terhadap Kekerasan Pada Perempuan..........................10
F. Analisis Gender Terhadap Tindak Kekerasan..................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................14
B. Saran.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini, kasus kekerasan (termasuk pembunuhan) dalam rumah

tangga di Indonesia cenderung meningkat. Di dalam rumah tangga,

ketegangan maupun konflik merupakan hal yang biasa. Namun, apabila

ketegangan itu berbuah kekerasan, seperti: menampar, menendang, memaki,

menganiaya dan lain sebagainya, ini adalah hal yang tidak biasa. Hal itulah

yang sering disebut dengan  KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dlm UU N0. 23/2004 pasal 1

adalah perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat

timbulnya penderitaan fisik, seksual, psikologis, penelantaran rumah tangga,

ancaman, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum

dalam rumah tangga.

Pada tanggal 14 September 2004 telah disahkan Undang-Undang No.

23 tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(PKDRT) yang terdiri dari 10 bab dan 56 pasal, yang diharapkan dapat

menjadi payung perlindungan hukum bagi anggota dalam rumah tangga,

khususnya perempuan, dari segala tindak kekerasan. Dengan menimbang :

1. Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari

segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

1
2. Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga,

merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap

martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus di hapus.

3. Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan adalah

perempuan, harus mendapat perlindungan dari negara dan/atau masyarakat

agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan,

penyiksaan, atau per lakuan yang meren dahkan derajat dan mar tabat

kemanusiaan.

4. Bahwa dalam kenyataannya kasus ke keras an dalam rumah tangga banyak

terjadi, sedangkan  sistem hukum di Indonesia  belum menjamin perlin

dungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga.

5. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud  dalam huruf a,

huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Peng

ha pus an Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Agar mampu memahami secara menyeluruh tentang tindakan kekerasan

pada istri dalam rumah tangga.

2. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi bentuk serta factor-faktor yang

menyebabkan terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

3. Dapat mengimplikasikan dan mengetahui bagaimana proses asuhan

keperawatan dalam masalah kekerasan rumah tangga.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekerasan

Secara terminologi kekerasan atau violence adalah gabungan dua kata

latin “vis” (daya, kekuatan) dan “latus” berasal dari kata “ferre” yang berarti

membawa). Dalam Kamus Bahasa Indonesia,  “kekerasan” diartikan dengan

perihal yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan

cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang

orang lain, atau ada paksaan, ada beberapa pengertian menurut para ahli:

1. Menurut Wignyosoebroto (1997) pengertian kekerasan adalah suatu

tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi

kuat (atau yang tengah merasa kuat) terhadap seseorang atau sejumlah

orang yang berposisi lebih lemah (atau yang tengah dipandang berada

dalam keadaan lebih lemah), berdasarkan kekuatan fisiknya yang superior,

dengan kesenjangan untuk dapat ditimbulkannya rasa derita di pihak yang

tengah menjadi objek kekerasan itu. Namun, tak jarang pula tindak

kekerasan ini terjadi sebagi bagian dari tindakan manusia untuk tak lain

daripada melampiaskan rasa amarah yang sudah tak tertahan lagi olehnya.

2. Menurut Santoso (2002 : 24) kekerasan juga bisa diartikan dengan serangan

memukul (assault and battery) merupakan kategori hukum yang mengacu

pada tindakan illegal yang melibatkan ancaman dan aplikasi actual

kekuatan fisik kepada orang lain. Serangan dengan memukul dan

3
pembunuhan secara resmi dipandang sebagai tindakan individu meskipun

tindakan tersebut dipengaruhi oleh tindakan kolektif.

3. Soetandy mendefinisikan:kekerasanadalah suatu tindakan yang dilakukan

oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (atau yang tengah

merasa kuat) terhadap seseorang atau sejumlah orang  yang berposisi lebih

lemah), bersaranakan kekuatannya, fisik maupun non fisik yang superior

dengan kesengajaan untuk menimbulkan rasa derita di pihak yang tengah

menjadi objek kekerasan.

4. Kekerasan menurut Galtung adalah “any avoidable impediment to self

realization” yang        maksudnya : “Kekerasan adalah segala sesuatu yang

menyebabkan orang terhalang mengaktualisasikan potensi diri secara

wajar” .Berdasarkan konsep tersebut jelas bahwa kekerasan selalu

berhubungan dengan tindakan atau perilaku kasar, mencemaskan,

menakutkan dan selalu menimbulkan dampak (efek) yang tidak

menyenangkan bagi korbannya, baik secara fisik,psikis maupun sosial.

5. Menurut Faqih kata “kekerasan”  merupakan padanan dari kata “violence”

dalam bahasa Inggris, meskipun keduanya memiliki konsep yang berbeda.

Kata “violence” diartikan disini sebagai suatu serangan atau invasi (assault)

terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Sedangkan

kekerasan dalam bahasa Indonesia umumnya dipahami hanya menyangkut

serangan fisik belaka. Kekerasan terhadap sesama manusia ini sumbernya

maupun alasannya bermacam-macam, seperti politik atau keyakinan

keagamaan atau bahkan rasisme. . (curhatnisa.blogspot:2011),

4
6. Kekerasan adalah penganiayaan, penyiksaan atau perlakuan salah, menurut

WHO dalam (E-book,SUMUT: 1) kekerasan adalah penggunaan kekuatan

fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindkaan terhadap diri sendiri,

perorangan atau sekelompok orang dan atau masyarakat yang

mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma,

kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan

hak. Menurut depkes.RI :2006 dalam (yudhim.blogspot :2008) Kekerasan

terhadap perempuan adalah setiap perbuatan yang berkaitan atau mungkin

berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan, secara fisik, seksual,

psikologis, ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan dan perampasan

kebebasan baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun di

lingkungan rumah tangga.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang kekerasan menurut para ahli

maka dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan

suatu bentuk tindakan yang menyakiti atau membuat penderitaan terhadap

perempuan secara fisik, seksual, psikologi yang mengakibatkan trauma

terhadap perempuan atau korban.

C. Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan

Berdasaran ruang lingkup dan agen pelakunya, seperti dalam Deklarasi

Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Pasal 2, kekerasan terhadap

perempuan mencakup, tetap tidak terbatas pada:

1. Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang terjadi di keluarga, termasuk

pemukulan, penganiayaan, seksual anak perempuan dalam keluarga,

5
perkosaan dalam perkawinan, pemotongan kelamin perempuan, dan

praktek-praktek tradisional lainnya yang menyengsarakan perempuan,

kekerasan yang dilakukan bukan merupakan pasangan hidup dan

kekerasan yang terkait dengan eksplotasi.

2. Kekerasan, seksual dan psikologis yang terjadi dalam komunitas berupa

perkosaan, penganiyaan seksual, pelecehan dan intimidasi seksual di

tempat kerja, institusi pendidikan, tempat umum dan lainnya, perdagangan

perempuan dan pelacur paksa.

3. Kekerasan, sesksual dan psikologis yang dilaksanakan atau dibiarkan

terjadinya oleh Negara, dimanapun kekerasan tersebut terjadi.

(Amrulloh. 2009. Bentuk kekerasan terhadap perempuan)

Adapun Tindak kekerasan seksual meliputi:

a. Pemaksaan hubungan seksual (perkosaan) yang dilakukan terhadap

orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut : Perkosaan

ialah hubungan seksual yang terjadi tanpa dikehendaki oleh korban.

Seseorang laki-laki menaruh penis, jari atau benda apapun kedalam

vagina, anus, atau mulut atau tubuh perempuan tanpa sekendak

perempuan itu.

b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang anggota dalam

lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial

dan / atau tujuan tertentu.

c. Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang

berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak

6
diinginkan oleh orang yang menjadi sasaran. Pelecehan seksual bisa

terjadi dimana saja dan kapan saja, seperti di tempat kerja, dikampus/

sekolah, di pesta, tempat rapat, dan tempat urnum lainnya. Pelaku

pelecehan seksual bisa teman, pacar, atasan di tempat kerja.

d. Tindak kekerasan ekonomi: yaitu dalam bentuk penelantaran ekonomi

dimana tidak diberi nafkah secara rutin atau dalarn jumlah yang

cukup, membatasi dan/ atau metarang untuk bekerja yang layak di

dalam atau di luar rumah, sehingga korban di bawah kendati orang

tersebut. (yudhim. blogspot : 2008).

D. Penyebab Kekerasan Pada Perempuan

1. Aspek Budaya :

Kuatnya pengertian yang bersumber pada nilai-nilai budaya yang

memisahkan peran dan sifat gender laki-laki dan perempuan secara tajam

dan tidak setara. Sosialisasi pengertian tersebut melalui a.l. keluarga,

lembaga pendidikan, agama, dan media massa, menyebabkan berlakunya

keyakinan dan tuntutan:

a. laki-laki dan perempuan punya tempat dan perannya sendiri-sendiri

yang khas dalam keluarga/perkawinan/berpacaran.

b. laki-laki lebih superior daripada perem-puan, dan mempunyai hak

penuh untuk memperlakukan perempuan seperti barang miliknya

c. keluarga adalah wilayah pribadi, tertutup dari pihak luar, dan berada

di bawah kendali laki-laki

d. Diterimanya kekerasan sebagai cara penyelesaian konflik.

7
2. Aspek Ekonomi

a. Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;

b. perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di

lingkup formal dan informal, dan kesempatan mendapat-kan

pendidikan dan pelatihan.

3. Aspek Hukum

a. Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan

perundang-undangan maupun dalam praktek penegakan hukum;

b. Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab

sepenuhnya kebutuhan perlindungan bagi korban dan penanganan

pada pelaku;

c. Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang

hukum

d. Perlakuan aparat penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada

perempuan dan anak perempuan korban kekerasan.

4. Aspek Politik

a. Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses

pengambilan keputusan di bidang politik, hukum, kesehatan, maupun

media.

b. Kekerasan terhadap Perempuan masih belum sepenuhnya dianggap

sebagai persoalan yang berdampak serius bagi negara,

c. Adanya resiko yang besar bila memperta-nyakan aturan agama,

8
d. Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi politik.

e. Terkait dengan kondisi situasional yang memudahkan, seperti

terisotasi, kondisi konflik dan perang. Dalam situasi semacam ini

sering terjadi perempuan sebagai korban, misaInya dalam lokasi

pengungsian rentan kekerasan seksual, perkosaan. Dalam kondisi

kemiskinan perempuan mudah terjebak pada pelacuran. Sebagai

imptikasi maraknya teknologi informasi, perempuan terjebak pada

kasus pelecehan seksual, pornografi dan perdagangan.

E. Dampak Kekerasan Pada Wanita

1. Pada Korban

Kesehatan Fisik seperti memar, cedera (mulai dari sobekan hingga patah

tulang dan luka dalam), gangguan kesehatan yang khronis, gangguan

pencernaan, perilaku seksual beresiko, gangguan makan, kehamilan yang

tak diinginkan, keguguran/ melahirkan bayi dengan berat badan lahir

rendah, terinfeksi penyakit menular seksual, HIV/AIDS Kesehatan

Mental: seperti depresi, ketakutan, harga diri rendah, perilaku obsesif

kompulsif, disfungsi seksual, gangguan stress pasca trauma Produktivitas

kerja menurun: sering terlambat datang ke tempat kerja, sulit

berkonsentrasi, berhalangan kerja kare-na harus mendapat perawatan

medis, atau memenuhi panggilan polisi/meng-hadiri sidang. Fatal: bunuh

diri, membunuh/melukai pelaku, kematian karena aborsi/kegugur-an/AIDS

2. Pada Anak

9
Gangguan kesehatan dan perilaku anak di sekolah, Terhambatnya

kemampuan untuk menjalin hubungan yang dekat dan positif dengan

orang lain, Kecenderungan lari dari rumah, adanya keinginan bunuh diri

Berkemungkinan menjadi pelaku atau cenderung menjadi korban

kekerasan yang serupa di masa remaja/dewasanya

3. Pada Masyarat & Negara

a. Penurunan kualitas hidup dan kemampuan perempuan untuk aktif ikut

serta dalam kegiatan di luar rumah, termasuk untuk berpenghasilan

dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

b. Besarnya biaya untuk penanganan kasus di kepolisian maupun

pengadilan, serta biaya untuk perawatan kesehatan bagi korban

c. Menguatnya kekerasan sebagai cara menyelesaikan

F. Pencegahan Terhadap Kekerasan Pada Perempuan

Pencegahan, penanganan korbandan pelaku adalahtanggung jawab

semua pihak: laki-laki, perempuan, lingkungan tetangga, tokoh

agama/masyarakat, lembaga pendidikan/ agama, dunia usaha maupun

pemerintah Kerjasama antara pusat penanganan krisis bagi perempuan korban

(women’s crisis center) dengan masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah

merupakan suatu kemutlakan.

Upaya pencegahan dan penanganan korban maupun pelaku yang ada

masih jauh dari memadai. Bagi para perempuan penyandang cacat, kondisi ini

lebih berat dirasakan Khusus tentang dukungan bagi korban untuk dapat

melanjutkan hidupnya secara mandiri, sehat dan bermartabat, dibutuhkan

10
beragam dukungan yang bentuknya fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan korban, dan bersifat memberdayakan Jalan keluar, pemecahan

masalah gender dalam tindak kekerasan terhadap perempuan perlu dilakukan

secara serempak, baik upaya yang bersifat jangka pendek maupun jangka

panjang. Dari segi pemecahan praktis jangka pendek, dapat dilakukan upaya

program aksi yang melibatkan perempuan agar mereka mampu menghentikan

masalah mereka sendiri, seperti kekerasan, pelecehan dan berbagai stereotype

terhadapnya.

Mereka sendiri harus mulai memberikan pesan penolakan secara jelas

kepada pelaku yang melakukan kekerasan dan pelecehan agar kegiatan

kekerasan dan pelecehan tersebut terhenti. Sementara usaha perjuangan

strategis jangka panjang perlu dilakukan untuk memperkokoh usaha praktis

tersebut. Perjuangan strategis ini meliputi berbagai peperangan ideologis di

masyarakat. Bentuk-bentuk peperangan tersebut misalnya, dengan

melancarkan kampanye kesadaran kritis dan pendidikan umum masyarakat

untuk meng-hentikan berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan.

Upaya strategis lain perlu melakukan studi tentang berbagai tindak kekerasan

terhadap perempuan untuk selanjutnya dipakai sebagai advokasi guna

merubah kebijakan, hukum dan aturan pemerintah yang dinilai tidak adil

terhadap kaum perempuan. Menghentikan ketidakadilan gender dalam aspek

kekerasan terhadap perempuan, berarti mengangkat kepentingan perempuan

dan membuat mereka lebih berdaya, hal ini merupakan bagian dalam rangka

mengangkat harkat dan martabat perempuan (Susanto. 2005)

11
G. Analisis Gender Terhadap Tindak Kekerasan

Pemahaman terhadap konsep gender sangat diperlukan mengingat

dengan konsep ini telah lahir suatu analisis gender. Analisis gender dalam

sejarah pemikiran manusia tentang ketidakadilan sosial dianggap suatu

analisis baru, dan mendapat sambutan akhir-akhir ini. Analisis gender

merupakan analisis kritis yang mempertajam dari analisis kritis yang sudah

ada, seperti analisis kelas oleh Karl Marx, analisis hegemony ideologi oleh

Gramsci, analisis kritis (Critical Theory) dari mazhab Frankfurt, dan analisis

wacana oleh Fucoult. Tanpa analisis gender kritik mereka kurang mewakili

semangat pluralisme yang diimpikan. Tanpa mempertanyakan gender terasa

kurang mendalam. Peran gender yang berbeda juga menimbulkan

ketidakadilan, terutama bagi perempuan. Diantara beberapa manifestasi

ketidakadilan yang ditimbulkan oleh adanya asumsi gender Berikut akan

diuraikan dari aspek terjadinya kekerasan terhadap perempuan disertai analisis

dari temuan penelitian.

Kekerasan (violence) terhadap perempuan karena adanya perbedaan

gender. Kekerasan terhadap perempuan belakangan ini diduga meningkat.

Berbagai macam bentuk kekerasan menimpa perempuan, mulai yang ringan

hingga yang berat (mengancam jiwa). Banyak sekali kekerasan terjadi pada

perempuan yang ditimbulkan oleh adanya stereotype gender. Perbedaan

gender dan sosialisasi gender yang amat lama mengakibatkan kaum

12
perempuan secara fisik lemah dan kaum lelaki umumnya kuat. Hal itu tidak

menimbulkan masalah sepanjang anggapan lemahnya perempuan tersebut

tidak mendorong dan memperbolehkan lelaki untuk bisa seenaknya memukul

dan memperkosa perempuan. Banyak terjadi pemerkosaan justru bukan karena

unsur kecantikan, melainkan karena kekuasaan dan stereotype gender yang

dilabelkan pada kaum perempuan, Berbagai macam dan bentuk kejahatan

yang bisa dikategorikan kekerasan gender, di antaranya adalah sebagai

berikutpemerkosaan, pemukulan dan serangan non fisik yang terjadi dalam

rumah tangga, penyiksaan, prostitusi atau pelacuran, pornografi, sterilisasi

dalam KB, kekerasan terselubung dengan memegang bagian dari tubuh

perempuan, dan pelecehan sex.

Sampai saat ini kita belum dapat menekan terjadinya tindak kekerasan

terhadap perempuan. Mantan Meneg Pemberdayaan Perempuan Khofifah

Indar Parawansa pernah mengatakan bahwa tingkat kekerasan yang dialami

perempuan Indonesia cenderung tinggi. Sekitar 24 juta perempuan atau 11,4

persen dari total penduduk Indonesia pernah mengalami tindak kekerasan

(Jawa Pos, 30 April 2003).

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemahaman terhadap konsep gender sangat diperlukan mengingat

dengan konsep ini telah lahir suatu analisis gender. Analisis gender dalam

sejarah pemikiran manusia tentang ketidakadilan sosial dianggap suatu

analisis baru, dan mendapat sambutan akhir-akhir ini. Analisis gender

merupakan analisis kritis yang mempertajam dari analisis kritis yang sudah

ada, seperti analisis kelas oleh Karl Marx, analisis hegemony ideologi oleh

Gramsci, analisis kritis (Critical Theory) dari mazhab Frankfurt, dan analisis

wacana oleh Fucoult. Tanpa analisis gender kritik mereka kurang mewakili

semangat pluralisme yang diimpikan. Tanpa mempertanyakan gender terasa

kurang mendalam. Peran gender yang berbeda juga menimbulkan

ketidakadilan, terutama bagi perempuan. Diantara beberapa manifestasi

ketidakadilan yang ditimbulkan oleh adanya asumsi gender Berikut akan

diuraikan dari aspek terjadinya kekerasan terhadap perempuan disertai analisis

dari temuan penelitian.

Kekerasan (violence) terhadap perempuan karena adanya perbedaan

gender. Kekerasan terhadap perempuan belakangan ini diduga meningkat.

Berbagai macam bentuk kekerasan menimpa perempuan, mulai yang ringan

hingga yang berat (mengancam jiwa). Banyak sekali kekerasan terjadi pada

perempuan yang ditimbulkan oleh adanya stereotype gender. Perbedaan

14
gender dan sosialisasi gender yang amat lama mengakibatkan kaum

perempuan secara fisik lemah dan kaum lelaki umumnya kuat. Hal itu tidak

menimbulkan masalah sepanjang anggapan lemahnya perempuan tersebut

tidak mendorong dan memperbolehkan lelaki untuk bisa seenaknya memukul

dan memperkosa perempuan. Banyak terjadi pemerkosaan justru bukan karena

unsur kecantikan, melainkan karena kekuasaan dan stereotype gender yang

dilabelkan pada kaum perempuan, Berbagai macam dan bentuk kejahatan

yang bisa dikategorikan kekerasan gender, di antaranya adalah sebagai

berikutpemerkosaan, pemukulan dan serangan non fisik yang terjadi dalam

rumah tangga, penyiksaan, prostitusi atau pelacuran, pornografi, sterilisasi

dalam KB, kekerasan terselubung deng an memegang bagian dari tubuh

perempuan, dan pelecehan sex.

Sampai saat ini kita belum dapat menekan terjadinya tindak kekerasan

terhadap perempuan. Mantan Meneg Pemberdayaan Perempuan Khofifah

Indar Parawansa pernah mengatakan bahwa tingkat kekerasan yang dialami

perempuan Indonesia cenderung tinggi. Sekitar 24 juta perempuan atau 11,4

persen dari total penduduk Indonesia pernah mengalami tindak kekerasan

(Jawa Pos, 30 April 2003).

H. Saran

Sebagai perawat diharapkan mampu untuk memahami kekerasan pada

perempuan Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal

ini melakukan penyuluhan mengenai pentingnya kekerasan pada perempuan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dispulahta POLRI. 1991. POLRI Dalam Angka. Jakarta : Dispuhlanta POLRI.

Martasaputra, Momon. 1963. Asas – Asas Kriminologi. Bandung : Alumni

Morris, Allison. 1987. Women, Crime And Criminal Justice. Great Britain :
Billing and Sons Ltd.

Pfohl, Stephen. 1994. Images of Deviance and Social Control. USA : McGraw
Hill, Inc.

Purnianti dan Kemal Darmawan. 1994. Mashab dan Penggolongan Teori Dalam
Kriminologi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Tong, Rosemarie. 1984. Women, Sex, and the Law. New Jersey : Rowman &
Allanheld.

Vold, George B. 1979. Theoretical Criminology. Oxford : Oxford University


Press.

Widiyanti, Ninik dan Yulius Waskita. 1987. Kejahatan Dalam Masyarakat dan
Pencegahannya. Jakarta : PT. Bina Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai