Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“ KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA”

Dosen
Dwi Purwanti S.Kep., M.Kes
Disusun oleh:
1. Risanti Putri Rahmandar (P27824418003)
2. Nailis’S Arifin (P27824418013)
3. Ihda Nabila Rumanisa (P27824418028)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “ Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT ”. Makalah ini merupakan salah
satu tugas mata kuliah KB dan Kesehatan Reproduksi.
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Ibu Dwi Purwanti S.Kp, M.Kes,
serta teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa
Robbal ‘Alamiin.

Surabaya, 9 Januari 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………...
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………………
1.3 Manfaat …………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kekerasan Dalam Rumah Tangga ………………………………………………………….
2.1.1 Definisi …………………………………………………………………………………...
2.1.2 Bentuk Kekerasan ………………………………………………………………………...
2.1.3 Penyebab Terjadinya Kekerasan …………………………………………………………
2.1.4 Akibat Tindakan Kekerasan ……………………………………………………………...
2.1.5 Upaya Menanggulangi Tindak Kekerasan ……………………………………………….
2.1.6 Peran Bidan Dalam KDRT ……………………………………………………………….

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang terbuka (overt),
atau tertutup (covert), baik yang bersifat menyerang (offensive) atau bertahan (defensive),
yang disertai oleh penggunaan kekuatan kepada orang lain. UU no. 23 tahun 2004,
mendefinisikan kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga (Ps. 1:1).
Perempuan hampir selalu menjadi korban kekerasan karena budaya dan nilai-nilai
masyarakat kita dibentuk oleh kekuatan patriarkal, dimana laki-laki secara kultural telah
dipersilahkan menjadi penentu kehidupan. Menurut Foucault, laki-laki telah terbentuk
menjadi pemilik ‘kuasa’ yang menentukan arah ‘wacana pengetahuan’ masyarakat.
Kekerasan terhadap perempuan secara garis besar (pada umumnya) terjadi melalui konsep
adanya control atas diri perempuan, baik terhadap pribadinya, kelembagaan, simbolik dan
materi. Dengan demikian, ketika hubungan antar jenis kelamin dikonstruk melalui
hubungan dominasi-subordinasi, maka perempuan berposisi sebagai pihak yang diatur oleh
laki-laki. Bangunan relasi ini bekerja melalui seluruh system social tadi yang kemudian
melahirkan identitas gender yang membedakan laki-laki dan perempuan.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami materi KDRT
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi kdrt
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bentuk-bentuk kdrt
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami beberapa penyebab kdrt
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami akibat dari kdrt
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami upaya pemenuhan hak-hak korban
kdrt dan penanganannya.
1.3 Manfaat Penulisan
Beberapa manfaat yang dapat diambil, antara lain:
1. Memahami tentang kekerasan dalam rumah tangga
2. Menjadi lebih peka terhadap lingkungan
3. Menambah wawasan sehingga mampu menemukan solusi jika dihadapkan pada
permasalahan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kekerasan Dalam Rumah Tangga


2.1.1 Definisi

Menurut KUHP pasal 89, melakukan kekerasan adalah mempergunakan tenaga atau
kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak sah misalnya memukul dengan tangan atau segala
macam senjata, menepak, menendang dsb. Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT)
adalah kekerasan yang dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri.
Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.

2.1.2 Bentuk-Bentuk Kekerasan


1. Kekerasan Psikis
Misalnya mencemooh, menencerca, menghina, memaki, mengancam, melarang
berhubungan dengan keluarga atau kawan dekat/masyarakat, intimidasi, isolasi,
melarang istri bekerja.
2. Kekerasan Fisik
Misalnya memukul, membakar, menendang, melempar sesuatu, menarik rambut,
mencekik, dll.
3. Kekerasan Ekonomi
Misalnya tidak memberi nafkah, memaksa pasangan untuk prostitusi, memaksa anak
untuk mengemis, mengetatkan istri dalam keuangan rumah tangga dll.
4. Kekerasan Seksual
Misalnya pemerkosaan, pencabulan, pemaksaan kehendak atau melakukan
penyerangan seksual, berhubungan seksual dengan istri tetapi istri tidak
menginginkannya.
 Kekerasan seksual berat, berupa: pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti
meraba, menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta
perbuatan lain yang menimbulkan rasa muak/jijik, terteror, terhina dan merasa
dikendalikan, terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi
ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi, tindakan seksual dengan
kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka,
atau cedera.
 Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal seperti
komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau secara non
verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun perbuatan lainnya yang
meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat melecehkan
dan atau menghina korban.
 Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis
kekerasan seksual berat.

Banyak kasus penyerangan terjadi kekerasan psikis berupa makian, hinaan (ungkapan verbal)
sering berkembang menjadi kekerasan fisik. Pada awalnya memang belum terjadi, tetapi
ketidaksengajaan pria kemudian berlanjut pada tindakan kekerasan fisik secara nyata.

2.1.3 Penyebab Terjadinya Kekerasan

Kekerasan dalam rumah tangga terjadi akrena terdapat ketidakseimbangan antara


kekuatan dalam suatu hubungan, yang memunculkan dominasi yang mengandung paksaan.
Dominasi ini tercermin dalam tindakan kekerasaan baik psikis, fisik, ekonomi, dan seksual.
Selama kehamilan angka penganiayaan dalam rumah tangga mencapai 0,9 – 6,5 %.

Berikut beberapa penyebab KDRT antara lain:


 Perselisihan tentang ekonomi
 Cemburu pada pasangan
 Pasangan mempunyai selingkuhan
 Adanya problema seksual (misalnya : impotensi, frigid, hiperseks)
 Pengaruh kebiasaan minum alkhohol, drugs abused
 Permasalahan dengan anak
 Kehilangan pekerjaan/PHK/menganggur/belum mempunyai pekerjaan
 Istri ingin melanjutkan studi/ingin bekerja
 Kehamilan tidak diinginkan atau infertilitas
2.1.4 Akibat Tindakan Kekerasan
Berikut beberapa tanda bahwa seseorang mengalami KDRT :
 Kurang bersemangan dan kurang percaya diri
 Gangguan psikologi sampai timbul gangguan system dalam tubuh (psikosomatik),
seperti cemas, tertekan, stress, anoreksia (kurang nafsu makan), insomnia,.
 Cidera ringan sampai berat, misalnya lecet, memar, luka terkena benda tajam, patah
tulang, luka bakar.
 Masalah seksual, ketakutan hubungan seksual, nyeri saat berhubungan seksual, tidak
ada hasrat seksual, frigrid.
 Bila perempuan korban kekerasan sedang hamil dapat terjadi abortus.

2.1.5 Upaya pemenuhan hak-hak korban KDRT


Upaya-upaya dalam pemenuhan hak-hak korban KDRT harus diakui kehadiran UU
PKDRT membuka jalan bagi terungkapnya kasus KDRT dan upaya perlindungan hak-hak
korban. Dimana, awalnya KDRT dianggap sebagai wilayah privat yang tidak seorang pun
diluar lingkungan rumah tangga dapat memasukinya. Lebih kurang empat tahun sejak
pengesahannya pada tahun 2004, dalam perjalanannya UU ini masih ada beberapa pasal yang
tidak menguntungkan bagi perempuan korban kekerasan. PP No. 4 tahun 2006 tentang
Pemulihan merupakan peraturan pelaksana dari UU ini, yang diharapkan mempermudah proses
implementasi UU sebagaimana yang tertera dalam mandat UU ini.
Selain itu, walaupun UU ini dimaksudkan memberikan efek jera bagi pelaku KDRT,
ancaman hukuman yang tidak mencantumkan hukuman minimal dan hanya hukuman
maksimal sehingga berupa ancaman hukuman alternatif kurungan atau denda terasa terlalu
ringan bila dibandingkan dengan dampak yang diterima korban, bahkan lebih menguntungkan
bila menggunakan ketentuan hukum sebagaimana yang diatur dalam KUHP. Apalagi jika
korban mengalami cacat fisik, psikis, atau bahkan korban meninggal. Sebagai UU yang
memfokuskan pada proses penanganan hukum pidana dan penghukuman dari korban, untuk
itu, perlu upaya strategis diluar diri korban guna mendukung dan memberikan perlindungan
bagi korban dalam rangka mengungkapkan kasus KDRT yang menimpanya.

2.1.6 Peran Bidan Dalam Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)


1. Kemampuan yang harus dimiliki bidan agar dapat berperan dalam mengatasi masalah
kekerasan terhadap perempuan dan penanganan korban
a. Memahami masalah kekerasan terhadap perempuan dan ketidakberdayaan korban,
yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi perempuan.
b. Dapat memeberikan penyuluhan yang tepat dan menyakinkan perempuan bahwa
berbagai bentuk penyalahgunaan atau kekerasan terhadap pasangan tidak dapat
diterima dan karena nya tidak ada perempuan yang pantas untu dipukul, dipaksa
dalam berhubungan seksual atau didera secara emosional.
c. Dapat melakukan anamnesis/bertanya kepada korban tentang kekerasan yang dialami
dengan cara simpatik, sehingga korban merasa mendapat pertolongan.
d. Dapat memberikan rasa empati dan dukungan terhadap korban
e. Dapat memberikan pelayanan medis, konsseling, visum, yangb sesuai dengan
kebutuhan, merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dengan cepat dan tepat.
f. Memberikan pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan reproduksi
lainnya sesuai dengan kebutuhan, serta mencegah dampak serius terhadap kesehatan
reproduksi korban.
g. Dapat mengindentifikasi korban kekerasan dan dapat menghubungkan mereka
dengan pelayanan dukungan masyarakat lainya misalnya politik LSM dan bantuan
lainnya.
2. Peran Bidan Dalam Pencegahan Dan Penanganan Ktp :
A. Upaya pencegahan terhadap korban kekerasan di tiap tingkat pelayanan
Pelayanan kesehatan dilakukan di tingkat kesehatan dasar dan rujukan yang perlu
didukung adalah kegiatan di masyarakat oleh bidan.
- Kegiatan pelayanan di tingkat masyarakat
Bidan berperan menyebarluaskan informasi yang ditujukan kepada masyarakat
khususnya kepada kader kesehatan dan tokoh masyarakat agar mereka mampu
merespon secara simpatik terhadap korban KtP . kegiatan dilakukan oleh bidan
dengan memanfaatkan forum yang telah ada atau pelatihan yang sudah ada berupa:
a. Mengenakan masalah KtP dan bentuk hubungan/interaksi yang sehat dalam
keluarga
b. Mempromosikan hubungan suami istri yang sehat dan alternative
penanganan KtP melalui pendidikan agama.
c. Memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada korban KtP.
Selanjutnya secara bertahap dapat diperluas oleh bidan :
a. Memberi dukungan agar kader/tokoh masyarakat menjadi agen pembaharu di
masyarakat melalui penyuluhan di masyarakat dan pembahasan/identifikasi
tentang norma dan sikap masyarakat yang berisiko dan protektif terhadap
kejadian KtP.
b. Mengikutsertakan kader kesehatan dalam pelatihan agar dapat menjadi
kelompok pendukung bagi korban KtP.
c. Memberi dukungan kepada kader agar mau mendampingi korban dalam
mencari pertolongan.
- Kegiatan pelayanan di tingkat pelayanan dasar
Tindakan yang perlu dilakukan dii tingkat pelayanan dasar adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang KtP
b. Selalu melatih diri mereka dalam mengidentifikasi korban KtP dan cara
pencegahan dan penanganannya
c. Mencatat kasus KtP secara baik dan membuat catatan penanganan dan
penyelamatan yang dilakukan
d. Melibatkan organisasi wanita setempat misalnya kelompok PKK,
pengajian ,arisan dan lain-lainnya dalam penanganan korban kekerasan.
e. Menayangkan poster dan alat KIE lainnya diruang tunggu praktek bidan baik
Polindes, Rumah bersalin, Praktik perorangan, Puskesmas dimana bidan
bertugas.
- Pelayanan ditingkat rujukan primer :
a. Melatih bidan untuk mengenali dan menanggapi korban KtP secara memadai
b. Mengupayakan rencana penyelamatan diri dan pencatatan kasus
c. Memasang poster dan pamphlet di ruang tunggu
d. Melakukan skrining terhadap KtP terhadap kelompok tertentu , misalnya pasien
kebidanan , pasien unit gawat darurat, dan pasien kesehtan jiwa
e. Menyusun prosedur tetap untuk penanganan korban KtP.
f. Memasukan pertanyaan tentang KtP kedalam format pencatatan data klien yang
sudah ada.
g. Mengorganisasi kelompok wanita dengan perempuan yang sudah pernah
menjadi dan memberi bantuan korban KtP, agar mampu mandiri serta
meminjamkan tempat kepada kelompok wanita untuk membantu perempuan
korban kekerasan.
h. Koordinasi dengan kelompok wanita setempat untuk menyediakan pelayanan
melalui telepon
i. Mengadakan pelayanan khusus dengan privasi yang tinggi untuk korban
perkosaan.
B. Upaya Kie Dalam Pencegahan Ktp Oleh Bidan
Strategi KIE yang dapat dilakukan oleh bidan dalam penanganan KtP dapat dilakukan
menurut sasaran yang dituju, antara lain :
 kelompok dewasa
a. Melakukan sarasehan dan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan
dan menolak kekerasan sebagai cara untuk memecahkan masalah,
terutama dalam rumah tangga.
b. Memberi penyuluhan tentang jenis kekerasan dan akibatnya bagi keluarga
dan masyarakat
c. Melakukan promosi tentang sikap yang mendukung dan atau tidak
menyalahkan korban melalui berbagai media
d. Memasukan materi tentang kekerasan fisik dan seksual terhadap
perempuan kepada penyuluhan-penyuluhan berkaitan dengan kesehatan
reproduksi yang dilakukan bidan
e. Mengupayakan agar semua materi KIE yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi selalu mempromosikan kesetaraan gender melalui penampilan
wanita yang berdaya dan pasangan pria yang melindungi
f. Melakukan kampanye pencegahan penyalahgunakan obat dan alcohol.
 kelompok remaja :
a. Memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja yang
meliputi norma gender dan pencegahan perilaku seksual yang
membahayakan.
b. Melakukan pembahasan mengenai hubungan pria-wanita, cinta tentang
kecemburuan dan kekarasan , pendidikan hak perempuan bagi remaja
putri.
 kelompok anak-anak
a. Melakukan dukungan KIE melalui sekolah dan luar sekolah tentang
keterampilan dalam menghadapi masalah sehari-hari, termasuk mengatasi
konflik , membangun hubungan interpersonal yang sehat dan keamanan
diri di sekolah maupun dalam rumah tanga.
b. melakukan kampanye anti kekerasan , dengan promosi “ tangan bukan
untuk memukul
C. Upaya Penanganan Kasus Ktp
1. Menggali Informasi Dan Anamnesa
Bidan dapat membantu dalam mengatasi masalah dan penanganan kekerasan
terhadap perempuan,khususnya kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) Bidan,
bila mampu mengali informasi dari klien , mampu mengenali tanda-tanda korban
yang mengalami kekerasan domestic atau seksual, dan mampu membantu korban
untuk membuat rencana penyelamatan diri. Bidan juga perlu mengenali berbagai
tindakan yang dapat memperburuk keadaan.
Hal-hal yang harus diperhatikan bidan dalam membantu korban, antara lain
sebagai berikut :
 Harus memperhatikan kerahasiaan klien, pembicaraan perlu dilakukan di
tempat yang menjamin kerahasiaan klien tanpa dihadiri oleh anggota
keluarga yang lain. hal ini penting untuk mebangun kepercayaan dan rasa
aman si korban.
 Memberikan kepercayaan kepada klien mendengarkan, memperhatikan,
dan menghargai perasaan klien.
 Memberikan penjelasan pada korban bahwa kekerasan yang dihadapinya
tersebut bukan merupakan kesalahannya, karena tak seorang pun layak
diperlakukan dengan kekerasan.
 Menghormati hak klien untuk mengambil keputusan yang dianggap
terbaik bagi dirinya ketika ia sudah mampu berfikir secara jernih.
 Membantu klien untuk rencana penyelamatn diri bila mengalami
kekerasan, dengan memperhatikan apa yang telah dilakukannya selam ini
dan apakah ada tempat untuk mendapatkan perlindungan aman.
 Membantu korban dan mengarahkan untuk mendapatkan pelayanan lain
sesuai kebutuhan bagi korban kekerasan.
 Menghindari rasa takut untuk bertanya, umumnya diyakini bahwa
perempuan korban kekerasan akan menutupi masalah mereka bila
mendapat pertanyaan langsung dan bernada dakwaan, padahal sebetulnya
mereka sangat berharap seseorang akan bertanya.
 Menciptakan suasana yang menukung dan tidak menuduh. diperlukan
suasana yang mendukung agar korban mau menceritakan masalahnya.
Pertanyaan bahwa tidak seorang pun patut menerima kekerasan dalam
keadaan apa pun akan membantu klien mengemukakan masalahnya.
 Mencurigai kekerasan bila ada memar pada tubuh klien dan perlu
ditanyakan adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga.
 Mempelajari kemungkinan bahwa korban berada dalam keadaan bahaya.
bila ada perlu diupayakan bantuan untuk mengatasinya
 Memberikan pelayanan kesehatan yang memadai termasuk pemberian pil
kontrasepsi darurat ECP dan pengobatan pencegahan terhadap PMS
seperti gonorrhea, sifilis pada kasus perkosaan.
 Membuat status lengkap korban termasuk siapa pelaku tindak kekerasan
hubungannya dengan korban dan riwayat kekerasan.
 Membantu membuat rencan penyelamatan diri
 Menjelaskan bahwa korban berhak untuk diobati mendapat pertolongan
dan perlindungan secara hukum, sesuai dengan persetujuan klien ia dapat
dirujuk kepada lembaga bantuan hukum yang bergerak dalam bidang KtP.
 Meyediakan waktu untuk konsultasi lebih lanjut
 Apabila memungkinkan jangan memberikan obat penenang pada korban
dengan kekerasan rumah tangga . Hal ini dapat membahayakan korban
karena kehilangan kemampuan untuk menduga dan bereaksi cepat bila
diserang lagi oleh pasangannya.
 Merujuk korban kekerasan kepada organisasi atau lembaga swadaya
masyarakat sesuai dengan persetujuannnya supaya mendapat pertolongan
lebih lanjut. Bila belum ada hubungan dengan saran tersebut maka
dikembangkan suatu jaringan dengan kelompok LSM perempuan baik
pemerintah maupun non pemerintah yang menyediakan bantuan bagi
korbnan kekerasan.
 Menyediakan ruangan yang memadai untuk menjaga kerahasiaan di
sarana kesehatan dan memasang poster tentang KtP selain mengangkat
kesadaran mengenai KtP , hal ini dapat membuat korban mau melaporkan
kekerasan yang dialaminya .
2. Tahap-Tahap Penanganan Kasus
a. Anamnesis
Pertanyaan wawancara atau anamnesis dapat dilakukan oleh seorang bidan
untuk memperoleh informasi pengalaman mengalami kekerasan, cara anamnesis
dibawah ini dapat digunakan. Beberapa contoh pertanyaan langsung sebagai
berikut :
 Pada zaman sekarang sudah tidak pantas bahwa seorang perempuan
menjadi korban kekerasan baik fisik psikologis dan seksual dalam
kehidupannya yang kemungkinan akan berakibat pada kesehatan di waktu
yang akan datang. apakah ibu pernah mengalaminya ?
 kadang-kadang bila saya melihat luka seperti ini sering berkaitan dengan
luka pukul oleh seseorang , apakah hal ini juga dialami oleh ibu ?
 apakah pasangan atau bekas pasangan anda penah memukul atau
menyakiti ? apakah suami atau pasangan anda pernah memaksa anda
untuk melakukan hubungan intim ? apakah anda pernah mengalami
perlakuan yang berkaitan dengan masalah seksual pada masa kanak-
kanak ?
Menggunakan format pertanyaan yang digunakan dalam format pencatatan
pasien . Beberapa pertanyaan standar yang dapat dimasukan ke dalam format
pencatatan atau status medic pasien misalnya apakah anada mengalami atau
pernah mengalami kekerasan yang dilakukan pasangan anda ? apakah anda
pernah diperkosda atau dipaksa melakukan hubungan intim ? apakah anda pernah
mengalami kekerasan seksual pada masa kanak-kanak
b. Pengenalan Kasus
Korban KtP tidak selalu mau berterus terang pada kinjungan pertama yang
mungkin disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan
masalahnya kepada orang lain termasuk bidan. dalam keadaan ini bidan
diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan dukungan agar ia mau
membuka diri .
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Meskipun pada zaman sekarang menikah dilandasi dengan rasa cinta.Akan
tetapi tidak dapat dipungkiri kekerasan dalam rumah tangga masih sering terjadi.
Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga bermacam-macam tidak hanya fisik
maupun psikis. Penyebabnya pun seringkali hal-hal yang sepele tetapi menjadi
kompleks dengan berjalannya waktu. Akibat dari kekerasan tersebut pun para korban
kekerasan dalam rumah tangga yang terparah dapat berujung kematian. Meskipun
pemerintah sampai turun tangan dengan mengupayakan pencegahan dengan
mengesahkan UU untuk korban KDRT tetapi tidak cukup membuat jera pelaku KDRT
sehingga angka KDRT di Indonesia masih tinggi. Maka dari itu kehadiran UU PKDRT
membuka jalan bagi terungkapnya kasus KDRT dan upaya perlindungan hak-hak
korban. PP No. 4 tahun 2006 tentang Pemulihan merupakan peraturan pelaksana dari
UU ini, yang diharapkan mempermudah proses implementasi UU sebagaimana yang
tertera dalam mandat UU ini. Sebagai UU yang memfokuskan pada proses penanganan
hukum pidana dan penghukuman dari korban, perlu upaya strategis diluar diri korban
guna mendukung dan memberikan perlindungan bagi korban dalam rangka
mengungkapkan kasus KDRT yang menimpanya.
DAFTAR PUSTAKA

Setiyaningrum, Dr. Erna. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta : CV. Trans Info Media

Komalasari, Renita, dkk. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC

Riyanti. 2018. Buku Ajar Etikolegal dalam Praktik Kebidanan. Malang : Wineka Media

Ristico dan Juliarti. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta : Deepublish

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/kekerasan dalam rumah tangga

https://www.scribd.com/document/321471825/Peran-Bidan-Dalam-Kekerasan-Dalam-
Rumah-Tangga

Anda mungkin juga menyukai