Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PERISTIWA DIFUSI, OSMOSIS, DAN FILTRASI

Dosen Pengampu : Ns. Jasmawati S.Kep., M.Keb

Dibuat Oleh:

Kelompok 2

1. Bela Fitria (P07224221005)


2. Cindi Savitri (P07224221006)
3. Eyuni Amala (P07224221016)
4. Heldha Agustina (P07224221018)
5. Khalisa Hanifah Nurmania (P07224221022)
6. Masruroh (P07224221025)
7. Rina Lois Wellancee (P07224221031)
8. ViviEsther Damayanti Sitorus (P07224221035)
9. Zunnurain Aulia Fatimah (P07224221037)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Kuasa atas
limpahan rahmat, inayah dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat
dipengunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi
pembaca untuk memperdalam ilmu sosial budaya dasar yang terkait peristiwa
difusi,osmosis,dan fitrasi.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman


bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam ilmu ini saat diperlukan.
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh
karena itu, kami meminta untuk membertika masukan bermanfaat sebagai
pembangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki bentuk
maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Samarinda,20 Oktober 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................3
1.4 Manfaat....................................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan..............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6

2.1 Pengertian Difusi dan Peristiwa Difusi......................................................6


2.2 Pengertian Osmosis dan Peristiwa Osmosis..............................................8
2.3 Pengertian Filtrasi dan Peristiwa Filtrasi.................................................10
2.4 Pengertian Patofisiologi...........................................................................11
2.5 Patofisiologi Peristiwa Difusi..................................................................12
2.6 Patofisiologi Peristiwa Osmosis...............................................................16
2.7 Patofisiologi Peristiwa Filtrasi.................................................................20

BAB III PENUTUP.........................................................................................25

3.1 Kesimpulan............................................................................................25
3.2 Saran......................................................................................................28
3.1 Daftar Pustaka.......................................................................................29
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada semua makhluk hidup, dari prokariota hingga organisme
multiseluler yang paling kompleks, melakukan pertukaran zat dengan
lingkungannya pada tingkat seluler. Pertukaran zat tersebut sangat penting
bagi metabolisme sel. Transport yang tersebut dapat berlangsung secara
aktif maupun pasif. Transport secara pasif diantaranya difusi dan osmosis.

Difusi adalah perpindahan molekul-molekul dari hipertonik ke


hipotonik. Hipertonik berarti konsentrasi yang tinggi, sedang hipotonik
berarti konsentrasi yang rendah.
Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui membran semipermeabel
dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi (hipertonik) ke larutan yang
konsentrasi airnya rendah (hipotonik). Osmosis juga sering disebut sebagai
difusi pada organism hidup dimana molekul yang berdifusi harus
menerobos pori-pori mrmbran plasma.Oleh karena itu, untuk lebih
memahami perbedaan antara kedua proses transport pasif di atas, maka
pada praktikum kali ini akan dipelajari bagai mana proses difusi dan
osmosis terjadi, terutama pada tumbuhan, yang dilakukan pada kentang
(Solanumtoberosum).

Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan


melewatkannya pada medium penyaringan, dimana zat padat itu tertahan.
Pada industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari penyaringan
sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Filtrasi tak hanya penting
dalam bidang industry, seperti pada penyaringan limbah yang akan dibuang
ataupun pemisahan suatu kontaminan yang tercampur dalam suatu fluida.
1
Akan tetapi, proses filtrasi juga diperlukan dalam pemurnian air minum
untuk keperluan rumah tangga, ataupun penyaringan debu dari udara
sekitar baik di rumah tangga maupun lokasi kerja. Proses filtrasi ini sangat
dibutuhkan dalam berbagai proses terutama proses industri. Dewasa ini
terdapat berbagai macam jenis filtrasi yang memiliki karakteristik –
karakteristik tersendiri, baik dari segi umpan, tenaga pendorong. medium
filter, dsb. Perbedaan ini sendiri dibuat untuk menyesuaikan alat filter
dengan umpan yang akan difiltrasi dan hasil yang didapat dari gin.
Penggunaan alat filter yang kurang sesuai dengan jenis umpan, proses yang
dibutuhkan, hasil yang diinginkan, maupun media filter yang digunakan,
dapat menyebabkan kurangnya efisiensi pemisahan atau hal tersebut.
Sehingga dalam pemilihan alat tersebut harus benar-benar hati. Meski
demikian, sebagian besar masyarakat terutama yang bergelut dalam bidang
industri belum memahami dengan baik jenis filter yang ada. Oleh karena
itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan mengenai filtrasi dan
jenis filter yang biasa digunakan khususnya dalam bidang industri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peristiwa difusi berlangsung?
2. Bagaimana peristiwa osmosis berlangsung?
3. Bagamana peristiwa filtrasi berlangsung?
4. Bagaimana patofisiologi peristiwa difusi dan cara pencegahannya?
5. Bagaimana patofisiologi peristiwa osmosis dan cara pencegahannya?
6. Bagamana patofisiologi peristiwa filtrasi dan cara pencegahan?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peristiwa difusi berlangsung.
2. Untuk mengetahui peristiwa osmosis berlangsung.
3. Untuk mengetahui peristiwa flitrasi berlangsung.
4. Untuk mengetahui patofisiologi peristiwa difusi dan cara
pencegahannya.
5. Untuk mengetahui patofisiologi peristiwa osmosis dan cara
pencegahannya.
6. Untuk mengetahui patofisiologi peristiwa fitrasi dan cara
pencegahannya.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat diharapkan dalam makalah ini antara lain :

1. Diharapkan menjadi tambahan referensi dan kepustakaan khususnya


tentang pengetahuan mengenai peristiwadifusi, osmosis, dan filtrasi.,
2. Sebagai bahan informasi mengenai patofisiologi peristiwa difusi,
osmosis, dan filtrasi.,
3. Digunakan sebagai masukan mengenai pengetahuan dan tindakan dalam
patofisiologi difusi, osmosis, dan filtrasi

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode


kepustakaan, yaitu dalam pengumpulan data serta bahan-bahannya, penulis
mendapatkannya melalui berbagai referensi dari buku maupun
jurnal.Berdasarkan rangkaian di atas,adapun sistematika dalam makalah ini
sebagai berikut.

3
1.Bagian Pembuka:

a. Halaman Judul
 Judul Makalah
 Nama dosen pengampun
 Logo Kampus
 Nama penulis (Anggota kelompok beserta NIM)
 Nama Jurusan
 Nama Program Studi
 Nama Perguruan Tinggi
 Tahun Ajaran
b. Kata Pengantar
c. Daftar Isi

2.Bagian Isi:

a. Bab 1 Pendahuluan

 Latar Belakang
 Rumusan Masalah
 Tujuan Penulisan
 Manfaat Penulisan
 Sistematika Penulisan

b. Bab 2 Pembahasan
 Pengertian Difusi dan Peristiwa Difusi
 Pengertian Osmosis dan Peristiwa Osmosis
 Pengertian Filtrasi dan Peristiwa Filtrasi
 Patofisiologi Peristiwa Difusi
 Patofisiologi Peristiwa Osmosis
4
 Patofisiologi Peristiwa Filtra

3.Bagian Penutup
 Kesimpulan
 Saran

4.Daftar Pustaka
5

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Definisi Peristiwa Difusi

Difusi adalah perpindahan molekul-molekul dari konsentrasi tinggi ke


konsentrasi rendah baik melalui membrane plasma ataupun tidak. Molekul
dan ion yang terlarut dalam air bergerak secara acak dengan konstan.
Gerakan ini mendorong terjadinya difusi.

Saat manusia menarik napas, alveolus akan mengembang dan oksigen akan
dimasukkan ke dalam paru paru. «Saat manusia menghembuskan napas,
alveolus akan mengempis dan karbon dioksida akan dikeluarkan dari tubuh.
difusi adalah kecendrungan suatu zat {cairan dan gas} untuk berpindah dari
daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah
sampai konsentrasi zat-zat di kedua daerah tersebut seimbang.Difusi adalah
perpindahan molekul-molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
baik melalui membrane plasma ataupun tidak. Molekul dan ion yang
terlarut dalam air bergerak secara acak dengan konstan. Gerakan ini
mendorong terjadinya difusi.

Saat manusia menarik napas, alveolus akan mengembang dan oksigen akan
dimasukkan ke dalam paru paru. Saat manusia menghembuskan napas,
alveolus akan mengempis dan karbon dioksida akan dikeluarkan dari tubuh.
difusi adalah kecendrungan suatu zat {cairan dan gas} untuk berpindah dari
daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah
sampai konsentrasi zat-zat di kedua daerah tersebut seimbang.
6
Contoh – Contoh Peristiwa Difusi
1. Proses respirasi di paru-paru. Karbon dioksida yang dibawa keparu-
paru oleh darah akan berdifusi ke udara untuk kemudian dibuang keluar
tubuh. Sel darah merah kemudian mengikat oksigen yang berifusi dari
udara ke dalam darah.
2. Karbon dioksida dan zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh sel akan
berdifusi keluar dari sel-sel tubuh. Sementara, oksigen, glukosa dan
nutrisi lain yang diperlukan sel akan berdifusi masuk ke dalam sel.
Kedua proses ini i kapiler pembuluh darah.
3. Fotosintesis yang terjadi di daun merupakan salah satu contoh peristiwa
difusi. Fotosintesis bergantung pada difusi gas karbon dioksida dari
udara ke dalam daunmelalui pori-pori kecil yang terdapat pada daun
yang disebut dengan stomata. Setelah berhasil masuk, karbon dioksida
bersama-sama dengan sinar matahari dan air diubah melalui proses
fotosintesis menjadi glukosa dan oksigen.
4. Gas oksigen yang dihasilkan oleh proses fotosintesis juga kemudian
berdifusi ke udara melalui stomata sehingga kita bisa menghirup
oksigen tersebut pada saat bernafas.
5. Ginjal kita berfungsi untuk menyaring zat-zat sisa dan berbahaya dari
dalam darah untuk kemudian dibuang ke luar tubuh. Bagian ginjal yang
berfungsi sebagai penyaring tersebut adalah nefron. Zat-zat yang masih
dapat digunakan oleh tubuh kemudian akan iserap dengan cara
berdifusi ke dalam aliran darah.
6. Ketika aliran darah kita kekurangan kalsium, kelenjar tiroid akan
mensekresikan zat kimia yang dapat merangsang tulang untuk
melepaskan kalsium ke dalam darah.
7

2.2 Definisi Peristiwa Osmosis

Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana


dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang
permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke
tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul
air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin
besar pula tekanan osmosisnya.Ekstraksi osmosis merupakan peristiwa
berpindahnya kadar air dalam sel melalui membran semi permeable dari
keadaan sel yang hipotonis menuju hipertonis, sehingga terjadi plasmolisis
yang menyebabkan terlepasnya sitoplasma dari dinding sel.Fenomena
osmosis dapat dijelaskan dengan ilustrasi suatu sistem yang terdiri dari dua
larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut berbeda yang kemudian
dipisahkan oleh membrane semi permiabel agar tidak saling melarut.
Secara alami zat pelarut akan berpindah dari larutan berkonsentrasi rendah
ke larutan berkonsentrasi tinggi, sehingga konsentrasi tinggi akan semakin
encer.Karena proses ini berlangsung secara alami, untuk dapat
membalikkan proses ini, sistem harus diberi tekanan dari luar untuk dapat
melawan gradien konsentrasi tersebut. Fenomena osmosis tersebut
dirumuskan oleh van hoff mengikuti hubungan berikut

𝜋 = 𝑖𝑀𝑅𝑇

Peristiwa osmosis ini terjadi pada sel. Peristiwa tersebut terjadi pada
perbandingan konsentrasi larutan didalam dan diluar sel. Jika konsnetrasi
larutan di luar sel lebih rendah daripada larutan didalam sel berarti sel berada
dalam larutan hipotonik. Sementara itu jika, jika larutan di luar sel lebih tinggi
daripada larutan didalam sel, berarti sel berada dalam larutan hipertonik.
8

Jika konsentrasi larutan dalam sel lebih tinggi daripada larutan diluar sel
(hipotonik), air akan masuk kedalam sel. Pergerakan air masuk kedalam sel
dinamakan endosmosis. Apabila kepekatan larutan diluar sel lebih tinggi
daripada didalam sel, air akan meninggalkan sel. Pergerakan air keluar tersebut
dinamakan eksosmosis. Jika kepekatan di luar dan di dalam sel sama, jumlah air
yang masuk dan keluar sama.

Ada empat macam keadaan sel akibat peristiwa osmosis, yaitu:

a. Plasmolitis

Plasmolitis adalah lepasnya membran sel dari dinding sel karena sel berada
dilingkungan yang hipertonis. Air di dalam sel akan keluar, sehingga sel
kekurangan air.

b. Turgid

Turgid adalah keadaan sel yang mengembang karena sel berada dilingkungan
yang hipotonis. Air yang berada di luar sel akan masuk kedalam sel sehingga
sel penuh dengan air. Hal ini akan mendorong membran sel melekat ke dinding
sel.

c. Krenasi

Krenasi adalah mengerutnya sel karena sel berada dilingkungan yang


hipertonis, sehingga sel kehilangan air. Krenasi sel terjadi pada sel yang tidak
memiliki dinding sel.

d. Lisis

Lisis adalah pecahnya sel karena sel berada di lingkungan hipotonis. Peristiwa
ini terjadi pada sel yang tidak memiliki dinding sel. Ketika banyak air dari luar
masuk kedalam sel, sel akan mengembang dan kemudia pecah.
9

2.3 Definisi Peristiwa Filtrasi

Filtrasi atau yang disebut juga “difusi secara konvensi” adalah


mekanisme penembusan pasif melalui pori-pori suatu membran. Semua
senyawa yang berukuran cukupkecil dan larut dalam air dapat melewati
kanal membran. Sebagian besar membran (membran seluler epitel usus halus
dan lain-lain) berukuran kecil (4-7 Å) dan hanya dapat dilalui oleh molekul
dengan bobot molekul yang kecil yaitu lebih kecil dari 150 untuk senyawa
yang bulat, atau lebih kecil dari 400 jika molekulnya terdiri atas rantai
panjang (Syukri, 2002).

Filtrasi adalah proses dimana (biasanya pasif) transportasi dipicu


melalui 'push' aliran serta tekanan darah. Ini biasanya terjadi di seluruh sistem
nefron terutama dalam Glomerulous dan Kapsul Bowman dimana air, limbah
nitrogen, glukosa, asam amino, vitamin, mineral, ion bikarbonat dan hormon.
Jumlah besar plasma yang juga datang melalui Glomerulous ini disebabkan
oleh tekanan darah yang sangat tinggi saat ini dalam struktur ini.

Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang
dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi
ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan
besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas
membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik

Filtrasi merupakan gerakan air dan molekul larutan melewati membran


sel sampai tekanan hidrostatis dihasilkan oleh sistem kardiovaskular. Proses
filtrasi ini didasarkan pada pori membran. Jadi, filtrasi dapat terjadi jika ukuran
larutannya sesuai dengan pori membran. Contoh, pori membran kapsul
Bowman yang sangat kecil dan hanya albumin (bagian terkecil dari protein)
yang dapat terfiltrasi. Tujuan dari filtrasi ini yaitu pemisahan dua atau lebih zat
10

2.4 Pengertian Patifisiologi

Patofisiologi atau physiopathology berasal dari dua kata yaitu patologi


dan fisiologi. Patologi adalah disiplin medis yang menggambarkan kondisi
yang biasanya diamati selama keadaan penyakit, sedangkan fisiologi adalah
disiplin biologi yang menjelaskan proses atau mekanisme yang beoperasi dalam
suatu organisme. Patologi menggambarkan kondisi abnormal atau tidak
diinginkan, dimana patofisiologi menjelaskan proses atau mekanisme fisiologis
dimana kondisi tersebut berkembang dan berlanjut. Patofisiologi adalah ilmu
yang mempelajari aspek dinamikdari proses penyakit. Patofisiologi juga disebut
ilmu yang mempelajari proses terjadinya perubahan atau gangguan fungsi tubuh
akibat suatu penyakit. Patofisiologi juga bisa diartikan sebagai perubahan
fungsional yang menyertai penyakit tertentu.

 Patologi : ilmu yang mempelajari tentang penyakit.


 Patologi anatomi ilmu yang mempelajari tentang perubahan morfologi
sel dan jaringan : Patologi bedah, sitopatologi, patologi otopsi.
 Patologi klinis ilmu yang mempelajari tentang perubahan kimia klinis
( reaksi biokimia) sel atau jaringan, mikrobiologi, hematologi,
imunologi, imunohematologi.
 Patofisiologi ilmu yang mempelajari tentang perubahan fisiologi akibat
penyakit.
 Patofisiologi merupakan integratif ilmu anatomi, fisiologi, biologi sel
dan molekuler, genetika, farmologi dan patologi.
 Patofisiologi fokus pada mekanisme penyakit, atau proses dinamik yang
menampakkan tanda ingin dan gejala (symptom)
11

2.5 Patofisiologi peristiwa difusi dan cara pencegahan

A. Patofisiologi

Pertukaran gas terjadi di paru-paru di mana melibatkan dua proses


umum yaitu membawa darah ke jaringan kapiler paru (perfusi) dan membawa
udara ke permukaan alveolus (ventilasi). Difusi dalam cairan pada pertukaran
O2 dan CO2 di jaringan, molekul-molekul dalam suatu gas pada suatu ruangan
bergerak dengan kecepatan seperti kecepatan suara, setiap molekul
bertumbukan sekitar 10 kali/detik dengan molekul sekitarnya. Oksigen sangat
diperlukan untuk proses respirasi sel-sel tubuh, gas karbon dioksida yang
dihasilkan selama proses respirasi sel tubuhakan di tukar dengan oksigen,
selanjutnya darah mengangkut karbon dioksida untukdikembalikan ke alveolus
paru dan akan dikeluarkan ke udara melalui hidung saat mengeluarkan
napas.Pertukaran gas ini juga dapat mengalami masalah salah satunya disebut
dengan gangguan pertukan gas yang dimana kelebihan atau kekurangan
oksigenasi atau eleminasi karbondioksida pada membran alveolus.

Penyebab terjadinya gangguan pertukaran gas antara lain (SDKI DPP PPNI,
2016) :

a. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi

b. Perubahan membran alveolus kapiler.

Pada asma terdapat penyempitan saluran pernafasan yang disebabkan


oleh spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya hipersekresi
yang kental. Penyempitan ini akan menyebabkan gangguan ventilasi
(hipoventilasi), distribusi ventilasi tidak merata dalam sirkulasi darah pulmonal
dan gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Akhirnya akan berkembang menjadi
hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat lanjut.(Nelson & Piercy,

12

2001).

Menurut Wong (2009) Inflamasi berperan dalam peningkatan reaktifitas


jalan napas. Mekanisme yang menyebabkan inflamasi jalan napas cukup
beragam, dan peran setiap mekanisme tersebut bervariasi dan satu anak ke anak
lain serta selama perjalanan penyakit. Faktor-faktor penyebab seperti virus,
bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan
merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga
merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya
akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast
tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang
mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin
dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi
otot polos bronkiolus.

Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan


daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2
terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi.Rendahnya masukan O2 ke
paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
CO2 dalam alveolus atau yang disebutdengan hiperventilasi, yang akan
menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler
hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini
dapat menyebabkan paru-paru tidakdapat memenuhi fungsi primernya dalam
pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan
konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan
akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak
memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan
menimbulkan berbagai manifestasi klinis.

13

GINA menyatakan bahwa intervensi awal untuk menghentikan atau


mengurangi paparan terhadap faktor risiko asma yang menyebabkan
hipereaktivitas saluran nafas dapat membantu meningkatkan control penderita
terhadap penyakit asma (GINA, 2008). Hal ini berarti tindakan pencegahan
terhadap paparan faktor risiko asma dapat membantu meningkatkan taraf
kontrol penyakit asma, atau ekspresi asma menjadi dapat dikendalikan dengan
melakukan tindakan pencegahan tersebut. Namun, hasil penelitian bertentangan
dengan pernyataan GINA ini. Dengan kata lain, tingkat kontrol penyakit asma
dapat turun atau menjadi buruk walaupun tindakan pencegahan terhadap
paparan faktor risiko spesifik telah dilakukan oleh penderita asma. Atau
sebaliknya, tingkat kontrol penyakit asma dapat naik atau menjadi baik
walaupun penderita asma tidak melakukan tindakan pencegahan terhadap
paparan faktor risiko spesifik.

Tingkat kontrol penyakit asma ditentukan berdasarkan indikator dari


masingmasing tingkat kontrol penyakit pada penderita asma terkait manifestasi
klinis penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kontrol penyakit
asma belum teridentifikasi secara jelas. Hasil penelitian yang berlawanan
dengan pernyataan GINA tersebut potensial disebabkan oleh variatifnya
tindakan pencegahan yang dilakukan oleh penderita asma, karena tidak semua
orang melakukan tindakan pencegahan yang direkomendasikan.

Ada beberapa penderita asma yang melakukan tindakan pencegahan


berdasarkan pada pengalamannya selama menderita asma (karena sudah
mengalaminya sejak kecil dan anggota keluarga lain juga ada yang menderita
asma) atau berdasarkan mitos yang ada di masyarakat, dan atau berdasarkan
determinan internal (nilai-nilai yang diyakini), namun tindakan pencegahan ini
tidak termasuk dalam tindakan pencegahan yang direkomendasikan terhadap

14

faktor risiko spesifik, sehingga kesesuaian dan efektivitasnya juga masih


diragukan. Selain itu, tindakan pencegahan dalam penelitian ini tidak
diobservasi, sehingga rentan mengalami bias.

Determinan perilaku yang sangat mempengaruhi perilaku seseorang


ternyata juga menunjukkan dipengaruhi oleh banyak hal, selain karena ada
beberapa faktor risiko asma yang tidak mudah pengaruhnya pada tingkat
kontrol penyakit asma. Kecenderungan seseorang untuk intens melakukan atau
tidak melakukan tindakan pencegahan terhadap paparan faktor risiko asma
tindakan pencegahannya. Walau demikian, setidaknya tindakan pencegahan
yangdilakukan dapat membantu meredakan gejala asma pada saat aktual
penderita asma terpapar oleh factor risiko spesifik yang dipengaruhi oleh
banyak hal, selain karena ada beberapa faktor risiko asma yang tidak mudah
pengaruhnya pada tingkat kontrol penyakit asma.

Kecenderungan seseorang untuk intens melakukan atau tidak melakukan


tindakan pencegahan terhadap paparan faktor risiko asma tindakan
pencegahannya. Walau demikian, setidaknya tindakan pencegahan yang
dilakukan dapat membantu meredakan gejala asma pada saat aktual penderita
asma terpapar oleh factor risiko spesifik.

B. Cara Pencegahan

Upaya-upaya yang dilakukan meliputi mengkonsumsi makanan bergizi,


menghindari kelelahan, faktor lingkungan, memiliki obat antisipasi serangan
mendadak, dan faktor psikologis. Upaya pencegahan yang dilakukan oleh
responden dimulai ketika responden memperoleh informasi atau pengetahuan
tentang penyakit asma, kemudian pasien tersebut menyikapinya. Sikap yang
diberikannya untuk menyakini informasi atau pengetahuan itu sangat berkaitan
dengan tingkat pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Hal tersebut

15

sesuai dengan pendapat Sarwono (2000) bahwa perubahan sikap dan perilaku
individu dimulai dengan tahap identifikasi, kemudian baru menjadi
internalisasi. Pengetahuan yang diperoleh oleh pasien penyakit asma tentang
kekambuhan asma menyebabkan pasien tersebut melakukan pemilihan terhadap
perilaku tertentu. Ketika pasien memiliki pengetahuan yang baik tentang
penyakit asma, yaitu memahami tindakan-tindakan yang baik dalam
pencegahan penyakit asma, maka pasien tersebut akan berperilaku benar dalam
pencegahan penyakit asma, sehingga upaya yang dilakukan dalam pencegahan
asma menjadi baik.

Bagi perokok dianjurkan berhenti merokok. Bagi yang tidak merokok hindari
paparan asap rokok, debu, polusi udara, bau-bauan yang mengiritasi seperti
parfum, obat semprot serangga, deterjen cucian.Jangan memelihara hewan
seperti anjing dan kucing.Gunakan kasur dan bantal sintesis atau jika tidak ada,
gunakan kain penutup yang terbuat dari bahan sintesis.

2.6 Patofisiologi peristiwa osmosis dan cara pencegahan

Diare dalam jumlah banyak, ditandai oleh peningkatan jumlah dan


volum feses, disebabkan oleh peningkatan kandungan air pada feses.
Peningkatan kandungan air ini dapat disebabkan oleh proses osmosis atau
sekretori. Air mungkin tertarik kedalam lumen usus oleh osmosis ketika feses
mengandung molekul aktif secara osmosis. Beberapa pelunak feses dan laksatif
bekerja dengan prinsip ini. Ketika laktosa dalam susu tidak hancur dan
diabrsopsi, molekul laktosa mendesak tarikan osmosis, menyebabkan diare.
Diare yang terkait dengan kolera dan infeksi Escherichia coli desebabkan oleh
peningkatan sekresi air di dalam usus besar dan halus. Lemak makanan
yangtidak terabrsopsi, bebarapa pencahar dan obata lain dan beberapa faktor
lain dapat menyebabkan diare sekretori.Diare dalam jumlah sedikit, ditandai

16

oleh feses yang sedikit tetapi sering, biasanya disebabkan oleh inflamasi
atau penyakit kolon, penyakit yang mempengaruhi mukosa usus seperti, IBD,
menyebabkan diare eksudatif. Inflamasi mukosa menyebabkan plasma, protein
serum, darah, dan mukus terakumulasi di dalam usus, meningkatkan bungkalan
dan kecaran feses.

Peningkatan tingkat dorongan dalam usus dapat juga menurunkan


jumlah air yang secara normal diabsorpsi dari kimus menyebabkan diare. Untuk
alasan ini, laksatif yang dapat meningkatkan motilitas usus dan reseksi atau
bypass usus dapat mengakibatkan diare.Diare terkait antibiotik dapat terjadi
akibat terganggunya flora khusus normal oleh terapi antibiotik. Hilangnya flora
normal dapat mempengaruhi pencernaan makanan, menyebabkan diare, atau
dapat memungkinkan pertumbuhan yang berlebihan dari patogen seperti
Clostridium difficile. (LeMone, Burken, & Bauldoff, 2015).

B. Cara Pencegahan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan


kasus diare yaitu dengan penyehatanlingkungandanpenyuluhanyang dilakukan
disetiapumurbaikbalitasampaidengan lansia
denganmenggunanakanalatsepertiposter,leaflet,lembar
balikpenyuluhandanmemberikan pelatihankepadakaderposyandu.
Sedangakanpenyehatanlingkungandapat dilakukan oleh petugas keslingdengan
memeriksakantinsehatdisekolah, memeriksaairbersihdimasyarakat,penyuluhan
denganpengelolaansampahyang baik dan benarserta
mengawasikepemilikanjamban.

Melalui Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan adalah ilmu social yang mempelajari system dan proses


perubahan individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih

17

Baik sesuai dengan yang diinginkan (Setiana.L. 2005). Pemberian informasi


tentang diare dan penanganan terjadinya diare dilakukan melalui penyuluhan
yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sehingga mampu untuk
mengatasi masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan
di posyandu dan sekolah. Dengan kata lain dengan adanya penyuluhan tersebut
diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari
sasaran (Notoatmodjo, 2010),

Sehingga mengurangi kasus diare. Media yang dapat digunakan dalam


melakukan penyuluhan adalah media seperti poster, leaflet dan lembar balik
penyuluhan hanya saja lembar balik penyuluhan. Kader diharapkan dapat
berperan sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat, penggerak
masyarakat untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan seperti mendatangi
posyandu dan melaksanakan hidup bersih dan sehat.

Disamping itu kader juga berperan sebagai orang yang pertama kali
menemukan jika ada masalah kesehatan didaerahnya dan segera melaporkan ke
tenaga kesehatan setempat. Kader merupakan penghubung antara masyarakat
dengan tenaga kesehatan karena kader selalu berada di tengah-tengah
masyarakat (Kemenkes RI, 2010).

Melalui Penyehatan Lingkungan


Penelitian Kamaruddin menunjukkan bahwa factor lingkungan yaitu
ketersediaan jamban, sumber air bersih,tempat pembuangan sampah dan
hygiene perorangan ada hubungannya dengan kejadian diare (Kamaruddin
2004). Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dinilai
masih rendah. pengelolaan sampah tidak terkelola dengan baik,masyarakat
masih ada yang membuang sampah sembarangan kedrainasesawah dan di
pekarangan

18

rumah. Rendahnya partisipasi masyarakat dikarenakan rendahnya


pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama ini. Masyarakat hanya
sekedar tahu bahwa lingkungan yang kotor dapat menimbulkan penyakit tanpa
mau dan mampu untuk berbuat.

Hal tersebut dikarenakan kurang nya pendekatan yang dilakukan oleh


pemerintah. Pemerintah harus lebih dekat dengan masyarakat dan menanamkan
kesadaran masyarakat bahwa kebersihan itu penting untuk mencegah penularan
penyakit dan keterlibatan masyarakat dalam hal itu sangat dibutuhkan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Friedmann, dalam mengambil keputusan atau
bertindak positif oleh Pemerintah dapat mempengaruhi peningkatan partisipasi
masyarakat dalam suatu kegiatan (Friedmann, 1992).

Kegiatanyang dilakukanoleh tenaga kesehatan dalam hal penyehatan


lingkungan yang harus bekerjasama dengan pemerintah setempat meliputi,
pemeriksaan sanitasi rumah penduduk, pemeriksaan bakteriologis perusahaan
air minum isi ulang, penyuluhan PHBS dan menjalin kerjasama dengan
masyarakat setempat baik itu tokoh adat, agamadan pemuda. Hambatan
dalam kegiatan penyehatan lingkungan adalah rendah nya peran serta
masyarakat untuk ikut bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan.
Masyarakat menganggap bahwa penyakit diare itu tidak terlalu berbahaya
tetapi sebaliknya, karena dapat mengakibatkan kematian. Dalam rangka
menyukseskan pembangunan nasional, khususnyadi bidang kesehatan, bentuk
pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah
sebagai objek tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada
hakikatnya, kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan
bertanggung jawab (Efendi,2009).

C. Cara Mengatasi

19

Penatalaksanaan menggunakan obat-obatan yakni Prednisonedan

pemberian terapi IV.Diare Ringan pemberian cairan oral dengan segera


ditingkatkan dan glukosa oral serta larutan elektrolit Diare Sedang pemberian
obat-obatan tidak spesifik (mis; difenoksilat (lomotil) & loperamit (imodium))
untuk menurunkan motilitas usus.Diare Berat pemberian anti-mikrobial.

2.7 Patofisiologi peristiwa filtrasi dan cara pencegahan.

A. Patofisiologis
Manusia mempunyai sepasang ginjal yang bagian kirinya terletak
sedikit lebih tinggi dibandingkan ginjal kanan Ginjal dibungkus oleh tiga lapis
jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan
kedua adalah adiposa dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapisan
jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal
( Tortora dan Derrickson., 2011).

20

Pada umumnya, ginjal berukuran sekepalan tangan, ginjal memiliki


bentuk seperti kacang polong yang terletak pada retroperitoneal (antara dinding
tubuh dorsal dan peritoneum parietal) di daerah lumbal superior.

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan


komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengeksresi zat
terlarut dan air secara selektif Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring
dari arteri.

Ginjal kanan terdesak oleh hepar dan terletak sedikit lebih rendah dari
ginjal kiri. Ginjal orang dewasa memiliki massa sekitar 150 g (2 ons) dan
dimensi ratarata panjangnya 12 cm, lebar 6 cm, dan tebal 3 cm atau seukuran
sabun besar.

Ginjal akan mengambil zat - zat yang berbahaya dari dari darah. Zat –
zat yang diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan
dikumpulkan dan dialirkan ke ureter.

Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih.


Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan
memungkinkan, maka urin yang ditampung di kandung kemih akan dikeluarkan
lewat uretra (Sherwood., 2011).
Proses pertama dalam pembentukan urine adalah proses filtrasi yaitu
proses perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke kapsula bowman dengan
menembus membrane filtrasi. Membran filtrasi terdiri dari tiga bagian utama
yaitu: sel endothelium glomerulus, membrane basiler, epitel kapsula bowman.

Proses filtrasi ini dimana darah dan zat-zat lainnya di nefron masuk ke
bagian glomerulus dan kapsula Bowman. Proses ini menghasilkan urin primer

21

yang mengadung glukosa, garam-garam, natrium, kalium, asam amino


dan protein

Didalam glomerulus terjadi proses filtrasi sel-sel darah, trombosit dan


protein agar tidak ikut dikeluarkan oleh ginjal. Hasil penyaringan di glomerulus
akan menghasilkan urine primer yang memiliki kandungan elektrolit, kritaloid,
ion Cl, ion HCO3, garam-garam, glukosa, natrium, kalium, dan asam amino.
Setelah terbentuk urine primer maka didalam urine tersebut tidak lagi
mengandung sel-sel darah, plasma darah dan sebagian besar protein karena
sudah mengalami proses filtrasi di glomerulus.

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang


normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik
setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga


stadium yaitu:

a. Stadium 1 (penurunan cadanganginjal)


Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen
(BUN) normal dan penderita asimtomatik.
b. Stadium 2 (insufisiensiginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum
Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai
meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia
danpoliuri.
c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir /uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
22

filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814).

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal


ditandai dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung
lebih dari 3 bulan. PGK ditandai dengan satu atau lebih tanda kerusakan ginjal
yaitu albuminuria, abnormalitas sedimen urin, elektrolit, histologi, struktur
ginjal, ataupun adanya riwayat transplantasi ginjal, juga disertai penurunan laju
filtrasi glomerulus.

Penyebab utama GGK adalah diabetes dan tekanan darah yang tinggi.
Diabetes terjadi apabila kadar gula darah melebihi paras normal, menyebabkan
kerusakan organ-organ vital tubuh seperti jantung dan ginjal, serta pembuluh
darah, syaraf dan mata. Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi, terjadi
apabila tekanan darah pada pembuluh darah meningkat dan jika tidak dikawal,
hipertensi bisa menjadi punca utama kepada serangan jantung, strok dan gagal
ginjal kronik. GGK juga bisa menyebabkan hipertensi.
Pengobatan gagal ginjal dibagi menjadi dua tahap yaitu penanganan
konservatif dan terapi anti ginjal. Penanganan gagal ginjal secara konservatif
terdiri dari tindakan untuk menghambat terjadinya gagal ginjal ,menstabilkan
keadaan pasien,dan mengobati setiap faktor yang reversibel. Sedangkan
penanganan dengan pengganti ginjal dapat dilakukan dialisis interminten atau
transplantasi ginjal yang merupakan cara paling efektif untuk penanganan gagal
ginjal.

23

B. Cara Pencegahan

1. Mengendalikan penyakit diabetes,tekanan darah tinggi dan juga


penyakit jantung dengan baik.
2. Mengurangi makanan yang mengandung garam.
3. Minumlah banyak air setiap harinya.
4. Jangan menahan buang air kecil.
5. Makan makanan yang baik dan bergiz
24

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Difusi adalah perpindahan molekul-molekul dari hipertonik ke
hipotonik. Hipertonik berarti konsentrasi yang tinggi, sedang hipotonik
berarti konsentrasi yang rendah.Osmosis adalah perpindahan molekul
air melalui membran semipermeabel dari larutan yang konsentrasi
airnya tinggi (hipertonik) ke larutan yang konsentrasi airnya rendah
(hipotonik).
Osmosis juga sering disebut sebagai difusi pada organism hidup
dimana molekul yang berdifusi harus menerobos pori-pori mrmbran
plasma.Oleh karena itu, untuk lebih memahami perbedaan antara kedua
proses transport pasif di atas, maka pada praktikum kali ini akan
dipelajari bagai mana proses difusi dan osmosis terjadi, terutama pada
tumbuhan, yang dilakukan pada kentang (Solanumtoberosum).
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida
dengan melewatkannya pada medium penyaringan, dimana zat padat itu
tertahan. Pada industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari
penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Filtrasi tak
hanya penting dalam bidang industry, seperti pada penyaringan limbah
yang akan dibuang ataupun pemisahan suatu kontaminan yang
tercampur dalam suatu fluida. Akan tetapi, proses filtrasi juga
diperlukan dalam pemurnian air minum untuk keperluan rumah tangga,
ataupun penyaringan debu dari udara sekitar baik di rumah tangga
maupun lokasi kerja.

25

Proses filtrasi ini sangat dibutuhkan dalam berbagai proses


terutama proses industri. Dewasa ini terdapat berbagai macam jenis
filtrasi yang memiliki karakteristik – karakteristik tersendiri, baik dari
segi umpan, tenaga pendorong. medium filter, dsb. Perbedaan ini sendiri
dibuat untuk menyesuaikan alat filter dengan umpan yang akan difiltrasi
dan hasil yang didapat dari gin. Penggunaan alat filter yang kurang
sesuai dengan jenis umpan, proses yang dibutuhkan, hasil yang
diinginkan, maupun media filter yang digunakan, dapat menyebabkan
kurangnya efisiensi pemisahan atau hal tersebut. Sehingga dalam
pemilihan alat tersebut harus benar-benar hati. Meski demikian,
sebagian besar masyarakat terutama yang bergelut dalam bidang
industri belummemahami dengan baik jenis filter yang ada. Oleh
karena itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan mengenai
filtrasi dan jenis filter yang biasa digunakan khususnya dalam bidang
industri.
Patologi menggambarkan kondisi abnormal atau tidak diinginkan,
dimana patofisiologi menjelaskan proses atau mekanisme fisiologis
dimana kondisi tersebut berkembang dan berlanjut. Patofisiologi adalah
ilmu yang mempelajari aspek dinamik dari proses penyakit.
Patofisiologi juga disebut ilmu yang mempelajari proses terjadinya
perubahan atau gangguan fungsi tubuh akibat suatu penyakit.
Patofisiologi juga bisa diartikan sebagai perubahan fungsional yang
menyertai penyakit tertentu.

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai
dengan abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari
3 bulan. PGK ditandai dengan satu atau lebih tanda kerusakan ginjal yaitu

26

albuminuria, abnormalitas sedimen urin, elektrolit, histologi, struktur ginjal,


ataupun adanya riwayat transplantasi ginjal, juga disertai penurunan laju filtrasi
glomerulus.

Penyebab utama GGK adalah diabetes dan tekanan darah yang tinggi. Diabetes
terjadi apabila kadar gula darah melebihi paras normal, menyebabkan
kerusakan organ-organ vital tubuh seperti jantung dan ginjal, serta pembuluh
darah, syaraf dan mata. Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi, terjadi
apabila tekanan darah pada pembuluh darah meningkat dan jika tidak dikawal,
hipertensi bisa menjadi punca utama kepada serangan jantung, strok dan gagal
ginjal kronik. GGK juga bisa menyebabkan hipertensi.

Pengobatan gagal ginjal dibagi menjadi dua tahap yaitu penanganan konservatif
dan terapi anti ginjal. Penanganan gagal ginjal secara konservatif terdiri dari
tindakan untuk menghambat terjadinya gagal ginjal ,menstabilkan keadaan
pasien,dan mengobati setiap faktor yang reversibel. Sedangkan penanganan
dengan pengganti ginjal dapat dilakukan dialisis interminten atau transplantasi
ginjal yang merupakan cara paling efektif untuk penanganan gagal ginjal.

Pencegahan penyakit gagal ginjal

1 Mengendalikan penyakit diabetes,tekanan darah tinggi dan juga penyakit


jantung dengan baik
2 Mengurangi makanan yang mengandung garam
3 Minumlah banyak air setiap harinya
4 Jangan menahan buang air kecil
5 Makan makanan yang baik dan bergizi

27
3.2 SARAN

Diharapkan mahasiswa dapat dan mampu menjelaskan bagaimana


peristiwa difusi, osmosi, dan filtrasi. Dan yang dimaksud dengan
patofisiologi dan juga apa saja patofisiologi dalam peristiwa difusi,
osmosis, dan filtrasi.
28

3.3 DAFTAR PUSTAKA

Cut Sriyanti, S. M. (2016). PATOLOGI. Indonesia: KEMENTRIAN


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Hariani, & Ramlah. (2019). Pelaksanaan Program Penanggulangan Diare
Dipuskesmas Matakali. jurnal kesehatan masyarakat ,
http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i.307.
Wiryani, N. C., & Wibawa, I. N. (2007). Pendekatan Diagnostik Dan Terapi
Diare Kronis. ojs.unud.ac.id.

Cut Sriyanti, S. M. (2016). PATOLOGI. Indonesia: KEMENTRIAN


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Hariani, & Ramlah. (2019). Pelaksanaan Program Penanggulangan Diare
Dipuskesmas Matakali. jurnal kesehatan masyarakat ,
http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v5i.307.
Wiryani, N. C., & Wibawa, I. N. (2007). Pendekatan Diagnostik Dan Terapi
Diare Kronis. ojs.unud.ac.id.

Mkes, D. B. (2018). Peristiwa Difusi, Osmosis dan Filtrasi cairan Tubuh.


Akademi Farmasi Mahadhika: https://id.scribd.com.

Titis Nurmalita Dianti,2016. “Pentingnya Mengetahui Faktor Resiko,


Pencegahan Dan Penanganan Gagal Ginjal Kronik". Surabaya:
Universitas Airlangga.
Sitifa Aisara1, Syaiful Azmi, Mefri Yanni. 2017 “Gambaran Klinis Penderita
Penyakit Ginjal Kronik Yang Mengalami Hemodialisis di RSUP
Dr.M.Djamil Padang" Padang: Jurnal Kesehatan.
R. Annisa. 2018. "Anatomi Ginjal" Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai