Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KONSEP KEBIDANAN

SISTEM PENGHARGAAN, SANKSI, DAN PENGEMBANGAN KARIR BIDAN


Tugas ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah Konsep Kebidanan, Dosen pembimbing :
Seni Rahayu, SST, M.Keb

Disusun oleh :

Arum Mutiasari P17324118048


Gita Mustika Fitri P17324118040
Mutiara Putri Horison P17324118016
Riska Melianingtias P17324118053
Syifa Krisna Hasnamuntaz P17324118026
Widayu Salsabilla P17324118010

Tk. I A
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam kesempurnaan
pembuatan makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi melengkapi makalah ini.Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang Sistem Penghargaan, Sanksi, dan Pengembangan Karir
Bidan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Bandung, November 2018

Penyusun,

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... 1

Daftar Isi .............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................3

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penyusunan ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat penulisan .............................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 6

2.1 Sistem Penghargaan berdasarkan Jabatan Fungsional dan non-jabatan ...........6


2.2 Jenis Sanksi ......................................................................................................7
2.3 Sanksi Etik ........................................................................................................8
2.4 Sanksi Hukum ..................................................................................................11
2.5 Konsep Pengembangan Karir Bidan Dalam Berbagai Dimensi ....................... 12
BAB III PENERAPAN SISTEM PENGHARGAAN, SANKSI DAN
PENGEMBANGAN KARIR BIDAN ..............................................................................21
3.1 Penerapan Sistem Penghargaan Bidan.............................................................. 21
3.2 Penerapan Sanksi Bidan ...................................................................................21
3.3 Penerapan Pengembangan Karir Bidan ............................................................ 22

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................23

4.1 Kesimpulan .......................................................................................................23

4.2 Saran .................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang
diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi
untuk didaftarkan (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan
praktik bidan. Sebagai calon bidan, kita perlu mengetahui secara baik detail pekerjaan
kita kedepan. Salah satu hal yang perlu diketahui ialah masalah mengenai sistem
penghargaan bagi bidan.Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam
bentuk imbalan jasa, tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian
kewenangan / hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Oleh karena itu agar tidak terjadi kesalahanuntuk kedepan, maka kita perlu mengetahui
lebih dalam mengenai sistem penghargaan bagi bidan tersebut.
Sanksi merupakan imbalan negatif yang berupa pembebanan atau penderitaan yang
ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar
kode etik dan hak / kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi,karena
kode etik bidan merupakan norma yang berlaku bagi anggota IBI dalam menjalankan
praktek profesinya yang telah disepakati dalam Kongres Nasional IBI.
Karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang jabatan dan
jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri padasuatu organisasi dalam jalur karir
yang telah ditetapkan dalam organisasinya. Pengembangan karier bidan merupakan
kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat
bagi seorang pegawai negeri pada suatu organisasi dalam jalur karier yang telah
ditetapkan dalam organisasi. Pengembangan karier bidan meliputi karier fungsional dan
karier struktur . pada saat ini pengembangan karier bidan secara fungsional telah
disiapkan dengan jabatan fungsional bagi bidan, serta melalui pendidikan berkelanjutan
baik secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan
kemampuan professional bidan dalam melaksanakan fungsinya.Fungsi bidan nantinya
sebagai pelaksana (pendidik, peneliti, bidan koordinator dan bidan penyedia).
Sedangkan karier bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana bidan bertugas

3
apakah di Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan di desa, atau Instansi swasta. Karier tersebut
dapat dicapai oleh bidan di tiap tatanan pelayanan kebidanan/ kesehatan sesuai dengan
tingkat kemampuan, kesempatan dan kebijakan yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sistem penghargaan berdasarkan jabatan fungsional dan non-
jabatan bidan di Indonesia ?
1.2.2 Apa saja sanksi untuk bidan baik sanksi etik atau sanksi hukum ?
1.2.3 Bagaimana konsep pengembangan karir bidan dalam berbagai dimensi?
1.2.4 Bagaimana penerapan sistem penghargaan, sanksi dan pengembangan karir
bidan?

1.3 Tujuan
Tujuan umum dari isi makalah ini adalah untuk membuat mahasiswa mampu
memahami serta menerapkan sistem penghargaan berdasarkan jabatan fungsional dan
non-jabatan, sanksi untuk bidan baik sanksi etik maupun sanksi hukum, dan
pengembangan karir bidan dalam berbagai dimensi. Dengan melakukan studi literatur
dan menyusun makalah tentang konsep teori yang dibahas secara berkelompok serta
mempresentasikannya.

1.4 Manfaat penulisan

1.4.1 Agar pembaca khususnya mahasiswi Kebidanan bias mengetahui hal apa
sajakah yang menjadi hak dan kewajiban dari seorang bidan.
1.4.2 Mengetahui bagaimana bentuk penghargaan dan sanksi untuk seorang bidan.
1.4.3 Untuk mengetahui pengembangan karir bidan dalam berbagai dimensi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Penghargaan berdasarkan Jabatan Fungsional dan Non-Jabatan

Bidan sebagai suatu profesi memiliki hak untuk mendapatkan


penghargaan. Bidan diberi penghargaan dalam rangka meningkatkan motivasi
dan memberi penghargaan kepada bidan atas darma-baktinya dalam melayani
masyarakat. Penghargaan kepada satu orang bidan junior dan satu orang bidan
senior dari tiap provinsi dengan kriteria “Bidan Bintang”.

Penghargaan juga diberikan kepada bidan yang berprestasi (bidan


teladan). Selain itu, bidan juga dapat diberi beasiswa. Bidan sebagai petugas
kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang berhubungan dengan
hukum. Masalah dapat diselesaikan dengan hukum, tetapi belum tentu dapat
diselesaikan berdasarkan prinsip dan nilai etik. Berdasarkan pertimbangan yang ada
seorang bidan berhak :

1. Mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan


profesinya.
2. Bekerja sesuai dengan standar proesi disetiap tingkat/jenjang pelayanan
kesehatan.
3. Menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, kode etik profesi.
4. Mempunyai privasi, menurut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh
pasien, keluarga, maupun profesi lain.
5. Mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan jenjang karier dan jabatan
yang sesuai.
6. Mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan diri, baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
7. Mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

2.1.1. Jabatan Fungsional Bidan


5
Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek,yaitu jabatan struktural dan fungsional.
Jabatan struktural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan
diatur berjenjang dalam suatu organisasi,sedangkan jabatan fungsional adalah
jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Selain fungsi dan perannya yang vital
dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga berorientasi kualitatif.
Seseorang memiliki jabatan fungsional berhak mendapatkan tunjangan
fungsional. Jabatan bidan merupakan jabatan fungsional professional sehingga
berhak mendapat tunjangan fungsional.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural.
Jabatan fungsional sebagai bidan bisa didapat melalui pendidikan berkelanjutan,
baik secara formal maupun nonformal, yang hasil akhirnya akan meningkatkan
kemampuan professional bidan dalam melaksanakan fungsinya sebagai
pelaksana, pendidik, pengelola, dan peneliti. Sedangkan jabatan sturkturalnya
bergantung dimana bidan tersebut bertugas, misalnya di Rumah sakit,
Puskesmas, dan sebagainya. Karir ini dapat dicapai oleh bidan di setiap tatanan
pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan, kesempatan,
dan kebijakan yang ada.

2.2 Jenis Sanksi

Sanksi merupakan imbalan negatif yang berupa pembebanan atau


penderitaan yang ditemukan oleh hokum aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi
bidan yang melanggar kode etik dan hak/ kewajiban bidan yang telah diatur oleh
organisasi profesi, karena kode etik bidan merupakan norma yang berlaku bagi
anggota IBI dalam menjalankan praktik profesinya yang telah di sepakati dalam
Kongres Nasional IBI.

Bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan


yang berlaku maka akan diberikan sanksi sesuai dengan Permankes RI No.
1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan. Dalam

6
organisasi profesi kebidanan terdapat Majelis Pertimbangan Etika Bidan (MPEB)
dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA) yang memiliki tugas :

1. Merencanakan dan melaksakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan


pengurus pusat
2. Melaporkan hasil kegiatan bidang tugasnya secara berkala
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus
pusat
4. Memberi tim teknis sesuai kebutuhan, tugas, dan tanggungjawabnya ditentukan
pengurus.

MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan


berkoordinasi dengan pengurus inti dalam organ-organ IBI tingkat nasional. Majelis
Pertimbangan Etik Bidan (MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA) bertugas
dan berwenang memberikan bimbingan dan pembianaan serta pengawasan etik
profesi bidan, meneliti dan menentukan ada/tidak kesalahan atau kelalaian bidan
dalam memberikan pelayanannya.

2.3 Sanksi Etik

Etik adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang baik / buruk tindakan
manusia. Setiap profesi mutlak mempunyai kode etik yang berupa norma-norma /
petunjuk yang diindahkan oleh setiap angggota profesinya, bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya dan larangan-larangan dalam profesinya.

Macam-macam sanksi etik yaitu :

a. Sanksi teguran
1. Teguran secara lisan

Dengan suatu pendekatan, bidan diberi penjelasan dan motivasi.

2. Teguran secara tertulis

7
1) Ringan

Hanya diberitahukan saja tentang penyimpangan yang telah dilakukan.

2) Sedang

Diberitahu tentang penyimpangan yang telah dilakukan serta diberi


sanksi.

3) Berat

Diberitahukan tentang penyimpanan yang telah dilakukan, dicabut izin


prakteknya, diberhentikan dari pekerjaan.

b. Sanksi moral
Yaitu sanksi yang berasal dari lingkungan kerja ataupun dari masyarakat,
misalnya :
1. Dikucilkan dari teman seprofesinya
2. Dikucilkan dari masyarakat / lingkungan
3. Tidak diterima di profesinya
4. Tidak diterima di masyarakat
c. Sanksi Kepegawaian
1. Bidan Pemerintah
Sanksi diberikan berdasarkan dengan berat ringanya kesalahan, antara lain :
1) Teguran, baik lisan maupun tulisan
2) Tidak naik jabatan
3) Tidak mendapat kan tunjangan
4) Dipindahkan dari pekerjaan / diturunkan jabatannya
5) Diberhentikan dari pekerjaan / diturunkan jabatannya
6) Diberhentikan dari pekerjaan

2. Bidan Swasta
Sanksi juga diberikan berdasarkan berat ringannya kesalahan, antara lain :

8
1) Teguran, baik lisan maupun tertulis
2) Tidak naik jabatan
3) Tidak mendapatkan tunjangan
4) Dipindahkan dari pekerjaan / diturunkan jabatannya
5) Diberhentikan dari pekerjaannya
3. Sanksi yang berhubungan dengan malpraktik
Malpraktek, dari kata mal yang berarti salah dan kata praktek. Malpraktek
yaitu pelaksanaan tindakan yang sesuai / tidak sesuai prosedur. Malpraktek
pada pelayanan kebidanan bias terjadi dikarenakan bidan :
1. Ceroboh
Contoh :
a) Bidan gagal dalam melaksanakan tugas / kewajiban kepada
klien
b) Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak sesuai dengan
standart yang ditetapkan
c) Melaksanakan tindakan yang menciderai klien / klien cidera
karena kegagalan dalam melaksanakan tugasnya.
2. Lupa
Contoh : bidan lupa tidak mengambil tampon pada saat setelah
melaksanakan penjahitan episiotomy sehingga mengakibatkan
terjadinya infeksi pada ibu
3. Gagal mengkomunikasikan
Contoh : bidan tidak melakukan informed concent dalam melakukan
suatu tindakan pada klien

2.4 Sanksi Hukum

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002


tentang Registrasi dan Praktik Bidan, berikut beberapa pasal yang perlu diketahui.
9
Pasal 42 : Bidan yang dengan sengaja:

1. Melakukan praktik kebidanan tanpa mendapat pengetahuan/adaptasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
2. Melakukan praktik kebidanan tanpa izin sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 9.
3. Melakukan praktik kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat 1 dan 2, dipidana sesuai ketentuan Pasal 35
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

Pasal 43 : Pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang tidak melaporkan bidan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan/atau mempekrjakan bidan yang tidak
mempunyai izin praktik, dapat dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan Pasal 35
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

Pasal 44 :

1. Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42,


bidan yang melakukan pelanggaran diatur dalam keputusan ini dapat
dikenakan disiplin berupa teguran lisan, teguran tertulis, sampai dengan
pencabutan izin.
2. Pengambilan tindakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan


menyebutkan beberapa hal berikut.

Pasal 55 :

1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan.

10
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 80 : Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap
ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
Ayat 1 dan 2 dipidana penjara paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling
banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

2.5 Pengembangan Karier Bidan

2.5.1 .Pendidikan Berkelanjutan

2.5.1.1 Pengertian Pendidikan Berkelanjutan

Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan


kemampuanteknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan
kebutuhan pekerjaanatau pelayanan dan standart yang telah ditentukan oleh
konsil melalui pendidikanformal dan non formal. Pengembangan pendidikan
kebidanan seyogyanya dirancangsecara berkesinambungan , berjenjang dan
berlanjut sesuai dengan prinsip belajarseumur hidup (long life education)
bagi bidan yang mengabdi di tengah masyarakat(Yulifah , 2013).

2.5.1.2 Visi dan Misi Pendidikan Berkelanjutan bagi Bidan

a. Visi
Tahun 2010 seluruh bidan telah menerapkan pelayanan yang sesuai
standart praktik bidan internasional dan dasar pendidikan minimal
Diploma III kebidanan.
b. Misi

Misi pendidikan berkelanjutan, mencakup:

1) Mengembangkan pendidikan berkelanjutan berbentuk ”sistem”.


2) Membentuk unit pendidikan bidan di tingkat pusat, provinsi,
daerah,kabupaten, dan cabang.
3) Membentuk tim pelaksana pendidikan berkelanjutan.
11
4) Mengadakan jaringan dan bekerjasama dengan pihak terkait.

2.5.1.3 Tujuan dan Sasaran Pendidikan Berkelanjutan


a. Tujuan Tujuan Umum : Untuk mempertahankan profesionalisme bidan

b. Tujuan Khusus :

1) Pemenuhan standart Organisasi profesi bidan telah menentukan standart


kemampuan bidan yang harus dikuasai melalui pendidikan berkelanjutan.
Bidan yang telah lulus program pendidikan kebidanan tersebut wajib
melakukan registrasi pada organisasi profesi bidan untuk mendapatkan
izin memberi pelayanan kebidanan kapada pasien.

2) Meningkatkan produktivitas kerja Bidan akan dipacu untuk terus


meningkatkan jenjang pendidikan mereka sehingga pengetahuan dan
keterampilan (technical skill) bidan akan lebih berkualitas. Hal ini akan
meningkatkan produktivitas kerja bidan dalam memberi pelayanan pada
klien.

3) Efisiensi Pendidikan bidan yang berkelanjutan akan melahirkan bidan


yang kompeten dibidangnya sehingga meningkatkan efisiensi kerja bidan
dalam memeberi pelayanan yang terbaik bagi klien.

4) Meningkatkan kualitas pelayanan Pendidikan bidan yang berkelanjutan


akan memicu daya saing di kalangan profesi kebidanan agar terus
meningkatkan kulitasnya dalam memberi pelayanan kepada klien.
Pelayanan kebidanan yang berkualitas akan menarik konsumen.

5) Meningkatkan moral melalui pendidikan bidan yang berkelanjutan tidak


hanya pengetahuan dan keterampilan bidan dalam memberi pelayanan
yang menjadi perhatian, tetapi moralitas dan etika seorang bidan juga
ditingkatkan untuk menjamin kualitas bidan yang profesional.

12
6) Meningkatkan karier Peluang peningkatan karier akan semakin besar
seiring peningkatan kualitas pelayanan, performa dan prestasi kerja.
Semua ini ditunjang oleh pendidikan bidan yang berkualitas.

7) Meningkatkan kemampuan konseptual Kemampuan intelektual dan


konseptual bidan dalam menangani kasus pasien akan terasah sehingga
bidan dapat memberi asuhan kebidanan dengan tepat.

8) Meningkatkan keterampilan kepemimpinan (leadership skill) Bidan akan


memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik sebagai seorang manajer,
bidan dibekali keterampilan untuk dapat berhubungan dengan orang lain
(human relation) dan bekerjasama dengan sejawat serta multidisiplin
lainnya guna memberi pelayanan yang berkualitas bagi klien.

9) Imbalan (Kompensasi) Asuhan bidan yang berkualitas akan menarik


konsumen dan meningkatkan penghargaan atas pelayanan yang diberikan

10) Meningkatkan kepuasan konsumen Kepuasan konsumen akan meningkat


seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan kebidanan b. Sasaran
Sasaran dari pendidikan berkelanjutan meliputi :

1) Bidan praktik swasta

2) Bidan berstatus pegawai negeri

3) Tenakes lainnya

4) Kader kesehatan

5) Dukun beranak

6) Masyarakat umum

2.5.1.4. Jenis dan Karakter Pendidikan Berkelanjutan

a. Jenis Pendidikan Berkelanjutan

13
1) Pendidikan Formal Pendidikan Formal dirancang dan
diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan dukungan IBI
adalah Program D III, D IV, S1 dan S2 Kebidanan. Pemerintah
juga menyediakan dana bagi bidan (disektor pemerintah) untuk
tugas belajar ke luar negeri. Disamping itu IBI juga
mengupayakan adanya badan-badan swasta dalam dan luar negeri
untuk program jangka pendek dan kerjasama dengan Universitas
di dalam negeri. Pendidikan berkelanjutan direncanakan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, dengan materi
pendidikan mencakup aspek klinik dan non klinik. Skema
pendidikan berkelanjutan secara formal dapat digambarkan seperti
gambar berikut ini :

2)

Pendidikan Non Formal

Pendidikan Non Formal telah dilaksanakan melalui program


pelatihan, magang, seminar, lokakarya , workshop dan program non
formal lainnya yang merupakan kerjasama antara IBI dan lembaga
lain yang dilaksanakan di berbagai propinsi (Misalnya pelatihan
tentang Asuhan Persalinan Normal/APN ,Cotraception Technology
14
Update /CTU, dll). IBI juga telah mengembangkan suatu program
mentorship dimana bidan senior membimbing bidan junior dalam
konteks profesionalisme kebidanan.

b. Karakteristik Pendidikan Berkelanjutan

Pendidikan berkelanjutan bidan sebagai sistem memiliki karakteristik


sebagai berikut :

1) Komprehensif Sistem pendidikan berkelanjutan harus dapat


mencakup seluruh anggota profesi bidan

2) Berdasarkan analisis kebutuhan Sistem pendidikan berkelanjutan


menyelenggarakan pendidikan yang berhubungan dengan tugas (job
related) dan relevan dengan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan.

3) Sistem pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan yang


berkesinambungan dan berkembang

4) Terkoordinasi secara internal Sistem pendidikan berkelanjutan


bekerjasama dengan institusi pendidikan dalam memanfaaatkan
berbagai sumber daya dan mengelola berbagai program pendidikan
berkelanjutan.

5) Berkaitan dengan sistem lainnya

Sistem pendidikan berkelanjutan memiliki tiga (3) aspek subsistem yang


merupakan bagian dari sistem-sistem yang lain di luar sistem pendidikan
yang berkelanjutan. Ketiga aspek tersebut adalah :

a) Perencanaan tenaga kesehatan (health manpower planning)


Perencanaan dapat dilakukan dengan membuat pemetaan (mapping)
dari tenaga bidan yang ada untuk secara bergantian menempuh
pendidikan berkelanjutan.

15
b) Produksi tenaga kesehatan (health manpower production)
Pendidikan berkelanjutan bagi bidan merupakan salah satu sarana
untuk mencetak bidan bidan yang andal, berkualitas dan mem[unyai
etika moral yang baik, sehingga dapat memberikan pelayanan yang
memenuhi standar nasional maupun internasional.

c) Manajemen tenaga kesehatan (health manpower management)


Manajemen tenaga kesehatan bidan salah satunya dilakukan dengan
mengatur bidan sesuai dengan fungi dan strukturnya. Managemen
ketenagakerjaan didassrkan atas pendidikan tertinggi yang
diperoleh oleh bidan, sehinga dapat dipetakan bidan sebagai
pelaksana, pengelola, koordinator, manajerial dan sebagainya.

2.5.2 Prinsip pengembangan karier bidan

Berikut beberapa yang menjadi prinsip pengembangan bidan

1. Pendidikan lanjut

Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan


kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai
dengan kebutuhan / pelayanan dan standar yang telah ditentukan oleh hasil
melalui pendidikan formal dan non formal.pengembangan pendidikan
kebidanan seyogyanya dirancang secara berkesinambungan, berjenjang dan
berkelanjutan sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang
mengabdi ditengah-tengah masyarakat. Tujuan pendidikan berkelanjutan
adalah untuk mempertahankan profesionalisme bidan, baik melalui
pendidikan formal yang telah dirancang dan diselenggrakan oleh
pemerintah. dan swasta dengan dukungan IBI adalah program D III,dan D
IV Bidan Pendidik.

2. Job fungsional

Job fungsional merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas,


kewajiban, hak serta wewenang pegawai negeri sipil yang dalam
16
melaksanakan tugasnya diperlukan keahlian tertentu serta kenaikan
pangkatnya menggunakan angka kredit. Adapun jenis jabatan dibidang
kesehatan adalah dokter, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker, farmasi dan
lain-lain. Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu jabatan structural dan
jabatan fungsional. Jabatan structural adalah jabatan yang secara jelas
tertera dalam sturktur dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi,
sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai
dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan Negara.

2.5.3 Prinsip pengembangan karier bidan dikaitkan dengan peran, fungsi, dan tanggung
jawab bidan.
1. Sebagai pelaksana
Bidan melaksanakan tugas mandiri, kolaborasi/kerjasama dan ketergantungan
2. Sebagai pengelola
Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan
untuk individu,keluarga, kelompok,dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan klien /masyarakat.berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan
program kesehatan dan sector lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan
kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang
berada bawah bimbingan dalam wilayah kerja.

3. Sebagai pendidik

Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada individu keluarga,


kelompok dan masyarakat tentang penaggulangan masalah kesehatan
khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait, kesehatan ibu anak dan
kb.Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan seta membina dukun
di wilayah atau tempat kerjanya.
4. Sebagai peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik
secara mandiri maupun kelompok.adapun tanggung jawab bidan sebagai
berikut:
17
a. Memberikan konseling kepada: remaja putri, pra nikah, pra hamil,ibu
bersalin, ibu nifas, klimakterium, dan menopause.

b. Memberikan pelayan kebidanan nomal, antara lain:ibu hamil, ibu


bersalin, ibu nifas,pemriksaan fisik.
c. Memberikan pelayan kebidanan abnormal;
· Pada ibu hamil;abortus imminens, hyperemesis tk. I, pre
eklampsi,anemia.
· Pada persalinan:letak sungsang, KPD tanpa infeksi, HPP, laserasi,
dystosia.
d. Memberikan pelayanan kebidanan kepada anak:intranatal,hyportemi,
kontak dini,ASI eksklusif, perwatan tali pusar,resusitasi pada asfiksia,
pengobatan penyakit ringan.
e. Memberikan pelayanan KB
Penaganan efek samping,pembddrtian alkon,suntik pil, AKBP, tanpa
penyulit.
5. Tanggung jawab bidan
a. Tanggung jawab bidan terhadap perundang-undangan
b. Tanggung jawab bidan terhadap pengembangan kompetensi
c. Tanggung jawab bidan terhadap penyimpanan catatan kebidanan
d. Tanggung jawab bidan terhadap keluarga yang dilayani
e Tanggung jawab bidan terhadap profesi
f. Tanggung jawab bidan terhadap masyarakat

18
BAB III

PENERAPAN SISTEM PENGHARGAAN, SANKSI DAN PENGEMBANGAN


KARIR BIDAN

3.1 Penerapan Sistem Penghargaan Bidan


Penghargaan adalah sesuatu yang diberikan dalam rangka meningkatkan
motivasi dan memberi penghargaan kepada bidan atas darma-baktinya dalam
melayani masyarakat. Di Indonesia juga banyak bidan-bidan berprestasi yang
mengabdikan dirinya dengan hati yang tulus membantu masyarakat mewujudkan
Indonesia Sehat. Salah satunya bidan inspiratif yaitu bidan Nasheha, beliau menjadi
salah satu dari 28 orang bidan yang mendapat predikat bidan teladan nasional
karena ia telah mengabdikan ilmu kebidanannya di kampung Sidoharjo, kab.tulang
bawang sejak tahun 1998. Sehingga ia layak mendapat penghargaan tersebut.

3.2 Sanksi Bidan


Sanksi Bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB
sementara, atau bisa juga berupa denda. Penyimpangan yang dilakukan oleh
bidanmisalnya: Bidan melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh
dilakukanoleh bidan karena termasuk tindakan kriminal. Bidan tidak melakukan
rujukanpada ibu yang mengalami persalinan premature,bidan ingin melakukan
persalinan ini sendiri. Ini jelas tidak boleh dilakukan,dan harus dirujuk. Karena ini
sudahbukan kewenangan bidan lagi,selain itu jika dilakukan oleh bidan
itusendiri,persalinan akan membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya. Di
Indonesia masih terdapat bidan-bidan yang melakukan penyimpangan dalam
prakteknya seperti kasus kepala dan tangan bayi putus ketika dibantu persalinannya
oleh 2 orang bidan. Kasus ini terjadi di puskesmas Bunging, Kabupaten Pinrang,
Sulawesi Selatan. Kedua bidan tersebut dikenai sanksi kode etik atas kasus
kelahiran bayi dengan kepala dan tangan terpisah.

3.3 Pengembangan Karir Bidan

19
Seorang wanita lulusan SMA melanjutkan pendidikannya ke kebidanan mengambil
prodi D3 Kebidanan sebagai bidan pelaksana kemudian melanjutkan lagi ke jenjang
yang lebih tinggi yaitu D4 untuk mengambil program profesi setelah itu bekerja di
sebuah puskesmas daerah kemudian ia kuliah kembali mengambil prodi S2 setelah
itu ia menjadi bidan pendidik karena ia menjadi dosen di salah satu institusi
kesehatan, ia juga melaksanakan pendidikan berkelanjutan yaitu dengan melakukan
penelitian.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bidan diberi penghargaan dalam rangka meningkatkan motivasi dan memberi


penghargaan kepada bidan atas darma-baktinya dalam melayani masyarakat. Sistem
penghargaan diberikan kepada bidan yang memenuhi kriteria namun bidan juga
akan mendapatkan sanksi jika melanggar atau melakukan suatu kesalahan.
Disdalam sanksi yang diberikan terdapat sanksi etik dan sanksi hukum, adapun
peraturan – peraturan yang telah disebutkan diatas sebagai suatu hal yang pasti
untuk dijalankan.
Pengembangan karir bidan adalah perjalanan pekejerjaan seseorang dalam
organisasi sejak di terima dan berkahir pada saat tidak lagi bekerja di organisasi
terebut. Adapun bagian-bagian dari polengembangan karir bidan diantaran nya :
 Pola pengembangan pendidikan bidan
 Pendidikan berkelanjutan
 Pendidikan berkelanjutan sebagai system
 Pelaksanaan pendidikan berkelanjutan
 Sumber daya pendidikan berkelanjutan
 Tenaga kerja organisasi pendidikan berkelanjutan

4.2 Saran

Dalam makalah ini disampakan tentang sistem penghargaan berdasarkan


jabatan fungsional dan non jabatan, sanksi hukum dan sanksi etik serta
pengembangan karier bidan dalam berbagai dimensi. Diharapkan mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami serta penerapan penerapan yang ada dalam
makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Soepardan, Suryani. (2005). Konsep kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Purwandari, Atik. (2006) .Konsep kebidanan:Sejarah dan profesionalisme. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Pusdiknakes. (1996). Konsep Kebidanan Depkes RI.

Poltekkes Kemenkes Surakarta. (2018). Modul mata kuliah konsep kebidanan. Surakarta

Wibowo. (2010). Prinsip Pengembangan Karir Bidan. Banjarmasin

Rahmawati, Titik. (2012). Dasar-dasar kebidanan. Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai