Anda di halaman 1dari 11

AGUSTAMI 311118039

RIFKA DWI 311118040


WINNY SUNDARI 311118041
IKLIMA DEVI N 311118042
ELSA NUR FADILAH 311118043
SABRINA DARMAWAN 311118044
ELSA SHALSABILLA 311118045
HEVNY LORENTA 311118046
HESTI VEBIANTI 311118047

Kelompok 5
Pengertian bidan entrepreneur
Ketika seorang bidan mengambil suatu langkah di tengah
orang-orang lain saling berlomba memperebutkan
kesempatan kerja yang sangat sempit, ia justru berpikir
melakukan suatu usaha yang dapat menghasilkan secara
ekonomi dan memberi peluang kerja bagi sesamanya, ia
dapat dikatakan sebagai seorang Entrepreneur.
Bidan Yesie Aprilia
Yesie Aprillia adalah seorang bidan, dosen, dan pelatih gentle birth
di Indonesia. Ia memiliki sebuah klinik yaitu Klinik Bidan Kita, yang
melayani proses melahirkan menggunakan prinsip perawatan ibu dan bayi serta
gentle birth. Ia juga merupakan pendiri Keluarga Gentle Birth—sebuah komunitas
untuk mendukung dan memberdayakan wanita. Selain menjadi dosen paruh
waktu, Yesie juga dosen tamu di beberapa universitas di Indonesia. Selain
menjadi dosen, Yesie juga seorang bidan.

Sebagai seorang bidan, yang melayani ibu hamil dan persalinan, Yesie mempunyai
program gentle birth balance yaitu sebuah kelas yang dirancang untuk membantu
memberdayakan dan mempersiapkan ibu dan ayah menjelang persalinan. Yesie
juga seorang doula yang bersertifikat DONA International dan Loving Mothers.
Yesie juga seorang trainer, facilitator, dan coaching di bidang hypnobirthing dan
gentle birth untuk semua sejak 2007. Ia sudah melatih lebih dari 2.000 bidan dan
dokter. Yesie juga salah seorang yang memperkenalkan gentle birth di Indonesia.
Melalui beberapa media sosial yang dibuatnya, seperti Gentle Birth untuk Semua dan
Keluarga Gentle Birth, Yesie membantu masyarakat untuk lebih memahami
pentingnya persalinan yang nyaman dengan sedikit trauma untuk ibu, bayi, dan
keluarga.

Selain itu, Yesie juga seorang yogini dan gentle prenatal yoga trainer yang telah

melatih banyak bidan dan dokter di Indonesia. Kecakapan lain yang dimiliki Yesie

yaitu sebagai fertility massage practitioner, sound healing practitioner, dan

homeopath practitioner.
Bidan Wiwik
Sejak kecil, Wiwik Mutmainah sudah bercita-cita ingin menjadi bidan. Pesona pada ahli  persalinan itu
muncul saat seorang bidan membantu persalinan ibunya. Karena itu, bidan teladan yang lahir di
Bandung, 2 April 1944 dan telah menggeluti dunia persalinan sejak 1965 ini sudah nekad ingin jadi
bidan di usianya yang masih belia. "Saking inginnya, ketika saya berusia 15 tahun, saya sudah
mendaftarkan diri jadi bidan, sayangnya saya ditolak," kata Wiwik dalam workshop 4 bidan luar biasa
di Amerika.

Penolakan itu ternyata tidak membuat Wiwik menyerah. Tahun 1965, setelah diterima di sekolah
 bidan, Wiwik untuk pertama kalinya ditempatkan untuk jadi bidan di Lampung. "Hanya dua tahun di
Lampung, tahun 1967 saya dipindahtugaskan ke jakarta, tepatnya Puskesmas Kemayoran. Saat itu,
saya sudah menjadi bidan teladan pertama di Indonesia," katanya. Kasus per kasus diikutinya dengan
cermat. "Sampai suatu saat, saya melihat seorang bidan yang melakukan operasi persalinan. Ketika
itu, bidan yang membantu sepertinya tidak tahu mengenai  prosedur persalinan yang benar," jelasnya.
"Saya lihat, bidan itu memasukkan tangannya ke organ intim calon ibu tanpa ia tahu kondisi  pasien
yang sedang kontraksi. Padahal, hal itu harus dilakukan hati-hati untuk mencegah  pendarahan.
Ketika itu, ibu mengalami pendarahan hebat dan akhirnya meninggal di meja operasi,"
tuturnya. Sejak saat itu, Wiwik mulai berpikir apakah ada yang salah dalam pemberian
materi di sekolah kebidanan dan bagaimana cara ia menyampaikan hal yang benar
bagi bidan lainnya. "Saya akui kalau alat (phantom) yang biasa digunakan untuk
model wanita yang akan melahirkan kurang baik. Masa alatnya terlihat seperti sudah
kontraksi, padahal kan ibu yang mau melahirkan tidak langsung terbuka
'vagina'nya,"ujarnya.

Ciptakan alat phantom akhirnya, Wiwik memutuskan untuk mencari sebuah alat yang
mirip dengan panggul wanita,  plasenta ang disebut phantom. "Sulit mencarinya,
setiap saya pelatihan di daerah tidak pernah ketemu. Sampai saya menemukannya di
Jakarta. Tapi orang yang mau membuatkan alat peraga tersebut bilang,  biayanya
hingga ratusan juta,"ungkapnya.
Sejak itu saya berpikir untuk membuat sendiri. Awalnya juga tidak mudah, karena apa pun lem yang
saya gunakan, lepas. Tapi setelah coba-coba saya berpikir untuk menjahitnya. "Jadilah alat yang
bagus sehingga mahasiswi bisa dengan mudah melihat perbedaan alat yang dahulu digunakan dengan
yang saya buat," katanya. Saking bagusnya, alat itu kini sudah diperjualbelikan di dalam dan luar
negeri. Di Indonesia, alat tersebut pasti ada di sekolah kebidanan. Wiwik kini tidak lagi praktik sebagai
bidan, tapi telah mendedikasikan dirinya sebagai master trainer pada Jaringan Nasional Pelatihan
Kesehatan (JNPK). Selain aktif mengajar dan membantu penelitian di Universitas Indonesia, Wiwik
juga diangkat sebagai pelatih nasional untuk Kementerian Kesehatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai