ASUHAN KEPERAWATAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
OLEH :
Kelompok 7
ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan KDRT” ini dengan lancar.
Sholawat serta salam tak lupa kami curahkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam yang penuh rahmat ini.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Inne
Yelisni, S.Kep.,Ns.,M.Kep pada Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan KDRT bagi
para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Inne Yelisni, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku
dosen Mata Kuliah Keperawatan Psikiatri. yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Namun, terlepas dari itu semua kami
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari sisi materi maupun penulisannya. Kami dengan rendah hati dan tangan terbuka
menerima berbagai masukkan maupun saran yang bersifat membangun serta memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat ataupun
menginspirasi untuk para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan KDRT?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian KDRT
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Dalam Pasal 1 ayat 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004
tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga menyatakan bahwa:“Kekerasan
dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga”. Menurut Arif Gositabahwa (1993, dalam Pradipta, 2013:34) yang dimaksud
dengan KDRT adalah berbagai macam tindakan yang menimbulkan penderitaan mental,
fisik, dan sosial para anggota keluarga oleh sesama anggota keluarga (anak/ menantu, ibu/
istri, dan ayah/ suami).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka penulis mendefinisikan KDRT adalah
perilaku menyimpang yang menyebabkan penderitaan dan cedera baik dalam bentuk
fisik, psikologis, penelantaran rumah tangga atau 8 ancaman yang dilakukan oleh anggota
keluarga terhadap anggota keluarga yang lain.
2.2 Etiologi
Menurut Setyawan (2019), beberapa penyebab terjadinya KDRT diantaranya
kekeliruan memahami ajaran agama dalam kesetaraan laki-laki dan perempuan,
menyebabkan banyak yang menganggap laki-laki sebagai kepala keluarga harus menjadi
yang utama dalam berbagai hal sehingga laki-laki bisa menguasai perempuan. Adanya
anggapan masyarakat tentang istri yang harus bergantung pada suami terlebih dalam
bidang ekonomi juga bisa memicu terjadinya konflik hingga kekerasan. Selain itu,
penyebab yang lebih sering terjadi sekarang ini, yaitu pernikahan usia muda atau
pernikahan dini (Nasution, 2016). Selain itu, menurut Miharja (2019), frustasi dan citra
diri rendah juga menjadi salah satu penyebab KDRT.
2.5 Penatalaksanaan
Sejatinya pemerintah bertanggung jawab dalam upaya pencegahan KDRT. Hak
mendapat perlindungan individu dan keluarga dijamin oleh negara sebagaimana isi
penjelasan Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Makna sesungguhnya Penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga dalam undang-undang ini adalah mencegah segala bentuk
kekerasan dalam rumah tangga (tujuan preventif), melindungi korban kekerasan dalam
rumah tangga (tujuan protektif), menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga (tujuan
represif), dan memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera (tujuan
konsolidatif) yang merupakan perwujudan prinsip persamaan hak dan penghargaan
terhadap martabat manusia (Ridwan, 2009).
Upaya pencegahan KDRT merupakan kewajiban bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Hal ini terkait dengan terjadinya KDRT di ranah privat, sehingga Pemerintah
tidak dapat begitu saja masuk dan memantau rumah tangga tersebut secara langsung.
Sehingga dibutuhkan keterlibatan masyarakat dalam memantau dan mencegah terjadinya
KDRT di lingkungannya. Kewajiban masyarakat ini diakomodir dalam Pasal 14 dan Pasal
15 UU PKDRT. Bahkan dalam Pasal 15 dirinci mengenai kewajiban “setiap orang yang
mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib
melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya untuk :
a) Mencegah berlangsungnya tindak pidana;
b) Memberikan perlindungan kepada korban;
c) Memberikan pertolongan darurat; dan
d) Membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan (Estu, 2008).
Adapun pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam upaya penatalaksanaan KDRT,
yaitu :
5
1. Pendekatan individu, yaitu dengan cara menambah pemahaman agama.
2. Pendekatan sosial, melingkupi pendekatan partisipasi masyarakat dalam melaporkan
kejadian dan waspada setiap tindakan kekerasan pada perempuan.
3. Pendekatan medis, untuk memberikan pelayanan dan perawatan baik secara fisik atau
kejiwaan.
4. Pendekatan hukum, tentunya yang bertanggung jawab masalah ini adalah pemerintah
untuk selalu mencari, menanggapi secara sigap terhadap setiap laporan atau
penemuan kasus kekerasan dan kejahatan serta menghukumnya dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
2.6 Pencegahan
Adapun pencegahannya yang dapat dilakukan untuk menghindari KDRT :
1. Pencegahan primer : dengan cara memberikan penguatan pada individu dan keluarga
dengan membangun koping yang efektif dalam menghadapi stres dan menyelesaikan
masalah tanpa menggunakan kekerasan.
2. Pencegahan sekunder : dengan cara mengidentifikasi keluarga dengan resiko
kekerasan, penelataran, atau eksploitasi terhadap anggota keluarga, serta melakukan
deteksi dini terhadap keluarga yang mulai menggunakan kekerasan.
3. Pencegahan tersier : dilakukan dengan cara menghentikan tindak kekerasan yang
terjadi, bekerja sama dengan badan hukum yang berwenang untuk menangani kasus
kekerasan.
4. Menyelenggarakan pendidikan orangtua untuk dapat menerapkan cara mendidik dan
memperlakukan anak-anaknya secara humanis.
5. Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga untuk secepatnya
melaporkan ke pihak lain yang diyakini sanggup memberikan pertolongan, jika
sewaktu-waktu terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
6. Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan yang mengundang
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
7. Membangun kesadaran kepada semua anggota keluarga untuk takut kepada akibat
yang ditimbulkan dari kekerasan dalam rumah tangga.
8. Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yang
harmonis, damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku
kekerasan dalam rumah tangga.
6
9. Mendidik, mengasuh, dan memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelamin, kondisi,
dan potensinya.
10. Menunjukkan rasa empati dan rasa peduli terhadap siapapun yang terkena kekerasan
dalam rumah tangga, tanpa sedikitpun melemparkan kesalahan terhadap korban
kekerasan dalam rumah tangga.
11. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlak yang baik juga berpegang teguh pada
agamanya masing-masing, sehingga kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi.
12. Harus adanya komunikasi yang baik antar suami dan juga istri agar tercipta sebuah
rumah tangga yang rukun, harmonis.
13. Seorang istri mampu mengkoordinir berapa pun keuangan yang ada dalam keluarga,
sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan keluarga yang
minim, sehingga kekurangan ekonomi yang minim dapat teratasi.
Isolasi Sosial
Ansietas
7
Setelah viralnya kasus tersebut, hingga berujung pelaporan membuat netizen geram.
Ada beberapa fakta kronologi dari peristiwa tersebut, dihimpun JawaPos.com dari
berbagai sumber, Sabtu (15/7).
1) Suami Chat Perempuan Lain
Berawal dari Tiara Maharani yang memergoki sebuah pesan percakapan
antara Budyanto Jauhari dengan perempuan lain. Dari dasar kecemburuan tersebut
akhirnya penganiayaan terjadi, karena Budyanto Jauhari merasa tidak terima
dipergoki Budyanto Jauhari sebagai pelaku penganiayaan tersulut emosi hingga
secara terus-menerus memukuli korban yang sudah tidak berdaya, hingga mengalami
luka. Pelaku sempat menyeret korban dari halaman hingga ke dalam rumah, dan
disaksikan oleh warga.
2) Orang Tua Korban Dipukul
Berawal dari ibu korban mendengar suara pintu terbuka, lalu mencoba
mendatangi kamar sang anak dan melihat pelaku bersama korban. Ibu korban kaget
karena melihat kondisi sang anak yang sudah penuh dengan luka di bagian hidung.
Ibu korban sempat melerai namun ikut terkena pukul oleh pelaku di bagian kepala.
Melihat kejadian itu korban sempat kabur melalui jendela dan meminta bantuan
warga, namun dikejar oleh pelaku dan tersulut emosi hingga penganiayaan terus
terjadi.
3) Suami Tidak Ditahan
Terlepas dari kasus rumah tangga, penganiayaan atau KDRT tidak dapat
dibenarkan dengan hal apapun. Dari kasus tersebut, akhirnya Budyanto Jauhari
berhasil ditangkap oleh pengurus lingkungan setempat lalu diserahkan ke pihak polisi.
Penganiyaan tersebut dilaporkan pihak keluarga korban dengan nomor surat
TBL/B/1396/VII/2023/SPKT Polres Tangsel/Polda Metro Jaya. Namun yang
membuat netizen geram juga pihak keluarga, pelaku tidak ditahan dengan alasan
tindak pidana ringan.
Kasus KDRT tersebut dinilai tidak menimbulkan luka cukup berat atau bahkan
menyebabkan meninggal. Sehingga pelaku hanya dijerat Pasal 44 ayat 4 undang-
undang nomor 23 Tahun 2004 tentang pengahapusan KDRT dan menunggu hasil
visum.
8
4) Pernah Terjerat Kasus Lain
Pada keterangan akun Twitter milik @Mazzini_gsp, setelah mengulik kasus
penganiayaan yang dilakukan Budyanto Jauhari terhadap istrinya, diketahui pada
2022 lalu pernah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus narkoba.
Jejak digital dari kasus Budyanto Jauhari alias Kokoh AD. Djau Bie Than
terlihat diberbagai media, namun dinyatakan bebas setelah mendapat hukuman
penjara selama tujuh bulan atas putusan PN Tangerang dengan nomor
1744/PID.SUS/2021/PNTNG.
Dari kasus Narkoba itupun juga ditemui beberapa kejanggalan sebelum pelaku
dibebaskan. Bermula dari barang bukti yang disampikan pihak Polres Metro
Tangerang sejumlah 2.342 butir, namun pada putusan pengadilan hanya ada 43 kapsul
racikan.
Keanehan juga terjadi pada putusan vonis yang hanya sampai tujuh bulan dan
dinilai terlalu rendah, namun tidak ada tindakan banding dari jaksa penuntut umum.
5) Hotman Paris Bertindak
Sebelumnya netizen ramai-ramai di sosial media men-tag akun Hotman Paris
dengan dalih meminta bantuan untuk menuntaskan kasus penganiayaan yang dialami
Tiara Maharani. Akhirnya pengacara kondang Indonesia itu pun melalui timnya
menghubungi Mazzini dan merespon kasus tersebut.
Di kutip dari sumber yang berbeda yaitu Tribun Banten.Com Kini, ibu hamil korban
KDRT suaminya itu mengalami trauma berat. Korban mengaku masih pegal serta
merasakan sakit pada rahang.
Beruntung, kondisi kandungan TM masih baik.Hal itu disampaikan oleh
Kepala unit pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A)
Tangerang Selatan, Tri Purwanto.
Tri menjelaskan, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan psikologi terhadap
korban."Hasilnya sudah kami sampaikan ke pihak keluarga dan warga sekitar. Untuk
kondisi terkini memang luka lebam dan luka bekas pukulan sudah berangsur
membaik," kata Tri, Senin (17/7/2023) di lokasi kediaman korban.
"Untuk psikologisnya sendiri. Nah ini, memang korban berubah-ubah artinya ada
traumatik mendalam yang dirasakan korban," kata Tri.
Tri mengatakan, korban saat ini tidak mau ditemui oleh yang tidak kenal.
"Karena takut bertemu pria selain yang dikenal korban dan dipercaya korban,"
sambungnya. Pihaknya pun akan fokus9 memberikan bantuan psikologis pada korban.
Selain itu, Tri menegaskan selain bantuan psikis, pihaknya bertekad mengawal kasus
tersebut.
"Pendampingan hukum pasti kami beri. Bagaimana dan strategi apa yang harus di
ambil dalam kasus tersebut," tutup Tri.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.P
Tanggal Pengakajian : 17 juli 2023
Umur : 21 tahun
RM No :-
Informan : Disaksikan oleh warga da keluarga klien.
2. ALASAN MASUK RS :-
3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya X Tidak
b. Pengobatan sebelumnya.
Berhasil Kurang berhasil Tidak berhasil
Aniaya Sexual
Tindakan kriminal
11
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
X Ya Tidak
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan pada seseorang terutama pada
perempuan dalam bentuk penganiayaan fisik, emosional, seksual pada anak, pengabaian
anak dan lansia yang berakibat timbulnya kesengsaraan, kekerasan dalam lingkup rumah
tangga. Yang ditandai dengan hubungan antar anggota keluarga yang diwarnai dengan
penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan. Kekerasan dalam rumah tangga
terjadi karena adanya beberapa factor yaitu factor individual, sosio budaya, ekonomi dan
religi. Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa kekerasan fisik, psikologis, seksual
dan penelantaran rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga bisa berdampak pada
korban seperti sakit fisik, cacat mental, merasa ketakutan, menurunkan seksualitas,
keterlambatan dalam belajar, merasa tidak dihargai, depresi dan bisa berakibat kematian.
4.2 Saran
Mengingat tindak kekerasan merupakan masalah yang multifaktor dan kompleks,
maka penanganan masalah tindak kekerasan termasuk terhadap korban dan keluarganya
harus dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Perawat perlu memahami
secara luas dan mendalam tentang landasan teoritis dan faktor yang mempengaruhi
perilaku kekerasan serta dampak psikososial yang dialami korban. Pemahaman tersebut
menjadi dasar kompetensi perawat untuk dapat memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang profesional dalam penanggulangan perilaku tindak kekerasan dan
dampaknya terhadap kesehatan dan kesejahteraan individu korban maupun keluarganya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Afifa, Nur., et.al. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan KDRT. Diakses pada tanggal 12
Oktober 2021.
Burhan Bungin, (2008). Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
ilmu social lainnya, Jakarta : Kencana
Dep. Kes. RI. Profil Kesehatan Reproduksi Indonesia 2009. Jakarta: Dep.Kes. RI
Santy, Riza. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Korban KDRT (Kekerasan Dalam Rumah
Tangga). https://id.scribd.com/presentation/445791973/Asuhan-Keperawatan-
Pada Korban-KDRT-Kekerasan-Dalam-ppt. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defnisi dan
TindakanKeperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
16