Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGARUH PERUNDUNGAN TERHADAP KESEHATAN MENTAL SESEORANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Disusun Oleh :

Almira Zahra Mauliadini (220151610786)


Aneira Revaline Simanjuntak (220542705619)
Dominique Renata Wiendra Putri (220811603802)
Fitra Aulia Rizkinanda Sitaba (220151605496)

Dosen Pengampu :
Nurul Ratnawati, S.Pd, M.Pd

MATA KULIAH UNIVERSITAS PENDIDIKAN PANCASILA


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan judul “Pengaruh Perundungan Terhadap Kesehatan
Mental Seseorang dan Kajiannya dari Sudut Pandang Pancasila”. Tanpa berkat dan kemudahan
dari-Nya, tentu kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikannya dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, tentu kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Karena itu, kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih, khususnya kepada ibu dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila, Ibu Nurul Rahmawati, S.Pd, M.Pd yang telah
membimbing kami serta teman-teman sekalian yang telah membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini. Tidak lupa, kami juga berterima kasih kepada diri kami sendiri yang telah berusaha
semaksimal mungkin sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Tugas makalah yang kami kerjakan ini tentu bukanlah suatu karya yang sempurna. Oleh
karena itu, kami sebagai penulis memohon kritik dan saran yang membangun agar di kemudian
hari, kami dapat menjadi lebih baik lagi dalam menyusunnya. Semoga tugas berupa makalah ini
dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi kami sebagai penulis dan juga bagi para pembaca
sekalian. Terima kasih.

Malang, 17 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Perundungan .............................................................................................. 6
2.2 Contoh Kasus Perundungan yang Menyebabkan Gangguan Kesehatan Jiwa .................. 8
2.3 Faktor Penyebab Kasus Perundungan yang mengakibatkan bunuh diri ........................10
2.4 Dampak dan Akibat Penyebaran Informasi Kasus Bunuh Diri ......................................11
2.5 Intervensi dan Solusi Pengaruh Perundungan Terhadap Kesehatan Mental Seseorang ..12
BAB III .....................................................................................................................................16
PENUTUP .................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita mendambakan keadaan yang aman, nyaman, dan
damai, sesuai dengan tujuan dari Pancasila. Sebagai manusia juga, tentu setiap orang
mengharapkan dan mendambakan kesehatannya, baik itu secara fisik maupun jiwa. Sebagian besar
orang hanya berfokus kepada kesehatan fisik, yang mana fisik atau tubuh tersebut dalam keadaan
sehat dan bugar, dapat mencegah penyakit yang hendak menyerang sehingga manusia tetap dapat
melaksanakan kegiatan dan aktivitasnya sehari-hari dengan baik. Namun, seringkali manusia
kurang memperhatikan dan cenderung menyepelekan kesehatan jiwa atau belakangan ini lebih
sering dikenal dengan sebutan kesehatan mental. Kesehatan mental ini dianggap sepele dan tabu di
kalangan masyarakat Indonesia, hal ini dikarenakan kesehatan mental dianggap memalukan bagi
keluarga, bahkan terdapat stigma yang tertanam pada masyarakat Indonesia bahwa orang dengan
gangguan kesehatan jiwa/mental seringkali dijuluki sebagai “orang gila” dimana mereka cenderung
untuk dijauhi dan ditolak di dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena hal inilah masyarakat
Indonesia masih kurang peduli akan pentingnya kesehatan jiwa/mental.
Tetapi, pada kenyataannya kesehatan mental memiliki ‘posisi’ yang sama pentingnya
dengan kesehatan fisik. Menurut WHO, kesehatan mental adalah kesejahteraan yang
memungkinkan individu mencapai potensinya, mengatasi tekanan hidup yang normal, bekerja
secara produktif dan bermanfaat, dan berkontribusi pada komunitasnya. Kesehatan mental ini juga
berkaitan dengan kesejahteraan kognitif, perilaku, serta emosional. Apabila kesehatan jiwa atau
mental ini terganggu, maka akan mempengaruhi keadaan fisiologis dimana kesehatan fisik atau
tubuh akan menurun. Di Indonesia, kesehatan jiwa ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2014. UU tersebut dibuat untuk menjamin setiap orang memiliki kualitas hidup yang baik,
menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, serta hal lain yang dapat
mengganggu kesehatan jiwa. Selain itu UU ini juga menjelaskan cara untuk mewujudkan kesehatan
jiwa yang optimal bagi semua orang adalah melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Namun, walaupun hal yang menjamin mengenai kesehatan jiwa setiap individu tersebut
telah diatur dalam undang-undang, masih terdapat berbagai permasalahan sosial yang dapat
menyebabkan kesehatan jiwa seseorang terganggu, salah satunya adalah perundungan. Kasus
perundungan ini tidak hanya terjadi sekali-dua kali di Indonesia, melainkan sudah banyak kasus
tersebut yang terjadi. Pada tahun 2022, KPAI mencatat terdapat 226 kasus perundungan dengan
kekerasan fisik dan mental yang terjadi di lingkungan sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi perundungan?
2. Bagaimana contoh kasus perundungan yang menyebabkan gangguan kesehatan mental?
3. Apa saja faktor penyebab kasus perundungan yang mengakibatkan bunuh diri?
4. Apa saja dampak dan akibat penyebaran informasi kasus bunuh diri?
5. Bagaimana intervensi dan solusi pengaruh perundungan terhadap kesehatan mental
seseorang.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahui definisi perundungan?
2. Dapat mengetahui contoh kasus perundungan yang menyebabkan gangguan kesehatan mental
3. Dapat mengetahui berbagai faktor penyebab kasus perundungan yang mengakibatkan bunuh
diri
4. Dapat mengetahui dampak dan akibat penyebaran informasi kasus bunuh diri
5. Dapat mengetahui intervensi dan solusi pengaruh perundungan terhadap kesehatan mental
seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perundungan


Secara garis besar, perundungan dapat dikatakan sebagai bagian dari kekerasan dan
diskriminasi yang mana setiap warga, khususnya anak yang ada di Indonesia memiliki hak
perlindungan atas hal tersebut. Komitmen perlakuan dan perlindungan terhadap hak atas
anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, perundungan
atau yang biasa dikenal dengan istilah bullying merupakan segala bentuk penindasan atau
kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang
lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan
secara terus menerus. Definisi dari perundungan ini tidak hanya satu, melainkan terdapat
beberapa definisi lain, terutama dalam konteks lain seperti di rumah, tempat kerja,
masyarakat, media massa, atau bahkan sekolah. Bullying atau perundungan yang terjadi ini
dapat berupa perundungan secara fisik, verbal, atau bahkan keduanya. Secara lebih
terperinci, perundungan ini dapat dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu:
● Kontak fisik langsung, yang dapat berupa tindakan memukul, mendorong,
menjambak, menendang, mencubit, mencakar, bahkan memeras dan merusak
barang milik orang lain.
● Kontak verbal langsung, merupakan tindakan mengancam, mempermalukan,
merendahkan, mengganggu, memberikan nama julukan, menyebarkan gosip,
memaki, dan lain sebagainya.
● Perilaku non-verbal langsung, merupakan tindakan melihat dengan sinus,
menjulurkan lidah, mengejek, menampilkan ekspresi wajah yang merendahkan.
Biasanya perilaku non-verbal ini disertai perundungan fisik atau verbal.
● Perilaku non-verbal tidak langsung, dapat berupa tindakan mendiamkan
seseorang, memanipulasi hubungan pertemanan hingga retak, dengan sengaja
mengucilkan atau mengabaikan orang lain, dan berbagai tindakan lain.
● Cyber bullying, merupakan tindakan yang ditujukan kepada seseorang secara
sengaja melalui teknologi digital dengan tujuan menghina, memaki,
mempermalukan, dan mengancam.
● Pelecehan seksual, tindakan merendahkan atau menghina dengan menyerang
tubuh dan/atau fungsi reproduksi seseorang. Pelecehan seksual ini dapat
dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik maupun verbal.
Dalam kesehariannya, perundungan ini terjadi bukan tanpa sebab, melainkan terdapat
beberapa faktor yang melatarbelakangi penyebab terjadinya perundungan ini. Menurut
Ariesto (2009), dalam Zakiyah et al (2017), faktor penyebab terjadinya perundungan antara
lain:
a. Keluarga
Pelaku perundungan berasal dari keluarga yang bermasalah, misalnya orang tua
yang sering menghukum secara berlebihan, situasi rumah yang penuh stress dan
permusuhan, dan lain sebagainya. Seseorang, khususnya anak mempelajari
perilaku tersebut dengan mengamati konflik yang terjadi pada orang tua dan
kemudian melakukannya kepada temannya.
b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan perundungan ini, akibatnya anak
yang melakukan perundungan akan mendapatkan penguatan atas tindakannya.
Perundungan ini dapat berkembang dengan cepat di lingkungan sekolah karena
seringkali pelaku bullying diberikan hukuman yang tidak membangun sehingga
tidak mengembangkan tenggang rasa antar sesama.
c. Faktor Kelompok Sebaya
Ketika berinteraksi dengan teman sebayanya, seseorang - terlebih anak-anak -
cenderung memiliki dorongan untuk melakukan bullying/perundungan. Beberapa
dari mereka melakukan perundungan untuk membuktikan bahwa mereka bisa
masuk ke dalam kelompok tertentu walaupun sebenarnya tidak nyaman dalam
melakukannya.
d. Kondisi Lingkungan Sosial
Salah kondisi lingkungan sosial yang juga merupakan masalah sosial yang dapat
menyebabkan seseorang melakukan perundungan adalah kemiskinan. Orang yang
hidup dalam kemiskinan cenderung akan melakukan segala hal untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin sering terjadi
perundungan berupa pemalakan.
e. Tayangan Televisi dan Media Cetak
Seseorang, terkhususnya anak-anak akan mencontoh apa yang mereka lihat untuk
dipraktekannya. Apa yang ditayangkan dalam televisi ataupun ditampilkan dalam
media cetak dapat membentuk perilaku perundungan. Oleh karena apa yang
ditampilkan tersebut, seseorang cenderung untuk meniru, baik itu meniru geraknya,
maupun perkataannya.

2.2 Contoh Kasus Perundungan yang Menyebabkan Gangguan Kesehatan Jiwa


Belum lama ini, media massa digemparkan oleh berita seorang pemuda yang bunuh
diri dengan meninggalkan sebuah pesan di Google Drive. Kisah ini merupakan salah satu
kasus perundungan yang menyebabkan gangguan kesehatan jiwa, bahkan hingga
meninggal dunia. Sebelum mengakhiri hidupnya, pemuda yang berinisial V tersebut
meninggalkan pesan yang berupa tiga lembar surat tulisan tangan dan satu folder Google
Drive yang berisikan empat folder. Keempat folder tersebut berjudul Prolog, ACT 1, ACT
2, dan Epilog. Bagian prolog berisikan peringatan bahwa tulisannya tersebut dapat
menimbulkan perasaan yang tidak mengenakkan bagi beberapa orang yang memiliki
gangguan kesehatan mental. Sementara itu, bagian epilog berisikan karyanya selama hidup
yang berupa foto, skenario, dan sebagainya.
Secara garis besar, kisah yang diceritakan oleh korban ini melalui file google drive
yang dibuatnya, penyebab dirinya memutuskan untuk mengakhiri nyawanya tidak hanya
karena perundungan yang dialaminya saja, melainkan terdapat berbagai latar belakang lain
yang menyebabkan kesehatan mentalnya terganggu, hingga memiliki dorongan untuk
mengakhiri hidupnya, bahkan sampai benar-benar memutuskan demikian. Pada ACT 1,
korban menceritakan kisah hidupnya dimana ia merupakan seorang yatim piatu sejak kecil,
menyebut dirinya pembuat masalah sejak kecil, dan tinggal terpisah dan tidak berhubungan
secara intens dengan keluarga besarnya.
Kemudian, ia juga menceritakan kisah mengenai teman kuliahnya dan bagaimana
akhirnya ia terpisah dengan temannya tersebut, bahkan meninggalkan perkuliahan yang
dijalaninya. Salah satu hal yang membuat ia menjauh adalah stigma yang dimilikinya, serta
kesehatan mentalnya. Pada kisah yang ditulisnya ini juga diceritakan bahwa ia memiliki
‘keunikan’ yakni V, yang merupakan seorang laki-laki, memilih untuk berpenampilan
secara feminim. Karena keunikannya itulah, ia mendapatkan banyak hujatan dari teman-
temannya, bahkan hingga dijauhi oleh teman-temannya dan kehilangan ‘tempat’ untuk
berbagi. Ia sempat mengalami fase terang dalam kehidupannya, yaitu saat dimana ia
bekerja di suatu tempat yang menerima dirinya dengan segala keunikan yang dimilikinya.
Namun, saat pandemi, V mengalami masalah keuangan yang berakibat pada keuangannya.
Tidak hanya sampai masalah keuangan, ia juga mengalami berbagai masalah lain
berupa kabar sedih yang datang dari kerabat terdekatnya. Mulai dari sahabatnya yang
meninggal, hingga kakeknya yang meninggal dunia pula. Masalahnya ini memburuk ketika
ia terlibat pinjaman online. Ia enggan untuk meminta tolong karena menurutnya, ia terlalu
sering membuat orang lain sedih, sehingga ia bekerja lebih keras, tetapi tetap tidak mampu
untuk menyelesaikan masalahnya tersebut.
Pada ACT 2, korban yang menulis surat pada google drive tersebut meminta
bantuan untuk melunasi hutangnya, terlebih kepada bapak kos dan biaya kuliah dengan
cara menggalang dana. Tetapi ia meminta untuk mengabaikan hutang pinjaman online-nya
karena secara hukum akan terhapus bila dirinya meninggal dunia. Dalam bagian ini pula,
V mengucapkan maaf karena menurutnya, ia sering menjadi sumber masalah semasa hidup
serta menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang berperan dalam
kehidupannya. Korban juga menitipkan pesan agar siapa pun yang membaca suratnya
tersebut dapat lebih tanggap akan kesehatan mental diri sendiri dan orang di sekitarnya.
Dalam kisah yang ditulisnya pula, korban menyatakan bahwa ia sadar bahwa ada beberapa
momen yang mana ia merasa kecewa karena orang lain tidak dapat memahaminya.
Berdasarkan pemaparan secara rinci dari kasus ini, dapat disimpulkan garis besar
bahwa penyebab dari korban V ini mengalami gangguan kesehatan jiwa yang
mengakibatkan pada keputusan untuk mengakhiri hidupnya tidaklah hanya satu. Namun,
salah satu faktornya adalah perundungan yang mengakibatkan korban merasa sendiri.
Karena perasaan kesendiriannya ini, korban cenderung memendam semua masalahnya
seorang diri yang lama kelamaan masalah tersebut bersifat kumulatif dalam dirinya dan
‘menekan’ dirinya sehingga korban merasa stress dan memiliki dorongan untuk
mengakhiri hidup, bahkan benar-benar melakukannya.

2.3 Faktor Penyebab Kasus Perundungan yang mengakibatkan bunuh diri


Ada banyak hal yang menjadi penyebab yang mengakibatkan korban melakukan
kasus bunuh diri tersebut. Hal ini bahkan dilampirkan di surat wasiat bunuh diri yang
simpan di platform google drive yang ditinggalkannya. Penyebab dirinya mengakhiri hidup
nya diceritakan oleh korban melalui google drive yang bisa dibilang telah disiapkannya.
Masalah utama korban adalah kesehatan mental yang terganggu yang diakibatkan dari
berbagai hal yang terjadi di kehidupan korban.
Bermula dari kondisi keluarga dimana dia adalah yatim piatu yang tinggal
berpindah-pindah dirumah kerabat nya, dan ia menyebut dirinya sebagai pembuat masalah
sejak kecil. Kemudian dia menceritakan bagaimana ia bertemu teman-teman perkuliahan
dan terpisah dengan mereka karena meninggalkan bangku perkuliahan. Hal yang membuat
dirinya menjauh adalah stigma yang dimilikinya serta kesehatan mental.
Lalu perundungan yang korban dapatkan dikarenakan tampil berbeda atau memiliki
suatu keunikan yaitu seorang laki-laki yang tampil feminim. Oleh karena itu ia
mendapatkan perlakuan buruk seperti hujatan atau perkataan-perkataan yang menyakiti,
dijauhi oleh teman-temannya, sehingga kehilangan tempat untuk berbagi. Ia juga
menceritakan bahwa dirinya sering terkena panic attack membuat nya kehilangan
kemampuan bergerak. Korban sempat menemukan titik terang dalam hidupnya saat dia
bekerja disuatu penginapan dimana dia diterima dengan segala keunikan yang ia miliki,
namun karena pandemi tempat tersebut mengalami kesulitan keuangan yang berimbas
kepada keuangan korban.
Masalah kunjung datang, kali ini datang dari orang-orang terdekat korban, dia
menerima kabar bahwa sahabat nya meninggal karena sakit. Kemudian berikutnya
Kakeknya meninggal. Masalah yang ia alami memburuk karena terlibat pinjaman online,
ia bercerita bahwa dirinya tidak ingin menyulitkan orang lain karena terlalu sering
membuat orang lain sedih, sehingga dia bekerja untuk membantu membayar masalah
keuangannya tersebut.
Dalam surat wasiat ini bisa disimpulkan penyebab korban melakukan aksi bunuh
diri, merasa bersalah karena terus menyebabkan masalah ia juga berulang kali
mengucapkan terimakasih. Kemudian dia menyampaikan pesan kepada pembaca untuk
lebih tanggap kepada kesehatan mental diri sendiri maupun orang-orang sekitar. Korban
juga bercerita atas kekecewaannya terhadap orang lain karena tidak bisa memahami nya.
Tekanan terhadap dirinya yang menimbulkan stress dan ia memilih untuk memendam nya
menimbulkan dorongan yang berujung mengakhiri hidupnya, Tetapi adakalanya korban
yang menjauh dari support system nya tersebut, ia tidak mau orang lain mengalami hal
serupa, Namun disayangkan korban lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya.

2.4 Dampak dan Akibat Penyebaran Informasi Kasus Bunuh Diri


Terdapat beberapa faktor yang dapat membuat seseorang memutuskan untuk
mengakhiri nyawanya sendiri, Salah satunya terinspirasi metode orang lain yang dibagikan
media massa secara detail. Media sosial sangat berpengaruh pada tindakan bunuh diri,
Terutama bagi korban yang dalam kondisi rentan atau depresi, yang mendapatkan cyber
bullying.
Pemberitaan bunuh diri yang masih dilakukan wartawan media massa hingga kini
justru memberikan informasi tentang tindakan bunuh diri yang keliru dan dapat
membahayakan kesehatan jiwa pembacanya. Informasi detail terkait bunuh diri ini justru
dapat mempengaruhi kelompok masyarakat yang berada dalam keadaan rentan misalnya
orang yang memiliki gejala depresi dan kesehatan mental yang terganggu. Mereka dapat
berpikir bahwa mereka merasa 'sejalan' dengan apa yang diinformasikan, lalu ada dorongan
untuk mengakhiri hidupnya yang semakin intens.
Hal ini juga memperkuat pernyataan Raphael Cohen Almagor dalam bukunya yang
berjudul Speech, media, and Ethics ,bahwa penyebaran media tentang berita bunuh diri
sangat bermasalah karena berkaitan dengan masalah emosional yang melibatkan hilangnya
nyawa manusia. Berita bunuh diri juga dapat mengganggu privasi individu dan
berkontribusi pada rasa trauma, ketakutan, dan syok terhadap keluarga dan orang terdekat
korban. Hal ini juga memungkinkan juga menular dan dapat mempengaruhi keadaan
pikiran orang yang tergolong secara emosional (Almagor,2001:105).

2.5 Intervensi dan Solusi Pengaruh Perundungan Terhadap Kesehatan Mental


Seseorang
A. Pemerintah
Pemerintah dalam hal perundungan ini Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
serta Teknologi (Kemdikbud Ristek) selalu berupaya melakukan pencegahan bullying atau
perundungan di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi. Hal tersebut dilakukan terus
menerus lantaran maraknya kasus bullying yang terjadi. Oleh karena itu, Pemerintah
mengajak semua masyarakat untuk mencegah sedini mungkin perundungan yang terjadi di
sekolah maupun di perguruan tinggi. Pemerintah juga dapat melakukan berbagai hal untuk
mengatasi perundungan terhadap kesehatan mental seseorang yaitu dengan cara :
1. Mendorong kerja sama antar instansi dengan lembaga guna mengatasi
perundungan. Pemerintah dapat mendorong kerja sama antara tempat kerja,
lembaga pendidikan serta lembaga kesehatan agar mengatasi perundungan secara
holistik dan terpadu.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kasus perundungan dan dampaknya
terhadap kesehatan mental seseorang. Pemerintah dapat membuat program
kampanye nasional guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
perundungan serta solusi mengatasi dampak negatifnya terhadap kesehatan mental.
3. Memberikan pelatihan kepada pendidik, pegawai, dan semua anggota masyarakat
tentang cara mengenali serta mencegah adanya perundungan. Pelatihan ini dapat
membantu mereka agar lebih peka terhadap ciri-ciri adanya perundungan, serta
memberikan strategi untuk mencegah serta mengatasi perundungan.
4. Membentuk kelompok dukungan untuk korban perundungan. Kelompok ini dapat
membantu mengatasi trauma dan memberikan dukungan emosional yang
dibutuhkan yang terjadi pada korban yang mengalami perundungan.
5. Menetapkan regulasi dan kebijakan yang tegas. Pemerintah dapat membuat
kebijakan dan regulasi yang tegas terhadap perundungan di lingkungan sekolah,
perguruan tinggi dan tempat kerja serta memberikan sanksi yang tegas bagi pelaku
yang melakukan perundungan.
6. Memberikan dukungan serta layanan kesehatan mental yang terjangkau dan mudah
di akses. Pemerintah dapat memperluas jaringan pusat layanan kesehatan mental di
seluruh wilayah, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Sehingga masyarakat dapat
dengan mudah mengakses layanan kesehatan yang sangat berkualitas.

Di dalam mengatasi pengaruh perundungan terhadap kondisi mental seseorang


pemerintah wajib memperhatikan kepentingan dan kebutuhan semua orang yang terlibat
pada kasus itu termasuk korban, keluarga mereka serta masyarakat secara keseluruhan.
Dengan adanya upaya ini, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif perundungan
yang terjadi terhadap kesehatan mental seseorang.

B. Masyarakat
Masyarakat juga memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi pengaruh
perundungan terhadap kesehatan mental seseorang. Ada beberapa solusi yang dapat
dilakukan masyarakat yaitu :
1. Mendorong dan mendukung kebijakan yang tegas dari Pemerintah
perundungan. Masyarakat dapat mendukung dan mendorong kebijakan yang
tegas dari Pemerintah terhadap perundungan di sekolah, tempat kerja serta
masyarakat umum.
2. Mengadakan program pelatihan atau seminar yang materinya tentang
perundungan dan cara mengatasi dampak negatifnya terhadap kesehatan
mental. Masyarakat dapat mengadakan program pelatihan atau seminar
sehingga dapat membantu meningkatkan kesadaran pemahaman di lingkungan
sekitar.
3. Meningkatkan kesadaran dan edukasi. Masyarakat bisa membantu
mengedukasi dan meningkatkan kesadaran tentang perundungan di sekolah
sekitarnya, termasuk di tempat kerja, sekolah dan masyarakat umum.
4. Mendukung korban perundungan. Masyarakat dapat memberikan dukungan
moral dan emosional kepada korban perundungan sehingga mereka merasa
didengar, dihargai serta didukung.
5. Menjalin hubungan baik serta saling menghargai antar anggota masyarakat.
Masyarakat dapat membantu membangun hubungan yang positif dan saling
menghargai di antara anggota masyarakat, sehingga dapat mencegah timbulnya
kasus perundungan.
6. Membantu mencegah perundungan. Masyarakat dapat membantu mencegah
adanya perundungan dengan cara mengamati lingkungan sekitar serta
melaporkan jika melihat adanya tanda-tandanya tindakan perundungan.

Di dalam mengatasi pengaruh perundungan terhadap kesehatan mental seseorang,


kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangatlah penting. Degan saling mendukung
satu sama lain diharapkan dapat mengurangi dampak negatif perundungan terhadap
kesehatan mental.

C. Mahasiswa
Sebagai Mahasiswa dalam mengatasi pengaruh perundungan terhadap kesehatan
mental, peran mahasiswa sangat penting. Dengan terlibat dan membangun kesadaran serta
melakukan tindakan yang positif diharapkan mampu membantu mengurangi dampak
negatif perundungan terhadap kesehatan mental seseorang. Adapun beberapa solusi yang
dapat dilakukan untuk mengatasi pengaruh perundungan terhadap kesehatan mental yaitu,
1. Meningkatkan kesadaran serta edukasi terhadap perundungan. Mahasiswa dapat
mengedukasi diri dan lingkungan di sekitar tentang perundungan serta dampaknya
pada kesehatan mental.
2. Menghindari terlibat di dalam tindakan perundungan. Mahasiswa dapat
menghindari tindakan perundungan serta menjaga sikap yang positif dan
menghargai sesama manusia.
3. Memberikan dukungan moral kepada korban yang terkena perundungan. Jika
mengetahui ada teman yang menjadi korban perundungan, maka mahasiswa dapat
memberikan dukungan moral serta membantu korban melaporkan perundungan
dan menawarkan bantuan guna menyelesaikan masalah.
4. Membangun komunitas yang inklusif dan ramah. Sehingga dapat mencegah
terjadinya perundungan.
5. Mengadakan kampanye atau program sosial guna meningkatkan kesadaran serta
pemahaman di kalangan mahasiswa dan lingkungan sekitar.
6. Mendorong dan mendukung kebijakan dan regulasi yang tegas di dalam kasus
perundungan. Mahasiswa dapat mendorong serta mendukung kebijakan dan
regulasi yang tegas terhadap perundungan di lingkungan kampus dan masyarakat
umum.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bullying ialah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan
sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap
orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Bullying
atau perundungan yang terjadi ini dapat berupa perundungan secara fisik, verbal, atau
bahkan keduanya.
Baru - baru ini, media massa digemparkan oleh berita seorang pemuda yang
bunuh diri dengan meninggalkan sebuah pesan di Google Drive. Kisah ini merupakan
salah satu kasus perundungan yang menyebabkan gangguan kesehatan jiwa, bahkan
hingga meninggal dunia. Sebelum mengakhiri hidupnya, pemuda yang berinisial V
tersebut meninggalkan pesan yang berupa tiga lembar surat tulisan tangan dan satu folder
Google Drive yang berisikan empat folder yang berisikan peringatan bahwa tulisannya
tersebut dapat menimbulkan perasaan yang tidak mengenakkan bagi beberapa orang yang
memiliki gangguan kesehatan mental.
Penyebab dari kasus bunuh diri ini ialah bahkan terlampirkan di surat wasiat
bunuh diri yang simpan di platform google drive yang ditinggalkannya.
Berita bunuh diri masih sering dilakukan wartawan media massa hingga kini justru
memberikan informasi tentang tindakan bunuh diri yang keliru dan dapat membahayakan
kesehatan jiwa pembacanya. Informasi detail terkait bunuh diri ini justru dapat
mempengaruhi kelompok masyarakat yang berada dalam keadaan rentan misalnya orang
yang memiliki gejala depresi dan kesehatan mental yang terganggu.
Kemudian untuk mengatasi kasus - kasus seperti ini tentunya memerlukan
intervensi dan solusi dari berbagai orang. Yang dimaksud disini ialah pemerintah,
masyarakat, dan mahasiswa tentunya memiliki peran yang sangat penting dalam
memberikan solusi terhadap kasus ini untuk membantu mengatasi dan mengurangi tingkat
kasus bunuh diri di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Jogloabang. (2019). UU 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.


https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-18-2014-kesehatan-jiwa
KPP-PA. 2016. Bullying. https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8e022-januari-ratas-bullying-
kpp-pa.pdf
Murniati, R. L., Hasfi, N., (2021). Analisis Framing Pemberitaan Tindak dan Upaya Bunuh Diri di
tribunnews.com. Interaksi Online, 9(2), 40-52. Diambil dari
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/30210
Peren, S., (2022). Membaca Statistik Tentang Kasus Bullying di Indonesia. Depoedu.com.
https://www.depoedu.com/2022/12/13/edu-talk/membaca-statistik-tentang-kasus-bullying-di-
indonesia/
Sandi, E., (2022). Isi Surat Pemuda Bunuh Diri. Theasianparent Indonesia, theAsianparent.
https://id.theasianparent.com/surat-pemuda-bunuh-diri
Santosa, L.W. (2020). Kasus Bunuh Diri, Pengaruh Berita “Tak Sehat” dan Media Sosial. Antara News,
ANTARA. https://www.antaranews.com/berita/1771613/kasus-bunuh-diri-pengaruh-berita-
tak-sehat-dan-media-sosial.
Zakiyah, E. A., Humaedi, S., & Santoro, M. B. (2017). Faktor yang Memengaruhi Remaja dalam
Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian & PPM, 4(2), 129-389

Anda mungkin juga menyukai