Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN AKHIR TUGAS WAWANCARA PSIKOLOG/PRAKTISI KLINIS

Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Klinis

Dosen Pengampu :

Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si.

Binta Mu’tiya Rizqi, S.Psi., M.A.

Disusun Oleh:

Widya Wahyu Atharika 1511418086

Shafa Kirana Dewani 1511418089

Bagus Agatha Rana K 1511418094

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020/2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3


1.1 Urgensi dan Alasan ..................................................................................................... 3
1.2 Tujuan dan Manfaat ..................................................................................................... 5
1.3 Biodata Singkat ........................................................................................................... 5
BAB II PELAKSANAAN WAWANCARA ................................................................................ 6
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................................... 34
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................. 41
3.1 Simpulan ................................................................................................................... 41
3.2 Refleksi ..................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 44
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 46
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Urgensi dan Alasan

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 pasal 24,25,26 dan 27 kesehatan jiwa atau
mental health atau mental hygiene merupakan kondisi mental atau iwa yang sejahtera yang
memberikan dampak yang harmonis pada kehidupan dan menjadikan individu produktif.
Menurut Indarjo (2009), ciri-ciri oeang yang sehat jiwa secara umum yaitu :
1. Memiliki Kesadaran yang penuh tentang kemampuan yang dimiliki mental atau jiwa
2. Memiliki kemampuan menghadapi dan mengelola stress atau tekanan kehidupan secara
wajar.
3. Mampu beraktivitas atau bekerja dengan produktif untuk mencukupi kebutuhannya.
4. Memiliki kemampuan berperan serta kepada lingkungan.
5. Kemampuan menerima diri apa adanya.
6. Mampu memelihara rasa nyaman kepada orang lain.
Menurut Psikolog Klinis, Naftalia dalam wawancaranya yang dikutip dalam Merdeka.com
mengatakan bahwa kesehatan mental sendiri adalah kondisi ketika individu merasakan
ketenangan batin, tentram, dan nyaman sehingga memungkinkan individu tersebut menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang di sekitarnya. Mereka dapat menggunakan
potensi diri secara maksimal dalam menghadapi tantangan kehidupan. Sedangkan kesehatan
jiwa dalam Undang-Undang nomor 18 tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi di mana
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi bagi komunitasnya. Secara umum keduanya
memiliki arti yang sama hanya saja spesifikasi yang dijelaskan sedikit berbeda.
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih memiliki tingkat kesadaran akan
kesehatan jiwa dan mental yang rendah. Untuk beberapa kalangan usia, gangguan mental
dan gangguan jiwa masih dianggap sebagai hal yang tabu untuk dibahas dan juga menjadi
aib keluarga. Masih banyak orang tua yang memiliki stigma dan meyakini bahwa gangguan
jiwa disebabkan oleh hal-hal tidak rasional dan dihubungkan dengan hal supranatural seperti
sihir, kemasukan roh jahat, melanggar adat, dan lain-lain. Bahkan juga terdapat beberapa
orang yang menganggap bahwa seseorang yang memiliki gangguan jiwa merupakan orang
yang kurang beribadah. Hal ini mengakibatkan banyak orang yang mengalami gangguan
mental dan gangguan jiwa mendapatkan penanganan yang salah, biasanya penananganan
yang diberikan adalah penanganan non medis (spiritual) seperti diajak ke dukun atau ulama
hingga diperlakukan tidak selayaknya seperti dipasung dan dikucilkan. Prevalensi ODGJ
(Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang mendapatkan perlakuan dan penanganan yang salah
di Indonesia mayoritas terdapat di daerah pedesaan. Di tahun 2018 terdapat sebanyak 17,7%
orang yang dipasung seumur hidup di daerah pedesaan dan di perkotaan terdapat 10,7%,
sedangkan ODGJ yang dipasung selama 3 bulan terakhir di tahun 2018 terdapat 31,8% orang
yang dipasung di daerah pedesaan dan 31,1% di daerah perkotaan. Perlakuan yang tidak
tepat ini memperparah kondisi gangguan kejiwaan seseorang. Menurut data yang disajikan
oleh Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan
Indonesia di tahun 2018 menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 12 juta penduduk diatas 15
tahun mengalami depresi, dan lebih dari 19 juta penduduk diatas 15 tahun mengalami
gangguan mental emosional dan terus meningkat hingga tahun 2020. Dengan terus
meningkatnya jumlah orang dengan gangguan mental, hal ini menjadi salah satu ancaman
dan akan berdampak buruk pada pembangunan Indonesia dalam jangka panjang jika tidak
segera ditangani dengan pemerataan dan pemaksimalan jumlah tenaga profesional
kesehatan mental dan jiwa di Indonesia.
Meskipun kesadaran kesehatan mental di Indonesia masih rendah, namun
belakangan ini masalah kesehatan mental mulai disadari oleh masyarakat Indonesia sebagai
salah satu bagian dari kesehatan yang juga penting untuk diperhatikan, terutama oleh anak
muda Indonesia. Hal ini didukung dengan banyaknya kalangan anak muda Indonesia yang
mengkampanyekan kesehatan mental untuk menyadarkan dan meningkatkan awareness
masyarakat Indonesia tentang kesehatan mental. Kampanye ini juga dapat membantu
mematahkan stigma yang terus berkembang di masyarakat mengenai kesehatan mental dan
kesehatan jiwa. Namun sayangnya peningkatan kesadaran akan kesehatan mental ini tidak
didukung dengan peningkatan jumlah profesional yang menangani masalah kesehatan
mental, dalam hal ini adalah psikolog klinis dan juga psikiater. Menurut berita yang dikutip
oleh salah satu platform berita Tirto.id yang diakses pada tanggal 12 Desember 2020
menuturkan bahwa berdasarkan data yang disajikan oleh IPK (Ikatan Psikolog Klinis)
Indonesia jumlah psikolog klinis di Indonesia masih sangat kurang walaupun jumlah profesi
ini telah meningkat dari 1.143 per 05 Mei 2019 menjadi 2869 psikolog klinis per 08 Desember
2020, namun angka ini belum mampu memenuhi standar WHO mengenai jumlah tenaga
medis kesehatan mental dan jiwa Indonesia. Selain jumlah tenaga medis yang masih terbatas,
persebaran psikolog klinis di Indonesia juga masih belum merata. Mayoritas psikolog klinis
berpraktik di Jakarta dengan 576 psikolog, Jawa Tengah 327 psikolog, Jawa Timur 378
psikolog, dan Jawa Barat 339 psikolog. Sementara sisanya tersebar di beberapa daerah di
Sumatra, Kalimantan, dan Papua.
Mahalnya biaya pendidikan profesi psikolog di Indonesia menjadi salah satu faktor
yang menjadikan banyaknya lulusan psikologi enggan untuk melanjutkan pendidikan menjadi
psikolog. Biaya yang harus ditebus untuk menjadi seorang psikolog klinis di Indonesia hampir
setara dengan pendidikan spesialis dokter di Indonesia. Selain itu pandangan terhadap
prospek kerja psikolog di Indonesia yang masih dipandang sebelah mata juga menjadi faktor
yang menyebabkan banyak sarjana Psikologi lebih memilih untuk HRD sebagai profesinya
dan juga profesi lain seperti asesor. Hal ini juga menjadi salah satu tantangan bagi psikolog
dan ilmuwan psikologi di Indonesia untuk terus menggencarkan kesehatan mental di
masyarakat agar profesi psikolog tidak lagi dipandang sebelah mata dan kesadaran akan
kesehatan mental di Indonesia juga meningkat. Salah satu cara untuk mulai meningkatkan
kesadaran kesehatan mental di masyarakat dapat dilakukan dengan psikoedukasi,
memperluas informasi mengenai kesehatan mental, mematahkan stigma yang sudah
terbentuk, memberikan empati sebagai bantuan awal untuk meningkatkan kesadaran mental,
mendukung sesama, dan menambah jumlah tenaga kesehatan mental di Indonesia.
Saat ini di berbagai rumah sakit, dinas kesehatan, puskesmas, klinik di beberapa
daerah di Indonesia sudah mulai memiliki tenaga kesehatan mental. Hal ini juga didukung
dengan undang-undang kesehatan jiwa yang berlaku di Indonesia. Namun pelaksanaan ini
belum maksimal dan merata. Banyak sekali hal yang masih perlu untuk ditingkatkan dan
disempurnakan, seperti belum tersedia Peraturan Pemerintah serta turunannya untuk
melaksanakan amanat UU tersebut sehingga saat ini belum ada mekanisme yang mengatur
fasilitas non kesehatan yang melakukan pengobatan dan perawatan pasien gangguan mental
yang mengakibatkan penanganan kesehatan mental di Indonesia masih belum maksimal.
1.2 Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan urgensi dan alasan dilakukannya wawancara psikolog/praktisi klinis oleh


mahasiswa Psikologi, terdapat beberapa tujuan dan manfaat yang didapatkan. Diantaranya :

Tujuan

1. Memahami konsep dasar tentang psikologi klinis dan juga memberikan gambaran dan
pengalaman mengenai psikolog klinis/praktisi klinis secara mikro atau makro.
2. Memberikan dorongan kepada mahasiswa S1 Psikologi untuk mampu memahami
konsep dasar asesmen psikologi klinis dalam lingkup mikro dan makro.
3. Memberikan dorongan kepada mahasiswa S1 Psikologi untuk mampu mempraktikkan
secara langsung asesmen psikologi klinis berupa wawancara dan observasi sesuai
dengan Kode Etik Psikologi Indonesia.
4. Memberikan dorongan kepada mahasiswa S1 Psikologi untuk mampu menerapkan
hasil belajar mengenai konsep dasar psikologi klinis secara mikro dan makro dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Memupuk rasa empati dan peka terhadap masalah kesehatan mental di Indonesia.

Manfaat

1. Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru untuk mahasiswa S1 Psikologi


dalam mengenal ranah psikolog dan praktisi klinis mikro dan makro secara langsung
melalui sumber yang akurat dan terpercaya.
2. Memberikan motivasi kepada mahasiswa S1 Psikologi untuk melanjutkan pendidikan
S2 Profesi Psikolog, terutama bidang klinis.
3. Memberikan gambaran kasus nyata dalam kehidupan sehari-hari yang ditangani oleh
psikolog klinis secara mikro dan makro.
4. Memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan mental di Indonesia secara
konkret dalam kehidupan.
5. Memberikan gambaran kasus yang dapat digunakan sebagai penelitian di masa
mendatang mengenai kesehatan mental dan juga kasus psikologi klinis lain.
6. Secara akademik mampu memperdalam dan juga melatih mahasiswa untuk
memperdalam ilmu dan melakukan asesmen klinis secara langsung.
7. Memperkaya informasi mengenai psikolog dan psikologi klinis secara mikro dan
makro.

1.3 Biodata Singkat

Nama : Zahra Frida Intani


Profile Pendidikan : S1 Psikologi Universitas Gadjahmada
S2 Psikologi Universitas Gadjahmada
Pekerjaan : Psikolog Klinis,
Psikolog di RDRM
Psikolog RSPA Semarang
Accociate Bunda.Id
Konsentrasi : Klinis
SIPP : 2596-20-2-1
BAB II
PELAKSANAAN WAWANCARA
Baris Pertanyaan Verbatim Hasil Analisis
1 Sebelumnya kakak Emmm saya S1 itu di Psikologi  Lulusan S1
2 kuliah S1 UGM, kemudian lanjut S2 profesi Psikologi UGM
3 mengambil dimana di UGM. dan S2 Profesi di
ya? UGM
4 Jadi udah berapa Jadi saya tu lulus S2 profesi baru  Lulus S2 Profesi di
5 lama ni jadi bulan Januari kemarin. bulan Januari 2020
Psikolog?
6 Berati baru saja ya Emmm apa ya, pokoknya waktu  Saat SMA
7 kak. Kalau boleh SMA, memang kebetulan mengikuti
8 tau ni kak, motivasi organisasi yang diikuti tu deket- organisasi yang
9 kak Zahra jadi deket sama psikologi. Kaya jadi berkaitan dengan
10 Psikolog Klinis apa bagian kaderisasi, bagian psikologi.
11 kak? internal begitu yang  Sering menjadi
12 mengadakan acara buat tempat curhat
13 mempererat anggota-anggota.  Psikolog
14 Jadi seneng gitu, terus sering merupakan profesi
15 dicurhatin juga. Dan teryata tau yang fleksibel
16 bahwa ada profesi yang dia namun dapat
17 memberikan manfaat tapi juga memberikan
18 fleksibel kan. Karena kan banyak manfaat.
19 Psikolog bisa by appoitment, jadi  Bidang klinis
20 tidak seperti PNS yang dari jam menurutnya
21 7 sampe jam 4 harus bekerja. memiliki
22 Karena memang saya fokusnya kebermanfaatan
23 tidak hanya pengen karir tapi yang lebih luas
24 juga pengen fokus di rumah dibanding dengan
25 tangga. Duu mikirnya seperti itu. yang lain.
26 Nah kmudian kenapa kok  Bidang klinis
27 memilih klinisnya, karena eee memiliki fokus
28 saya pikir manfaatnya lebih luas kepada orang-
29 ya, jadi kalo klinis bisa ke orang yang tidak
30 dewasa, ke anak, dan memang sehat.
31 tidak fokus pada.. misalnya kalo
32 pio itu kan emm dia berhadapan
33 dengan permasalahan
34 organisasi yang sifatnya adalah
35 orang-orangnya sehat-sehat gitu
36 lho. Paham ndak? Tapi kalo
37 klinis kan mungkin fokusnya ada
38 yang bermasalah dsb. Jadi saya
39 rasa kebermanfaatannya lebih
40 banyak, jadi saya pilih jadi
Psikolog Klinis.
41 Emm berati Kak Aaaa enggak, jadi kan saya dari  Pada awalnya
42 Zahra ini sebagai UGM nih, kalo di UGM... tadinya menginginkan S2
43 Psikolog Klinis
sebenernya mikir S1 saya di UI agar bisa
44 bagian dewasa pengennya di UGM, pengen merasakan
45 atau apa gitu dibagi
lanjut ke UI biar merasakan suasana Jakarta.
46 engga kak? suasana Jakarta gimana sih  Karena sidang
47 bedanya gitu ya. Tapi ternyata skripsi yang mepet
48 waktu S1 itu, skripsi saya waktu dengan penutupan
49 ujiannya tuh mepet dengan pendaftaran di
50 penutupan pendaftaran S2 UGM maka tidak
51 UGM. Jadi waktu itu tu bener- terbesit untuk
52 bener ga keinget tadinya mau daftar UI.
53 daftar UI. Yaudah yang penting  S2 Psikologi Klinis
54 bisa aja daftar UGM. Soalnya di di UGM termasuk
55 UGM itu kan klinisnya umum ya. klinis yang secara
56 Tadinya memang galau, kalau di umum
57 UI klinisnya mau yang anak atau  S2 Psikologi Klinis
57 yang dewasa. Sebenernya saya di UI terdapat 2
58 sendiri tuh lebih suka ke anak bidang lagi, anak
59 sebenernya. Tapi kalo ke anak dan dewasa.
60 aja, ga bisa yang dewasa. Jadi
61 yasudah akhirnya dapetnya
62 UGM yang juga dua-duanya, dia
63 klinis umum yang belajar anak
64 juga, belajar dewasa juga. Jadi
65 Psikolog Klinis gitu aja.
66 Saya baru tahu ini Iyaa, yang dibagi tu setahu saya  Psikolog Klinis
67 kak, pengetahuan memang UI, ooo UNPAD juga Umum hanya di
68 baru buat saya. kayanya si ada kalo klinis anak UGM
69 deh. Memang yang umum atau  Psikolog Klinis
70 seluruhnya itu di UGM aja. yang dibagi
diantaranya ada di
UI dan UNPAD
71 Berati kalo umum Iyaa, jadi sebenernya  Masing-masing
72 cangkupannya kekurangannya adalah memang fokus psikolog
73 lebih luas gitu ya? kan kita kan kuliah 2 tahun klinis memiliki
74 Kaya fokusnya ya setengah ya. Kalo misalnya kekurangan dan
75 ke semuanya gitu sudah fokus ke anak dia bisa kelebihannya.
76 ya, kaya kalo misal selama 2setengah tahun fokus
77 anak kan lebih bener-bener ke anak, prakteknya
78 mendalaminya ke pun anak pasti akan lebih
79 anak, kaya gitu ya mendalam. Tapi kalo misal di
80 kak ya? UGM karena dia anak sama
81 dewasa, kita tugas-tugasnya ya
82 itum, jadi selama 2 setengah
83 tahun ada yang dewasa ada
84 yang anak, kurangnya mungkin
85 ya tidak semendalam temen-
86 temen yang klinis anak. Misalnya
87 kalo saya banyak berhadapan
88 dengan anak dan dibandingkan
89 dengan temen-temen yang
90 lulusan klinis anak pasti akan
91 lebih mendalam mereka. Kalo
92 misalnya awal-awal seperti saya
93 ya, karena kan latihannya
94 mereka lebih banyak. Tapi kalo
95 mialnya mau mencari yang
96 range nya bisa menangani
97 banyak, misalnya bisa
98 menangani ABK tapi juga bisa
99 menghadapi klien bipolar atau
100 yang depresi, yang dewasa. Nah
kelebihannya disitu.
101 Terus gimana ni Emm Alhamdulillahnya kok ya  Berhasil di wisuda
102 kak rasanya jadi saya wisuda sebelum pandemi dan sumpah
103 Psikolog di masa persis. Jadi waktu itu saya profesi sebelum
104 pandemi? ujiannya 31 Desember, dan adanya pandemi
105 penutupan pendaftaran wisuda dan langsung
106 itu ya 31 Desember. Tapi mendapatkan
107 memang sangat dimudahkan pekerjaan.
108 saya revisi Cuma 1 jam dan  1 bulan pertama
109 langsung tanda tangan. Dan masih melakukan
110 tanggal 2 januari yudisium serta konseling dengan
111 saya boleh wisuda di bulan tatap muka,
112 Januari. Dan alhamdulillah setelah itu tetap
113 langsung dapet kerja selang 1 tatap muka di
114 bulan itu masih tatap muka kantor namun
115 biasa, konseling biasa, tapi terus jumlah klien
116 habis itu pandemi kan. Tapi saya dibatasi.
117 tetap tatap muka kalau di kantor  Bekerja di Dinas
118 tapi sebelumnya biasanya satu Pendidikan Kota
119 hari itu 4 klien, jadis ekarang Semarang, di
120 sehari 2 klien saja. Dengan Rumah Revolusi
121 waktu yang berbeda. Oh ya saya Mental pada pagi
122 bekerja di Dinas Pendidikan Kota hari dan sore serta
123 Semarang, Rumah Revolusi malam hari
124 Mental kalo temen-temen tahu. mmbuka praktek
125 Yang kemarin kerja sama sama sendiri.
126 UNNES , mungkin kakak-kakak  Menjadi accociate
127 kelas ya yang PKL. Jadi kalo Bunda Id
128 pagi saya disitu, kalo malem  Menjadi psikolog di
129 sama sore saya buka praktek masa pandemi
130 sendiri, sama jadi accociate di
131 Bunda Id di situ. Terus kalo memiliki kesulitan
132 rasanya jadi Psikolog di masa dan kemudahan.
133 pandemi, emmm ada enaknya
134 ada enggaknya. Gaenaknya,
135 karena sebenarnya terapi klinis
136 itu kan lebih mantep kalo
137 dilakukan tatap muka ya.
138 Misalnya kaya ada terapi
139 namanya terapi intrapersonal,
140 terapi yang basisnya
141 psikoanalisis yang mendalam itu
142 memang lebih efektif tatap muka.
143 Dan kita pun sebenernya nggak
144 boleh diagnosis ketika tidak ada
145 tes. Jadi tes kan bisa dilakukan
146 ketika bertemu ya, itu juga ngga
147 boleh di diagnosis kalo hanya
148 konsutasi online saja. Tapi
149 enaknya, jadiiii apa ya, banyak
150 dapet klien dari mana-mana sih,
151 karena kan online ya, jadi
152 otomatis klien dari Jakarta kita
153 ketemu, klien dari Sumatra dan
154 sebagainya kita juga bisa
ketemu gitu, bisa aksesible.
155 Nah kalo proses Okee, jadi S1 sama seperti  Perkuliahan S1
156 pendidikannya temen-temen ya, ada mata tidak jauh beda
157 sendiri dari S1 kuliah-mata kuliah yang masih seperti kami yang
158 Psikologi ke S2 dasar, teori dan beberapa mempelajari
159 Psikolognya itu prakteknya seperti konseling dasar-dasar dan
160 dinamika nya sederhana. Nah waktu masuk S2 praktek konseling
161 gimana kak? itu kalo saya sih merasa bener- yang sederhana.
162 bener merasa jadi kuliah Sedangkan S2
163 psikologi tu bener-bener waktu lebih banyak
164 S2. Soalnya ya praktek gitu kan, praktek
165 sebenernya kan temen-temen  Pada semester 1
166 masuk psikologi adalah semua mahasiswa
167 kebayang untuk jadi Psikolog ya Psikologi di bidang
168 misalnya. Cuman kan klinis akan diterapi
169 kenyataanya kita arus melewati terlebih dahulu dan
170 S1 dan S2, nggak bisa S1 latihan dengan
171 langsung psikolog. Akirnya S1 teman yang
172 langsung S2 dapet kesempatan masing-masing
173 banyak praktek dan mungkin menjadi klien,
174 kalo temen-temen perna denger, observer dan
175 kalo mapro di semester pertama terapis.
176 itu di tempat kami itu kitanya
177 yang diterapi, jadi kita latian  Sehingga bisa
178 terapi itu dengan teman. Jadi meningkatkan rasa
179 ada 5 pendekatan CBT, BT, empati dan
180 Psikodinamik, Intrapersonal dan memperkaya
181 umanistik, masing-masing dai emosi.
182 kita itu jadi klien dan terapisnya.  Di semester 1
183 Misalnya di humanistik kita banyak
184 kelompokan bertiga, eee kalo pengalaman yang
185 saya jadi klienya, temen saya menyenangkan
186 jadi terapis dan observernya jadi dan juga stressful
187 muter gitu, kita di terapi tapi juga  Saat semester 2
188 nerapi. Kenapa kok gitu? mulai
189 Harapannya dengan kita nyoba menggunakan
190 kita sendiri di terapi mungkin ada klien yang berasal
191 issue-issue kita yang belum dari luar atau
192 selesai dan di selesaikan saat itu orang lain namun
193 dan kita juga jadi lebih tetap dibawah
194 merasakan susahnya klien itu supervisi.
195 cerita, ternyata berat gitu kita  Di semester 3 ada
196 menceritakan permasalahan kita PKPP (Praktik
197 ke orang lain gitu. Tidak mudah. Kerja Profesi
198 Sehingga setelah kita melewati Psikolog) ke tiga
199 proses itu saat sudah jadi tempat yakni
200 Psikolog kita jadi lebih empati, Puskesmas di
201 lebih kaya akan emosi. Karena Sleman, RSJ
202 ya kita sendiri pun merasakan o Magelang dan
203 rasanya sakit, o ternyata BRSPA. Syarat
204 sakithati, o ternyata aku sedih, PKPP harus
205 aku marah. Dan proses itu yang mendapatkan 7
206 mahal. Kalo misalnya mapro- kasus. 5 kasus
207 mapro yang dulu itu kuliahnya individu yang
208 sampe jam 12 malem, ya karena terdiri kasus
209 itu kadang ngga selesai dewasa / anak /
210 dipegang sama men sendiri remaja. 1 kasus
211 karena sama-sama baru kan. komunitas dan 1
212 Akhirnya dosen kita yang kasus kelompok.
213 megang, kadang ada yang Pengujinya pun
214 sampe pingsan saking ga berasal dari luar
215 kuatnya dengan maslaah yang dan akan
216 dialaminya, ada yang sampe cuti mendapatkan
217 beberapa bulan. Karena ya saat gelar Psikolog.
218 di semester 1 udah di keluarin  Semester 4 dan
219 semua , di buka luka-lukanya. semester 5
220 Kalau misalnya ga kuat bisa membuat tesis
221 sampe seperti itu.tapi dan akan
222 alhamdulilla pas angkatan saya mendapatkan
223 paling berat itu ya paling pingsan gelar M. Psi.
224 di tengah-tengah kelas gitu
225 waktu lagi terapi.tapi itu
226 pengalaman yang
227 menyenangkan dan stressfull si,
228 soalnya kan padet ya.
229 Bayangkan kita kalo mapro itu
230 magister profesi itu kan kita tidak
231 hanya mengejar profesi
232 psikolognya saja tetapi
233 magisternya juga. Otomatis kita
234 juga penelitian kita juga ngerti
235 statistika, mata kuliah-mata
236 kuliah itu juga harus kuat dan itu
237 dikbut semua waktu semester 1.
238 Jadi yang namanya begdang
239 sampe muntah-muntah mungkin
240 itu yang paling berat. Tapi ya
241 alhamdulillah bisa di lewatin.
242 Semester 2 klienyya sudah ke
243 orang lain. Jadi sudah
244 diperbolehkan untuk cari klien
245 keluar tapi tetep dibawah
246 supervisi. Kemudian semester 3
247 itu ada PKPP itu praktik kerja
248 profesi psikologi ke tiga tempat,
249 saya ke puskesmas di Sleman,
250 RSJ Magelang sama di BRSPA
251 itu panti sosial anak. Jadi panti
252 tempat anak-anak yang udah ga
253 punya orang tua yang di pelihara
254 negara. Setelah ujian PKPP baru
255 kita dapet gelar Psikolog. Dan
256 pengujinya itu dari luar. Syarat
257 PKPP ituharus dapet 7 kasus, 5
258 kasus itu itu individu yang terdiri
259 dari kasus dewasa, anak
260 ataupun remaja. 1 kasus
261 komunitas, dan 1 kasus
262 kelompok. Kalo komunitas
263 kemarin ambil satu dusun dan
264 buat program gitu. Kalo
265 kelompok kaya kelompok ibu
266 hamil dimulai dari asesmen
267 hingga terapi. Baru setelahnya
268 semester 4, semester 5 itu bikin
269 thesis. Nah bikin thesis ini nanti
270 akan mendapatkan gelar M.Psi.
271 dan waktu wisuda kan di sumpah
profesi, baru official M.Psi.,
Psikolog sudah boleh dapet
surat izin praktek Psikologi.
272 Berati untuk di Iya bener, naa ini juga bedaya  Di peminatan klinis
273 semester pertama kenapa saya lebih suka menggunakan
274 itu kasus atau peminatan klinis daripad yang kasus yang
275 permasalahan dari lain kaya PIO dan Pendidikan. berasal dari kita
276 diri kitanya tu Karena kalo di pendidikan itu sendiri.
277 bener-bener kasus biasanya bermain kasusnya itu Sedangkan di PIO
278 yang nyata yang pake blind case, jadi dia pake membahas
279 kita alami bukan kasus klien yang mungkin klien mengenai
280 Cuma rekaan atau dari biro-biro yang disamaran asesmen dan
281 contoh kasus dari namanya terus mereka analisis. rekrutmen. Dan di
282 jurnal gitu ya kak? Kalo klien yang PIO, itu ya pendidikan
283 mereka ke perusahaan menggunakan
284 kemudian asesmen dan yang blind case.
285 lainnya. Tapi kalo klinis bener-  Kuliah minor di
286 bener kita sendiri. Sebenerya semester 2
287 tidak ada yang mengharuskan banyak
288 kita jujur atau menggunakan mahasiswa
289 permasalahan kita sendiri. Kita peminatan PIO
290 boleh kok menggunakan dan pendidikan
291 permasalahan lain yang di pura- yang berebut ingin
292 pura na itu nggapapa. Hanya mengambil klinis.
293 saja ya tadi kamu tidak  Mahasiswa
294 mendapatkan manfaatnya dan peminatan PIO
295 tidak kaya akan emosi dan lebih terlihat rapih,
296 pengalaman. Sehingga nanti keren dan body
297 kalo ketemu klien jadi kaget. Jadi goals. Kemudian
298 petemuan pertama itu secara mahasiswa
299 klasikal dosen menerapi kita peminatan
300 semua dan kelas kita kan jejer pendidikan pun
301 gitu ya kalo PIO atau pendidikan rapih dan terlihat
302 lewat suka ngintip pada kenapa seperti guru.
303 itu ya kok merem sambil nangis.. Sedangkan
304 pada teriak-teriak, kadang- peminatan klinis
305 kadang mereka wondering gitu memiliki
306 kenapa , tapi justru kan ada penampilan wajah
307 kuliah minor ya di semester 2 jadi yang kucel, kusem
308 kita boleh ambil minor dan tidak rapih.
309 pendidikan atau PIO yang
310 berbeda dengan pen=minatan
311 kia. Dan temen-temen dari PIO
312 dan pendidikan pada berlomba-
313 lomba ngambil minor klinis,
314 karena mereka penasaran
315 seperti apa kok anak-anak klinis
316 kayanya seru ya terapi nyaa.
317 Meski kalo dibandingkan dengan
318 anak-anak PIO bajunya rapih-
319 rapih nih cantik-cantik, keren-
320 keren, langsing-langsing. Anak
321 pendidikan ya rapih-rapih kaya
322 guru gitu. Anak-anak klinis sudah
323 mukanya kusem, pokoknya
324 keliatan capekkkk terus.
325 Saat ada Kalo sampe masalahnya selesai  Di S2 Dosen pasti
326 mahasiswa yang atau tidak si saya kurang tau ya. paham tentang diri
327 pingsan seperti tadi Cuma kalo udah di mapro tu kita karena kita
328 apakah langsung di selalu under pengawasan, jadi diawasi oleh
329 back up secara beda banget waktu S1 mungkin mereka. Dan
330 keseluruhan ole dosen nggak begitu kenal kita ya ketika terjadi hal-
331 dosen kak? kecuali kita sangat-sangat hal yang tidak
332 menonjol. Kalo di S2 ini dosen- diinginkan
333 dosen pasti paham kita , jadi ya langsung di handle
334 mau gak mau ya beliau juga oleh dosen.
335 harus ngerti gitu, kita latar
336 belakangnya gimana ada
337 masalah atau engga . jadi waktu
338 temen saya pingsan itu yang jadi
339 observer bisa langsung ceper
340 lapor. Kebetulan waktu pingsan
341 kemarin pas ujian, jadi exit test,
342 jadi ujian kita tu terapi, klien ada
343 dosen, jadi dosen ngeliat dan
344 menilai langsung live saat itu dan
345 akhirnya langsung dipegang
346 sama dosennya itu dan diambil
347 alih. Pas kita PKPP pun jadi
348 bener-bener kuliahnya tu gak
349 cuman fokus selesai pendidikan,
350 tapi dosen pun memfasilitasi
351 perkembangan emosi kita juga
352 gitu. Jadi ada teman saya juga
353 ga dapet-dapet klien gak tau ni
354 kenapa , udah dapet terus
355 kliennya pergi ngga balik lagi ke
356 dia, dsb. Dan ini sebenernya
357 problemnya bukan ke kliennya,
358 tapi mungkin dia nih, ada apa,
359 kok bisa ya, klien pergi terus.
360 Dan ya dosennya pun nanya ke
361 kita kenapa ni.. waktu di RSJ
362 Magelang kan, oh ternyata dia
363 ada problem juga dengan teman
364 kamarnya, dsb terus ernyata
365 juga dia punya masalah dirumah,
366 kmudian dosennya juga ngobrol
367 gitu dengan dia. Setau saya
368 temen yang pingsan dan
369 langsung cari psikolog lain diluar
370 untuk mempermudah sebagai
371 mapro juga kan.
372 Lalu selama kak Ada, seperti kasus-kasus gitu.  Pengalaman yang
373 Zahra jadi Psikolog Tapi sebenarnya untuk klinis menarik dan
374 pengalaman yang sendiri semuanya menarik. menantang yaitu
375 paling menarik bagi Mungkin belum pernah saya menangani kasus
376 kakak sendiri itu temui di kampus, seperti remaja selective mutism
377 seperti apa? yang mengalami selektif pada remaja SMP.
378 neoritism. Jadi ada remaja SMP Kemudian
379 dia berperilaku nunduk nunduk melakukan terapi
380 terus dan tidak berbicara sama yang cukup lama
381 sekali. Kalau diajak ngomong yakni sekitar 3
382 juga enggak ngejawab sama bulan. Progres
383 sekali, tapi kalau di rumah ya yang diberikan
384 biasa saja ngobrol seperti biasa pun sangat
385 dengan orang rumah. Dan dia lambat.
386 diam ini karena ada problem di  Seorang Psikolog
387 sekolah, dan dia suruh pindah bukanlah seorang
389 sekolah. Dan terapinya itu kami tukang bengkel
390 lakukan selama 3 bulan, dan yang bisa
391 progres di si anaknya itu lambat menyembuhkan
392 sekali. Dia selalu diam dan dengan cepat,
393 menunduk dan tidak mau sama melainkan
393 sekali untuk masuk ke dalam bantuan tangan
394 ruangan terapi Sampai akhirnya dari Tuhan dan
395 dia mau ikut bersama adiknya, Psikolog bukan
396 tadinya megang tangan ibuknya orang yang bisa
397 terus, Sampai akhirnya dia mau mengubah.
398 lepas, kemudian mau sedikit Dengan begitu
399 Tatap Mata, mau Senyum. Dan maka bisa
400 itu tuh progres kecil, tapi woahh membuat kita
401 alhamdulillahhh sekali ketika menjadi lebih
402 sudah ada. Jadi waktu awal-awal legowo.
403 itu sebenarnya capek sekali  Terdapat progres
404 Capek banget setiap habis sedikit demi sedikit
405 ketemu dengan klien itu, dan dari klien tersebut
406 sempet kaya ya Allah kok ini gak yang bisa
407 ada progres, mau di apain lagi menjadikan bekal
408 gitu kaya udah mentok segala untuk diri klien itu
409 caranya. Namun kemudian saya sendiri meskipun
410 ingat mapro pun diajarkan belum sesuai
411 bahwa psikolog itu bukan tukang dengan yang
412 bengkel yang simsalabim diharapkan oleh
413 langsung sembuh, enggaa. kita orang tuanya.
414 harus tahu bahwa kita itu hanya
415 perpanjangan tangan bantuan
416 tangan dari Tuhan. Kita bukan
417 orang yang bisa mengubah. Dan
418 Dengan pemahaman itu kita juga
419 bisa apa ya lebih legowo dan
420 Akhirnya bisa menemukan
421 bahwa Sebenarnya ada
422 perubahan dari yang tadinya
423 tidak mau berbicara sama sekali,
424 tidak mau menatap hingga
425 akhirnya sekarang mulai mau
426 menatap. Dan itu merupakan
427 progres, mungkin bagi kita yang
428 orang biasa tidak akan
429 bermakna, tapi itu buat dia yang
430 sangat sulit untuk berhubungan
431 dengan orang lain melihat atau
432 menatap mata saja Itu sudah
433 merupakan program yang
434 sangat luar biasa, maka dari itu
435 harus dihargai. Oke Enggak apa-
436 apa ini mungkin memang
437 prosesnya dia, tapi mungkin
438 salah satu pesan menjadi
439 psikolog itu bukan membuat diri
440 kita bisa mengubh orang, engga.
441 kita menempatkan diri kita
442 memahami klien tadi, empati.
443 Maka kita akan paham proses
444 klien seperti apa dan jangan
445 terlalu menyalahkan diri sendiri
446 jika kita merasa tidak berguna
447 bagi klien. Dan sampai
448 pertemuan terakhir saya
449 intensnya dengan kedua orang
450 tuanya ya, karena kan kalau
451 klien anak klien remaja itu yang
452 24 jam sama anak ya orang tua,
453 jadi kita bisa pegang ke orang
454 tuanya. Jadi Emang orang
456 tuanya itu Dinginnya Di rumah
457 tuh, pada diam-diaman nggak
458 ada komunikasi, kemudian coba
459 kita hangatkan, kita mesrakan,
460 agar nanti anak juga mulai
461 terbuka untuk orang sekitarnya
462 dan akhirnya juga sekarang
463 berani membuat tugas video vlog
464 nya dikirimkn, tadinya tu gak
465 mau banget, tapi juga gak mau
467 ngomong gitu kenapa. Terus dia
468 juga mau menyadari bahwa dia
469 ada pr, ngerjain sendiri.
470 Sebelumnya kan mungkin dia
471 trauma kali ya karena dia kan
472 pendiem banget ga pernah
473 ngomong sama yang lain dan
474 gurunya tu akhirya maksa-
475 maksa kaya ayo to kamu maju
476 kedepan kok gak ngomong, dsb.
477 Mungkin trauma dari situ
478 disekolah dan gak mau sama
479 sekali sekolah. Sampe akhirnya
480 dia mau ngerjain tugas tanpa
481 disuruh, nilainya waktu itu dia
482 remidi dan itu dia gakpapa gitu
483 lho, akhirnya di belajar lagi,
484 kapan remidinya gitu dan itukan
485 sudah sangat progresif.
486 meskipun di awal yang
487 diharapkan oleh orang tuanya
488 adalah anak ini mau ngomong,
489 meskipun belum itu gapapa,
490 yang penting modalnya tadi
491 sudah mau belajar sendiri, sudah
492 mau menatap orang lain, sudah
493 tidak harus ditemani oleh orang
494 tua ketika bersama dengan
495 terapis. Itu si menurut saya yang
496 selama setahun ini paling
497 menarik dan menantang, karena
sebelumnya belum pernah
ketemu kasus yang seperti itu.
498 Wah cukup Sebenernya kalo dari runtut-  Permasalahan itu
499 menarik juga ya runtutan ya, dia begitu juga terjadi pun karena
500 kak, penyebab karena riwayat pola asuh juga pola asuh orang
501 utamanya kalo ada, karena ibuknya mudah tuanya yang
502 seperti itu apa ya? cemas, apa-apa diperbolehkan, terlalu khawatir
503 jadi si anak tidak pernah akan kemampuan
504 merasakan bahwa aku anaknya sehingga
505 mengalami kesusahan aku harus menurut ibunya ia
506 menyelesaikan, enggak, jadi aku harus membantu
507 harus bantu. Disekolah pun terus kesulitan
508 ketika dia diem kan disekolah itu yang dialami sang
509 dia tidak punya teman nih dan anak. Orang
510 ibunya selalu menyuruh murid- tuanya pun jarang
511 muridnya untuk berteman menghabiskan
512 dengan anaknya, karena ibunya waktu bersama.
513 ini guru juga disekolah itu. Bisa Terkadang sang
514 dibayangkan betapa beratnya ibu membantu
515 anak ini, tambah malu ngga? permasalahan
516 Maksudnya temen-temenya aja yang dialami sang
517 sudah susah gitu lho buat anak tanpa
518 temenan kenapa kok ibuku yang persetujuan dari
519 seorang guru harus minta anaknya.
520 temenku main sama aku. Kita Ditambah sang ibu
521 bayangkan pandangan teman- merupakan salah
522 temannya seperti apa. Itu sih, satu guru di
523 dan dia sangat-sangat tidak suka sekolahnya juga.
524 jadi pusat perhatian, sedangkan
525 ketika ibunya jadi guru itu kan
526 pastinya mau gamau dia jadi
527 pusat perhatian ya. sebetulnya
528 pas SD tu gak terlalu pendiam,
529 pas satu sekolah SMP sama
530 ibunya ini baru dia seperti itu, gitu
531 deh.
532 Temen saya juga Nanti kalo kalian ada yang mau  Di RSJ banyak
533 ada yang seperti itu masuk ke bidang klinis bakalan kasus yang lucu
534 kak dan dulu saya nemu kasus-kasus lainnya yang namun ada juga
535 pun bingung harus begiu menarik. Kaya misal di yang
536 seperti apa. Terus RSJ yang tiba-tiba kamu membahayakan,
537 ada pengalaman digondeli gitu sama mbah-mbah, maka jangan
538 apalagi kak selain terus ada juga yang kalo setiap mudah untuk
539 itu? di RSJ 1 jam sekali ada lagu buat memberikan
540 istirahat ya, maksudnya semua informasi pribadi
541 orang berhenti mengerjakan seperti alamat
542 tugasnya kemudian senam gitu, rumah dan nomer
543 wah dia langsung begitu ada telefon ke klien.
544 suara lagu langsung siap grak  Setting ruangan
545 terus langsung jalan ditempat konseling pun
546 terus hormat ya lucu-lucu lah diusahakan kursi
547 kayak gitu. Ada yang lucu dan psikolog berada di
548 ada yang berbahaya juga, ya kan dekat pintu agar
549 kita gak tau kan kalo misalnya mudah
550 permasalahan psikologis seperti menyelamatkan
551 apa dan ada yang dateng cuman diri ketika
552 sama istrinya dan mengeluhkan menangani pasien
553 masalah suaminya selingkuh, yang agresif atau
554 dsb tapi mau tobat dsb, eee menghindari hal-
555 besoknya saya di telfon sama hal negatif.
556 perawat bilang “Mbak Zahra ini
557 klien Mbak Zahra yang kemarin
558 dia di tangkap polisi karena
559 ternyata dia mengendap-
560 ngendap ke rumah tetangga dan
561 dia melakukan pelecehan
562 seksual. Jadi ternyata klien ini
563 hiperseks gitu dan istrinya waktu
564 datang ke saya nggak ngaku
565 kalau sebenernya suaminya
566 bukan Cuma selingkuh tapi dia
567 udah menyelinap ke rumah-
568 rumah tetangga itu karena
569 hiperseks, dsb. Dan itu saya
570 sampe pusing, batin saya kok ya
571 Alhamdulillah kemarin waktu
572 ditanya saya rumahnya dimana
573 engga dijawab. Nah itu jadi
574 gaboleh ngasih informasi pribadi
575 bahkan nomor juga harus punya
576 nomor kontak sendiri kaya saya
577 dengan Hanania ini ya, gaboleh
578 pake nomor pribadi karena ya
579 resikonya seperti itu. Terus kalo
580 ruangan setting kantor, ruangan
581 konseling, kalo bisa tempat
582 duduknya psikolog itu juga yang
583 dekat dengan pintu, jadi kalo ada
584 apa-apa, misalnya kliennya
585 agresif atau apa kita bisa
langsung keluar, gitu biasanya.
586 Lalu dalam Kami kalo ke anaknya, jadi kan  Untuk mengatasi
587 menangani kasus saya tim ya, saya sebagai kasus selective
588 selektif autism psikolognya kemudian ada mutism karena
589 menggunakan cara terapisnya, dan kakak kelas dilakukan secara
590 menanganinya kalian kok, Mbak Santi kalau tau, kelompok dan kak
591 seperti apa? iya itu Mbak Santi yang pegang. Zahra
592 Sama Mbak Santi play theraphy, menggunakan
593 jadi dia di tempatkan di pendekatan family
594 lingkungan yang nyaman, therapy untuk
595 misalnya sambil main-main, kedua orang
596 sambil nonton, gambar-gambar, tuanya dengan
597 karena sebenernya dia kan menekankan
598 memang belum mau ngomong modalitas keluarga
599 sama sekali, jadi ya kita mau untuk berinteraksi
600 gimana dapetin datanya dari dia dengan anak.
601 kalau dia ngga mau ngomong, Sedangkan sang
602 yang penting dia merasa klien
603 nyaman aja, karena sebelumnya menggunakan
604 waktu dia tes RCTM kayanya dia play therapy agar
605 pernah trauma gitu, karena dia lebih yaman.
606 kan pernah di tes RCTM sama  Sang klien
607 Psikolog sebelum saya. Kata sebenarnya sudah
608 orang tuanya ketika dia baru siap untuk
609 masuk ruangan tes itu kaya menghadapi
610 langsung takut gitu, mungkin ada konsekuensi yang
611 kenapa. Makanya dia dibuat akan terjadi,
612 netral dulu, dibuat dia cukup hanya saja orang
613 nyaman gitu. Nah saya pegang tuanya yang
614 orang tuanya, waktu itu saya kurang percaya
615 pakai pendekatan keluarga. Jadi pada kemampuan
616 memaksimalkan modalitas sang anak.
617 keluarga untuk berinteraksi  Sehingga inti
618 dengan anak, karena terapi ini yaitu
619 sebelumnya waktu asesmen membuat keluarga
620 ditemukan bahwa bapak-ibuk ini lebih berperan
621 orangnya dingin, begitu. sesuai dengan
622 Relasinya tu nggak hangat lah, fungsinya dan
623 jarang bilang sayang dan orang tua dapat
624 aktivitas tu sendiri-sendiri kalo mengikuti
625 dirumah, kakaknya ngapain, perkembangan
626 adeknya ngapain, bapaknya anaknya.
627 ngapain, ibuknya ngapain, dia
628 ngapain, sendiri-sendiri, apalagi
629 kan bapaknya juga dinas di luar
630 kota, ibuknya pun bekerja. Jadi
631 diperbanyak aktivitas bersama
632 kemudian ibunya ini kan tipe
633 yang nggondeli anaknya ya, apa-
634 apa dia bantu. Padahal anak ini
635 tu sebenrnya punya potensi
636 banyak, dia bisa masak sendiri,
637 bisa bikin pita sendiri, suka
638 keterampilan. Lalu kemarin saya
639 dorong si ibu ini belajar untuk
640 kasih kepercayaan ke anak.
641 Kaya waktu ternyata remidi,
642 sebagai guru kan pasti waduh
643 anakku kok nilainya jelek, Cuma
644 waktu itu saya tahan, coba
645 sebentar ibu, waktu remidi
646 gimana ekspresi dia, lalu dijawab
647 ya nggak tau kenapa dia ngga
648 kenapa-kena mbak. Dia Cuma
649 tanya kapan remidinya, berati
650 kan sebenernya dia sudah siap
651 untuk menghadapi konsekuensi
652 ya, oh kalo saya nilainya jelek ya
653 berati harus remidi. Itu kan
654 bagus ya, itu adalah perilaku
656 yang adaptif ya, sebagai orang
657 dewasa ya kita butuh kalo kita
658 melakukan kesalahan ya kita
659 perbaiki. Tapi kan ibuknya
660 tadinya maunya bantuin
661 langsung apa tak telfonin
662 gurumu , nah kalo misalnya gitu
663 pasti kan anaknya akan merasa
664 dan ternyata dilihat dari polanya
665 ibunya sering lho membantu
666 tanpa persetujuan anaknya, jadi
667 waktu itu juga ngerjain ujian
668 ternyata nilainya tu ngga masuk,
669 na habis itu ibunya langsung
670 bilang tak telfonin gurumu ya,
671 kamu nanti tak mintain ngisi
672 ngerjain lagi soal lagi atau
673 gimana gitu, terus dia gak
674 bolehin, si klien ini sudah
675 menyatakan kemauannya lho,
676 gak boleh, gak usah. Tapi
677 ibuknya diam-diam
678 menghubungi gurunya hingga
679 gurunya menghubungi dia, nah
680 terus ekspresinya dia marah,
681 ibunya bilang tapi kok kayanya
682 ekspresinya marah ya mbak ya,
683 terus dia gak mau ngomong
684 saya. Itu kan sebenernya sudah
685 memperlihatkan bahwa anak ini
686 mungkin punya penyelesaian
687 sendiri, hanya saja sebentar, kita
688 butuh kita beri waktu, jangan
689 langsung orang tua intrupsi dan
690 lain sebagainya. Ketika anak
691 merasa berdaya, dia bisa
692 menyelesaikan masalahnya, dia
693 PD, nah itu kan modal buat dia
694 akhirnya berani keluar ke
695 lingkungan sosial dsb. Intinya
696 adalah terapinya melibatkan
697 keluarga ini buat lebih berperan
698 sesuai fungsinya dan mengikuti
699 perkembangan-perkembangan
anak. Jadi bapak dan ibu nya
sama perannya. Family
theraphy.
700 Kalo dari secara Menurut saya ya itu tadi, karena  Saat lulus kuliah
701 keseluruha kasus menantang dan baru begitu. pertama kali
702 yang telah Kalau yang lainya eemm, jadi ini menggunakan
703 ditangani kasus saya sebenernya nyoba buat emphatic love
704 yang seperti apa menggunakan theraphy therapy pada klien
705 yang sangat transpersonal namanya, yang memiliki
706 berkesan bagi emphatic love theraphy setelah riwayat kekerasan
707 kakak sendiri? kuliah, ini pertama kalinya saya seksual, dan terapi
708 terapi ke klien yang punya itu ternyata sangat
709 riwayat kekerasan seksual. Jadi membantu dirinya
710 waktu SD pernah mendapatkan dan memunculkan
711 pelecehan seksual, dia juga progres yang
712 anak broken home, waktu SMA sanagt pesat.
713 malah bapaknya sendiri juga  Seorang psikolog
714 yang melakukan pandangan tidak perlu
715 yang tidak pantas begitu ya memberi tau
716 dengan anaknya. Bapaknya kan kepada klien
717 sudah pergi lama kemudian dengan
718 datang lagi, ibuknya meninggal, menggunakan
719 kemudian adiknya menikah. Jadi kata-kata, namun
720 tadinya dia hidup itu buat ibunya, fokus konseling itu
721 ibunya meninggal terus dia seperti cermin.
722 bingung hidup buat siapa, Sehingga harus
723 akhirnya buat adiknya, sekarang memiliki empati
724 adiknya menikah dsb. Terus yang tinggi agar
725 saya pake transpersonal sya bisa memahami
726 coba. Ternyata klien itu sanagt klien sampai
727 terbantu dan 3 kali pertemuan. akhirnya klien itu
728 Dan saya seneng aja sih, bisa menangkap
729 pokoknya seneng itu ketika klien apa yang harus
730 memberikan feedback atau dilakukannya.
731 ketika klien melakukan konseling
732 lanjutan dan ada progres, itu hal
733 yang menyenangkan bagi saya.
734 Misalnya ngga ada progres, kok
735 masih gini ya, ya nggak papa,
736 saya belajar biar tau bahwa saya
737 pun sebagai psikolog tidak bisa
738 mengendalikan semuanya
739 begitu. Saya paham itu, saya
740 juga bisa memahami klien juga
741 bahwa kadang-kadang
742 permasalahan depresi atau
743 kecemasan itu kan karena
744 banyak overthingking ya, ingin
745 perfect tapi ngga bisa perfect
746 dan kemudian merasa dirinya
747 jadi tidak berharga, hadir karena
748 dia pengen mengontrol apa yang
749 tidk bisa dikontrol. Nah hal itu
750 juga bisa akhirny tersampaikan
751 ke klien. Kadang-kadang kita tu
752 nggak perlu ngasih tau klien
753 dengan kata-kata begitu, karena
754 kita kan bukan ustad atau bukan
755 ngasih solusi gitu ya kalo sama
756 klien. Jadi fokus konseling itu kita
757 kaya bener-bener cermin. Oh
758 kamu ngerasa seperti ini dsb,
759 jadi kalo saya tangkap apa yang
760 kamu rasakan dsb, jadi kita ambil
761 poin-poinnya sehingga dia mikir
762 sendiri. Oh ternyata aku tu
763 berusaha untuk membuat orang
764 lain suka padaku, padahal
765 sebenernya orang lain itu diluar
766 kontrolku. Nah dari pemahaman
767 itu akhirnya dia menangkap
sendiri harus ngapain, gitu.
768 Kalau jenis Saya paling sering pake CBT  Intervensi yang
769 intervensi atau (cognitive behavior teraphy) sering digunakan
770 treatment yang karena saya kan muslim ya yaitu CBT karena
771 sering digunakan kadang-kadang ada beberapa secara teori
772 kak zahra sendiri pendekatan yang mungkin sejalan dengan
773 itu apa kak ? sumber teorinya tidak sejalan keyakinan.
774 dengan keyakinan saya. Yang
775 paling aman memang CBT
776 karena apa tuhan
777 menghadiahkan manusia
778 kemampuan berpikir dengan
779 akal kita jadi ya ngga papa gitu
780 dengan pikiran itu kita ubah
781 misalkan ada false belief false
782 belief dan CBT itu alhamdulillah
783 sangat membantu sih kalo
784 menurut saya. CBTnya emphatic
785 ya soalnya kalo diluar negeri
786 CBTnya tuh cenderung yang tek
787 tek tek gitu kayak ngatur gitu dari
788 konselor atau psikolog itu bener-
789 bener jadi pengarah tapi disini itu
790 CBT tapi diikuti cara-cara
791 empatik. Jadi klien tidak merasa
792 “oh aku kok disalahkan ,
793 pikiranku kok disalahkan” itu
794 ngga. Saya itu paling seneng
pake CBT.
795 Oh iya sebelumnya Oh ada ada jadi ee ini klien Kak zahra selaku Psikolog
796 kalo selama ini ada bipolar dateng waktu itu dateng pernah merefer klien ke
797 ngga sih kak kasus dengan protokol kesehatan. psikolog lain dengan
798 yang apa namanya Sebenernya saat datang ke saya alasan kompetensi.
799 kan diterima sama itu sudah cukup baik tapi emang
800 kak zahra trus dia punya riwayat kambuh yang Kasus yang pernah
801 direfer ke praktisi kumatnya itu tahunan beberapa direfer yaitu bipolar dan
802 lain atau psikolog tahun. Memang awalnya juga disleksia
803 lain gitu loh kak ? jaraknya itu cepet banget
804 kambuh trus habis itu minum
805 obat akhirnya lama trus kalau
806 habis baru kambuh kalo
807 berhenti. Itu ketemu saya tapi
808 tetep akan saya refer ke psikiater
809 karena emang dia butuh sama
810 obat. Barusan tadi, tadi itu ada
811 klien indikasinya adalah
812 diseleksia. Saya pribadi seperti
813 yang dibilang tadi saya itu
814 klinisnya klinis umum jadi
815 diseleksia itu mungkin lebih
816 bahkan kalo ditempat saya ya
817 saya kan juga. Eh oh iya psikolog
818 itu ngga boleh merasa pinter
819 sendiri. Kita wajib diskusi dengan
820 orang lain misalnya saya
821 kerjanya di dinas pendidikan
822 padahal saya psikolog klinis
823 saya juga konsultasi dengan
824 teman-teman dipendidikan. Nah
825 tapi sayangnya kasus seperti
826 disleksia-disproksia begitu di
827 Indonesia itu masih jarang sekali
828 yang menegakan diagnosis
829 karena dia butuh hasil medis
830 juga jadi kalo disleksia itukan
831 ada kerusakan diotak juga ada
832 brain injury jadi psikolog ngga
833 bisa “oh ini disleksia”. Bahkan
834 ketika saya kuliah mendampingi
835 dosen saya konseling juga
836 anaknya indikasi disleksia beliau
837 bilang “ibu,bapak ini indikasinya
838 disleksia” jadi bilangnya indikasi.
839 “silahkan periksa ke neurolog
840 atau ke dokter spesialis tumbuh
841 kembang anak baru nanti kesini
842 lagi buat lihat treatment belajar
843 apa sih yang tepat buat dia dan
844 sebagainya. Baru tadi ada klien
845 indikasinya disleksia dan karena
846 saya pribadi dan teman sejawat
847 saya di rdrm ini tidak mendalami
848 anak-anak disleksia jadi saya
849 refer ditempat lain dipsikolog lain
850 yang sudah pernah untuk
851 melayani anak-anak yang
852 disleksia dan karena diRDRM
853 kan gratis nih layanannya dan
854 sedangkan anak tersebut
855 berasal dari keluarga yang cukup
856 berada maka dari itu. Itu
857 sebenernya sisipan sih karena
858 dia kenal dengan kepala dinas
859 dan sebagainya tapi kita lihat
860 bahwa wah ini selain karena dia
861 disleksia kita ngga bisa apa-apa
862 dan dia juga mampu. Jadi lebih
863 baik dia cari tempat lain yang
864 berbayar tapi juga menawarkan
fasilitas yang terbaik buat anak
dan begitu saya refer.
865 Kalau dari Oh iya, kerja sama yang bener Kak zahra selaku Psikolog
866 pengalaman- kerja sama dalam satu atap itu pernah bekerja sama
867 pengalaman kak belum karena RDRM itu masih dengan guru dan kerja
868 Zahra itu pernah dibawah dinas pendidikan ya. Oh sama dalam bentuk refer
869 ngga sih kaya kerja iya kalo kerja sama guru iya jadi dengan psikolog atau
870 sama gitu dengan ada kasus anak ya siswa. Waktu psikiater lain.
871 itu gurunya juga dipanggil. jadi
872 profesional yang selain kita ke orang tua, kita juga
873 lain ? manggil guru buat menjelaskan
874 anak ini kondisinya seperti ini
875 wajib untuk adaptasi kurikulum
876 itu kalau yang sama guru. Kalo
877 yang lain biasanya sifatnya refer
878 seperti tadi misalnya refer ke
879 psikiater. Saya sendiri belum
880 kenal sama psikiaternya tapi
881 saya bilangnya harus ke
psikiater gitu
882 Ee kalau misal tadi Jadi kalau misalnya anak ini Kerja sama yang
883 kerja sama dengan berkebutuhan khusus misalnya dilakukan dengan guru
884 guru itu anak ini lamban belajar. Lamban yaitu berkaitan dengan
885 keterlibatan belajar ditambah dia punya pemberian pelatihan,
886 gurunya itu seperti masalah emosi jadi dihasil konseling dan dalam
887 apa kak ? pemeriksaan psikologis itu kami proses adaptasi kurikulum
888 bilang bahwa anak ini itu untuk siswa yang
889 kebatuhannya seperti ini guru berkebutuhan khusus
900 harus adaptasi kurikulum dan
901 metode pembelajarannya harus
902 variatif karena dia ternyata
903 belum bisa berpikir abstrak
904 masih berpikir konkret harus ada
905 bendanya. Nah gurukan nanti
906 dipanggil nih trus nanti konseling
907 dengan saya. Konseling
908 dijelaskan biasanya guru itu
909 nanya “oke habis ini berarti
910 adaptasi kurikulumnya caranya
911 gimana ya mbak?” ada juga yang
912 ngga tahu caranya adaptasi
913 kurikulum. Psikolog juga ngga
914 tahu sebenernya karena itukan
915 ranahnya gurukan akhirnya saya
916 arahkan ketemu dengan pak
917 siapa di dinas pendidikaan. Nah
918 nanti beliau yang akan
919 mengajarkan adaptasi
920 kurikulum. Nah kemudian karena
921 sebenernya RDRM itu bagusnya
922 karena tersistematis ya jadi dia
923 ada uu nyaa jadi dia
924 menjalankan uu dan dibawah
925 dinas pendidikan sehingga tadi
926 sistemnya gurunya setelah
927 konseling nanti ada evaluasi nah
928 yang membantu evaluasi itu
929 temen-temen kalian kemarin
930 kakak-kakak yang PKL. Jadi
931 konselor psikologi mereka akan
932 diterjunkan ke sekolah dan lihat
933 apakah sudah dilaksanakan
934 belum ini yang disuruh sama
935 psikolognya ? sudah ada
936 adaptasi kurikulum belum ?
937 kalau belum diadakan pelatihan
938 lagi. Kalau malah gurunya yang
939 malah stress kan banyak tuh
940 sebenernya karena banyak
941 anak-anak yang susah dan
942 gurunya karena ngga ngerti jadi
943 stress maka diadakan “pojok
944 konseling”. Karena sistemnya
945 tidak selalu saya dan bu putri
946 langsung terjun ke untuk
947 mengkonseling guru-guru
948 kemaren karena ada temen-
949 temen PKL ini juga kami kasih
950 mereka pelatihan buat
951 menejemen stress nah temen-
952 temen PKL unnes kemudian
953 terjun ke sekolah buat
954 memberikan pelatihan
955 menejemen stres ke guru-guru.
956 Nanti kalau guru-guru ini ada
957 curhat atau cerita ke temen-
958 temen unnes nah temen-temen
959 unnes nanti menaikan ke kita
960 biar kita buatkan intervensinya
seperti apa. Nah sebenernya kita
main disistemnya kayak gitu.
961 Kak mau tanya lagi Yang membedakan cara Perbedaan cara
962 nih kalau penanganan kasus individu, menangani kasus
963 perbedaan apa ya pasangan, kelompok, komunitas. individu,kelompok,pasang
964 cara menangani Nah kita mulai dari assesmen an terletak pada proses
965 kasus dulu pastikan semua mulai dari asesmen menurut dari
966 individu,kelompok, keluhan ya entah yang dateng Kak Zahra.
967 pasangan itu Cuma satu orang misalnya
968 gimana ya ? kayak eh kayak klien yang SMP
969 tadi. Dia itu sebenernya eh nanti
970 dipilah sendiri ya mana yang
971 saya psikolog klinis kerja di dinas
972 pendidikan sama mana yang
973 saya praktik sendiri. Jadi kenapa
974 sih tadi klien yang diem
975 selectivism sebenernya masuk
976 ke ranah klinis. Jadi dia ada
977 gangguan kecemasannya jadi
978 bukan gangguan belajarnya,
979 bukan karena secara IQ nya
980 rendah trus dia ngga bisa
981 mengikuti pelajaran itu tidak tapi
982 kan ada masalah emosi dan
983 sosial makanya masuk ke ranah
984 klinis. Tadinya kan karena dia
985 diem ngga mau belajar ngga
986 mau sekolah harusnya kan
987 assesmennya asesmen
988 pendidikan tapi ternyata setelah
989 diassesmen, diobservasi,
990 diwawancara orang tuanya oh
991 ternyata ini arahnya klinis
992 ranahnya klinis dan tidak hanya
993 melibatkan individu anak saja
994 tapi juga keluarga maka itu
995 kemudian intervensinya
996 intervensi kelompok atau
997 keluarga begitu. Kemudian kalau
998 yang pasangan itu ada yang
999 datang satu saja jadi klien itu
1000 mengeluhkan itu masalahnya
1001 pribadi. Dia mengeluhkan dalam
1002 satu tahun peernikahan kok
1003 merasa sedih terus, merasa
1004 tidak dihargai oleh suami dan
1005 sebagainya. Nah sebenernya ini
1006 akan lebih efektif ketika di
1007 lakukan pasangan ,
1008 pasangannya dateng begitu,
1009 intervensinya dua orang couple
1010 teraphy. Tapi karena dia ngga
1011 mau suaminya tau kalau dia ke
1012 psikolog ya sudah. “ baik ini saya
1013 bisa konseling atau terapi ke
1014 mbak tapi nanti hasilnya tidak
1015 maksimal karena kita juga butuh
1016 nih untuk memproses atau
1017 berproses dengan bapak”. Jadi
1018 kasih pengertian, kita wajib buat
1019 psikoedukasi ya sebelum saya
1020 terapi itu saya akan bilang nanti
1021 misalnya setelah mendengarkan
1022 ceritanya “oh nampanya tidak
1023 bisa nih sekali atau dua kali
1024 konseling selesai” nanti saya
1025 akan bilang “ini nanti prosesnya
1026 akan cukup panjang mbak nanti
1027 mungkin bisa saya mintaa untuk
1028 beberapa kali konseling” nanti
1029 kita juga wajib untuk
1030 menceritakan “mba atau mas
1031 nanti setelah ini saya akan
1032 memberikan terapi namanya
1033 cognitive behavior teraphy
1034 terapinya itu seperti ini seperti
1035 ini, anda bersedia atau tidak ?
1036 jadi tetep konsen klien itu yang
1037 utama. Misal klien bilang ngga
1038 bersedia trus nanti kita proses
1039 trus nanti dimasa depan ada
1040 yang menuntut malpraktik atau
1041 apa gitu kita akan kena jadi ya
1042 bertanggung jawab menjelaskan
1043 ke klien. Kemudian kalau
1044 kelompok sama komunitas
1045 bedanya apa ya dari aawal kita
1046 asesmen ya harus sudah dilihat
1047 ini kasusnya kasus apa Kasus
1048 kelompok atau kasus komunitas
1049 kah. Kalau nanti setelah kita
1050 asesmen, wah ini ada masalah
1051 juga nih dikebijakan, step
1052 holdernya juga bermasalah jadi
1053 nanti jatunya ke komunitas jadi
1054 semua itu dari asesmen ngga
bisa langsung ke intervensi.
1054 Ehm sebagai Kalau tantangannya lebih ke Tantangan menjadi
1055 seorang psikolog menejemen diri kita sendiri. Jadi seorang psikolog menurut
1056 klinis sendiri apa sj kalau tantangannya dengan klien Kak Zahra adalah
1057 sih kak tantangan kita ngga bisa milih ya mau klien bagaimana
1058 yang dihadapi dan kayak apa dengan masalah memanajemen diri dan
1059 bagaimana cara seperti apa yang dateng ke kita. berperilaku asertif
1060 mengatasi Nah tantangannya itu terhadap diri sendiri.
1061 tantangan tersebut bagaimana kita menejemen diri,
1062 ? karena kalau kita ketemu dengan
1063 beragam klien tapi kitanya lagi
1064 ngga oke, lagi ngga well, kitanya
1065 lagi capek, kitanya lagi banyak
1066 pikiran dan sebagainya ya kita
1067 ngga akan wah ketemu klien
1068 Cuma sejam aja udah teparnya
1069 mungkin dua hari gitu. Itu sih
1070 saya belajar buat manage. Nah
1071 jadi itu kenapa saya buat
1072 appointment jadi dirumah saya
1073 tidak saya buka pintunya setiap
1074 saat tapi saya tulis by
1075 appointment. Karena ya tadi
1076 saya harus bisa manage, saya
1077 masih oke ngga menerima klien,
1078 misalnya sehari saya sudah
1079 dapet dua. Kan biasanya saya
1080 buka slot sore sampai malem ya,
1081 nah ternyata saya sore udah
1082 dapet nah saya masih kuat ngga
1083 ya sampai malem kalau ngga
1084 kuat ya udah. Kalau misalnya
1085 kliennya klien chat itu bisa saya
1086 ambil lagi tapi kalau kliennya
1087 video call dengan masalah yang
1088 berat biasanya saya ngga kuat.
1089 Kalau apointment kan jauh-jauh
1090 hari sudah saya petakan nih
1091 kayaknya aku ngga kuat deh
1092 ngga deh aku reschedule hari
1093 lain dan ngga papa berani aja
1094 bilang kalau ngga sanggup hari
1095 ini. jadi kayak apa ya kerjaan
1096 psikolog kan ngga Cuma
1097 konseling aja kan kadang
1098 diminta buat jadi narasumber
1099 atau kita ngasih bantuan buat
1100 temen-temen kita yang masih
1101 kuliah, bantuin thesisnya dan
1102 sebagainya. Kadang-kadang
1103 teman atau saudara curhat ke
1104 kita, kita kan ngga boleh ya
1105 menjadikan saudara dan teman-
1106 teman klien Tapi kalau curhat ya
1107 ngga papa lah. Cuman kadang-
1108 kadang curhat itukan juga negatif
1109 ya energinya, jadi kadang harus
1110 tau lah kapan. Misalnya
1111 “sebentar ya akau masih ada
1112 klien” atau “aku bales besok ya”
1113 itu kita harus lebih ini apa ya
1114 bahasanya berani gituloh buat
1115 ngomong Tentu dengan cara
1116 yang baik. Saya kemarin awal-
1117 awal tuh ... . Banyak temen-
1118 temen yang mungkin sudah
1119 nunggu-nunggu nih kapan nih
1120 zahra jadi psikolog udah bis aku
1121 curhatin dan sebagainya. Wah
1122 udah tuh banyak banget
1123 apalagikan diusia-usia saya
1124 yang 20an tahun, banyak temen-
1125 temen lain yang udah quater life
1126 crisis ya seperti itu jadi selalu
1127 saya layanikan cerita tentang
1128 masalahnya dan sebagainya.
1129 Wah kadang-kadang bener-
1130 bener capek sekali trus akhirnya
1131 mempengaruhi kalau saya kerja
1132 jadi diem aja dikantor
1133 maksudnya bener-bener fokus
1134 kerja tok gitu ngga ngobrol
1135 maksudnya itu kan ngga nyaman
1136 gitukan dilingkungan kerja.
1137 Yaudah saya ee lebih berani
1138 buat bilang bentar ya atau besok
1139 ya lagi ngerjain sesuatu nih. Jadi
1140 bikin batasan dan tantangannya
1141 itu kalau misal biasa yesman
1142 semuanya diambil yowes
1143 ambruk ngga akan bertahan
1144 lama. Sudah aku ngga mau jadi
pskolog lagi sedih gitu
1145 Persiapan apa aja Persiapannya pertama itu harus Menurut Kak Zahra
1146 sih kak yang kita tau kenapa kamu mau lanjut persiapan yang paling
1147 butuhkan untuk mapro kenapa mau lanjut utama untuk lanjut ke
1148 lanjut ke s2 ? psikolog dan kenapa kok ada profesi psikolog adalah
1149 pilihannya klinis kok pilih klinis mengetahui tujuan
1150 karena ini ditanyakan mengapa ingin menjadi
1151 diwawancara juga. Jadi kalau psikolog.
1152 masalah tes tertulisnya kayak tes
1153 ujianlah kalian ee tes ujian
1154 psikologi dasar campur ada
1155 metodelogi peneliitian dan
1156 sebagainya. Tapi menurut saya
1157 menurut saya yang paling
1158 kenapa kita tau kenapa kita mau
1159 jadi psikolog kita tahu alasan kita
1160 mau jadi klinisi itu akan
1161 memudahkan kita ketika ditanya
1162 “kamu setelah lulus ngapain?”
1163 atau ketika ee seleksi FGD kan
1164 ada kasus nih kira-kira
1165 assesmennya apa trus kira kira
1166 bisa diintervensi seperti apa.
1167 Kalau kita sudah tahu kalau
1168 sebelumnya alasan kita mau
1169 mapro itukan pasti mau prektek
1170 mau bantu orang dan
1171 sebagainya pasti ketika
1172 mengerjakan kita ngga Cuma
1173 menggunakan kapasitas otak
1174 saja ingatan kita terhadap
1175 pelajaran-pelajaran tapi juga
1176 dengan hati. Menurut saya itu
1177 akan terasa sekali, karena
1178 penilaian khususnya di UGM
1179 penilaian seleksi dosen tuh kita
1180 sampai sekarangpun kita tuh
1181 ngga ngerti apa sih yang
1182 membuat kita lolos ada yang
1183 tidak. Bahkan temen saya yang
1184 cumlaude ngga masuk tapi ada
1185 temen saya yang ngga cumlaude
1186 malah masuk jadi sebenernya
1187 ngga tau apa. Feelingnya sih ya
1188 tadi itu dosen-dosen itu punya
1189 radar, punya sensor-sensor
1190 tertentu gitu. Ada satu dosen
1191 yang bilang kalo beliau itu
1192 melihat kadang Cuma
1193 menerawang tok gituloh “oh ini
1194 anak kayaknya bisa jadi
1195 psikolog. Oh ini anak belum siap
1196 jadi psikolog”. Nah kalau
1197 menurut saya pribadi mungkin
1198 lihatnya dari situ. “Kamu tau
1199 ngga kamu mau apa? kenapa sih
1200 kamu mau?” jadi harus tau
1201 tujuan dulu. Dan harus siap
1202 terbuka karena tadi proses di
1203 semester pertama saya kurang
1204 tau di universitas lain juga ada
1205 atau tidak tapi kalau temen-
1206 temen lanjutnya di gajah mada
1207 siap diobrak abrik dulu hatinya.
1208 Ngga papa memang berat,
1209 memang sakit tapi setelah itu kita
1210 akan lebih kaya, lebih tau, lebih
1211 healing dan itu lumayan loh
1212 pengobatan gratis juga loh. Kita
1213 kan bayar UKT ya tapi paling
1214 ngga kita dipegang oleh dosen-
1215 dosen yang sudah bagus gitu
1216 bukan psikolog. Kalau saya
1217 bayarkan paling cuman 1 pikolog
kalau itukan dipegang banyak
dosen jadi dimanfaatkan gitu sih.
1218 Ini mungkin Eee harapan saya di Indonesia Harapan Kak Zahra untuk
1219 pertanyaan terakhir sebenernya psikolog klinis itu kedepannya psikolog
1220 ya kak karena ini udah masuknya psikolog yang klinis bisa tersebar luas di
1221 sudah mau maju ya karena dia udah ada UU unit kesehatan
1222 maghrib juga, ya nya tadi saya lupa mau masyarakat seperti
1223 jadi pertanyaan menceritakan. Jadi, satu- puskesmas.
1224 terakhir dari kami satunya psikolog yang dilindungi Psikolog klinis merupakan
1225 itu apa sih kak oleh undang-undang itu psikolog satu-satunya psikolog
1226 harapan dari kak klinis kita dibawah kementrian yang dilindungi undang-
1227 zahra sendiri kesehatan. Jadi setelah SIPP undang.
1228 terhadap saya punya STR juga surat
1229 perkembangan tanda regristrasi yang sama
1230 psikologi klinis di dengan dokter dan juga
1231 Indonesia ? peerawat sedangkan psikolog
1232 lain belum. Nah undang-undang
1233 ini sebenernya membantu buat
1234 menjaga profesi kalau misal ada
1235 mal praktik atau blablabla itu
1236 sangat membantu. Tapi kalau
1237 harapan saya, ini dari dulu sih
1238 sepertinya saya pengin psikolog
1239 klinis ini hadir di tier-tier
1240 Puskesmas itu. Karena saya di
1241 RDRM kan ee melayani
1242 gratiskan, melayani gratis untuk
1243 siswa-siswa dari keluarga tidak
1244 mampu dan itu sebenernya
1245 kebutuhan untuk psikolog itu
1246 banyak sekali tapi karena
1247 kurangnya dan kurangnya
1248 layanan psikologi yang murah
1249 atau gratis jadinya kurang
1250 accessable. Kalau di sleman
1251 seluruh kecamatan, seluruh
1252 Puskesmas ada psikolognya itu
1253 kalau punya KTP Sleman gratis
1254 kalau KTP non Sleman itu Cuma
1255 7,5 ribu dan itu tidak terbatasi
1256 waktu paling kalau ada banyak
1257 klien ya dibatasi 1 jam gitu.
1258 Harapannya saya kalau saya
1259 sudah punya nama di Semarang
1260 mungkin jadi dosen saya pengin
1261 advokasi itu jadi ada psikolog
1262 klinis di masing-masing
1263 Puskesmas di Semarang. Jadi
1264 biar lebih berasa gitu
1265 kebermanfaatannya, jadi
1266 layanan psikologi bukan lagi
1267 layanan tersier yang buat orang
1268 kaya saja yang bisa bayar mahal
1269 tapi ya memang buat semuanya
1270 karena memang kebutuhannya
1271 banyak gitu. Oh iya teman-teman
1272 kalau ada info pembukaan dosen
1273 saya dikabarin dong gitu. Itu sih
1274 harapan buat psikolog klinis.
1275 Oke sebelumnya Iyaa. terimakasih .saya boleh left
1276 terimakasih kak dulu ya.
Zahra karena
sudah mau jadi
narasumber kami
oh iya sebelum
diakhiri boleh foto
bersama kak ?
saya screenshot ya
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam Kode Etik Psikologi Indonesia disebutkan bahwa Psikolog secara umum adalah
seorang ahli psikologi, bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses
mental. Namun di Indonesia, psikolog secara khusus merujuk pada seorang praktisi psikologi
yang telah menempuh pendidikan profesi psikologi. Seorang ahli psikologi yang tidak
menempuh pendidikan profesi psikologi disebut ilmuwan psikologi.
Psikolog di Indonesia tergabung dalam organisasi profesi bernama Himpunan Psikologi
Indonesia (HIMPSI), memiliki Sertifikat Sebutan Psikolog (SSP), dan wajib memiliki Surat Izin
Praktik Psikologi (SIPP) sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Psikolog
dapat dikategorikan ke dalam beberapa bidang tersendiri sesuai dengan cabang ilmu
psikologi yang ditekuninya, misalnya Psikolog Klinis, Psikolog Pendidikan, Psikolog Industri,
atau Psikolog Forensik.
Wikipedia menyebutkan bahwa Psikologi Klinis mempelajari orang-orang abnormal
atau subnormal. Tugas utamanya adalah menggunakan tes yang merupakan bagian integral
suatu pemeriksaan klinis yang biasanya dilakukan di rumah sakit. Namun secara
luas, Psikologi Klinis adalah bidang psikologi yang membahas dan mempelajari kesulitan-
kesulitan serta rintangan-rintangan emosional pada manusia, tidak memandang apakah ia
abnormal atau subnormal. Menurut Phares (1992), psikologi klinis menunjuk pada bidang
yang membahas kajian, diagnosis, dan penyembuhan (treatment) masalah-masalah
psikologis, gangguan (disorders) atau tingkah laku abnormal.
Dari pengertian dan definisi di atas terlihat bahwa psikologi klinis mencakup assesmen atau
psikodiagnostik, penelitian, dan terapi bagi masalah-masalah psikologis, gangguan
penyesuaian diri, maupun perilaku abnormal.
Sedangkan Psikologi Pendidikan menurut Wikipedia adalah yakni psikologi pendidikan
banyak mengandalkan pengujian dan pengukuran dengan metode kuantitatif, untuk
meningkatkan aktivitas pendidikan seperti desain pemberian instruksi, manajemen kelas, dan
asesmen, yang bertujuan untuk memfasilitasi proses pembelajaran dalam berbagai setting
pendidikan sepanjang hidup. Dan merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang berdasarkan
riset psikologis yang menyediakan serangkaian tahap-tahap untuk membantu individu
melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses mengajar-belajar secara lebih
efektif.
Menurut Wikipedia Psikologi Industri dan Organisasi merupakan ilmu yang
mempelajari perilaku manusia di tempat kerja. Ilmu ini berfokus pada pengambilan
keputusan kelompok, semangat kerja karyawan, motivasi kerja, produktivitas, stres kerja,
seleksi pegawai, strategi pemasaran, rancangan alat kerja, dan berbagai masalah lainnya.
Psikolog industri meneliti dan mengidentifikasi bagaimana perilaku dan sikap dapat
diimprovisasi melalui praktik penggajian, program pelatihan, dan sistem umpan balik.
Sehingga profesi Psikolog merupakan profesi yang fleksibel namun sangat diperlukan
di berbagai sektor kerja. Hal ini lah yang menjadi alasan beberapa mahasiswa yang minat
dengan jurusan tersebut bahkan hingga seorang yang sudah menjadi Psikolog.
Perlu diketahui bahwa tidak semua perguruan tinggi memiliki jurusan S1 Psikologi, S2
Psikologi hingga peminatan yang berbeda pula di setiap perguruan tingginya. Menurut
Quipper Campus hanya ada 100 perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki jurusan S1
Psikologi . Sedangkan yang memiliki jurusan S2 Profesi Psikologi dan peminatan klinis secara
umum sangatlah sedikit, karena mayoritas dibagi lagi menjadi klinis anak dan dewasa.
Menurut narasumber kelompok kami menjadi Psikolog dimasa pandemi ini memiliki
dampak yang positif dan juga negatif secara bersamaan. Seperti ketika mendapatkan seorang
klien yang memerlukan terapi intrapersonal yang basisnya menggunakan teori psikoanalisis
maka akan lebih efektif ketika dilakukan dengan tatap muka, karena sebagai seorang Psikolog
tidak diperbolehkan mendiagnosis ketika tidak adanya tes, sedangkan pada umumnya tes
dilakukan dengan cara bertemu atau tatap muka. Namun adapun dampak positif yang
dirasakan oleh narasumber kami yaitu bisa mendapatkan klien dari berbagai daerah bahkan
hingga ke luar pulau dan hal itu sangat menambah pengalaman karena bisa bertemu secara
online dengan orang-orang yang berbeda pulau.
Kemudian narasumber kami pun memberikan sedikit gambaran mengenai
pengalaman perkuliahannya saat ia mengejar gelar M. Psi., Psikolog. Pada semester 1 semua
mahasiswa Psikologi di bidang klinis akan diterapi terlebih dahulu dan latihan dengan teman
yang masing-masing menjadi klien, observer dan terapis. Ketiga peran tersebut akan digilir
hingga semuanya merasakan. Sehingga bisa meningkatkan rasa empati dan memperkaya
emosi. Di semester ini banyak pengalaman yang menyenangkan dan juga stresful. Saat
semester 2 mulai menggunakan klien yang berasal dari luar atau orang lain namun tetap
dibawah supervisi. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir hal-hal negatif yang mungkin saja
terjadi. Di semester 3 ada PKPP (Praktik Kerja Profesi Psikolog) ke tiga tempat yakni
Puskesmas di Sleman, RSJ Magelang dan BRSPA. Syarat PKPP harus mendapatkan 7
kasus. 5 kasus individu yang terdiri kasus dewasa / anak / remaja. 1 kasus komunitas dan 1
kasus kelompok. Pengujinya pun berasal dari luar dan akan mendapatkan gelar Psikolog.
Semester 4 dan semester 5 membuat tesis dan akan mendapatkan gelar M. Psi.
Berdasarkan hasil wawancara kami, pengalaman yang menarik dan menantang yaitu
menangani kasus selective mutism pada remaja SMP. Kemudian melakukan terapi yang
cukup lama yakni sekitar 3 bulan. Progres yang diberikan pun sangat lambat.
Selective mutism menurut Muris dan Ollendick (2015) adalah kondisi psikiatrik yang biasa
terjadi di masa kanak-kanak dengan ciri-ciri hilangnya keinginan dalam situasi spesifik yang
mengharuskan seorang anak untuk bicara (di sekolah, situasi sosial tertentu) sementara jika
dirumah anak dapat banyak berbicara seperti anak-anak lain. Sedangkan berdasarkan DSM
V(APA, 2013) hilangnya keinginan tersebut paling tidak berlangsung selama satu bulann. Hal
ini sebenarnya banyak dialami oleh anak-anak terutama anak usia dini pada saat hendak
masuk sekolah. Ciri-ciri yang biasa ditunjukkan oleh anak SM adalah pemalu, cemas, dan
pendiam dalam situasi sosial tertentu. Anak-anak dengan SM cenderung menghindar jika
diminta untuk berbicara. Kristensen (2001) menuliskan bahwa berdasarkan penelitian, anak
dengan SM cenderung akan mengalami masalah terkait dengan internal dirinya seperti
depresi, kelekatan, rasa takut, dan sangat sensitif; dan juga masalah yang akhirnya keluar
dan berbentuk menjadi kekeraskepalaan, ketidakpatuhan, pengatur, penuntut, murung,
negatif, pembangkang, dan agresi.
Pada kasus yang ditangani oleh Psikolog Zahra ini terdapat seorang remaja SMP yang
menunjukkan gejala tidak mau berbicara sama sekali, menunduk dan enggan menatap mata
lawan bicaranya hal ini dikarenakan adanya masalah di sekolahnya yang mengakibatkan
prestasi belajar anak menurun. Untuk mengatasi kasus selective mutism karena dilakukan
secara kelompok dan kak Zahra menggunakan pendekatan family therapy untuk kedua orang
tuanya dengan menekankan modalitas keluarga untuk berinteraksi dengan anak. Sedangkan
sang klien menggunakan play therapy agar lebih nyaman.
Family Therapy adalah terminology yang mengacu pada metode yang dilakukan keluarga
dengan kesulitan bipsikososial, terapi ini diterapkan pada individu yang memiliki masalah
interpersonal. Terapi ini dilakukan dengan melakukan interaksi hangat antar anggota
keluarga. Terapi ini berakar pada positivisme yang memandang bahwa pengetahuan datang
dari pikiran sehat (Sawitri, 2009). Sedangkan Play Therapy dalam Nawangsih (2014) adalah
terapi yang menekankan pada kekuatan permainan sebagai alat untuk membantu klien yang
memerlukan bantuan. Terapi ini biasanya dilakukan pada anak-anak dengan tujuan
membantu klien dalam rangka mencegah dan mengatasi persoalan psikisnya serta
membantu proses pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan tugas perkembangan
pada CA anak.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa setting ruangan konseling sangat diperlukan,
dalam penataan diusahakan kursi psikolog berada di dekat pintu agar mudah menyelamatkan
diri ketika menangani pasien yang agresif atau menghindari hal-hal negatif.
Setting ruangan konseling juga perlu diperhatikan sebagai salah satu penunjang kegiatan
konseling yang akan dilakukan oleh psikolog. Setting ruangan yang nyaman membuat klien
akan merasa lebih tenang dan memperlancar jalannya konseling. Selain posisi penempatan
kursi psikolog, terdapat beberapa setting yang perlu diperhatikan seperti pencahayaan yang
cukup, warna cat tembok ruangan yang tidak mencolok, dan alat penunjang lainnya seperti
audio relaksasi, kursi yang nyaman, ruangan yang luas dan tidak terdapat barang-barang
berbahaya.
Saat lulus kuliah pertama kali Psikolog Zahra menggunakan emphatic love therapy pada
klien yang memiliki riwayat kekerasan seksual, dan terapi itu ternyata sangat membantu
dirinya dan memunculkan progres yang sanagt pesat.
Menurut Firman&Gila (2007) empathic love therapy merupakan teknik untuk membantu
seseorang agar memahami, menerima, mengembangkan cinta pada seluruh kepribadiannya,
mencintai dan bertanggungjawab terhadap kesehatan serta pertumbuhan pribadinya dalam
setiap pengalamannya. Empathic love therapy serangkaian terapi dengan pendekatan
transpersonal yang diberikan sebagai proses pengenalan diri sendiri (self). Terapi ini
menekankan pada penerimaan dan penghormatan seluruh aspek diri. Melalui terapi ini,
individu dimampukan untuk mencintai seluruh aspek dirinya sendiri yang merupakan awal dari
kesembuhan. Emphatic love therapy memiliki 7 konsep utama (Firman & Gila, 2002, 2007;
Firman, 2011) yaitu:
a. Disidentification: Firman (2011) menjelaskan prinsip utama dalam psikosintesis adalah
disidentification.Bertujuan untuk mengenali dan mengasosiakan diri dengan strukturstruktur
kepribadian untuk mengidentifikasi (Ruffler, 1995).
b. Personal Self or I:”I” adalah refleksi dari gambaran dari self.”I” adalah dasar identitas
manusia, tidak bebas. Self merupakankesatuan secara langsung dan segera muncul dari
deeper self (Firman & Gilla, 2002).
c. Will- Good, Strong, Skillful: Will terdiri dari tiga dimensi yaitu: 1) aspects of will (kebaikan,
kekuatan, kemampuan dan transpersonal), 2) qualities of will (energi, penguasaaan,
konsentrasi, penentuan, ketekunan, inisiatif dan organizatioan). 3) stages of the act of will
(tujuan, pertimbangan, pilihan, afirmasi, rencana, arah eksekusi.
d. The Ideal Model: Assagioli mengatakan ideal model adalah metode esensial dalam
pencapaian realisasi diri (Firman & Gila, 2002, 2010). Realisasi diri terjadi apabila ada
hubungan antara I dan Self secara dinamis dan berkehendak bebas (Assagioli, 1973).
e. Synthesis: Assogioli menekankan pada proses synthesis memerlukan cinta yang penuh
empahic karena cinta yang mampu membuat hubungan itu menjadi harmonis. Synthesis
sebagai tahap transformasi terakhir, langkah untuk pertumbuhan diri sebagai suatu tahap
yang terjadi merupakan perubahan paradigma atau cara pandang (Ruffler, 1995).
f. The Superconscious or Higher Unconscious: Puncak ketidaksadaran atau “kesadaran
tertinggi” memuat dorongan-dorongan spiritual, tindakan-tindakan kemanusiaan, cinta yang
memberi, pemahaman artistik, pencarian tujuan dan arti kehidupan sebagai diri
yang sejati, (Firman, 2011; Firman & Gila, 2002, 2010).
g. Transpersonal Self or Self: Self selalu ada dalam diri manusia dan secara aktif mencintai
meskipun dalam kondisi luka dalam dasar ketidaksadaran (Firman, 2011; Firman & Gila,
2010).
Intervensi yang sering digunakan Psikolog Zahra yaitu CBT karena secara teori
sejalan dengan keyakinannya. CBT (Cognitive Behavior Therapy) merupakan konseling yang
dilakukan untuk meningkatkan dan merawat kesehatan mental. Menurut Oemarjoedi (2003)
Teori Cognitive-Behavior pada dasarnya meyakini pola pemikiran manusia terbentuk melalui
proses Stimulus-Kognisi-Respon (SKR) yang saling berkaitan dan membentuk semacam
jaringan SKR dalam otak manusia, di mana proses kognitif menjadi faktor penentu dalam
menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak. Tujuan dari konseling CBT
lebih fokus terhadap status kognitif saat ini untuk merubah status kognitif negatif menjadi
status kognitif yang positif serta membantu individu dalam mengubah pemikiran atau kognisi
yang irasional menjadi pemikiran yang lebih rasional. CBT Merupakan terapi yang berguna
untuk mengatasi tantangan emosional. Dalam hal ini CBT dapat membantu seseorang yang
mengalami beberapa masalah seperti :
1. Kelola gejala penyakit mental
2. Mencegah gejala penyakit mental kambuh
3. mengobati penyakit mental jika obat bukan pilihan yang baik
4. Pelajari teknik untuk menghadapi situasi kehidupan yang penuh tekanan
5. Identifikasi cara untuk mengelola emosi
6. Selesaikan konflik hubungan dan pelajari cara yang lebih baik untuk berkomunikasi
7. Mengatasi kesedihan atau kehilangan
8. Mengatasi trauma emosional terkait pelecehan atau kekerasan
9. Mengatasi penyakit medis
10. Kelola gejala fisik kronis
CBT juga dapat mengatasi beberapa gangguan kejiwaan seperti :
1. Depresi
2. Gangguan kecemasan
3. Fobia
4. PTSD
5. Gangguan tidur
6. Gangguan Makan
7. Gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
8. Gangguan penggunaan zat
9. Gangguan bipolar
10. Skizofrenia
11. Gangguan seksual
Sebagai metode yang berkontribusi besar dalam bidang konseling, pendekatan
Kognitif-Behavioral tentu telah ditelaah dan dikritik oleh para ahli. McLeod (2006) kelebihan
dan kekurangan dari pendekatan Kognitif-Behavioral yaitu:
A. Kelebihan
1. Langsung dan Praktis, lebih menekankan pada aksi
2. Memiliki teknik yang beragam, mengaplikasikan banyak teknik dan secara tidak
langsung juga membuat konselor merasa memiliki kompetensi dan potensi yang
unggul
3. Sudah terbukti cukup efektif untuk berbagai kondisi
B. Kekurangan
1. Hubungan konseling terlalu mengarah pada edukasional
2. Kurang ditekankannya kesepahaman antara diri konselor dan klien
3. Terlalu menganggap klien sebagai orang yang lemah
4. kurang memiliki penjelasan teori yang efektif mengatasi kasus depresi.
Narasumber pernah mereferensikan atau melakukan pengalihan layanan psikologi ke
psikolog lain. Hal ini dilakukan narasumber karena merasa jika permasalahan atau keluhan
klien lebih tepat jika ditangani oleh orang-orang yang lebih berpengalaman dan memiliki
kompetensi yang lebih sesuai untuk mengatasi tersebut. Misalnya ia pernah merefer kliennya
untuk ke psikiater karena permasalahan klien lebih sesuai jika psikiater yang menanganinya.
Dalam Kode Etik Psikologi Indonesia sendiri pengalihan layanan psikologi
diperbolehkan dan dijelaskan dalam pasal 22 mengenai pengalihan dan penghentian layanan
psikologi. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi
menyadari pentingnya perencanaan kegiatan dan menyiapkan langkah-langkah yang perlu
dilakukan bila terjadi Kode Etik Psikologi Indonesia hal-hal yang dapat menyebabkan
pelayanan psikologi mengalami penghentian, terpaksa dihentikan atau dialihkan kepada pihak
lain. Sebelum layanan psikologi dialihkan atau dihentikan pelayanan tersebut dengan alasan
apapun, hendaknya dibahas bersama antara Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dengan
penerima layanan psikologi kecuali kondisinya tidak memungkinkan.
Dalam pasal 22 juga dijelaskan baahwa Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dapat
mengalihkan layanan psikologi kepada sejawat lain (rujukan) karena beberapa hal yaitu
a. Ketidakmampuan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi, misalnya sakit atau
meninggal.
b. Salah satu dari mereka pindah ke kota lain.
c. Keterbatasan pengetahuan atau kompetensi dari Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi.
d. Keterbatasan pemberian imbalan dari penerima jasa layanan psikologi.
Kasus-kasus yang pernah dialihkan oleh narasumber antara lain seperti kasus bipolar
dan juga disleksia. Pada kasus bipolar, narasumber mengalihkan pemberian layanan
psikologi ke psikiater karena klien membutuhkan penanganan obat sehingga akan lebih tepat
jika ditangani oleh psikiater. Psikiater sendiri adalah seorang ahli medis yang fokus
menangani masalah kesehatan mental dan perilaku melalui upaya pencegahan, kuratif dan
rehabilitatif dengan pemberian konseling, psikoterapi, dan obat-obatan. Sementara pada
kasus disleksia narasumber merasa belum memiliki kompetensi yang tepat untuk menangani
kasus tersebut dan juga membutuhkan hasil dari pemeriksaan neurologis juga.
Gangguan bipolar adalah sekelompok gangguan afektif atau gangguan mood, yang
ditandai dengan episode depresif dan manik atau hipomanik. Gangguan ini adalah sindrom
yang sering mengalami kekambuhan secara periodik atau siklik. Gambaran klinis gangguan
ini didominasi oleh perubahan mood yang patologis, disertai gangguan fungsi vegetatif dan
psikomotor. Gangguan Bipolar merupakan salah satu diantara gangguan mental yang serius
dan dapat menyerang seseorang, sifatnya melumpuhkan disebut mania - depresi (Parks
dalam Aziz, 2019). Gangguan bipolar sering dikaitkan dengan gangguan yang memiliki ciri
yaitu naik turunnya mood, aktifitas dan energi (Mintz dalam Aziz, 2019).
Disleksia merupakan bentuk gangguan belajar spesifik yang merujuk pada
ketidakmampuan belajar yang berbeda dengan pengertian ketidakmampuan belajar secara
umum, dan merupakan kategori kesulitan belajar berkaitan dengan kelemahan dalam
mendengar, membaca, menulis dan matematika (Lyon dkk. dalam Raharjo dan wimbarti,
2019). The International Dyslexia Association (Martinez dkk. dalam Raharjo dan wimbarti,
2019) juga mendefinisikan disleksia sebagai kesulitan belajar spesifik berasal faktor
neurologis, ditandai dengan kesulitan mengenali kata dan kemampuan yang buruk dalam
merekognisi kata, mengeja serta kemampuan membedakan huruf dan kata. Dalam
pandangan teoritis ada tiga kerangka besar untuk mengidentifikasi disleksia, yaitu 1) adanya
kelemahan dalam fonologi, 2) kelemahan fungsi magnoseluler dan 3) kerusakan pada fungsi
otak (Fawcett & Nicolson dalam Raharjo dan wimbarti, 2019).
Narasumber menjelaskan bahwa perbedaan cara menangani individu, kelompok,
komunitas maupun pasangan terlihat dalam proses asesmennya terlebih dahulu.
Menurut Maloney & Ward, (1976 dalam Urbina, 2004). Asesmen psikologis adalah proses
yang fleksibel, tidak terstandar, bertujuan untuk mencapai penentuan yang dapat
dipertahankan terkait satu atau lebih masalah atau pertanyaan psikologis, melalui
pengumpulan, evaluasi, dan analisis data yang disesuaikan dengan tujuan awal pemeriksaan.
Dalam proses assesmen juga akan terdapat perbedaan ketika menangani kasus kelompok
maupun indivdu karena jumlah dari klien sendiri akan berbeda. Selain itu perbedaan kasus
juga akan mempengaruhi perbedaan penggunaan assesmen. Setelah dilakukan asesmen
selanjutnya yaitu penentuan metode intervensi dan pelaksanaan intervensi, dalam tahap ini
juga akan sangat terlihat berbeda ketika menangani kasus individu dan kelompok. Dalam
kasus individu perhatian dari psikolog akan terfokus pada satu klien saja dan dalam kasus
seperti kelompok dan pasangan perhatian psikolog akan terbagi.
Dalam penangan klien menggunakan konseling, perbedaan antara konseling
kelompok dengan konseling individual, diantaranya: (a) dalam situasi konseling kelompok,
melatih kebiasaan berkomunikasi antar individu dan kehadiran secara fisik dapat memberikan
kepuasan emosional, (b) dalam konseling kelompok, konseli tidak hanya menerima bantuan,
tetapi juga memberikan bantuan kepada konseli yang lain, dan (c) dalam konseling kelompok,
kedudukan konselor semakin sulit, karena harus memberikan perhatian kepada semua
anggota kelompok atau konseli.
Tantangan dalam menjadi psikolog klinis menurut narasumber bukanlah
permasalahan klien karena sebagai psikolog tidak bisa memilih klien seperti apa yang akan
datang namun bagaimana cara memanajemen diri dan juga berprilaku asertif. Dengan
kemampuan memanajemen diri maka sebagai psikolog dapat menjaga mood tetap baik
sehingga ketika dalam memberikan layanan psikologi dapat berjalan dengan baik dan setelah
memberikanpun psikolog tidak merasakan lelah yang berkepanjangan. Pengelolahan diri
adalah prosedur dimana individu mengatur prilakunya sendiri (Gantina dalam Alviolesa). Gie
(dalam Alviolesa) mendefinisikan manajemen diri adalah dimana setelah seseorang
menetapkan tujuan hidup bagi dirinya, ia harus mengatur dan mengelola dirinya sebaik-
baiknya untuk membawanya ke arah tercapainya tujuan hidup dan itu juga segenap kegiatan
dan langkah mengatur dan mengelola dirinya.
Selain itu tantangan lain yaitu berperilaku asertif, menurut Lazarus (dalam Sabda,
2013) menjelaskan bahwa perilaku asertif yaitu suatu tingkah laku penuh ketegassan yang
timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung. Rini (dalam
Sabda, 2013) juga menjelaskan asertivitas yaitu suatu kemampuan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain namun
tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Berperilaku asertif
merupakan tantangan tersendiri karena menurut narasumber banyak teman maupun saudara
yang meminta saran maupun nasihat dari permasalahan mereka, namun sebagai psikolog
juga memiliki kesibukan sendiri dan juga sudah lelah karena pekerjaan. Sehingga biasanya
narasumber akan menunda memberikan saran atau bantuan ketika dirasa sudah merasakan
lelah. Maka dari itu diperlukan asertivitas dalam menjadi psikolog untuk menghadapi
tantangan tersebut.
Narasumber menjelaskan harapanya Puskesmas di Indonesia dapat memiliki paling
tidak satu psikolog klinis karena dirasa kebutuhan akan pelayan psikologi sangatlah penting.
Namun sebagian orang memandang bahwa pelayanan psikologi ini merupakan kebutuhan
tersier maka dari itu akan lebih baik jika psikolog klinis bias berada di tiap Puskesmas dan
memiliki harga pelayanan yang relatif bisa dijangkau seluruh orang. Selain itu narasumber
juga menjelaskan bahwa psikolog klinis merupakan satu-satunya psikolog yang dilindungi
Undang-undang. Hal ini karena psikolog klinis sendiri berada dibawah dari kementrian
kesehatan.Mengutip dari website Ikatan Psikolog Klinis, berikut Beberapa undang-undang
dan peraturan menteri yang berkaitan dengan psikolog klinis yaitu Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 45 Tahun 2017 mengatur lebih detail tentang izin dan
penyelenggaraan praktik psikolog klinis. STR PK (Surat Tanda Registrasi Psikolog Klinis)
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Psikolog Klinis yang telah
memiliki sertifikat kompetensi (pasal 1 ayat 3). SIP PK (Surat Izin Praktik Psikolog Klinis)
adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik keprofesian Psikolog
Klinis (pasal 1 ayat 4). Undang-Undang Tenaga Kesehatan nomor 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan khususnya pasal 44 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap tenaga
kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR.
BAB IV
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dalam Kode Etik Psikologi Indonesia disebutkan bahwa Psikolog secara umum adalah
seorang ahli psikologi, bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses
mental. Namun di Indonesia, psikolog secara khusus merujuk pada seorang praktisi psikologi
yang telah menempuh pendidikan profesi psikologi. Psikolog dapat dikategorikan ke dalam
beberapa bidang tersendiri sesuai dengan cabang ilmu psikologi yang ditekuninya,
misalnya Psikolog Klinis, Psikolog Pendidikan, Psikolog Industri, atau Psikolog Forensik.
Menjadi Psikolog dimasa pandemi ini memiliki dampak yang positif dan juga negatif
secara bersamaan. Dampak negatifnya yaitu muncul permasalahan untuk bertemu langsung
klien dan dampak positifnya klien semakin beragam dari berbagai daerah. Narasumber
menjelaskan bahwa ia telah menangani beberapa kasus, namun yang paling berkesan ialah
mengenai selective mutism atau bisa didefinisikan suatu kondisi psikiatrik yang biasa terjadi
di masa kanak-kanak dengan ciri-ciri hilangnya keinginan dalam situasi spesifik yang
mengharuskan seorang anak untuk bicara (di sekolah, situasi sosial tertentu) sementara jika
dirumah anak dapat banyak berbicara seperti anak-anak lain. Narasumber menjelaskan
bahwa ia sering menggunakan CBT sebagai metode intervensi namun ia juga pernah
menggunakan teknik lain seperti play teraphy, family teraphy, dan empathic love teraphy.
Narasumber juga menjelaskan bahwa pernah mengalihkan pelayanan psikologi pada
klien yang mengalami permasalahan bipolar dan juga disleksia. Hak ini karena klien bipolar
yang ia tangani akan lebih efektif jika dialihkan ke psikiater dan pada klien disleksia diminta
untuk menjalani pemerikasaan neurologis terlebih dahulu. Selain itu narasumber juga
melakukan kerja sama dengan guru jika klien yang ia tangani merupakan seorang siswa dan
membutuhkan adaptasi kurikulum disekolah. Dalam Kode Etik Psikologi Indonesia sendiri hal
ini diperbolehkan untuk membantu proses penyelesaian permasalahan yang dialami klien.
Narasumber berharap bahwa masing-masing Puskesmas di Indonesia bisa memiliki
satu psikolog klinis karena dirasa kebutuhan akan pelayan psikologi sangatlah penting. Selain
itu juga psikolog klinis saat ini sudah berada dibawah kementrian kesehatan dan dalam
melaksanakan praktik pelayanan psikologi klinis sudah diatur dalam peraturan kementrian
kesehatan dan juga undang-undang.
3.2 Refleksi
Berdasarkan tugas wawancara bersama psikolog/praktisi klinis yang kami lakukan
bersama dengan Psikolog Zahra Frida Intani pada tanggal 07 November 2020, kami
mendapatkan beberapa manfaat yang kami refleksikan berdasarkan pada pertanyaan berikut,
yaitu:
1. Apa yang saya pelajari dari kegiatan ini?
2. Apa yang sudah saya lakukan dengan baik?
3. Apa yang masih perlu saya kembangkan lagi?
4. Apa saja implikasinya di kehidupan saya saat ini dan yang akan datang?

Widya Wahyu Atharika / 1511418086


Yang dapat saya pelajari setelah melakukan wawancara dengan psikologi klinis
diantaranya yaitu mengetahui bahwa dalam psikologi klinis dibagi menjadi dua lagi yaitu anak
dan juga dewasa. Selain itu menjadi psikolog klinis pun tidak hanya menangani kasus-kasus
yang berhubungan dengan skizofrenia melainkan kasus yang kliennya masih sadar pun bisa
ditangani oleh psikolog klinis termasuk permasalahan pada anak-anak. Kemudian saya pun
mengetahui proses perkuliahan S2 profesi psikologi di UGM dimana setiap semesternya
memiliki kesulitannya masing-masing.
Yang sudah saya lakukan dengan baik saat berlangsungnya proses wawancara yaitu
Saya berani untuk menjadi narahubung antara kelompok dan juga psikolog, dan di situ Saya
berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan kalimat yang baik, sopan dan juga efektif.
Kemudian saya pun berani untuk bertanya mengenai hal-hal seputar klinis. Saya pun sering
merespon ketika psikolog selesai menceritakan pengalamannya.
Yang perlu saya kembangkan lagi yaitu kemampuan dalam berkomunikasi karena
ketika saya nervous kerap mengeluarkan kalimat yang berbelit dan kurang efisien. Kemudian
saya perlu belajar lebih dalam lagi mengenai bagaimana cara melakukan wawancara dengan
baik dan benar.
Implikasi dari kegiatan ini untuk kehidupan saya di masa sekarang dan juga masa
yang akan datang diantaranya yaitu saya sangat termotivasi untuk melanjutkan S2 profesi
setelah lulus S1. Saya pun mulai merasa bahwa bidang psikologi klinis tidak sesulit dan
menyeramkan yang saya kira sebelumnya, justru saya menemukan hal-hal yang saya anggap
itu menyenangkan dan terlihat keren melalui pengalaman yang dibagikan oleh psikolog klinis
kami.
Shafa Kirana Dewani / 1511418089
Dari tugas wawancara psikolog/praktisi klinis, saya dapat memperdalam pengetahuan
mengenai psikologi klinis mikro dan makro secara langsung dengan contoh nyata dari kasus-
kasus yang pernah ditangani oleh psikolog klinis yang saya wawancarai, selain itu saya juga
mendapatkan pengetahuan mengenai apa itu psikolog klinis, apa yang dikerjakan oleh
psikolog klinis, dan ranah pekerjaan psikolog klinis.
Yang sudah saya lakukan dengan baik dalam proses wawancara ini adalah saya
berani belajar dan mempraktikkan asesmen klinis berupa wawancara dan observasi. Saya
juga mampu mengkritisi percakapan dan lebih memperhatikan kode etik saat melakukan
percakapan dengan orang yang baru saja saya kenal. Saya juga sudah melakukan usaha
terbaik saya dalam proses wawancara ini dengan mempersiapkan materi dan diri sebelum
melakukan wawancara.
Yang masih perlu saya kembangkan lagi adalah ketrampilan asesmen klinis berupa
wawancara dengan memperkaya pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan untuk bahan
asesmen. Selain itu saya juga perlu mengembangkan skill komunikasi saya supaya lebih baik
lagi dikemudian hari.
Implikasi dari kegiatan ini terhadap kehidupan saya saat ini dan masa yang akan
datang adalah memberikan motivasi kepada saya agar dapat menyelesaikan studi dengan
baik dan melanjutkan studi S2 di masa yang akan datang. Selain itu dari pengalaman yang
diceritakan oleh psikolog Zahra juga membuat saya semakin sadar bahwa disekitar kita masih
banyak yang memerlukan pertolongan penyembuhan gangguan mental. Sebagai mahasiswa
Psikologi ini juga menjadi tugas saya untuk lebih peka terhadap lingkungan saya.

Bagus Agatha Rana Kartika / 1511418094


Tugas wawancara psikolog ini membantu saya dalam memahami konsep dari ranah
psikolog klinis. Dari tugas ini juga saya mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai kasus-
kasus yang ditangani oleh psikolog klinis karena dalam wawancara yang kami lakukan,
narasumber sering kali memberikan contoh dari kasus yang pernah ia tangani.
Yang sudah saya lakukan dengan baik dalam proses wawancara ini yaitu saya sudah
melakukan wawancara dengan baik dan menyiapkan kebutuhan untuk melakukan wawancara
secara daring ini.Dalam wawancara ini saya juga menanggapi jawaban dari narasumber dan
sharing pengalaman yang mirip dengan diceritakan oleh narasumber serta bertanya juga
berkaitan dengan psikologi klinis.
Yang masih perlu ditingkatkan lagi dari saya yaitu kemampuan untuk berkomunikasi
yang efektif dan menyusun kata yang ditanyakan agar tidak membingungkan. Saya juga perlu
untuk meningkatkan sifat kritis dan melakukan probing selama dalam proses wawancara agar
data yang didapat bisa lebih dalam lagi.
Implikasi dari kegiaatan wawancara dengan psikolog klinis ini bagi kehidupan saya
saat ini dan yang akan datang yaitu melalui wawancara ini saya jadi lebih termotivasi dalam
belajar untuk bisa melanjutkan ke tingkat yang selanjutnya. Selain itu saya juga menyadari
bahwa psikologi klinis merupakan ranah yang unik dan menarik bagi saya untuk mempelajari
lebih lanjut lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, A. (2019, Mei 06). Pekerja Kesehatan Mental Banyak Peminat, tapi Kuliahnya Mahal.
Diambil kembali dari tirto.id: https://tirto.id/pekerja-kesehatan-mental-banyak-peminat-
tapi-kuliahnya-mahal-dpkw
Ayano G. Significance of mental health legislation for successful primary care for mental health
and community mental. Afr J Prm Health Care [Internet]. 2018:[about 4 p.]. Available
from: https://doi.org/10.4102/phcfm. v10i1.1429.
Aziz, D. F. (2019). STUDI POLA PENGGUNAAN DIAZEPAM PADA PASIEN GANGGUAN
BIPOLAR (Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang) (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
cpmh. (2020, Juli 24). Urgensi Peningkatan Kesehatan Mental di Masyarakat. Diambil kembali
dari Center For Public Mental Health Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada:
https://cpmh.psikologi.ugm.ac.id/2020/07/24/urgensi-peningkatan-kesehatan-mental-
di-masyarakat/
Firman, J. &. Gila, A. (2002). Psychosynthesis. A Psychology of the Spirit. United States of
America: State University of New York Press.
Firman, J., & Gila, A. (2010). A Psychotherapy of Love. United States Of America: State
Univeristy of New York Press.
Firman, D. (2011). Transpersonal Psychology: An Introduction to Psychosynthesis. http://
www.synthesiscenter.org/PDF/Psychosynthesis-Firman.pdf
Himpsi. 2010. Kode Etik Psikologi Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Himpunan Psikologi
Indonesia
Indarjo, S. (2009). Kesehatan jiwa remaja. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1).

ipk. (2020, Desember 11). Jumlah Psikolog Klinis Anggota IPK Indonesia. Diambil kembali
dari IPK Indonesia: https://ipkindonesia.or.id/jumlah-psikolog-klinis-anggota-ipk-
indonesia/
ipk. (2017, Desember 24). PSIKOLOG KLINIS INDONESIA WAJIB MEMILIKI STRPK DAN
SIPPK. Diambil kembali dari IPK Indonesia: https://ipkindonesia.or.id/informasi-ipk-
indonesia/2017/12/psikolog-klinis-indonesia-wajib-memiliki-strpk-dan-sippk/
Kesehatan, K. (2019, November 10). Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia. Retrieved from
pusdatin.kemkes.go.id:
https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/20031100001/situasi-kesehatan-jiwa-di-
indonesia.html

Kristensen, H. (2000). Selective mutism and comorbidity with developmental disorder/delay,


anxiety disorder, and elimination disorder. Journal of the American Academy of Child
and Adolescent Psychiatry, 39, 249-256.
Muris, P. and Ollendick, T.H. (2015). Children who are anxious in silence: A review on
selective mutism, the new anxiety disorder in DSM-5. Clin Child Fam Psychol Rev,
18,151-169.
Oemarjoedi, A. K. (2003). Pendekatan cognitive behavior dalam psikoterapi. Jakarta: Creativ
Media.
Play Therapy Untuk anak-anak Korban Bencana Alam Yang Mengalami Trauma (Post
Traumatic Stress Disorder/PTSD) Endah Nawangsih. Psympathic, Jurnal Ilmiah
Psikologi Juni 2014, Vol. 1, No.2, Hal : 164 - 178
Quipper. (2020, Desember 14). Quipper Campus. Diambil kembali dari Kampus:
https://campus.quipper.com/directory
Raharjo, T., & Wimbarti, S. (2020). Assessment of learning difficulties in the category of
children with dyslexia. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 8(2), 79-85.
Sabda, M. (2013). Hubungan perilaku asertif dengan penyesuaian sosial pada siswa MTs Al
Istam Serang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Wijaya, E. (2020). IDENTIFIKASI DAN INTERVENSI GANGGUAN BELAJAR SPESIFIK
PADA ANAK. Damianus: Journal of Medicine, 19(1), 70-79.
Wikipedia. (2018, November 24). Psikologi Industri. Diambil kembali dari Wikipedia
Ensiklopedia Bebas: https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_industri
Wikipedia. (2020, Februari 20). Psikolog. Diambil kembali dari Wikipedia Ensiklopedia Bebas:
https://id.wikipedia.org/wiki/Psikolog
Wikipedia. (2020, Juli 3). Psikolog Klinis. Diambil kembali dari Wikipedia Ensiklopedia Bebas:
https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_klinis
Wikipedia. (2020, Oktober 5). Psikologi Pendidikan. Diambil kembali dari Wikipedia
Ensiklopedia Bebas: https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_pendidikan
LAMPIRAN

Dokumentasi Wawancara
07 November 2020

SIPP
https://anggota.himpsi.or.id/index.php?cru=Y3RnPWRpcmVrdG9yaSZ1c2VyPU1qQXlNREF3TURFJTN
E
Kartu anggota IPK
https://simak.ipkindonesia.or.id/vkartu/NTI0MjM=

Anda mungkin juga menyukai