Anda di halaman 1dari 42

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Psikologi dalam Pelayanan Kebidanan


Dosen : Misrawati, S.ST.,M.Keb.

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN


MEMBERIKAN DUKNGAN TERHADAP KESEHATAN
MENTAL PEREMPAUAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

A1A222045 HIKMATUL ALIA

A1A222061 SUNDARI ATMANEGARA

A1A222138 KARLINA

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN
KEBIDANAN UNIVERSITAS MEGAREZKY
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Peran dan Tanggung Jawab Bidan Memberikan Dukungan Terhadap Kesehatan

Mental Perempuan”. Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca terutama bagi profesi bidan. Begitu

pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang telah Allah SWT limpahkan

kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber

yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia melainkan Allah SWT.

Tuhan Yang Maha Kuasa, karena itu kami memohon kritik dan saran yang

membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,

ataupun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami

mohon maaf.

Makassar, 24 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Judul Halaman

Kata Pengantar................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan...........................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................2

C. Tujuan....................................................................................................2

D. Manfaat..................................................................................................3

Bab II Pembahasan..........................................................................................4

A. Definisi Kesehatan Mental.....................................................................4

B. Karakteristik Kesehatan Mental.............................................................5

C. Ruang Lingkup Kesehatan Mental.........................................................8

D. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Perempuan.................13

E. Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental..........................................................23

F. Tujuan dan Fungsi Kesehatan Mental Bagi Individu.............................27

G. Peran dan Tanggung Jawab Bidan.........................................................32

Bab III Penutup................................................................................................36

A. Kesimpulan.............................................................................................36

B. Saran.......................................................................................................37

Daftar Pustaka..................................................................................................38

ii
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang

Kesehatan mental merupakan salah satu kajian dalam ilmu kejiwaan

yang sudah dikenal sejak abad-19, seperti di Jerman tahun 1875 M.

Kesehatan mental sebagai suatu kajian ilmu jiwa walaupun dalam bentuk

sederhana. Pada pertengahan abad ke-20 kajian mengenai kesehatan mental

sudah jauh berkembang dan maju dengan pesat sejalan dengan kemajuan

ilmu dan teknologi modern. Ia merupakan suatu ilmu yang praktis dan banyak

dipraktikkan dalam kehidupan manusia sehari-hari, baik dalam bentuk

bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di semua aspek kehidupan

individu, misalnya dalam rumah tangga, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga

pendidikan dan dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat misalnya, dengan

berkembangnya klinik-klinik kejiwaan dan munculnya lembaga-lembaga

pendidikan kesehatan mental. Semuanya ini dapat menjadi pertanda bagi

perkembangan dan kemajuan ilmu kesehatan mental. (Fakhriyani Vidya

2019)

Pada awalnya, kesehatan mental hanya terbatas pada individu yang

mempunyai gangguan kejiwaan dan tidak diperuntukkan bagi setiap individu

pada umumnya. Namun, pandangan tersebut bergeser sehingga kesehatan

mental tidak terbatas pada individu yang memiliki gangguan kejiawaan tetapi

juga diperuntukkan bagi individu yang mentalnya sehat yakni bagaimana

individu tersebut mampu

1
mengeksplor dirinya sendiri kaitannya dengan bagaimana ia berinteraksi

dengan lingkungan sekitarnya. (Fakhriyani Vidya 2019)

Kesehatan mental dapat diterapkan di semua unit kehidupan sosial,

misalnya lingkungan keluarga, sekolah, serta lingkungan sosial pada

umumnya. Penerapan serta pengembangan kesehatan mental di unit-unit

sosial terorganisir ini didasarkan pada prinsip psikologis. Artinya,

perkembangan kesehatan mental individu ditentukan oleh kualitas kondisi

psikologis / iklim lingkungan dimana individu berada. (Fakhriyani Vidya

2019)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan mental ?

2. Apa karakteristik kesehatan mental ?

3. Apa saja ruang lingkup kesehatan mental ?

4. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental pada perempuan

5. Apa saja prinsip-prinsip kesehatan mental ?

6. Apa saja tujuan dan fungsi kesehatan mental bagi individu ?

7. Bagaimana peran dan tanggung jawab bidan terhadap kesehatan mental

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kesehatan mental

2. Untuk mengetahui karakteristik kesehatan mental

3. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan mental

2
4. Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental pada

perempuan

5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kesehatan mental Apa saja

tujuan dan fungsi kesehatan mental bagi individu

8. Untuk mengetahui saja tujuan dan fungsi kesehatan mental bagi individu

6. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab bidan terhadap kesehatan

mental

D. Manfaat

1. Bagi Pembaca

Penulis berharap makalah yang disusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca

sebagai pembelajaran, referensi, dan informasi tentang Peran dan

Tanggung Jawab Bidan Terhadap Kesehatan Mental Perempuan.

2. Bagi Penulis

Menjadi masukan pembelajaran mata kuliah Fisiologi Kebidanan dengan

materi Peran dan Tanggung Jawab Bidan Terhadap Kesehatan Mental

Perempuan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kesehatan Mental

Menurut WHO (The World Health Organization), mendefinisikan

tentang kesehatan mental sebagai kondisi kesejahteraan individu yang

menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang

normal, dapat bekerja secara produktif dan berbuah, dan mampu memberikan

kontribusi kepada komunitasnya. Kesehatan mental tiap individu berbeda

dan mengalami dinamisasi dalam perkembangannya. Karena pada

hakitkatnya manusia dihadapkan pada kondisi dimana ia harus

menyelesaikannya dengan beragam alternatif pemecahannya. Adakalanya,

tidak sedikit orang yang pada waktu tertentu mengalami masalah-masalah

kesehatan mental dalam kehidupannya. (Fakhriyani Vidya 2019)

Menurut Daradjat, kesehatan mental merupakan keharmonisan

dalam kehidupan yang terwujud antara fungsi-fungsi jiwa, kemampuan

menghadapi problematika yang dihadapi, serta mampu merasakan

kebahagiaan dan kemampuan dirinya secara positif (Daradjat 1988).

Selanjutnya ia menekankan bahwa kesehatan mental adalah kondisi dimana

individu terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala

penyakit jiwa (psychose). (Fakhriyani Vidya 2019)

4
Kesehatan mental merujuk pada bagaimana individu mampu

menyesuaikan diri serta berinteraksi baik dengan lingkungan sekitarnya,

sehingga individu terhindar dari gangguan mental. Terdapat beberapa istilah

dalam mengungkapkan kesehatan mental yaitu mental dan psiko - hygiene.

Kedua perbedaan istilah tersebut, sebenarnya tidak ada perbedaan yang

mendasar. Namun istilah yang sering dipakai saat ini adalah kesehatan mental

atau mental health. (Fakhriyani Vidya 2019)

B. Karakteristik Kesehatan Mental

Menurut WHO, menyebutkan bahwa karakteristik mental yang sehat

adalah sebagai berikut.

1. Mampu belajar sesuatu dari pengalaman

2. Mampu beradaptasi

3. Lebih senang memberi daripada menerima

4. Lebih cenderung membantu daripada dibantu

5. Memiliki rasa kasih saying

6. Memperoleh kesenangan dari segala hasil usahanya

7. Menerima kekecewaan dengan menjadikan kegagalan

sebagai pengalaman

8. Selalu berpikir positif (positive thinking).

(Fakhriyani Vidya 2019)

Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental yang

dikelompokkan ke dalam enam kategori, yaitu :

5
1. Memiliki sikap batin (attitude) yang positif terhadap dirinya

sendiri

2. Aktualisasi diri

3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang

ada

4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri (mandiri)

5. Memiliki presepsi yang objektif terhadap realitas yang ada

6. Mampu menyelaraskan kondisi lingkungan dengan

diri sendiri

(Purba et al. 2021)

TABEL 1
KARAKTERISTIK PRIBADI YANG SEHAT MENTAL
Aspek Pribadi Karakteristik

1. Fisik a. Perkembangannya normal

b. Berfungsi untuk melakukan

tugas-tugasnya

c. Sehat, tidak sakit-sakitan

2. Psikis a. Respek terhadap diri sendiri dan

orang lain

b. Memiliki insight dan rasa humor

c. Memiliki respon emosional yang

wajar

d. Mampu berpikir realistis dan

Objektif

6
e. Terhindar dari gangguan-

gangguan psikologis

f. Bersifat kreatif dan inovatif

g. Bersifat terbuka dan fleksibel,

tidak defensif

h. Memiliki perasaan bebas untuk

memilih, menyatakan pendapat

dan bertindak

3. Sosial a. Memiliki perasaan empati dan rasa

kasih sayang (affection) terhadap

orang lain, serta senang untuk

memberikan pertolongan kepada

orang-orang yang memerlukan

pertolongan (sikap altruis)

b. Mampu berhubungan dengan orang

lain secara sehat, penuh cinta kasih

dan persahabatan

c. Bersifat toleran dan mau menerima

tanpa memandang kelas sosial,

tingkat pendidikan, politik, agama,

suku, ras atau

warna kulit

7
4. Moral-Religius a. Beriman kepada Allah dan taat

mengamalkan ajaran-Nya

b. Jujur, amanah (bertanggung

jawab0 dan ikhlas dalam

Beramal

C. Ruang Lingkup Kesehatan Mental

Kesehatan mental dapat diterapkan di semua unit kehidupan sosial,

misalnya lingkungan keluarga, sekolah, serta lingkungan sosial pada

umumnya. Penerapan serta pengembangan kesehatan mental diunit-unit sosial

terorganisir ini didasarkan pada prinsip psikologis. Artinya, perkembangan

kesehatan mental individu ditentukan oleh kualitas kondisi psikologis/iklim

lingkungan dimana individu berada. (Anggraini et al. 2022)

1. Kesehatan Mental dalam Keluarga

Penerapan kesehatan mental dalam keluarga sangat penting untuk

tercapainya suasana yang harmonis antar anggota keluarga. Apabila

hubungan interpersonal keluarga misalnya, antar suami-istri,

orangtua-anak, atau antar saudara kurang harmonis, maka dalam

keluarga tersebut akan tercipta iklim psikologis yang tidak kondusif

dan tidak nyaman. Contohnya, sikap permusuhan, sibling rivalry

yang tidak sehat sehingga menyebabkan iri hati (cemburu),

terjadinya pertengkaran, tidak memperhatikan nilai-nilai moral.

Suasana yang

8
demikian kemudian dapat menyebabkan individu dalam keluarga,

khususnya anak mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan dalam

perkembangan untuk mencapai mental yang sehat.

2. Kesehatan Mental di Sekolah

Jika kesehatan mental di dalam keluarga dipengaruhi oleh iklim

psikologis dalam keluarga, maka kesehatan mental di sekolah

didasarkan pada asumsi bahwa “perkembangan kesehatan mental

peserta didik dipengaruhi oleh iklim sosio emosional di sekolah.”

Pimpinan dan para guru dapat menciptakan iklim kehidupan

sekolah, baik fisik, emosional, sosial, maupun moral spiritual dalam

rangka perkembangan kesehatan mental siswa yang optimal. Di sisi

lain dapat pula memantau gejala gangguan mental para siswa sejak

dini, Dengan pemahaman akan kesehatan mental siswa, guru dapat

memahami masalah kesehatan mental yang dapat ditangani sendiri

serta masalah yang membutuhkan penanganan khusus yang dapat

dirujuk kepada para ahli yang lebih profesional. Tidak sedikit siswa

yang mengalami kesulitan mengembangkan mentalnya karena

terhambat oleh masalah-masalahnya, seperti penyesuaian diri,

konflik dengan orang tua atau teman, masalah pribadi, masalah

9
akademis, dan masalah lainnya yang dapat menghambat eksplorasi

potensi siswa, bahkan dapat menyebabkan stress.

3. Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Terjadinya persaingan di dunia kerja membuat individu cenderung

stress ditambah beban kerja yang cukup berat. Masalah yang

mengakibatkan gangguan mental di tempat kerja, diantaranya

diakibatkan oleh stress. Stress yang sering muncul di lingkungan

kerja, diantaranya adalah :

a. Kekecewaan atas kurang terjaminnya kesejahteraan dalam

hal ini, honor atau gaji serta tunjangan yang diterima tidak

mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari

b. Kompetisi atau persaingan yang tidak sehat yang terjadi

antar pimpinan atau karyawan

c. Beban kerja yang terlalu berat, terlebih tidak sebanding

dengan upah yang dibayarkan

d. Lingkungan kerja yang kurang kondusif, misalnya terlalu

bising, kotor, sumpek, ventilasi udara yang tidak ideal

e. Waktu istirahat yang kurang

f. Hari libur yang kurang jika dibandingkan dengan rutinitas

bekerja yang terlalu padat

g. Tidak adanya komunikasi terbuka antara pimpinan dan

karyawan

10
h. Jenjang karir atau kenaikan pangkat/golongan yang tidak

tertata dengan baik

i. Pegawai/karyawan kurang diberikan kesempatan untuk

menunaikan ibadah sesuai keyakinan

Apabila masalah-masalah tersebut menimpa suatu lembaga atau

perusahaan, maka akan terjadi stagnasi produktivitas kerja d

kalangan pimpinan atau karyawan. Jika hal ini terjadi, maka tiggal

menunggu kebangkrutan lembaga atau perusahaan tersebut. Maka

para pimpinan lembaga pemerintah/swasta penting dalam

mengembangkan kiat-kiat untuk mencegah terjadinya masalah

mental seperti gangguan emosional dengan meminimalisir sumber

yang dapat menyebabkan stress berlebih.

4. Kesehatan Mental di Bidang Politik

Di bidang politik, tentu kesehatan mental sangat diperlukan,

Indikasi gangguan mental pada ranah ini, contohnya adalah

pemalsuan ijazah, money politic, KKN, khianat pada rakyat dan

stress yang menimbulkan perilaku agresif karena gagal menjadi

calon legislatif, dan lain-lain. Contoh fenomena mengenai gangguan

mental pada bidang politik ini adalah, Presiden Nixon yang pernah

mengalami ketidakstabilan emosi saat menghadapi skandal

Watergate. sama halnya dengan gangguan emosi yang dialami

oleh Thomas

11
Eagleton. Ia mengalami depresi akibat gagal dari pencalonannya

sebagai wakil presiden dari partai demokrat di Amerika. Ia

menjalani perawatan melalui electroshock therapy.

5. Kesehatan Mental di Bidang Hukum

Pemahaman mengenai kesehatan mental penting dimiliki oleh

hakim, agar dapat mendeteksi tingkat kesehatan mental terdakwa

atau para saksi saat proses pengadilan berlangsung, dimana sangat

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan hukum. Tidak hanya

hakim, namun segenap individu yang berkecimpung di bidang

hukum ini seyogyanya memiliki mental yang sehat, sehingga

dengan terbentuknya mental yang sehat, individu lebih mampu

bekerja sesuai tupoksinya.

6. Kesehatan Mental Kehidupan Beragama

Berbagai pendekatan dapat digunakan dalam mengatasi gangguan

mental pada individu. Pendekatan agama merupakan bentuk

pendekatan dalam penyembuhan gangguan psikologis, yang

merupakan bentuk paling lama diterapkan dibandingkan dengan

pendekatan pendekatan lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan

penyebaran agama yang dilakukan oleh para nabi melakukan

therapeutik dalam menyembuhkan penyakit rohaniah umat, pada

beberapa

12
abad yang lalu. Semakin kompleks kehidupan individu, maka

semakin penting penerapan kesehatan mental yang bersumber dari

agama dalam rangka mengembangkan kesehatan mental manusia

serta mengatasi gangguan mental yang tengah dihadapinya. Di era

revolusi industri 4.0 ini ada kecenderungan individu yang mulai

memudar terhadap nilai- nilai agama, sehingga tausiyah, mau'idlah

hasanah, dialog keagamaan dengan para ahli agama sangat

diperlukan. Hal ini berkenaan dengan bagaimana mengembangkan

wawasan keagamaan serta mengatasi permasalahan kehidupan

melalui pendekatan agama, sehingga terbentuk mental yang sehat.

(Adriani et al. 2022)

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Perempuan

1. Faktor Internal

d. Faktor Biologis

Faktor Biologis yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan

mental. Segenap unsur-unsur tubuh pada dasarnya tidak terlepas

dari kesehatan jiwa secara keseluruhan. Kesehatan jiwa baik secara

langsung maupun tidak langsung juga dipengaruhi oleh faktor

biologis, antara lain mencakup genetika, kemampuan persepsi

sensori.

1) Otak

13
Terjadinya gangguan pada otak dapat memengaruhi

kesehatan jiwa individu. Gangguan jiwa yang terjadi akibat

kerusakan otak antara lain: demensia, epilepsi, general

parasis, sindroma Korsakoff, dan sindroma Kluver-Bucy.

Gangguan jiwa yang terjadi akibat kerusakan otak

dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut

adalah infeksi, genetik, proses metabolik, keracunan dan

sebagainya.

2) Sistem Endokrin

Diketahui bahwa ada gangguan jiwa yang disebabkan

karena abnormalitas sistem endokrin (endocrinopathies).

Angka pertama masuk rumah sakit karena abnormalias

system endokrin ini prevalensinya kurang dari lima persen.

Meskipun dapat dianggap kecil namun perlu mendapat

perhatian agar dapat dicegah.

3) Genetik

Sebelum konsep genetik mula dikenal, pandangan

mengenai penurunan sifat secara hereditas dianggap tidak

ilmiah, namun dengan adanya hokum Mendel penurunan

sifat-sifat induk tersebut terbukti secara ilmiah. Pada

beberapa penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak

kembar identik, kembar tidak

14
identik, saudara kandung, hubungan ayah dan anak dapat

ditarik keimpulan bahwa faktor genetik mempengaruhi 18

prevalensi mentalitas manusia.

Bebagai penelitian genetika yang telah dilakukan

menjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor genetik

terhadap mentalitas seseorang. Lin 1962 dalam

Notosoedirdjo menuturkan rate konkordansi pada

skizofrenia diketahui kembar identic 50%, anak kembar

tidak identic 9%, kedua orang tua 35%- 68%, saudara

kandung 7,5%-8,5%, serta populasi secara umum sebesar

1%.

4) Sensori

Kesempurnaan alat-alat sensori dalam menerima informasi

dar luar akan meningkatkan kesempurnaan individu.

Apabila ditemukan adanya gangguan yang ditemukan pada

sistem sensoris ini akan dapat menghambat penerimaan

informasi secara langsung. Orang yang mengalami

gangguan sensori dapat mengalami gangguan pembentuka

kepribadian secara wajar.

5) Masa kehamilan

9,35% kondisi ibu selama kehamilan dapat memengaruhi

kesehatan mental anak. Selama masa

15
kehamilan, kondisi janin ditentukakan oleh kondisi ibu.

Masa kehamilana memiliki kemungkinan kerentanan stres

pada anak yang dilahirkan. Kondisi yang dimaksudkan

tersebut contohnya adalah berupa kondisi ibu yang

merokok, penggunaan alkohol, hingga 19 penggunaan

obat- obatan yang dilarang selama masa kehamilan. Faktor

lain selama masa kehamilan di antaranya usia, nutrisi,

radiasi, penyakit yang diderita, hingga terjadinya

komplikasi.

6) Penyakit

35 Stressor pada individu dapat disebabkan oleh beberapa

jenis penyakit berupa: tuberculosis (TBC), kanker,

impotensi akibat penyakit diabetes mellitus, serta beberapa

macam penyakit lainnya. Anemia juga dapat menjadi salah

satu penyebab stress. Hal ini karena individu yang

menderita anemia akan cepat merasa lelah hingga dapat

menimbulkan stress akibat tidak dapat bekerja optimal.

Beberapa riwayat penyakit di masa lalu juga dapat

berakibat pada kondisi psikologis di masa depan.

(Mahendradhata et al. 2021)

e. Faktor Psikologis

16
Kesehatan jiwa/mental juga dipengaruhi oleh faktor psikologis.

Aspek psikis tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan aspek

kemanusiaan. Respon terhadap ancaman berisiko pada keadaan

emosi dan kognitif, orang yang mengalami stress akan

menunujukkan penurunan konsentrasi, perhatian, dan kemunduran

memori. Bila dibiarkan kondisi ini dapat menyebabkan

ketidakmampuan menjalin hubungan dengan orang lain, lebih

sensitive dan cepat marah, sulit untuk rileks, depresi hingga

hipokondria.

1) Pengalaman

Awal Pengalaman awal merupakan rangkaian pengalaman

yang pernah terjadi pada individu. Para ahli memandang

bahwa pengalaman awal bagi individu sangat menentukan

kondisi mental di kemudian hari. Pengalaman individu

memberikan dampak psikologis dan memungkinkan

munculnya stress pada individu. Beberapa kejadian tersebut

antara lain perubahan hidup secara mendadak, masa

transisi, hingga krisis kehidupan berupa perubahan status

radikal dalam kehidupan seseorang.

2) Kebutuhan

Pemenuhan kebutuhan individu dapat meningkatkan

kondisi kesehatan mental seseorang. Menurut

17
Maslow, individu yang telah mencapai kebutuhan

aktualisasinya akan mencapai tingkat pengalaman puncak

peack experience. Individuindividu yang mengalami

gangguan mental pada berbagai kondisi, disebabkan oleh

ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhannya. Maslow

menyatakan bahwa penyakit mental merupakan penyakit.

3) Kondisi Psikologis Lainnya

Menurut Notosoedirdjo dan Latipun, kondisi temperamen,

ketahanan terhadap sressor, serta kemampuan kognitif

merupakan faktor yang ikut memengaruhi kesehatan

mental. Keadaan setiap individu berbeda-beda terhadap

faktor psikologis ini. Faktor psikologis tersebut dapat

menjadi potensi bagi individu untuk meningkatkan

kesehatan mentalnya akan tetapi dapat pula menjadi

hambatan bagi kesehatan mentalnya. (Mahendradhata et al.

2021)

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Sosial Budaya dan Agama

Faktor Sosial Budaya memengaruhi presepsi individu dalam

merespon situasi yang menimbulkan stress. Individu yang hidup

dengan cara konsisten atau percaya pada harapan

18
tidak akan mengalami stress. Meskipun kondisi individu tersebut

dianggap menyakitkan oleh orang lain.

1) Stratifikasi Sosial

Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan terdapat

hubungan antara stratifikasi sosial terhadap jenis gangguan

mental. Gangguan neurosis dan depresi lebih banyak

dialami oleh kelas sosial ekonomi tinggi. Berbanding

terbalik dengan sakit mental (psikosis) yang prevalensinya

lebih banyak dialami oleh kelompok sosial ekonomi rendah.

2) Keluarga

Seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu

sama lain, pembentukan nilai-nilai, pemikiran, serta

kebiasaan dimulai dari dalam keluarga. Fungsi keluarga

juga sebagai penyaring budaya luar serta sebagai mediasi

anak dengan lingkungannya. Keluarga mampu

meningkatkan kesehatan mental para anggota keluarga dari

gangguan-gangguan mental serta ketidaksetabilan

emosional anggotanya. Beberapa kondisi, keluarga justru

mampu menjadi risiko bagi tergangunya kesehatan

anggotanya, contohnya perceraian serta kondisi keluarga

yang tidak fungsional.

19
3) Perubahan Sosial

Perubahan sosial ada kalanya berdampak positif sebab

dengan adanya perubahan sosial mampu mendorong

masyarakat untuk meningkatkan pendidikan. Perubahan

sosial juga dapat berdampak negatif bagi masyarakatnya.

Dampak dari perubahan sosial pada masyarakat seperti

perubahan aturan dan nilai yang berimbas pada perubahan

struktur sosial. Perubahan sosial yang terjadi dapat

menimbulkan kepuasan bagi masyarakat sebab sesuai yang

diharapkan sekaligus dapat meningkatkan kesehatan

mentalnya.

Bagi masyarakat yang gagal melakukan penyesuaian

terhadap perubahan sosial, hal ini menjadi manifestasi

kegagalan sebagai patologis untuk melakukan tindakan

pengrusakan dan penjarahan. Tindakan tersebut merupakan

cerminan adanya gangguan mental.

4) Sosial Budaya

Sosial budaya menjadi salah satu faktor kesehatan jiwa.

Dalam hal ini budaya memegang peran penting apakah

seseorang dikatakan sehat jiwa. Konteks sosial budaya

memegang aspek nilai, norma,

20
keyakinan keagamaan dan segenap yang berhubungan

dengan penilaian baik dan tidak. Kebudayaan pada

prinsipnya memberikan aturan terhadap anggota

masyarakatnya untuk bertindak. Kebudayaan dapat

diartikan sebagai kesenian, adat- istiadat atau peradaban

manusia. Setiap suku bangsa akan memiliki nilai dan

kebudayaannya yang berbeda. Menurut Sunaryo, hasil

kebudayaan manusia akan memengaruhi perilakunya.

Kebudayaan pada suku bangsa tertentu yang dikenal dengan

sikap kehalusannya, akan berbeda dengan kebudayaan suku

bangsa yang lain yang dikenal dengan sifatnya yang dinilai

keras.

5) Agama

Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama

mungkin karena faktorfaktor tertentu baik yang disebabkan

oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing.

Kesehatan mental (mental hygiene) adalah ilmu yang

meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan peraturan

serta prosedur- prosedur untuk mempertinggi kesehatan

ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang

dalam

21
ruhani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman dan

tenteram. (Dr. Lutfi Basit and MUHAMMAD ARIFIN

2022)

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan menjadi sistem pendorong kehidupan manusia dan

diharapkan mampu meningkatkan kesehjateraan dan kesehatan

manusia. Namun tidak selamanya kondisi lingkungan menopang

kehidupan manusia. Kondisi lingkunagan yang kurang baik akan

menyumbangkan pengaruh besar bagi kesehatan jiwa seseorang,

misalnya penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan

kriminalitas maupun bencana, hingga kondisi yang disebabkan oleh

perpindahan tempat tinggal. Rasa tidak aman mengganggu

ketentraman sehingga tidak jarang orang jatuh dalam depresi dan

kecemasan. Lingkungan memiliki pengaruh terhadap perilaku

individu sebab lingkunagn merupakan tempat arau wadah bagi

individu untuk melakukan perkembangan perilaku. (Rusman,

Maallah, and Hengky 2022)

1) Lingkungan Fisik

Keadaan lingkungan yang terus-menerus dialami oleh

individu akan sangat berarti bagi individu tersebut. Jika

lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhan

22
suatu individu maka akan mendorong pada kondisi yang

baik. Lingkungan fisik dapat berakibat pada tekanan-

takanan psikologis dan/atau berakibat pada kecelakaan.

Keadaan lingkungan fisik dapat berpangaruh bagi kesehatan

jiwa berupa bencana alam seperti gempa bumi, banjir,

topan, dan sebagainya. Kondisi lingkungan fisik lain yang

perlu mendapat perhatian sebab sangat berpengaruh

terhadap kesehatan mental antara lain tata ruang,

penyinaran, udara, dan kebisingan.

2) Lingkungan Biologis

Gangguan yang berasal dari agen mikrobiologi seperti

bakteri dan virus. Penderita dapat menjadi stress apabila

lingkungan tempat tinggalnya menjadi pemicu munculnya

penyakit yang dialaminya.

3) Lingkungan Sosial

Hubungan dengan orang tua, keluarga, atasan, atau rekan

merupakan hubungan yang apabila tidak berjalan dengan

baik akan menjadi stressor bagi individu.

E. Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental

Prinsip-prinsip kesehatan mental merujuk pada hakikat

kesehatan mental serta kriterianya, yaitu kondisi yang dapat

23
membentuk hubungan antara kesehatan mental, kepribadian dengan aspek-

aspek lainnya yang beragam. Prinsip-prinsip kesehatan mental menurut

Schneiders didasarkan pada beberapa kategori(Schneiders 1964), yakni

pertama, hakikat manusia sebagai organisme; kedua, hubungan manusia

dengan lingkungannya; ketiga, Hubungan manusia dengan Tuhan.

(Kartikasari et al. 2022)

1. Prinsip Berdasarkan Hakikat Manusia Sebagai Organisme

a. Kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung pada

kondisi jasmani yang baik dan integritas organisme.

b. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri,

maka perilaku individu harus sesuai dengan hakikatnya

sebagai manusia yang memiliki moral, intelektual, agama,

emosional, dan sosial.

c. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai. melalui

integrasi dan kontrol diri, baik dalam cara berpikir,

berimajinasi, memuaskan keinginan, mengekspresikan

perasaan, serta bertingkah laku.

d. Dalam mencapai dan memelihara kesehatan mental dan

penyesuaian diri, diperlukan pengetahuan serta pemahaman

diri yang luas mengenai diri sendiri (self insight).

24
e. Kesehatan memerlukan konsep diri (pengetahuan dan sikap

terhadap kondisi fisik dan psikis diri sendiri) secara sehat

yang meliputi penerimaan diri serta penghargaan terhadap

status diri sendiri realistik dan wajar.

f. Untuk mencapai kesehatan mental dan penyesuaian diri,

maka pemamhaman diri (self insight) dan penerimaan diri

(self acceptance), hendaknya disertai dengan upaya-upaya

perbaikan diri (self improvement) serta perwujudan diri.

g. Kesehatan mental dan penyesuaian diri yang baik dalam

mencapai kestabilan dapat dilakukan dengan

mengembangkan moral yang luhur dari dalam diri sendiri,

misalnya dengan mengembangkan sikap adil, hati-hati,

keteguhan hati, semangat, integritas pribadi, rendah hati,

kejujuran, dan segala bentuk sikap positif yang dapat

dikembangkan. berkenaan dengan pengembangan moral

masing-masing individu.

h. Pencapaian dan pemeliharaan kesehatan mental dan

penyesuaian diri bergantung pada penanaman dan

pengembangan kebiasaan yang baik (good habits).

25
i. Kestabilan mental dan penyesuaian diri menuntut adanya

kemampuan melakukan perubahan sesuai dengan keadaan

(kondisi kingkungan) dan kepribadian.

j. Kesehatan mental dan penyesuaian diri memerlukan usaha

yang terus menerus untuk mencapai kematangan berpikir,

mengambil keputusan, mengekspresikan emosi, dan

melakukan tindakan.

k. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai dengan

belajar mengatasi konflik dan frustasi serta ketegangan-

ketegangan secara efektif.

2. Prinsip Berdasarkan Hubungan Manusia dengan Lingkungannya

a. Kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung pada

hubungan antar pribadi yang harmonis, terutama dalam

kehidupan keluarga.

b. Penyesuaian diri yang baik serta ketenangan batin bergantung

pada kepuasan dalam bertindak, misalnya dalam bekerja.

c. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dicapai dengan sikap

yang realistik, termasuk penerimaan terhadap kenyataan

secara sehat dan objektif.

3. Prinsip Berdasarkan Hubungan Manusia dengan Tuhan

26
a. Kestabilan mental tercapai dengan perkembangan kesadaran

terhadap dzat yang lebih luhur daripada dirinya sendiri

tempat ia bergantung, yakni Allah SWT.

b. Kesehatan mental dan ketenangan batin (equanimity) dicapai

dengan kegiatan yang tetap dan teratur dalam hubungan

manusia dengan Tuhan, misalnya melalui shalat dan berdo'a

F. Tujuan dan Fungsi Kesehatan Mental bagi Kehidupan Individu

Manusia diciptakan dengan fitrahnya, yakni menginginkan kehidupan

yang bahagia, nyaman, sejahtera dan sesuai keinginannya, baik secara pribadi

maupun dalam kelompoknya. Dalam upaya mencapai keinginan-keinginan

tersebut, kesehatan mental memegang peranan penting dalam kehidupan

individu. Berikut akan dipaparkan mengenai tujuan dan fungsi kesehatan

mental bagi kehidupan individu.

1. Tujuan kesehatan mental menurut Sudari, tujuan kesehatan mental

adalah:

a. Mengusahakan agar manusia memiliki kemampuan yang sehat

b. Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-

sebab gangguan metal dan penyakit mental.

c. Mengusahakan. pencegahan berkembangnya bermacam-

macam ganguan mental dan penyakit mental.

27
d. Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap ganguan dan

penyakit mental. (Sundari HS 2005)

Dari uraian tujuan kesehatan mental diatas, bahwasanya kesehatan

mental dapat tercapai apabila masing-masing individu berkemauan dalam

mencegah timbulnya gangguan jiwa maupun penyakit jiwa. Agar tercapai

tujuan kesehatan mental, maka diperlukan berbagai upaya yang hendaknya

dilakukan oleh masing- masing individu, diantaranya adalah usaha preservatif

(pemeliharaan); prefentif (pencegahan); suportif (development improvement,

yakni pengembangan / peningkatan), dan amelioratif/korektif (perbaikan).

Upaya- upaya tersebut juga merupakan fungsi dari kesehatan. mental yang

akan dipaparkan dalam pembahasan berikutnya. (Suwijik and A’yun 2022)

2. Fungsi Kesehatan Mental

Kesehatan mental berfungsi dalam memelihara dan

mengembangkan kondisi mental individu agar sehat, serta terhindar dari

mental illness (sakit mental). Fungsi-fungsi kesehatan mental dapat

digambarkan melalui main mappping berikut ini.

Pemaparan mengenai fungsi kesehatan mental, Pertama,

prevention (preventif/pencegahan); kedua, amilioration

(amelioratif/kuratif/perbaikan); ketiga, preservation

28
(preservasi/pengembangan) atau development (pengembangan) /

improvement (meningkatkan). (Amos et al. 2022)

a. Prevention (preventif/pencegahan)

Kesehatan mental berfungsi untuk mencegah terjadinya kesulitan

atau gangguan mental sehingga terhindar dari penyakit mental.

Fungsi ini menerapkan prinsip-prinsip yang berupaya agar

tercapai mental yang sehat, misalnya dengan memelihara

kesehatan. fisik serta pemenuhan atas kebutuhan psikologis. Cara

yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kesehatan fisik

(physical health) serta pemenuhan. kebutuhan psikologis, seperti

memperoleh kasih sayang, rasa aman, penghargaan diri,

aktualisasi diri sebagai mana mestinya sehingga individu mampu

memaksimalkan potensi yang dimilikinya.

Penerapan kesehatan mental di semua lingkup hidupnya (di

rumah, sekolah, tempat kerja dan lingkungan lainnya), sangat

menentukan mental yang sehat serta dapat mencegah dari

gangguan mental. Di lingkungan rumah, sikap dan perlakuan

yang hangat dari orangtua, kasih sayang, penerimaan diri serta

penghargaan oleh orang- orang di sekitar individu, sangat

memungkinkan untuk mengembangkan hubungan interpersonal

yang baik.

29
Hubungan interpersonal yang baik antar keluarga dapat

menciptakan suasana kondusif yang juga dapat mendukung

perkembangan mental anak yang sehat. Kesehatan mental anak

ditandai dengan kondisi anak yang bahagia, ceria, serta mampun

menyesuaikan diri di lingkungannya seperti mampu bermain

dengan teman sebayanya.

b. Amelioration (amelioratif/kuratif/korektif/perbaikan)

Fungsi ini merupakan upaya perbaikan diri dalam meningkatkan

kemampuan untuk menyesuaikan diri. Selanjutnya, perilaku

individu dan mekanisme pertahanan diri dapat terkontrol dengan

baik. Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam perkembangan

psikisnya yang tampak melalui perilakunya, misalnya, tantrum,

perilaku ngempol (mengemut jempol), perilaku agresif dan perilaku

lainnya yang membutuhkan perbaikan, maka perilaku tersebut

penting menggunakan fungsi amelioratif dalam kesehatan mental.

c. Preservation (preservasi/pengembangan) atau development

(pengembangan) improvement (meningkatkan)

Preservatif atau supportif merupakan fungsi pengembangan yang

merupakan upaya dalam mengembangkan kerpibadian atau mental

yang sehat, agar seseorang mampu

30
meminimalisir kesulitan-kesulitan dalam perkembangan psikisnya.

Kesehatan mental penting untuk dikembangkan, namun tidak setiap

orang dapat mencapai mental yang sehat dengan mudah. Ada orang

dengan kondisi mental yang sehat dan perlu pencegahan terhadap

gangguan- gangguan mental, namun beberapa diantaranya

mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya. Sehingga

masing-masing individu berbeda. dalam penerapan fungsi

kesehatan mentalnya, baik preventif, amelioratif, maupun

preservatif.

Kondisi kesehatan mental yang sulit dicapai, akan berkembang

pribadi yang memiliki mental yang sakit (mental illness), dengan

beberapa ciri. Menurut Thorpe, ciri-ciri orang yang yaitu

(Schneiders 1964):

1) Merasa tidak tidak sehat mentalnya. bahagia dalam

kehidupan dan hubungan sosial

2) Merasa dalam keadaan tidak aman, diekam dengan rasa takut

dan khawatir yang mendalam

3) Tidak percaya akan kemampuan diri

4) Tidak mmeiliki kematangan emosional

5) Kepribadian yang kurang mantap

6) Mengalami gangguan dalam sistem syarafnya

7) Tidak dapat memahami kondisi dirinya sendiri.

Lebih lanjut, mental illness ditandai dengan:

31
1) Anxiety (kecemasan/kegelisahan) dalam kehidupan

individu

2) Mudah tersinggung/marah

3) Agresif & destruktif (merusak)

4) Pemarah yang berlebih

5) Tidak mampu menghadapi kenyataan secara realistik

6) Memiliki gejala psikosomatis (sakit fisik yang diakibatkan

oleh gangguan psikis, misalnya karena stres)

7) Tidak beriman pada Allah SWT, Tuhan semesta alam.

Apabila perilaku-perilaku yang dapat mengacaukan kesehatan

mental, seperti dicontohkan diatas lebih dominan dalam kehidupan ini

bukan tidak mungkin akan muncul berbagai perilaku menyimpang.

Perilaku menyimpang tersebut misalnya, tawuran antar geng pelajar, free

sex, miras & narkoba yang marak dikonsumsi, korupsi, prostitusi, human

trafficking, perselingkuhan, perjudian, dan perilaku perilaku

menyimpang lainnya, dimana perilaku individu tersebut mengindikasikan

adanya masalah dengan kesehatan mentalnya. (Amos et al. 2022)

G. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Terhadap Kesehatan Mental


Adapun peran dan tanggung jawab bidan terhadap kesehatan mental

perempuan, yaitu :

1. Peran Sebagai Advokator

Advokasi adalah suatu pendekatan kepada seseorang/ badan

organisasi yang di duga mempunyai pengaruh

32
terhadap keerhasilan suatu program atau kelancaran suatu kegiatan.

Bentuk kegiatan advokator :

a. Seminar

b. Bidan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya

c. Bidan menyampaikan masalah kesehatan menggunakan

media dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi,

penyampaian pendapat untuk membentuk opini public.

(Warsita 2018)

2. Peran Sebagai Edukator

Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling dalam asuhan

dan pelayanan kebidanan di setiap tatanan pelayanan kesehatan

agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan

mereka. Fungsi bidan sebagai edukator:

a. Melaksanakan pendidikan kesehatan dan konseling dalam

asuhan dan pelayanan kebidanan.

b. Membina kader dan kelompok masyarakat (Susilaningsih and

Kartika Sari 2017)

3. Peran Sebagai Fasilitator

Bidan mempunyaitanggung jawab untuk menciptakan,

mengkondisikan iklim kelompok yang harmonis, serta

33
menfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.

(Suwijik and A’yun 2022)

4. Peran Sebagai Motivator

Upaya yang di lakukan bidan sebagai pendamping adalah

menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali potensi

dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk

memecahkan masalah itu. (Pramudianti, Fathony, and Ulfa 2020)

Selain itu sebagai seorang bidan memiliki tanggung jawab terhadap

pelayanan kebidanan yang diberikan, yaitu :

1. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan

yang diberikan, mencakup:

a. Mengkaji status kesehatan

b. Menentukan diagnosis,

c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah

d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana

e. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan,

f. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan,

g. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan/tindakan. (Sari and

Rati Astuti 2020)

2. Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan

melibatkan mereka sebagai klien. (Argaheni et al. 2022)

34
3. Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan

normal, persalinan, nifas, bayi baru lahir

4. Memberikan pelayanan kontrasepsi dan wanita dengan

gangguan reproduksi.

35
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi

seseorang yang memungkinkan berkembangnya semua aspek perkembangan,

baik fisik, intelektual, dan emosional yang optimal serta selaras dengan

perkembangan orang lain, sehingga selanjutnya mampu berinteraksi dengan

lingkungan sekitarnya. Gejala jiwa atau fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan,

kemauan, sikap, persepsi, pandangan dan keyakinan hidup harus saling

berkoordinasi satu sama lain, sehingga muncul keharmonisan yang terhindar

dari segala perasaan ragu, gundah, gelisah dan konflik batin (pertentangan

pada diri individu itu sendiri).

Kesehatan mental merujuk pada kesehatan seluruh aspek perkembangan

seseorang, baik fisik maupun psikis. Kesehatan mental juga meliputi upaya-

upaya dalam mengatasi stress, ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri,

bagaimana berhubungan dengan orang lain, serta berkaitan dengan

pengambilan keputusan.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan makalah ini sebagai bahan masukan, bagi penulis selanjutnya

dalam membuat makalah tentang Fisiologi Kebidanan dibidang teori

maupun praktik kepada tenaga kesehatan dalam

36
melakukan peran dan tanggung jawab terhadap kesehatan mental

perempuan.

2. Bagi Penulis

Diharapkan mampu menambah wawasan dalam materi peran dan tanggung

jawab bidan terhadap kesehatan mental perempuan serta diharapkan

makalah ini akan lebih bagus lagi dalam penyampaian materi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, P et al. 2022. Antropologi Sosiologi Kesehatan. Padang : Get Press.


https://books.google.co.id/books?id=y9yUEAAAQBAJ.

Amos, J et al. 2022. Administrasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Get Press.


https://books.google.co.id/books?id=%5C_OmSEAAAQBAJ.

Anggraini, D D et al. 2022. Pelayanan Kebidanan Di Era Digitalisasi. Padang


: Global Eksekutif Teknologi.
https://books.google.co.id/books?id=%5C_0WhEAAAQBAJ.

Argaheni, N B et al. 2022. Asuhan Kebidanan Pada Konsepsi. Padang : Global


Eksekutif Teknologi.
https://books.google.co.id/books?id=E7SYEAAAQBAJ.

Dr. Lutfi Basit, M I K, and S.P.M.P. MUHAMMAD ARIFIN. 2022. Lensa


Gender Di Media Massa: Meta Analisis Politisi Perempuan. Pertama.
Medan: umsu press.
https://books.google.co.id/books?id=hnyHEAAAQBAJ.

Fakhriyani Vidya, Diana. 2019. Early Childhood Education Journal Kesehatan


Mental. ed. M.Pd.I. Dr. Mohammad Thoha. 2019: CV.DUTA MEDIA.

Kartikasari, M N D et al. 2022. Kesehatan Mental. Padang: Global Eksekutif


Teknologi.
https://books.google.co.id/books?id=gbSYEAAAQBAJ.

Mahendradhata, Y et al. 2021. Kesehatan Global. Yogyakarta: UGM PRESS.


https://books.google.co.id/books?id=%5C_bRIEAAAQBAJ.

Pramudianti, Domas Nurchandra, Zaiyidah Fathony, and Bardiati Ulfa. 2020.


“Edukasi Melalui Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Hamil Tentang
Pencegahan Depresi Postpartum.” Jurnal Masyarakat

38
Mandiri 4(4): 6–9.

Purba, D H et al. 2021. Kesehatan Mental. Pertama. ed. J Simarmata. Medan:


Yayasan Kita Menulis.
https://books.google.co.id/books?id=NvlTEAAAQBAJ.

Rusman, A D P, M N Maallah, and H K Hengky. 2022. GENDER DAN


KEKERASAN PEREMPUAN. Pekalongan: Penerbit NEM.
https://books.google.co.id/books?id=BUGEEAAAQBAJ.

Sari, Liya Lugita, and Eka Rati Astuti. 2020. “Peran Bidan Sebagai Motivator
Dalam Promosi Kesehatan Pada Ibu Hamil.” Jurnal Asuhan Ibu dan Anak
5(2): 19–24.

Susilaningsih, Is, and Dewi Kartika Sari. 2017. “Dukungan Sosial Keluarga
Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III.”
Ejournal.Akperkbn.Ac.Id 3(1): 35–41.

Suwijik, Salsabila Putri, and Qurrota A’yun. 2022. “Pengaruh Kesehatan Mental
Dalam Upaya Memperbaiki Dan Mengoptimalkan Kualitas Hidup
Perempuan.” Journal of Feminism and Gender Studies 2(2): 109.

Warsita, Feny. 2018. “Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Bidan


Pelaksana Pelayanan Kia Dalam Mengkaji Permasalahan Kesehatan Jiwa Ibu
Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Mungka.” Perintis Health Journal 2(2):
149–53.

39

Anda mungkin juga menyukai