Anda di halaman 1dari 23

KESEHATAN MENTAL

Makalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:
Hanifah Nur Gangsarwati (23008)
Istiqomah (23009)
Muhammad Salman arifin (23013)
Nur Hikmah Khazanah (23016)
Salsabila Rahma ayu (23020)
Selestina Lamere (23022)

AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN


JAKARTAPROGRAM STUDI D.III
KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2023 -2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahamat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah yang ditugaskan kepada penulis. Makalah yang penulis buat
ini berjudul “KESEHATAN MENTAL”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Bahasa Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya penyalaman dan pengetahuan yang saya
miliki.Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap makalah ini
dapat berguna bagi perkembangan dunia pendidikan.

Jakarta, 27 November 2023


Penulis

ii
RINGKASAN

Kesehatan mental adalah suatu keadaan psikologis yang menunjukan


kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian diri terhadap masalah-
masalah yang dihadapi. Pendidik memiliki tugas untuk mengembangkan
kesehatan mental pada seluruh komponen sekolah, seperti diri peserta didik,
rekan kerja, meupun dirinya sendiri. Kesehatan kecerdasan emosi dapat
membantu keseimbangan kesehatan mental seseorang dalam menghadapi
masalah-masalah hidup dalam lingkungan pendidikan. Terdapat berbagai
strategi yang dapat dilakukan dalam upaya mengembangkan kesehatan mental.
Strategi tersebut diantaranya pendidik memastikan bahwa peserta didik dan
komponen-komponen sekolah lain memperoleh waktu istirahat yang teratur dan
cuku, memperoleh asupan makanan dan minuman yang berkualitas tidak
mengkonsumsi kafein, alkohol, rokok, dan zat adiktif yang lain, memperoleh
aktivitas fisik secara teratur, melakukan kegiatan yang dapat membuat mereka
rileks dan senang, melakukan kegiatan- kegiatan yang dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan spirituil, Pengorganisasian masalah dan perencanaan
tindakan pemecahan masalah, memperoleh banyak teman yang dapat membantu
mengembangkan emosi dan sikap positif dalammemandang hidup, mendapatkan
bantuan profesiional kesehatan mental dari pada ahli dan praktisi yang
kompeten, seperti psikolog sekolah dan konselor sekolah bagi peserta didik dan
komponen-kompenen sekolah lain yang menghadapi gangguan-gangguan
kesehatan mental akut.

Kata kunci: kesehatan mental, lingkungan sekolah

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2


RINGKASAN .................................................................................................................. 3
DAFTAR ISI ....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................1
1. Tujuan Umum .................................................................................................... 1
2. Tujuan Khusus ....................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN ......................................................... 2
A. Kajian Teori .............................................................................................................. 2
1. Pengertian Kesehatan Mental .............................................................................2
2. Karakteristik Mental ...........................................................................................3
3. Ruang Lingkup Kesehatan Mental ..................................................................... 5
4. Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental ...................................................................... 7
5. Indikator Kesehatan Mental ............................................................................... 7
6. Gangguan Kesehatan Mental ............................................................................. 8
7. Strategi Penanggulangan Kesehatan Mental ...................................................... 8
8. Fungsi Kesehatan Mental ................................................................................. 10
9. Jenis-Jenis Kesehatan Mental .......................................................................... 11
B. Penelitian Yang Relevan .........................................................................................14
C. Pembahasan ............................................................................................................ 15
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mental merupakan salah satu kajian dalam ilmu kejiwaan
yang sudah dikenal sejak abad-19, seperti di Jerman tahun 1875 M. Kesehatan
mental sebagai suatu kajian ilmu jiwa walaupun dalam bentuk sederhana. Pada
pertengahan abad ke-20 kajian mengenai kesehatan mental sudah jauh
berkembang dan maju dengan pesat sejalan dengan kemajuan ilmu dan
teknologi modern. Ia merupakan suatu ilmu yang praktis dan banyak
dipraktikkan dalam kehidupan manusia sehari-hari, baik dalam bentuk
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di semua aspek kehidupan individu,
misalnya dalam rumah tangga, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga pendidikan
dan dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat misalnya, dengan berkembangnya
klinik-klinik kejiwaan dan munculnya lembaga-lembaga pendidikan kesehatan
mental. Semuanya ini dapat menjadi pertanda bagi perkembangan dan kemajuan
ilmu kesehatan mental.
Pada awalnya, kesehatan mental hanya terbatas pada individu yang
mempunyai gangguan kejiwaan dan tidak diperuntukkan bagi setiap individu
padaumumnya. Namun, pandangan tersebut bergeser sehingga kesehatan mental
tidak terbatas pada individu yang memiliki gangguan kejiawaan tetapi juga
diperuntukkan bagi individu yang mentalnya sehat yakni bagaimana individu
tersebut mampu mengeksplor dirinya sendiri kaitannya dengan bagaimana ia
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Berikut akan dipaparkan mengenai
sejarah kesehatan mental yang dibagi atas Zaman Pra Ilmiah dan Zaman Modern.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa pengertian kesehatan mental?
2. Bagaimana karakteristik kesehatan mental?
3. Bagaimana ruang lingkup kesehatan mental?
4. Apa prinsip-prinsip kesehatan mental?
5. Apa saja Indikator Kesehatan Mental?
6. Bagaimana Gangguan Kesehatan Mental?
7. Bagaimana Strategi Penanggulangan Kesehatan Mental?
8. Jelaskan Fungsi Kesehatan Mental?
9. Bagaiaman Jenis-Jenis Kesehatan Mental?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahuitentang
kesehatan mental.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah
a. Mengetahui pengertian karakteristik mental
b. Mengetahui karakteristik kesehatan mental
c. Mengetahui ruang lingkup kesehatan mental
d. Mengetahui prinsip-prinsip kesehatan mental

1
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Pengertian Kesehatan Mental
Pengertian Kesehatan Mental dibawah ini diadopsi dari handbook
tentang kesehatan mental karya Prof. Dr. Zakiah Daradjat yang diterbitkan
oleh Penerbit Gunung Agung Kramat Kwitang Jakarta Pusat tahun 1986
sebagai berikut :
a. Kesehatan Mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan
Jiwa (Neurose) dan dari gejala penyakit Jiwa (psychose). Definisi ini
banyak sambutan dari kalangan Psikiatri (Kedokteran Jiwa) karena titik
tekan dari difinisi tersebut terletak pada bebasnya jiwa dari hal-hal yang
menyebabkan seseorang menjadi tidak sehat jiwa/ mentalnya baik dalam
bentuk gangguan jiwa/ mental (mardh aql) maupun sakit jiwa/ mental
(mardh qalb) pada setiap orang secara individual maupun kelompok.
b. Kesehatan Mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan yang
mengitari. Definisi ini lebih tepat bagi mereka yang selalu komit dengan
prinsip dan kerja konseling karena arah dari difinisi tersebut terletak pada
penyadaran diri dengan kemampuan penyesuaian diri
mengembangkannya dengan mengenal akan adanyakekuatan diri sendiri,
orang lain dan masyarakat serta lingkungan bahkan terutama sekali
adalah pengenalan diri tentang keberadaan.
c. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan
untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan
pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada
kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan-gangguan
dan penyakit mental. Definisi ketiga ini menekankan kepada kemampuan
untuk memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan yang dimiliki agar
seseorang terhindar dari masalah hilangnya jati diri sendiri dan dibalik itu
ia mampu mengembangkan karier yang semestinya dibanggakan-nya.
Hal ini sesuai dengan tugas seorang konselor yang berusaha membantu
seseorang mengenal Kekuatan / potensi dirinya sendiri yang pada
hakekatnya Allah berikan setiap hambaNya sehingga ia dapat tumbuh
menjadi pribadi yang unggul. Dengan demikian sebenarnya orang yang
sehat mental dapat dilihat dari kemampuan mencapai derajat hidup
yang muliadan bermanfaat bagi orang banyak.Kesehatan mental adalah
terwujudnya keharmonisan yang sungguh sungguh antara fungsi fungsi
jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-
problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagian dan
kemampuan dirinya. Definisi keempat ini lebih tepat bagi mereka atau
para ahli yang memiliki komotmen di bidang psikologi dan agama
karena kecendrungan keduanya terhadap masalah batini/ rohani yang
sulit dipahami secara kongkrit dan masuk dalam katagori abstrak,
supernatural, super humen serta transendental dalam hal ini lebih
dominan ke persoalan mental, kondisi jiwa dan lebih lebih lagi manakala
dikaitkan dengan permasalahan keimanan sesesorang terhadap

2
supernatural atau keTuhanan dalam konteks pengamalan maupun
pengalaman keagamaan yang merupakan garapan para psikolog Agama.
Dalam kaitan tugas profesi maka keberadaan Kesehatan mental menjadi
sangat urgen dan menunjang terhadap pelaksanaan terapi baik melalui
konsultasi dan nasehat agama maupun psikologi.

Di sisi lain Notosoedirdjo dan Latipun (2005) memberikan batasan


tentang kesehatan mental sebagai berikut :
a. Kesehatan mental adalah tiada prilaku abnormal pada diri seseorang
b. Kesehatan mental adalah konsep yang idial
c. Kesehatan mental bagian dari karakteristik kualitas hidup

Selanjutnya, WHO mendefinisikan tentang kesehatan mental sebagai


kondisi kesejahteraan individu yang menyadari potensinya sendiri, dapat
mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan
berbuah, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya (“WHO |
Mental health: a state of well-being” t.t.). Kesehatan mental merujuk pada
bagaimana individu mampu menyesuaikan diri serta berinteraksi baik
denganlingkungan sekitarnya, sehingga individu terhindar dari gangguan
mental. Terdapat beberapa istilah dalam mengungkapkan kesehatan mental
yaitu mental hygiene dan psiko-hygiene. Kedua perbedaan istilah tersebut,
sebenarnya tidak ada perbedaan yang mendasar. Namun istilah yang sering
dipakai saat ini adalah kesehatan mental atau mental health.

2. Karakteristik Mental
Karakteristik kesehatan mental dapat dilihat dari ciri-ciri mental yang
sehat. Berikut ini merupakan ciri-ciri mental yang sehat (Yusuf 2011), yakni :
a. Terhindar dari gangguan jiwa.
Terdapat 2 Kondisi kejiwaan yang terganggu yang berbeda satu
sama lain, menurut Darajat(Daradjat 1975) yaitu gangguan jiwa (neurose)
dan penyakit jiwa (psikose). Ada perbedaandiantara dua istilah tersebut.
Pertama, neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya,
sementara psikose tidak, individu dengan psikose tidak mengetahui
masalah/kesulitan yang tengah dihadapinya. Kedua, kepribadian neurose
tidak jauh dari realitas dan masih mampu hidup dalam realitas dan alam
nyata pada umumnya, sedangkan kepribadian psikose terganggu baik dari
segi tanggapan, perasaan/emosi, serta dorongan-dorongannya, sehingga
individu dengan psikose ini tidak memiliki integritas sedikitpun dan hidup
jauh dari alam nyata. Mental yang sehat merupakan mental yang terhindar
baik dari gangguan mental, maupun penyakit mental. Dalam hal ini, individu
dengan mental yang sehat, mampu hidup di alam nyata dan mampu
mengatasi masalah yangdihadapinya.
b. Mampu menyesuaikan diri.
Penyesuain diri (self adjustment) adalah proses dalam
memperoleh/pemenuhan kebutuhan (needs satisfaction), sehingga individu
mampu mengatasi stres, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu
melalui alternatif cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan memiliki

3
penyesuaian diri yang baik apabila ia mampu mengatasi kesulitan dan
permasalahan yang dihadapinya, secara wajar, tidak merugikan diri sendiri
dan lingkungannya, dan sesuai dengan norma sosial dan agama.
c. Mampu memanfaatkan potensi secara maksimal
Selain mampu menghadapi permasalahan yang dihadapi dengan
berbagai alternatif solusi pemecahannya, hal penting lainnya yang
merupakan indikasi sehat secara mental adalah secara aktif individu mampu
memanfaatkan kelebihannya. Yaitu dengan cara mengeksplor potensi
semaksimal mungkin. Memanfaatkan potensi secara maksimal dapat
dilakukan dengan keikut sertaan secara aktif oleh individu dalam berbagai
macam kegiatan yang positif serta konstruktif bagi pengembangan kualitas
dirinya. Misalnya dengan kegiatan belajar (di rumah, sekolah, atau
lingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi, olahraga, pengembangan
hobi serta kegiatan-kegiatan positif lainnya yang mampu memicu eksplorasi
potensi masing-masing individu.
d. Mampu mencapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Poin ini dimaksudkan pada segala aktifitas individu yang
mencerminkan untuk mencapai kebahagiaan bersama. Individu dengan
mentalyang sehat menunjukkan perilaku atau respon terhadap situasi dalam
memenuhi kebutuhannya, dengan perilakuatau respon positif. Respon
positif tersebut berdampak positif pula baik bagi dirinya sendiri maupun
orang lain. Tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan diri
sendiri, serta tidak mencari kesempatan / keuntungan diatas kerugian orang
lain, merupakanbagian dari pencapaian kebahagiaan pribadi dan orang lain.
Individu dengan gambaran diatas selalu berupaya untuk mencapai
kebahagiaan bersama tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.

Menurut WHO, menyebutkan bahwa karakteristik mental yang


sehatadalah sebagai berikut.
a. Mampu belajar sesuatu dari pengalaman,
b. Mampu beradaptasi,
c. Lebih senang memberi daripada menerima,
d. Lebih cenderung membantu daripada dibantu,
e. Memiliki rasa kasih sayang,
f. Memperoleh kesenangan dari segala hasil usahanya,
g. Menerima kekecewaan dengan menjadikan kegagalan sebagai
pengalaman,serta
h. Selalu berpikir positif (positive thinking).

4
3. Ruang Lingkup Kesehatan Mental
Perkembangan kesehatan mental individu ditentukan oleh kualitas
kondisi psikologis atau iklim lingkungan dimana individu berada. Kesehatan
mental dapat diterapkan disegala unit kehidupan sosial, seperti lingkungan
keluarga, sekolah, dan juga lingkungan sosial pada umunya. Berikut
uraiannya :
a. Kesehatan Mental dalam Keluarga
Dalam tercapainya suasana yang harmonis antar anggota keluarga,
penerapan kesehatan mental sangatlah penting. Ketika hubungan antar
suami- istri, orang tua-anak, serta antar saudara kandung tidak harmonis,
maka akan tercipta iklim psikologis yang kurang kondusif serta kurang
nyaman dalam keluarga tersebut. Contohnya seperti sikap permusuhan,
sibling rivalry yang tidak sehat sehingga menyebabkan adanya iri hati
(jealous), adanya pertengkaran, tidak memperhatikan nilai-nilai moral.
Dalam suasana yang demikian, kemudian akan membuat anggota
keluarga khususnya anak mengalami kesulitan atau kegagalan dalam
perkembangan untuk mecapai mentalyang sehat. Dengan demikian,
sangatlah penting bagi setiap anggota keluarga terutama orang tua untuk
dapat menciptakan suasana keluarga yang kondusif. Konsep
sakinah,mawaddah, warahmah diperlukan dalam memahami makna,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip kesehatan mental dalam keluarga
karena berfungsi utntuk mengembangkan mental yang sehat serta
mencegah adanya mental yang sakit dalam suatu keluarga.
b. Kesehatan Mental di Sekolah
Pada keluarga, kesehatan mental dipengaruhi oleh iklim psikologis
dalamkeluarga tersebut. Sedangkan, di sekolah, kesehatan mental
diasumsikan dengan“perkembangan kesehatan mental peserta didik
dipengaruhi oleh iklim sosioemosional di sekolah”. Pengetahuan
mengenai kesehatan mental sangat penting bagi pimpinan sekolah, para
guru, terutama guru BK atau konselor sekolah.Pimpinan sekolah dan juga
para guru dapat menciptakan iklim kehidupan disekolah, baik fisik,
emosional, sosial, dan juga moral spiritual dalam rangka perkembangan
kesehatan mental siswa yang optimal. Disisi lain, juga dapat memantau
dari segi kesehatan mental para siswa didik. Dengan
pengetahuanmengenai kesehatan mental, para guru dapat memahami
tentang masalah kesehatanmental yang dapat ditangani sendiri atau
membutuhkan penanganan khusus yangdapat dirujuk kepada professional.
Para guru memiliki peran yang penting dalam memahami kesehatan
mentalsiswanya. Tidak sedikit siswa mengalami masalah pada
pengembangan kesehatanmentalnya karena terhambat oleh masalah-
masalahnya, seperti penyesuaian diri,konflik dengan orang tua, konflik
dengan teman, masalah pribadi, masalah akademis,serta masalah-
masalah lainnya yang dapat menghambat eksplorasi potensi siswa,
bahkan dapat menyebabkan siswa merasa stress.
c. Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Lingkungan kerja memiliki peran penting terhadap kehidupan
manusia.Lingkungan kerja tidak hanya sebagai ajang persaingan bisnis,
mencari nafkah, serta peningkatan kesejahteraan hidup, namun juga

5
sebagai tempat yang menjadi sumber stres yang dapat memberikan
dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi individu pada lingkungan
tersebut. Adapun masalah yang mengakibatkan terjadinya gangguan
mental di tempatkerja diantaranya diakibatkan oleh stress. Stress yang
sering muncul di tempatkerjadiantaranya adalah :
1) Ketika honor atau gaji serta tunjangan yang diterima tidak dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari, maka akan menimbulkan
kekecewaan atas kurang terjaminnya kesejahteraan
2) Adanya konflik dengan atasan, kolega, ataupun dengan partner
kerjalainnya
3) Pekerjaan yang sedang dijalani tidak sesuai dengan passion dan
jugakemampuan individu
4) Kompetensi atau persaingan yang tidak sehat
5) Beban pekerjaan yang teralu beratf
6) Lingkungan pekerjaan yang kurang kondusif, misalnya kotor,
bising,sumpek, danlain sebagainya
7) Kurang cukupnya waktu istirahat
8) Hari libur yang kurang setelah rutinitas bekerja yang padat
9) Tidak adanya komunikasi yang terbuka antara pimpinan dan
karyawan
10) Kenaikan jabatan yang tidak tertata dengan baik
11) Kurang adanyan kebebasan beribadah bagi karyawan

d. Kesehatan Mental Kehidupan Beragama


Semakin kompleks kehidupan individu, maka semakin penting
penerapankesehatan mental yang bersumber pada agama dalam rangka
mengembangkankesehatan mental manusia serta mengatasi gangguan
mental yang tengah dihadapinya.Tausiyah, mau’idlah hasanah, dialog
kegamaan dengan para pemuka agama sangatdiperlukan di era revolusi
industry 4.0 ini karena manusia cenderung mulaimeninggalkan nilai-nilai
agama.
e. Kesehatan Mental di Bidang Politik
Kesehatan mental merupakan suatu hal yang sangat penting di bidang
politik.Indikasi gangguan kesehatan mental pada bidang politik seperti
pemalsuan ijazah,money politic, khianat kepada rakyat, serta stres yang
menimbulkan perilaku agresif karena gagal menjabat sebagai legislative,
dan lain-lain.
f. Kesehatan Mental di Bidang Hukum
Di bidang hukum, kesehatan mental merupakan hal yang sangat
penting.Seperti halnya hakim, seorang hakim harus memiliki pemahaman
mengenai kesehatanmental agar dapat mendeteksi tingkat kesehatan
mental terdakwa atau para saksiketika proses pengadilan berlangsung,
yang dimana saat tersebut adalah saat yangsangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan hukum. Bukan hanya hakim,namun seluruh
individu yang berkecimpung dalam bidang hukum sudah
seyogyanyamemiliki mental yang sehat, dengan begitu individu dapat
bekerja sesuai dengantupoksinya.

6
4. Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental
Menurut Diana Fida Fakhriyani ,(2019). Prinsip-prinsip kesehatan
mental adalah sebagai berikut:
1) Kesehatan mental adalah lebih dari tiadanya perilaku abnormal. Prinsip
ini menegaskan bahwa yang dikatakan sehat mentalnya tidak cukup
kalau dikatakan sebagai orang yang tidak megalami abnormalitas atau
orang yang normal. Karena pendekatan statistik memberikan kelemahan
pemahaman normalitas itu. Konsep kesehatan mental lebih bermakna
positif daripada makna keadaan umum atau normalitas sebagaimana
konsep statistik.
2) Kesehatan mental adalah konsep yang ideal. Prinsip ini menegaskan
bahwa kesehatan mental menjadi tujuan yang amat tinggi bagi seseorang.
Apalagi disadari bahwa kesehatan mental itu bersifat kontinum. Jadi
sedapat mungkin orang mendapatkan kondisi sehat yang paling optimal
dan berusaha terus untuk mencapai kondisi sehatyang setingi-tingginya.
3) Kesehatan mental sebagai bagian dan karakteristik kualitas hidup. Prinsip
ini menegaskan bahwa kualitas hidup seseorang salah satunya
ditunjukkan oleh kesehatan mentalnya. Tidak mungkin membiarkan
kesehatan mental seseorang untuk mencapai kualitas hidupnya, atau
sebaliknya kualitas hidup seseorang dapat dikatakan meningkat jika juga
terjadi peningkatan kesehatan mentalnya. Berdasarkan pemaparan diatas,
dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana
kepribadian, emosional, intelektual dan fisik seseorang tersebut dapat
berfungsi secara optimal, dapat beradaptasi terhadap tuntutan
lingkungan dan stressor, menjalankan kapasitasnya selaras dengan
lingkungannya, menguasai lingkungan, merasa nyaman dengan diri
sendiri, menemukan penyesuaian diri yang baik terhadap tuntutan sosial
dalam budayanya, terus menerus bertumbuh, berkembang dan matang
dalam hidupnya, dapat menerima kekurangan atau kelemahannya,
kemampuan menghadapi masalah- masalah dalam hidupnya, memiliki
kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam
hidupnya.

5. Indikator Kesehatan Mental


Menurut Bastaman (1995), dan (Eni & Kep, 2022; Fakhriyani, 2019),
kesehatan mental seseorang dapat dilihat dari tiga orientasi, yaitu:
a. Orientasi Klasik. Seseorang dianggap sehat bila ia tak mempunyai keluhan
tertentu, seperti: ketegangan, rasa lelah, cemas, yang semuanya
menimbulkan perasaan sakit atau rasa tak sehat serta mengganggu efisiensi
kegiatan sehari-hari.
b. Orientasi penyesuaian diri. Seseorang dianggap sehat secara psikologis bila
ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang
lain serta lingkungan sekitarnya.
c. Orientasi pengembangan potensi. Seseorang dianggap mencapai taraf
kesehatan mental, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan
potensinya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain
dan dirinya sendiri.

7
Menurut Kartono (2000), terdapat empat ciri sebagai indikator kesehatan
mental seseorang, yaitu:
1) Ada koordinasi dari segenap usaha dan potensinya, sehingga orang udah
melakukan adaptasi terhadap tuntutan lingkungan, standar, dan norma
sosial serta perubahan sosial yang serba cepat.
2) Memiliki integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian sendiri
sehingga mampu memberikan partisipasi aktif kepada masyarakat.
3) Dia senantiasa giat melaksanakan proses realisasi diri (yaitu
mengembangkan secara riil segenap bakat dan potensi), memiliki tujuan
hidup, dan selalu mengarah pada transendensi diri, berusaha melebihi
keadaan yang sekarang.
4) Bergairah, sehat lahir dan batinnya, tenang harmonis kepribadiannya,
efisien dalam setiap tindakannya, serta mampu menghayati kenikmatan
dan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.

6. Gangguan Kesehatan Mental


Gangguan kesehatan mental adalah perilaku dan keadaan emosi yang
menyebabkan seseorang menderita, atau perilaku merusak diri sendiri, dan akan
memiliki dampak negatif yang serius terhadap kinerja seseorang atau
kemampuan berinteraksinya dengan orang lain, serta dapat membahayakan
orang lain atau suatu komunitas. Menurut Burlian (2016), terdapat beberapa
tanda-tanda gangguan kesehatan mental, yaitu:
1) Banyak konflik batin
Dada rasa tersobek-sobek oleh pikiran dan emosi yang antagonistis
bertentangan. Hilangnya harga diri dan kepercayaan diri. Selalu merasa
tidak aman dan dikejar oleh suatu pikiran atau perasaan yang tidak jelas
hingga ia merasa cemas dan takut. Menjadi agresif, suka menyerang
bahkan ada yang berusaha membunuh orang lain atau melakukan usaha
bunuh diri (agresivitas ke dalam).
2) Komunikasi sosial terputus dan adanya disorientasi sosial
Timbul delusi-delusi yang menakutkan atau dihinggapi delusion of
grandeur (merasa dirinya paling super). Selalu iri hati dan curiga. Ada
kalanya diinggapi delusion of persecution atau khayalan dikejar-kejar
sehingga menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan, atau
melakukan destruksi diri dan bunuh diri.
3) Ada gangguan intelektual dan gangguan emosional yang serius
Penderita mengalami ilusi, halusinasi berat dan delusi. Selain itu,
kurangnya pengendalian emosi dan selalu bereaksi berlebihan (overacting).
Selalu berusaha melarikan diri dari dalam dunia fantasi, yaitu dalam
masyarakat semu yang diciptakan dalam khayalan. Merasa aman dalam
dunia fantasinya. Orang luar dihukum dan dihindari sebab mereka itu
dianggap berdosa, kotor, jahat. Maka dari itu, realitas sosial yang dihayati
menjadi kacau balau. Juga kehidupan batinnya menjadi kalut, kusut, dan
keribadiannya pecah berantakan.

7. Strategi Penanggulangan Kesehatan Mental


Secara keseluruhan, tujuan (goal) rencana aksi kesehatan mental ini
adalah untuk mempromosikan kesehatan mental, mencegah gangguan mental,

8
menyediakan pelayanan, meningkatkan pemulihan, mempromosikan Hak Asasi
Manusia dan menurunkan kematian, kesakitan, dan kecacatan pada orang dengan
gangguan mental. Rencana aksi tersebut secara spesifik memiliki tujuan (objectives)
berikut:
Tujuan 1 : Untuk memperkuat kepemimpinan dan tata kelola yangefektif untuk
kesehatan mental.
Tujuan 2 : untuk memberikan layanan kesehatan mental dan sosial yang
komprehensif, terpadu dan responsif dalam pengaturan berbasis komunitas.
Tujuan 3 : untuk menerapkan strategi untuk promosi dan pencegahan dalam
kesehatan mental
Tujuan 4 : untuk memperkuat sistem informasi, bukti dan penelitian untuk
kesehatan mental.

Target global yang ditetapkan untuk setiap tujuan memberikan dasar bagi
tindakan keseluruhandan pencapaian yang terukur terhadap tujuanglobal. Rencana aksi
bergantung pada enam prinsip dan pendekatan lintas sektoral berikut (Organization,
2009; Saxena et al., 2014):
1) Cakupan kesehatan universal (Universal Health Coverage):
Tanpa memandan usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, ras, etnis atau orientasi
seksual, dan mengikuti prinsip keadilan, orang dengan gangguan mental harus
dapat mengakses, tanpa risiko memiskinkan diri mereka sendiri, layanan sosial, dan
kesehatan esensial yang memungkinkan mereka mencapai pemulihan dan standar
kesehatan tertinggi yang dapat dicapai.
2) Hak asasi manusia (Human Rights):
Strategi kesehatan mental, tindakan dan intervensi untuk pengobatan, pencegahan
dan promosi harus dilakukansesuai dengan Konvensi Hak-hak Penyandang
Disabilitas dan instrumen hak asasi manusia regional dan internasional lainnya.
3) Praktik berbasis bukti (Evidence-Based Practice):
Strategi kesehatan mental dan intervensi untuk pengobatan, pencegahan, dan
promosi harus dilakukan berdasarkan bukti ilmiah dan/atau praktik terbaik, dengan
mempertimbangkan budaya.
4) Pendekatan perjalanankehidupan (Life Course Approach):
Kebijakan, rencana, dan layanan untuk kesehatan mental perlu mempertimbangkan
kebutuhan kesehatan dan sosial disemua tahapan perjalanan hidup, termasuk masa
bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dewasa dan usia yang lebih tua.
5) Pendekatan multisectoral (Multisectoral Approach):
Respons komprehensif dan terkoordinasi untuk kesehatan mental membutuhkan
kemitraan denganberbagai sektor publik seperti kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan, yudisial, perumahan, sosial dan sektor lain yang relevan termasuk
sektor swasta.
6) Pemberdayaan orang dengan gangguan mental dan cacat psikososial: Orang dengan
gangguan mental dancacat psikososial harus diberdayakan dan dilibatkan dalam
advokasi kesehatan mental, kebijakan, perencanaan, legislasi,penyediaan layanan,
pemantauan, penelitian, dan evaluasi.
Setiap negara diharapkan agar bisa memiliki kepekaan memprioritaskan
kesehatan mental. Advokasi dengan pemerintah diperlukan pada pendekatan
pengembangan pelayanan kesehatan mental yang cost-effective dan berdasarkan
komunitas. Ada berbagai program dan kebijakan pencegahan berbasis bukti yang

9
tersedia yang dapat diimplementasikan. Disebutkan bahwa pencegahan dapat cost-
effective untuk menurunkan risiko gangguan kesehatan mental, hingga menunjukkan
hasil jangka panjang yang signifikan.
Selain itu, perlu adanya peraturan kesehatan mental yang dapat meningkatkan
akses melalui pendanaan layanan kesehatan mental yang setara dengan layanan
kesehatan fisik, atau dengan menetapkan bahwa layanan perlu disediakan melalui pusat
perawatan kesehatanprimer (puskesmas) dan di rumah sakit umum.

8. Fungsi Kesehatan Mental


Selain itu, kesehatan jiwa adalah tentang menjaga dan mengembangkan
kesehatan jiwa seseorang, agar dapat sehat dan terhindar dari masalah jiwa
(penyakit jiwa). Fungsi kesehatan mental dapat digambarkan dengan menggunakan
pemetaan utama berikut. (Diana Vidya : 2019). Pemaparan mengenai fungsi
kesehatan mental, Pertama, prevention (preventif/pencegahan); kedua, amilioration
(amelioratif/kuratif/perbaikan); ketiga, preservation (preservasi/pengembangan)
atau development (pengembangan) / improvement (meningkatkan).
1) Prevention (preventif/pencegahan)
Kegiatan kesehatan jiwa untuk mencegah timbulnya masalah atau gangguan
kesehatan jiwa, untuk mencegah penyakit jiwa. Fungsi ini menerapkan
prinsip-prinsip yang ditujukan untuk mencapai kesehatan mental, seperti
menjaga kesehatan fisik dan memenuhi kebutuhan mental. Cara yang dapat
dicapai adalah dengan menjaga kesehatan fisik dan memenuhi kebutuhan
psikologis seperti menerima cinta, rasa aman, harga diri dan realisasi diri
sebagaimana mestinya agar individu memenuhi potensinya dapat
dimaksimalkan.
Penerapan kesehatan jiwa di semua bidang kehidupan (rumah, sekolah,
tempat kerja dan lingkungan lainnya) menentukan kesehatan jiwa dan dapat
mencegah terjadinya gangguan kesehatan jiwa. Di lingkungan rumah, sikap
dan perlakuan yang hangat dari orang tua, serta kasih sayang, penerimaan
diri dan penghargaan dari orang orang di sekitarnya memungkinkan
berkembangnya hubungan yang baik. Hubungan interpersonal yang baik
antar keluarga dapat menciptakan suasana pengasuhan yang juga dapat
mendukung perkembangan mental anak yang sehat. Kesehatan mental anak
ditandai dengan kesejahteraan, kewaspadaan, dan kemampuan anak untuk
beradaptasi dengan lingkungan, seperti kemampuan bermain dengan teman
sebaya.
2) Amelioration (amelioratif/kuratif/korektif/perbaikan)
Fungsi ini merupakan upaya perbaikan diri dengan meningkatkan kapasitas
adaptif. Selain itu, perilaku individu dan mekanisme perlindungan diri dapat
dikontrol dengan baik. Anak dengan kesulitan perkembangan dapat dilihat
dari perilakunya, seperti marah, menghisap jempol, perilaku agresif dan
perilaku lain yang perlu diperbaiki, yang penting, perilaku tersebut harus
memiliki fungsi untuk meningkatkan kesehatan mental.
3) Preservation (preservasi/ pengembangan) atau development
(pengembangan)/ improvement (meningkat kan) Preservatif atau supportif
adalah fungsi perkembangan yang merupakan upaya untuk
mengembangkan kepribadian atau mentalitas yang sehat sehingga seseorang
dapat meminimalkan kesulitan dalam perkembangan psikologisnya.

10
Ketenangan itu penting untuk pertumbuhan, tetapi tidak semua orang dapat
dengan mudah mencapai ketenangan. Beberapa orang memiliki gangguan
mental yang sehat dan perlu diperingatkan tentang gangguan psikotik,
namun beberapa dari mereka bermasalah dengan perkembangan mental.
Oleh karena itu, setiap individu berbeda dalam memfungsikan kesehatan
jiwanya, baik untuk mencegah, memperbaiki maupun memelihara. Kondisi
kesehatan jiwa yang sulit dijangkau berkembang menjadi seseorang dengan
penyakit jiwa (penyakit jiwa), dengan beberapa ciri. Menurut Thorpe, ciri-
ciri orang yang tidak sehat secara mental adalah: (Schneiders 1964):
a. Merasa tidak bahagia dalam kehidupan dan hubungan sosial
b. Merasa dalam keadaan tidak aman, diekam dengan rasa takut dan
khawatir yang mendalam
c. Tidak percaya akan kemampuan diri
d. Tidak mmeiliki kematangan emosional
e. Kepribadian yang kurang mantap
f. Mengalami gangguan dalam sistem syarafnya
g. Tidak dapat memahami kondisi dirinya sendiri.
Lebih lanjut, mental illness ditandai dengan:
1) Anxiety (kecemasan/kegelisahan) dalam kehidupan individu
2) Mudah tersinggung/marah
3) Agresif & destruktif (merusak)
4) Pemarah yang berlebih
5) Tidak mampu menghadapi kenyataan secara realistic
6) Memiliki gejala psikosomatis (sakit fisik yang diakibatkan oleh
gangguan psikis, misalnya karena stres)
7) Tidak beriman pada Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Jika perilaku yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan jiwa
sebagaimana tergambar di atas merajalela dalam kehidupan, bukan tidak
mungkin akan muncul berbagai perilaku menyimpang. Contoh perilaku
menyimpang tersebut adalah tawuran pelajar, seks bebas, maraknya
konsumsi obat-obatan terlarang dan alkohol, penyuapan, prostitusi,
perdagangan manusia, perzinaan, perjudian, dan tindakan perilaku
menyimpang lainnya. kesehatan mentalnya.” Selanjutnya, fungsi kesehatan
jiwa dari sudut pandang Islam Ariadi (2013) adalah kemampuan individu
dalam mengelola fungsi jiwa dan melakukan penyesuaian terhadap diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya secara dinamis sesuai
Al Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup. menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat. Pandangan Muslim tentang gangguan jiwa tidak jauh
berbeda dengan ahli kesehatan jiwa pada umumnya. Peran agama Islam
dapat membantu manusia menyembuhkan jiwanya, mencegahnya dari
gangguan jiwa dan meningkatkan masalah kesehatan jiwa. Kajian berikut ini
akan mengkaji beberapa bentuk ibadah dan dampak psikologisnya, yang
kemudian dikenal dengan psikoterapi ibadah.

9. Jenis-Jenis Kesehatan Mental


Pada tahun 2019, 1 dari setiap 8 orang, atau 970 juta orang di seluruh dunia
hidup dengan gangguan mental, dengan gangguan kecemasan dan depresi yang
paling umum (IHME, 2019). Pada tahun 2020, jumlah orang yang hidup dengan

11
gangguan kecemasan dan depresi meningkat secara signifikan karena pandemi
COVID-19 dimana kebijakan Work From Home yang dapat memberikan dampak
negatif pada kesehatan mental induvidu (Kusumawaty, Yunike, Sulistyorini, et al.,
2022). Perkiraan awal menunjukkan peningkatan masing-masing 26% dan 28%
untuk gangguan kecemasan dan depresi berat hanya dalam satu tahun (WHO,
2022b). Meskipun ada pilihan pencegahan dan pengobatan yang efektif,
kebanyakan orang dengan gangguan mental tidak memiliki akses ke perawatan
yang efektif. Banyak orang juga mengalami stigma, diskriminasi dan pelanggaran
hak asasi manusia.
1) Gangguan Kecemasan
Pada tahun 2019, 301 juta orang hidup dengan gangguan kecemasan
termasuk 58 juta anak-anak dan remaja (IHME, 2019). Gangguan
kecemasan ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan
serta gangguan perilaku terkait. Gejalanya cukup parah untuk
mengakibatkan penderitaan yang signifikan atau gangguan fungsi yang
signifikan. Ada beberapa jenis gangguan kecemasan, seperti: gangguan
kecemasan umum (ditandai dengan rasa khawatir yang berlebihan),
gangguan panik (ditandai dengan serangan panik), gangguan kecemasan
sosial (ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan dalam
situasi sosial), gangguan kecemasan perpisahan (ditandai dengan ketakutan
atau kecemasan yang berlebihan tentang perpisahan dari orang-orang yang
kepadanya orang tersebut memiliki ikatan emosional yang dalam), dan
lain-lain. Ada pengobatan psikologis yang efektif, dan tergantung pada
usia dan tingkat keparahan,pengobatan juga dapat dipertimbangkan (WHO,
2022a).
2) Depresi
Pada tahun 2019, 280 juta orang hidup dengan depresi, termasuk 23 juta
anak-anak dan remaja (IHME, 2019). Depresi berbeda dari fluktuasi
suasana hati yang biasa dan respons emosional jangka pendek terhadap
tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Selama episode depresi, orang
tersebut mengalami suasana hati yang tertekan (merasa sedih, mudah
marah, kosong) atau kehilangan kesenangan atau minat dalam aktivitas,
hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, setidaknya selama dua minggu.
Beberapa gejala lain juga muncul, yang mungkin termasuk konsentrasi
yang buruk, perasaan bersalah yang berlebihan atau harga diri yang rendah,
keputusasaan tentang masa depan, pikiran tentang kematian atau bunuh
diri, gangguan tidur, perubahan nafsu makan atau berat badan, dan merasa
sangat lelah atau rendah energi. Orang dengan depresi berisiko lebih tinggi
untuk bunuh diri. Namun, ada perawatan psikologis yang efektif, dan
tergantung pada usia dan tingkat keparahannya, pengobatan juga dapat
dipertimbangkan.
3) Gangguan Bipolar
Pada 2019, 40 juta orang mengalami gangguan bipolar (IHME, 2019).
Orang dengan gangguan bipolar mengalami episode depresi bergantian
dengan periode gejala manik. Selama episode depresi, orang tersebut
mengalami suasana hati yang tertekan (merasa sedih, mudah marah, hampa)
atau kehilangan kesenangan atau minat dalam aktivitas, hampir sepanjang
hari, hampir setiap hari. Gejala manik mungkin termasuk euforia atau lekas

12
marah, peningkatan aktivitas atau energi, dan gejala lain seperti banyak
bicara, pikiran berpacu, peningkatan harga diri, penurunan kebutuhan
untuk tidur, distraksi, dan perilaku sembrono impulsif. Orang dengan
gangguan bipolar berada pada peningkatan risiko bunuh diri. Namun ada
pilihan pengobatan yang efektif termasuk psikoedukasi, pengurangan stres
dan penguatan fungsi sosial, dan pengobatan (WHO, 2022a)..
4) Gangguan Stress Pascatrauma (PTSD)
Prevalensi PTSD dan gangguan mental lainnya tinggi di lingkungan yang
terkena dampak konflik (Charlson et al., 2019). PTSD dapat berkembang
setelah terpapar peristiwa atau rangkaian peristiwa yang sangat
mengancam atau mengerikan. Ini ditandai dengan semua hal berikut:
a. Mengalami kembali peristiwa traumatis atau peristiwa di masa
sekarang (ingatan yang mengganggu, kilas balik, atau mimpi
buruk);
b. Menghindari pikiran dan ingatan tentang peristiwa, atau
menghindari aktivitas, situasi, atau orang yang mengingatkan
pada peristiwa tersebut; dan
c. persepsi terus-menerus tentang ancaman saat ini yang meningkat.
Gejala-gejala ini bertahan setidaknya selama beberapa minggu
dan menyebabkan gangguan fungsi yang signifikan (WHO,
2022a).
5) Skizofrenia
Skizofrenia mempengaruhi sekitar 24 juta orang atau 1 dari 300 orang di
seluruh dunia (IHME, 2019). Orang dengan skizofrenia memiliki harapan
hidup 10-20 tahun di bawah populasi umum. Skizofrenia adalah gangguan
jiwa yang dikenali dengan adanya penyimpangan yang sangat dasar dan
terdpaat perbedaan dari pikiran, disertai dengan adanya ekspresi perasaan
yang tidak normal (Kusumawaty, Yunike, Cahyati, et al., 2022). Gejala
skizofrenia mungkin termasuk delusi yang terus-menerus, halusinasi,
pemikiran yang tidak teratur, perilaku yang sangat tidak teratur, atau
agitasi yang ekstrim. Orang dengan skizofrenia mungkin mengalami
kesulitan terus menerus dengan fungsi kognitif mereka. Namun, ada
berbagai pilihan pengobatan yang efektif, termasuk pengobatan,
psikoedukasi, intervensi keluarga, dan rehabilitasi psikososial (WHO,
2022a).
6) Gangguan Makan (Eating Disorder)
Pada tahun 2019, 14 juta orang mengalami gangguan makan termasuk
hampir 3 juta anak dan remaja (IHME, 2019). Gangguan makan, seperti
anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, melibatkan pola makan yang tidak
normal dan keasyikan dengan makanan serta masalah berat badan dan
bentuk tubuh yang menonjol. Gejala atau perilaku mengakibatkan risiko
atau kerusakan yang signifikan terhadap kesehatan, tekanan yang
signifikan, atau gangguan fungsi yang signifikan. Anoreksia nervosa sering
terjadi pada masa remaja atau awal masa dewasa dan berhubungan dengan
kematian dini akibat komplikasi medis atau bunuh diri. Individu dengan
bulimia nervosa berada pada peningkatan risiko yang signifikan untuk
penggunaan zat, bunuh diri, dan komplikasi kesehatan. Ada pilihan
pengobatan yang efektif, termasuk pengobatan berbasis keluarga dan terapi

13
berbasis kognitif (WHO, 2022a).
7) Perilaku yang mengganggu dan gangguan dissosial 40 juta orang, termasuk
anak-anak dan remaja, hidup dengan gangguan perilaku-dissosial pada
tahun 2019 (IHME, 2019). Gangguan ini, juga dikenal sebagai gangguan
perilaku, adalah salah satu dari dua gangguan perilaku dan dissosial, yang
lainnya adalah gangguan pemberontak oposisi. Perilaku mengganggu dan
gangguan dissosial dicirikan oleh masalah perilaku yang terus-menerus
seperti terus-menerus menentang atau tidak patuh terhadap perilaku yang
terus-menerus melanggar hak-hak dasar orang lain atau norma, aturan, atau
hukum masyarakat yang sesuai dengan usia. Timbulnya gangguan yang
mengganggu dan dissosial, umumnya, meski tidak selalu, selama masa
kanak-kanak. Perawatan psikologis yang efektif ada, seringkali melibatkan
orang tua, pengasuh, dan guru, pemecahan masalah kognitif atau pelatihan
keterampilan social (WHO, 2022a).
8) Gangguan Perkembangan Saraf
Gangguan perkembangan saraf adalah gangguan perilaku dan kognitif
yang muncul selama periode perkembangan, dan melibatkan kesulitan
yang signifikan dalam perolehan dan pelaksanaan fungsi intelektual,
motorik, bahasa, atau sosial tertentu. Gangguan perkembangan saraf
termasuk gangguan perkembangan intelektual, gangguan spektrum autisme,
dan gangguan attention deficit hyperactivity (ADHD). ADHD ditandai
dengan pola kurangnya perhatian dan/atau hiperaktif-impulsif yang terus-
menerus yang berdampak negatif langsung pada fungsi akademik,
pekerjaan, atau sosial. Gangguan perkembangan intelektual ditandai
dengan keterbatasan yang signifikan dalam fungsi intelektual dan perilaku
adaptif, yang mengacu pada kesulitan dengan keterampilan konseptual,
sosial, dan praktis sehari-hari yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Gangguan spektrum autisme (ASD) merupakan kelompok kondisi yang
beragam yang ditandai dengan beberapa tingkat kesulitan dengan
komunikasi sosial dan interaksi sosial timbal balik, serta pola perilaku,
minat, atau aktivitas yang terbatas, berulang, dan tidak fleksibel. Ada
pilihan pengobatan yang efektif termasuk intervensi psikososial, intervensi
perilaku, terapi okupasi dan wicara. Untuk diagnosis dan kelompok usia
tertentu, pengobatan juga dapat dipertimbangkan (WHO, 2022a).

B. Penelitian Yang Relevan


1. Kesehatan Mental Remaja Pada Masa Pandemi
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
menggambarkan kondisi kesehatan mental remaja di masa pandemic COVID-19.
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus
yang baru ditemukan. Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak
dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.
COVID-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara
di seluruh dunia. Kesehatan mental adalah tingkatan kesejahteraan psikologis
atau ketiadaan gangguan jiwa. Kesehatan jiwa terdiri dari beberapa jenis
kondisi yang secara umum dikategorikan dalam kondisi sehat, gangguan
kecemasan, stres dan depresi. Penelitian ini mengambil data dengan wawancara
terstruktur pada mahasiswa prodi Bimbingan Konseling Islam yang

14
melaksanakan pembelajaran daring. Wawancara dilakukan dengan memberikan
pertanyaan berupa dokumen yang dikirim lewat pesan pribadi kepada setiap
mahasiswa yang dijadikan sampel. Kuesioner tertutup dilakukan dengan
disebarkan lewat grup WhatsApp dan pesan pribadi menggunakan laman Google
form agar memperoleh informasi yang lengkap. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pandemic COVID-19 ini telah menjadi masalah tersendiri
bagi kesehatan mental remaja selama pembelajaran daring di masa pandemi. Hal
tersebut dikarenakan terdapat beberapa factor dan tantangan selama
pembelajaran. Kondisi inilah yang mengakibatkan timbulnya konflik batin dan
tekanan yang di rasakan para remaja sehingga mengganggu kesehatan mental
mereka.

C. Pembahasan
Secara umum terdapat beberapa strategi sederhana untuk mengemabngkan
kondisi kesehatan mental agar selalu dalam keadaan seimbang. Beberapa strategi
sederhana yang dapat diaplikasikan oleh seorang pendidik dalam mengembangkan
kesehatan mental peserta didik dan komponen-komponen sekolah lain di sekolah
sebagai lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pendidik memastikan bahwa peserta didik dan komponen-komponen
sekolah lain memperoleh waktu istirahat yang teratur dan cukup. Ini berarti
dalam pengaturan jadwal kegiatan di sekolah harus memberikan ruang bagi
segenap komponen di sekolah untuk memperoleh waktu istirahat yang
teratur dan cukup. Dalam hal ini jadwal kegiatan-kegiatan di sekolah harus
disusun secara ergonomis.
2. Pendidik memastikan bahwa pesrta didik dan komponen-komponen sekolah
lain memperoleh asupan makanan dan minuman yang berkualitas. Ini
berarti di lingkungan sekolah dimungkinkan ketersediaan akses terhadap
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu agar segenap komponen sekolah dapat
memenuhi kebutuhan itu. Keadaan fisik yang terganggu karena defisiensi
asupan gizi yang cukup dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
3. Pendidik memastikan bahwa peserta didik dan komponen-komonen sekolah
lain tidak mengkonsumsi kafein, alkohol, rokok, dan zat adiktif yang lain.
Konsumsi terhadap zat-zat itu dapat mengganggu kesehatan fisik dan
psikologis dari seseorang.
4. Pendidik memastikan bahwa peserta didik dan komponen-komponen
sekolah lain memperoleh aktivitas fisik secara teratur, seperti oleh raga ata
bermain. Dalam hal ini sekolah dapat mengembangkan aktivitas-aktivitas
pendidikan yang berhubungan dnegan olah tubuh. Olah tubuh ini dapat
memabntu seseorang bertahan dari gangguan-gangguan kesehatan mental,
seperti stres dan depresi. Demikian pula, melalui olah tubuh maka orang
dapat terbantu untuk memiliki penilaian diri (self esteem) lebih baik dan
citra tubuh (body image) lebih positif.

15
5. Pendidik memastikan bahwa peserta didik dan komponen-komonen sekolah
lain memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan yang dapat membuat
mereka rileks dan senang (fun). Sekolah dapat memutar film edukatif yang
memiliki unsur hiburan, sekolah dapatmemperdengarkan duata musik pada
waktu-waktu luang di sekolah, perpustakaan sekolah menyediakan tempat
membaca bagi keseluruhan komponen sekolah membaca buku ringan, dan
sekolah memberi kesempatan kepada siswa untuk membentuk
kelompok kelompok siswa untuk bersosialisasi. Penelitian Riddick dan
Stewart pada tahun 1994 menunjukan bahwa orang-orang kulit putih yang
memnfaatkan waktu luang (leisure time) dengan menikmati kegiatan-
kegiatan yang menghibur memiliki kesehatan mental lebih baik dari pada
yang tidak memanfaatkan waktu luang dengan menikmati kegiatan-kegiatan
yang menghibur dan melibatkan banyak teman dapat melindungi kesehatan
fisik orang yang sedang mengalami stres dan depresi.
6. Pendidikan memastikan bahwa peserta didik dan komponen-komponen
sekolah lain memperoleh kesempatan melakukan kegiatan-kegiatan yang
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan spirituil. Kegiatan kegiatan yang
dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan spirituil di sekolah adalah ibadah
harian, meditasi, doa, dan wisata religius. Melalui kegiatan-kegiatan yang
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan spirituil maka siswa dapat
meningkatkan kualitas kesehatan mental dalam dirinya.
7. Pendidik membantu peserta didik dan komponen-komponen skeolah lain
membuat daftar masalah yang mereka hadapi dan membuat prioritas
pemecahan masalah terhadap masalah yang paling penting dan paling
mungkin untuk diselesaikan. Pengorganisasian masalah dan perencanaan
tindakan pemecahan masalah secara cermat dapat membantu orang
meningkatka kebahagiaan dalam dirinya.
8. Pendidik memastikan bahwa peserta didik dan komponen-komponen
sekolah lain memperoleh banyak teman yang dapat membantu
mengembangkan emosi dan sikap positif dalam memandang hidup. Argyle
menjelaskan bahwa pertemanan akrab dapat mempengaruhi segenap aspek
dalam kebahagiaan pada diri seseorang. pertemanan akrab memberi
pengaruh positif terhadap peningkatan suasana hati (mood), kebahagiaan,
kesehatan fisik, kesehatan mental, dan harapan hidup.
9. Pendidik memastikan bahwa peserta didik dan komponen-kompenen
sekolah lain yang menghadapi gangguan-gangguan kesehatan mental akut
yang mempengaruhi secara negatif kehidupan individual, interpersonal, dan
sosial mereka memperoleh bantuan profesional kesehatan mental dari pada
ahli dan praktisi yang kompeten, seperti psikolog sekolah dan konselor
sekolah. semakin cepat mereka memperoleh bantuan profesional maka
semakin cepat mereka memperoleh kembali keseimbangan kesehatan
mental dalam dirinya. di Amerika Serikat, psikolog sekolah adalah salah
satu bidang profesional psikologi yang diakui oleh APA (American
Psychological Association). Dalam pemberian layanan psikologi, psikolog
sekolah memfokuskan pada aplikasi konsep dan teori psikologi sosial dan
organisasi, psikologi pendidikan dan belajar, dan psikologi klinis pada
masalah masalah

16
pendidikan di sekolah.Selain strategi sederhana yang bersifat praktis
tersebut, kesehatan mental dapat dipelihara melalui strategi khusus yaitu
yang terkait dengan kecerdasan emosional. Dalam hal ini strategi yang bisa
dilakukan adalah melalui pelatihan, baik secara mandiri maupun
terinstitusionalisasi, terkait dengan aspek: kemampuan mempersepsi
ekspresi emosi, kemampuan mendayagunakan emosi untuk memfasilitasi
berfikir, kemampuan memahami emosi, dan kemampuan mengelola emosi.
Demikian diharapkan melalui strategi strategi pengembangan pemeliharaan
kesehatan mental itu maka komponen komponen sekolah sebagai
lingkungan pendidikan dapat memelihara kesehatan mental sampai pada
tingkat yang paling optimum.Kesehatan mental pada tingkat optimum dapat
memberi pengaruh positif bagi pelaksanaan tugas manajemen pendidikan
bagi seorang kepala sekolah dan administratur sekolah, tugas pengajaran
bagi seorang guru dan tugas belajar bagi seorang siswa. Pelaksanaan tugas-
tugas tersebut secara efektif dan efisien dapat memberi pengaruh positif agi
produktivitas manajemen,administrasi, pengajaran dan belajar.

17
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan mental adalah sutau keadaan psikologis yang menunjukkan
kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian diri terhadap masalah-
masalah yang ada dalam diri sendiri dan masalah-masalah yang ada di
lingkungan luar dirinya. pendidik memiliki tugas untuk mengembangkan
kesehatan mental pada diri peserta didik, rekan kerja, maupun dirinya sendiri.
Kesehatan kecerdasan mental seseorang dalam menghadapi masalah masalah
hidup dalam lingkungan pendidikan. Terdapat strategi-strategi yang dapat
dilakukan dalam upaya mengembangkan kesehatan mental dalam diri
komponen-komponen sekolah.

B. Saran
Tetaplah menjaga kesehatan diri baik fisik maupun mental.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bahri. 2016. Kesehatan Mental. Lampung : Harakindo


PublishingDiana.v. 2019. Kesehatan Mental. Jakarta: Duta Media
Fattah. 2012. Strategi Pengembangan Kesehatan Mental Di Lingkungan Sekolah.
Universitas Negeri Malang
Intan,dkk. 2021. Kesehatan Mental Remaja Pada Masa Pandemi. UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Ayuningtyas, D., & Rayhani, M. 2018. Analisis situasi kesehatan mental pada
masyarakat di Indonesia dan strategi penanggulangannya. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 9(1), 1-10.
Burlian, Paisol. 2016. Patologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.Daradjat, Zakiyah.
1991. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Eni, N. R., & Kep, M. 2022. DAN PENANGANAN KESEHATAN MENTAL.
Kesehatan Mental (Teori dan Penerapan), 227.
Fakhriyani, D. V. 2019. Kesehatan mental (Vol. 124). Duta Media Publishing.
Hawari, D. 1997. Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental.
Jakarta: Dana Bhakti Yasa.
Kartikasari, M. N. D., Fitria, Y., Damayanti, F. E., Prabu, S., Fatsena, R. A.,
Kusumawaty, I., Rahmy, H. A., Jalal, N. M., & Budi, Y. S. 2022. Kesehatan
Mental. Global Eksekutif Teknologi.
Ridlo, I. A. 2020. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental.
Saxena, S., Funk, M., & Chisholm, D. 2014. WHO's Mental Health Action Plan
2013-2020: what can psychiatrists do to facilitate its implementation? World
Psychiatry, 13(2), 107.
Semiun, Y. 2010. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Jakarta. Republik Indonesia
COAG, C. of A. G. 2017. The Fifth National Mental Health and Suicide
Prevention Plan. The Fifth National Mental Health and Suicide Prevention
Plan, 1, 84.
Deloitte. 2022. Mental health and employers The case for investment-pandemic
and beyond. March. Foundation, M. H. 2018. Children and Young People.
Mental Health Foundation.
Hetrick, S. E., Cox, G. R., Witt, K. G., Bir, J. J., & Merry, S. N. 2016. Cognitive
behavioural therapy (CBT), third-wave CBT and interpersonal therapy (IPT)
based interventions for preventing depression in children and adolescents.
Cochrane Database of Systematic Reviews, 2016(8).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD003380.pub4ICD-11. 2022. For
Mortality and Morbidity Statistics. http://id.who.int/icd/entity/334423054.

19

Anda mungkin juga menyukai