Anda di halaman 1dari 17

KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT

(Disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Konseling )

Dosen Pembimbing :

DI
S
U
S
U
N
O l e h:

Agustin 2203210001
Desi Alfajriani 2203210004
Ida Marlisa 2203210008
Ninis Herlita 220321001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN

BINA BANGSA MEULABOH


TAHUN 2020 / 2O21

2
KATA PENGANTAR

Puji  dan syukur  kehadirat  Allah  SWT. karena atas berkat, rahmat  dan
karunia-Nyalah  sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini
yang berjudul “Karakteristik Mental yang Sehat”. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarga, sahabat dan para
pengikutnya.

Makalah ini disusun sebagai tugas presentasi dan pemenuhan kebutuhan bagi
para mahasiswa/i  dalam proses pembelajaran.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam


penulisan makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan pada penulisan-penulisan berikutnya. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi setiap pembacanya. Amin

Meulaboh, 16 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................
1
B. Rumusan masalah .......................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Mental.......................................................................
3
B. Karakterisitik Mental yang Sehat.................................................................
6
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan Ciri-Ciri Mental Sehat................
10

BAB III PENUTUP


A.    Kesimpulan..................................................................................................
12
B.     Saran............................................................................................................
12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para ahli
Ilmu Psikologi untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku orang-orang
dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, juga menyelidiki penyebab seseorang
tidak mampu memperoleh ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Usaha
ini kemudian melahirkan satu cabang termuda dari ilmu Psikologi, yaitu Kesehatan
mental (Mental Hygiene) (Yusak Burhanuddin, 1999: 10).
Kesehatan mental, sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian dari
psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari
masyarakat yang selalu membutuhkan solusi-solusi dari berbagai problema
kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu memenuhi
kebutuhan ruhani, bahkan menambah permasalahan-permasalahan baru, seperti
kecemasan dengan kemewahan hidup. Akibat lain adalah rasionalitas teknologi lebih
diutamakan sehingga nilai kemanusiaan diabaikan. Demikian ungkap Sayyid Husain
Nasr.
Pada bagian lain, berbagai persoalan hidup yang melanda bangsa Indonesia,
khususnya yang berkaitan dengan krisis multi dimensi di berbagai pelosok nusantara.
Belum tuntas permasalahan ekonomi, muncul konflik berbau Sara, baru saja
meredam pertikaian tersebut, bangsa kita dilanda berbagai bencana, semakin
memperbukuk kondisi mental bangsa ini. Menurut Sururin persoalan kesehatan
mental perlu perhatian serius semenjak adanya asumsi bahwa 2% bangsa Indonesia
terganggu jiwanya.
Di samping itu, adanya perhatian manusia yang besar terhadap kesejahteraan
hidupnya, serta adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya dilakukan pembinaan
kesejahteraan hidup bersama ikut mempercepat perkembangan ilmu kesehatan
mental.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu Kesehatan Mental itu?
2. Apakah karakteristik dari Kesehatan Mental itu??
3. Apasaja faktor yang mempengaruhi Kesehatan Mental ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apakah itu Kesehatan Mental
2. Untuk mengetahui apasajakah karakteristik dari Kesehatan Mental
3. Untuk mengetahui faktor apasaja yang mempengaruhi Kesehatan Mental

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Mental
Secara Etimologis dan Terminologis Secara etimologis, kata “mental” berasal
dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di
dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu
kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu
kesehatan mental) (Yusak Burhanuddin, 1999: 9).
Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak (1999: 9-10), ilmu
kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa,
yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi,
dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan
kesehatan jiwa rakyat.
Sebagaimana seorang dokter harus mengetahui faktor-faktor penyebab dan
gejala-gejala penyakit yang diderita pasiennya. Sehingga memudahkan dokter untuk
mendeteksi penyakit dan menentukan obat yang tepat. Definisi mereka berdua
menunjukan bahwa kondisi mental yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan
apabila mengetahui terlebih dulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental
tersebut melalui pendekatan hygiene mental.
Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental mengalami
perkembangan sebagai berikut :
1. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose)
Berbagai kalangan psikiatri (kedokteran jiwa) menyambut baik definisi ini.
Seseorang dikatakan bermental sehat bila terhindar dari gangguan atau penyakit
jiwa, yaitu adanya perasaan cemas tanpa diketahui sebabnya, malas, hilangnya
kegairahan bekerja pada diri seseorang dan bila gejala ini meningkat akan
menyebabkan penyakit anxiety, neurasthenia dan hysteria. Adapun orang yang
sakit jiwa biasanya akan memiliki pandangan berbeda dengan orang lain inilah
yang dikenal dengan orang gila.
2. Kesehatan mental adalah: kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat sera lingkungan tempat ia hidup.

3
Definisi ini lebih luas dan bersifat umum  karena berhubungan dengan
kehidupan manusia pada umumnya. Menurut definisi ini seseorang dikatakan
bermental sehat bila dia menguasai dirinya sehingga terhindar dari tekanan-
tekanan perasaan atau hal-hal yang menyebabkan frustasi. Orang yang mampu
menyesuaikan diri akan merasakan kebahagiaan dalam hidup karena tidak
diliputi dengan perasaan-perasaan cemas, gelisah, dan ketidakpuasan.
Sebaliknya akan memiliki semangat yang tinggi dalam menjalani hidupnya.
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri, harus lebih dahulu mengenal
diri sendiri, menerima apa adanya, bertindak sesuai kemampuan dan
kekurangan. Ini bukan berarti  harus mengabaikan orang lain. Dalam definisi ini
orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dapat menguasai segala faktor
dalam hidupnya, sehingga dapat menghindarkan diri dari tekanan-tekanan
perasaan yang menimbulkan frustasi.
3. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang
ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan
orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
Definisi ini lebih menekankan pada pengembangan dan pemanfaatan segala
daya  dan pembawaan yang dibawa  sejak lahir, sehingga benar-benar membawa
manfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. Dalam hal ini seseorang harus
mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya dan jangan
sampai ada bakat yang  tidak baik untuk tumbuh yang akan membawanya pada
ketidakbahagiaan hidup, kegelisahan, dan pertentangan batin. Seseorang yang
mengembangkan potensi yang ada untuk merugikan orang lain, mengurangi hak,
ataupun menyakitinya, tidak dapat dikatakan memiliki mental yang sehat.
Karena memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya untuk mengorbankan hak
orang lain.
4. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh
antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif  kebahagiaan
dan kemampuan dirinya.
Seseorang dikatakan memiliki mental sehat apabila terhindar dari gejala
penyakit jiwa dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk

4
menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya. Kecemasan dan kegelisahan dalam
diri seseorang lenyap bila fungsi jiwa di dalam dirinya seperti fikiran, perasaan,
sikap, jiwa, pandangan, dan keyakinan hidup berjalan seiring sehingga
menyebabkan adanya keharmonisan dalam dirinya. Keharmonisan antara fungsi
jiwa dan tindakan dapat dicapai antara lain dengan  menjalankan ajaran agama
dan berusaha menerapkan norma-norma sosial, hukum, dan moral.
Dengan demikian akan tercipta ketenangan batin yang menyebabkan timbulnya
kebahagiaan di dalam dirinya. Definisi ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi jiwa
seperti fikiran, perasaan, sikap, pandangan dan keyakinan, harus saling menunjang
dan bekerja sama sehingga menciptakan keharmonisan hidup, yang menjauhkan
orang dari sifat ragu- ragu dan bimbang, serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik
batin.
Dapatlah dikatakan bahwa kesehatan mental (mental hygiens) adalah
terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat
menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada
semaksimal mungkin dan membawanya pada kebahagiaan bersama, serta
tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun
menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-
kegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya
berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang
ada semaksimal mungkin (Sururin,2004: 144).
Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun
fisiknya juga sehat. Jiwa (mental) yang sehat keselarasan kondisi fisik dan psikis
seseorang akan terjaga. Ia tidak akan mengalami kegoncangan, kekacauan jiwa
(stres), frustasi, atau penyakit-penyakit kejiwaan lainnya. Dengan kata lain orang
yang memiliki kesehatan mental juga memiliki kecerdasan baik secara intelektual,
emosional, maupun spiritualnya.

5
B.     Karakterisitik Mental yang Sehat

 Seorang ahli bijak pernah berkata: ”Kesehatan itu mahkota, tak bisa
merasakannya kecuali orang sakit.” Nikmat sehat memang menjadi sangat mahal.
Apalah artinya bergelimang kekayaan, rumah mewah dengan jabatan dan kekuasaan
yang tinggi serta anak-anak yang tampan bila tidak disertai nikmat kesehatan.
Karena itulah, semua manusia berlomba untuk mendapatkan nikmat sehat.
Di dalam hadis-hadisnya, Rasulullah SAW menjelaskan kesehatan dan
kestabilan jiwa (mental) seseorang memiliki beberapa indikasi antara lain adanya
rasa aman. Ini disebutkan dalam sabdanya: ”Siapa yang menyongsong pagi hari
dengan perasaan aman terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta
adanya persediaan makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah memperoleh
seluruh kenikmatan dunia.” (HR Tirmidzi).
Pada umumnya pribadi yang normal memiliki mental yang sehat. Demikian
sebaliknya, bagi yang pribadinya abnormal cenderung memiliki mental yang tidak
sehat (Yusak Baharuddin, 1999: 13). Orang yang bermental sehat adalah mereka
yang memiliki ketenangan batin dan kesegaran jasmani. Untuk memahami jiwa yang
sehat, dapat diketahui dari beberapa ciri seseorang yang memiliki mental yang sehat.
Dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1959 memberikan
batasan mental yang sehat adalah sebagai berikut :
1. Dapat menyesuaikan diri secara konstuktif pada kenyataan meskipun kenyataan
itu buruk banginya
2. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya
3. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima
4. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan
6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian hari
7. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif
8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar

Kriteria tersebut disempurnakan dengan menambahkan satu elemen spiritual


(agama). Sehingga kesehatan mental ini bukan sehat dari segi fisik, psikologik, dan
sosial saja, melainkan juga sehat dalam arti spiritual. Dan tidak kalah pentingnya

6
adalah mengetahui sekaligus memahami prinsip-prinsip dari kesehatan mental itu.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self image)
Prinsip ini dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan
kepercayaan pada diri sendiri. Citra diri positif akan mewarnai pola hidup, sikap,
cara pikir dan corak penghayatan, serta ragam perbuatan yang positif pula

2. Keterpaduan antara Integrasi Diri


Adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan
pandangan (falsafah) dalam hidup dan kesanggupan mengatasi stres
(Sururin,2004: 146)
3. Perwujudan Diri (aktualisasi diri)
Inilah proses pematangan diri, menurut Reiff orang yang sehat mentalnya
adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau mampu mewujudkan
potensi yang dimilikinya, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan cara
yang baik dan memuaskan
4. Mau menerima orang lain
Mampu melakukan aktifitas sosial dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat tinggal
5. Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Suka pada pekerjaan tertentu walaupun berat maka akan mudah dilakukan
dibandingkan dengan pekerjaan yang kurang diminati
6. Agama, cita-cita, dan falsafah hidup
Demi menggapai ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan
7. Pengawasan diri
Hal ini dapat dilakukan terhadap keinginan-keinginan dari ego yang
bersifat biologis murni. Sehingga dapat dikendalikan secara sehat dan terarah
8. Rasa benar dan tanggung jawab
Ini penting bagi tingkah laku. Dengan demikian muncul rasa percaya diri
dan bertanggung jawab penuh atas segala tindakan sehingga tidak menutup
kemungkinan kesuksesan diri akan diraih.

7
Sedangkan karakteristik Mental Yang Sehat menurut Zakiyah Daradjat
(1975) adalah sebagai berikut :
1. Terhindar dari Gangguan Jiwa
Zakiyah Daradjat (1975) mengemukakan perbedaan antara gangguan
jiwa (neurose) dengan penyakit jiwa (psikose), yaitu:
a. Neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang
kena psikose tidak. 
b. Neurose kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam
alam kenyataan pada umumnya. Sedangkan yang kena psikose
kepribadiaannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan
dorongan-dorongan) sangat terganggu, tidak ada integritas, dan ia hidup
jauh dari alam kenyataan.
2. Dapat menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment) merupakan proses untuk memperoleh/
memenuhi kebutuhan (needs satisfaction), dan mengatasi stres, konflik,
frustasi, serta masalah-masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang
dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal apabila dia mampu
memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak
merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai denagn norma agama.
3. Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
Individu yang sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan
potensi yang dimilikinya, dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan konstruktif
bagi pengembangan kualitas dirinya. pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan-
kegiatan belajar (dirumah, sekolah atau dilingkungan masyarakat), bekerja,
berorganisasi, pengembangan hobi, dan berolahraga.
4. Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-
responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan
dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain. Dia mempunyai prinsip
bahwa tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan dirnya sendiri di
atas kerugian orang lain. Segala aktivitasnya di tujukan untuk mencapai
kebahagiaan bersama.

8
Adapun gangguan mental yang dijelaskan oleh (A. Scott, 1961) meliputi
beberapa hal :
1. Salah dalam penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental
perilakunya bertentangan dengan kelompok dimana dia ada.
2. Ketidak bahagiaan secara subyektif
3. Kegagalan beradaptasi dengan lingkungan
4. Sebagian penderita gangguan mental menerima pengobatan psikiatris
dirumah sakit, namun ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut

Karakteristik pribadi yang sehat mentalnya juga dijelaskan pada tabel sebagai
berikut (Syamsu Yusuf ; 2009).

ASPEK KARAKTERISTIK
PRIBADI

Fisik ü  Perkembangannya normal.


ü  Berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya.
ü  Sehat, tidak sakit-sakitan.
Psikis ü  Respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
ü  Memiliki Insight dan rasa humor.
ü  Memiliki respons emosional yang wajar.
ü  Mampu berpikir realistik dan objektif.
ü  Terhindar dari gangguan-gangguan psikologis.
ü  Bersifat kreatif dan inovatif.
ü  Bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif.
ü  Memiliki perasaan bebas untuk memilih, menyatakan pendapat
dan bertindak.
Sosial ü  Memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection)
terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan
pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan
pertolongan (sikap alturis).
ü  Mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh
cinta kasih dan persahabatan.
ü  Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas
sosial, tingkat pendidikan, politik, agama, suku, ras, atau

9
warna kulit.
Moral-Religius ü  Beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran-Nya.
ü  Jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.

Uraian diatas, menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak
sehat cirinya sebagai berikut :

1. Perasaan tidak nyaman (inadequacy) 


2. Perasaan tidak aman (insecurity) 
3. Kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence) 
4. Kurang memahami diri (self-understanding) 
5. Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial 
6. Ketidakmatangan emosi 
7. Kepribadiannya terganggu 
8. Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf (thorpe, dalam schneiders,
1964;61).

Al-Ghazali, Ibnu Qayyim dan Najati berpendapat bahwa individu yang sehat
mentalnya adalah individu yang mempunyai qalbun salim (hati bersih) yang mampu
mewujudkan keharmonisan antara fungsi-fungsi jasmani dan rohani, mampu
memenuhi kebutuhan keduanya dan menselaraskan dengan batasaan-batasan sesuai
perintah Allah.

C.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan Ciri-Ciri Mental Sehat


1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mental Sehat
a. Internal
1) Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri seseorang, misalnya
sifat pemarah, halus, talenta dibidang kesenian, dan sebagainya.
2) Faktor keturunan juga cenderung memegang peran terhadap mental
seseorang, misalnya intelektualitas, emosi dan potensi. Contoh
intelektualitas: mampu menyelesaikan masalah dengan bijak.
b. Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di
luar diri manusia dan dapat mempengaruhi mental (cara berfikir dan cara

10
berperasaan berdasarkan hati nuraninya). Misalnya pendidikan agama
(keyakinan), status sosial, hukum, budaya, dan sistem pemerintahan.
Lingkungan keluarga, masyarakat dan pekerjaan juga dapat mempengaruhi
kesehatan mental baik secara positif maupun negatif.
Contoh positif : jika dalam keluarga terbiasa hidup teratur, maka dalam
bekerja sehari-hari juga akan cenderung disiplin. Sebaliknya kebiasaan
berbohong di rumah dapat mengarah ke perbuatan korupsi di kantor.

2. Ciri-ciri Mental Sehat


Menurut pemahaman dari pakar agama, orang yang bermental sehat
adalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Jujur (sidik), yaitu orang yang setia, ikhlas, bertanggungjawab, terbuka dan
tulus.
b. Terpercaya (amanah), yaitu orang yang dapat dipercaya baik dalam
bersikap, berbicara maupun dalam berbuat, jadi tidak munafik.
c. Adil yaitu orang yang bisa melihat dan menempatkan permasalahan secara
proporsional, obyektif, tidak pilih kasih.
d. Konsisten (istiqomah), yaitu orang yang taat azas, berprinsip, sehingga tidak
mudah terombang-ambing oleh lingkungan.
e. Dapat bekerja sama, yaitu orang yang dengan mudah dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

11
Setelah dipaparkan beberapa pengertian seputar kesehatan mental, dapat
diketahui bersama bahwa sebenarnya kesehatan mental selain sebagai salah satu
cabang ilmu Psikologi termuda, juga berfungsi sebagai alat solusi dari beragam
permasalahan kesehatan kejiwaan pada masyarakat. Melalui pendekatan Mental
Hygiene inilah penyakit jiwa (mental) dapat terdeteksi dan ada harapan untuk
disembuhkan.

Sedangkan menurut definisi umum, kesehatan mental adalah kondisi


kejiwaan manusia yang harmonis yang memungkinkan perkembangan fisik, mental
dan intelektual yang optimal dari seseorang serta perkembangan tersebut berjalan
selaras dengan orang lain. Kesehatan jiwa juga merupakan perasaan sehat dan
berbahagia mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positip terhadp diri sendiri dan orang
lain.

Ciri-ciri sehat jiwa yakni menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu


menghadapi stress kehidupan yang wajar, dapat berperan serta dalam lingkungan
hidupnya, menerima baik yang ada pada dirinya dan mampu bekerja produktif dan
memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain.

B.     Saran

Sebagai calon seorang konselor masa depan, hendaklah para calon konselor
mengetahui apasajakah yang dimaksud dengan mental yang sehat dan seorang calon
konselor masa depan juga harus memiliki mental yang sehat agar pada saat
melakukan proses konseling memang bisa melakukan proses konseling secara
efektif. Dan dengan seorang konselor mengetahui karakterisitik dari mental yang
sehat, maka akan memudahkan konselor dalam memahami bagaimana kondisi jiwa
dan mental si klien nya.

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Yusak, Kesehatan Mental, Bandung: CV Pustaka Setia,1999


12
Daradjat, Zakiah. 1975. Problema Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.

Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Grafindo Persada

Yusuf Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung :


Remaja Rosdakarya.

13

Anda mungkin juga menyukai