Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN GERONTIK

KONSEP KESEHATAN MENTAL DAN TREATMENT MODALITAS


Dosen Pengampu Mata Ajar :
Eli Amaliyah, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 12

1. Raden Roro Raisya S W (344070180100)


2. Yulianisa (344070180101)

DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga “Makalah Keperawatan Gerontik mengenai Konsep Kesehatan
Mental dan Treatment Modalitas” ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun guna
memenuhi mata kuliah keperawatan gerontik di semester ganjil (5) ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini dengan sebaik-baiknya melaksanakan tugas ini. Hingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin.

Kami mengaharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Selain itu, kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tercapainya tujuan dari
penulisan makalah ini yakni dapat menambah refferensi baru bagi para pembaca mengenai topic
yang di angkat dalam makalah ini, serta dapat meningkatkan rasa ingin tau mengenai topic yang
dibahas.

Serang, 16 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................2
C. TUJUAN......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP KESEHATAN MENTAL...........................................................3
a) Pengertian Kesehatan Mental..........................................................3
b) Karakteristik Kesehatan Mental.......................................................7
c) Ruang Lingkup Kesehatan Mental...................................................7
d) Prinsip-prinsip Kesehatan Mental..................................................11
e) Tujuan dan Fungsi Kesehatan Mental Bagi kehidupan.................12
B. TREATMENT MODALITAS...................................................................13
a) Pengertian Terapi Modalitas..........................................................13
b) Tujuan Terapi Modalitas................................................................14
c) Peran Perawat Dalam Terapi Modalitas........................................14
d) Jenis-jenis Kegiatan Terapi Modalitas...........................................15
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN..........................................................................................16
B. SARAN......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh
(keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas
dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992
menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun
ekonomis. World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan
mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya
terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk
bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah
laku yang adekuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai
norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal & intersosial yang
memuaskan (Kartono, 1989). Sedangkan menurut Karl Menninger, individu yang sehat
mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan
kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap
hidup yang bahagia.
Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan
mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup.
Kondisi mental yang sehat akan membantu perkembangan seseorang kearah yang lebih
baik dimasa mendatang (Adityawarman, 2010). Kesehatan mental adalah keadaan
dimana seseorang mampu menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan
hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberi kontribusi
terhadap lingkunganya (WHO, 2016).
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan
baik di institusi maupun di masyarakat, yang bermanfaat bagi keswa dan berdampak
teraupeutik ( Ermawati, 2010 ). Berbagai terapi dalam mengatasi gangguan jiwa pun telah

1
banyak dikembangkan salah satunya adalah senam. Dalam sebuah studi sebanyak tiga
puluh pasien depresi yang diberikan beberapa terapi, didapatkan hasil bahwa dari semua
terapi yang dilakukan, terapi olahraga memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap
penurunan tingkat depresi dari pada yang tidak diberi terapi senam (Daley, 2002 dalam
Harki Isnuur,2011).
Cukup banyak penelitian tentang pengaruh terapi olahraga dan aktivitas fisik
terhadap gangguan kejiwaan, namun sebagian besar dari penelitian tersebut lebih banyak
dilakukan terhadap pasien dengan gangguan depresi (Lawlor & Hopker, 2001). Beberapa
penelitian tentang aktivitas fisik dan terapi olahraga terhadap gangguan kejiwaan
membuktikan, bahwa aktivitas fisik tersebut dapat meningkatkan kepercayaan pasien
terhadap orang lain (Campbell & Foxcroft, 2008) dan juga membantu mengontrol
kemarahan pasien (Hassmen, Koivulla & Uutela, 2000).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dari kesehatan mental ?
2. Bagaimana konsep dari treatment modalitas atau terapi modalitas ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dari konsep kesehatan mental
2. Mengetahui konsep dari treatment modalitas atau terapi modalitas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP KESEHATAN MENTAL


a) Pengertian Kesehatan Mental
Dalam buku mental hygiene, kesehatan mental berkaitan dengan beberapa hal.
Pertama, bagaimana seseorang memikirkan, merasakan, dan menjalani keseharian dalam
kehidupan. Kedua, bagaimana seseorang memandang diri sendiri dan orang lain. Dan
ketiga, bagaimana seseorang mengevaluasi berbagai alternative solusi dan bagaimana
mengambil keputusan terhadap keadaan yang dihadapi (Yusuf, 2011).
Kesehatan mental merujuk pada kesehatan seluruh aspek perkembangan sesorang,
baik fisik maupun psikis. Kesehatan mental juga meliputi upaya-upaya dalam mengatasi
stress, ketidakmampua dalam menyesuaikan diri, bagaimana berhubungan dengan orang
lain, serta berkaitan dengan pengambilan keputusan.
Kesehatan mental tiap individu berbeda dan mengalami dinamisasi dalam
perkembangannya. Karena pada hakikatnya manusia dihadapkan pada kondisi dimana ia
harus menyelesaikannya dengan beragam alternative pemecahannya. Adakalanya, tidak
sedikit orang yang pada waktu tertentu mengalami masalah- masalah kesehatan mental
dalam kehidupannya.
Menurut Daradjat, kesehatan mental merupakan keharmonisan dalam kehidupan yang
terwujud antara fungsi-fungsi jiwa, kemampuan menghadapi problematika yang dihadapi,
serta mampu merasakan kebahagiaan dan kemampuan dirinya secara positif (Daradjat,
1998). Selanjutnya ia menekankan bahwa kesehatan mental adalah kondisi dimana
individu terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala penyakit
jiwa (psychose).
Menurut H. C. Witherington, permasalahan kesehatan mental mental menyangkut
pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri,
biologi, sosiologi, dan agama. Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi system
tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi
kesehatan rohani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam rohani atau dalam

3
hatinya selalu merasa tenang, aman, tentram (Jalaluddin, 2015). Pengertian lainnya
tentang kesehatan mental, yakni terwujudnya keserasian yang sesungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya
sendiri dan lingkungannya berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia dan akhirat (Hasneli, 2014)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi
seseorang yang memungkinkan berkembangnya semua aspek perkembangan, baik fisik,
intelektual, dan emosional yang optimal serta selaras dengan perkembangan orang lain,
sehingga selanjutnya mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Gejala jiwa atau
fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, kemauan, sikap, persepsi, pandangan dan keyakinan
hidup harus saling berkoordinasi satu sama lain, sehingga muncul keharmonisan yang
terhindar dari segala perasaan ragu, gundah, gelisah, dan konflik batin (pertentangan pada
diri individu itu sendiri).
Kesehatan merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan dan dijaga, baik
kesehatan fisik, mental maupun social untuk mencapai kondisi yang harmonis. Menurut
WHO (The World Health Organization), sehat adalah suatu kondisi yang lengkap secara
fisik, mental, dan kesejahteraan social, disamping itu tidak adan penyakit atau kelemahan
yang dimiliki (Treaties, 1946). Definisi sehat tidak hanya berkaitan dengan fisik semata,
namun juga berkaitan dengan sehat secara psikis dan mencapai kesejahteraan social.
Selanjutnya WHO mendefinisikan tentang kesehatan mental sebagai kondisi
kesejahteraan individu yang menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan
kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan berbuah, dan mampu
memberikan kontribusi kepada komunitasnya (“WHO Mental health; a state of well-
being” t.t.).
Kesehatan mental merujuk pada bagaimana individu mampu menyesuikan diri serta
berinteraksi baik dengan lingkungan sekitarnya, sehingga individu terhindar dari
gangguan mental.
Terdapat beberapa istilah dalam mengungkapkan kesehatan mental yaitu mental
hygiene dan psiko-hygiene. Kedua perbedaan istilah tersebut, sebenarnya tidak ada
perbedaan yang mendasar. Namun istilah yang sering dipakai saat ini adalah kesehatan
mental atau mental health.

4
b) Karakteristik Kesehatan Mental
Karakteristik kesehatan mental dapat dilihat dari ciri-ciri mental yang sehat. Berikut
ini merupakan ciri-ciri mental yang sehat (Yusuf, 2011), yakni :
1. Terhindar dari gangguan jiwa
Terdapat 2 kondisi kejiwaan yang terganggu yang berbeda satu sama lain,
menurut (Daradjat, 1975) yaitu gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa
(psikose). Ada perbedaan diantara dua istilah tersebut. Pertama, neurose masih
mengetahui dan merasakan kesukarannya, sementara psikose tidak, individu
dengan psikose tidak mengetahui masalah/kesulitan yang tengah dihadapinya.
Kedua, kepribadian neurose tidak jauh dari realitas dan masih mampu hidup
dalam realitas dan alam nyata pada umumnya, sedangkan kepribadian psikose
terganggu baik dari segi tanggapan, perasaan/emosi, serta dorongan-dorongannya,
sehingga individu dengan psikose ini tidak emiliki integritas sedikit pun dan
hidup jauh dari alam nyata.
Mental yang sehat merupakan mental yang terhindar baik dari gangguan
mental, maupun penyakit mental. Dalam hal ini, individu dengan mental yang
sehat, mampu hidup di alam nyata dan mampu mengatasi masalah yang
dihadapinya.
2. Mampu menyesuaikan diri
Penyesuaian diri (self adjustment) adalah proses dalam
memperoleh/pemenuhan kebutuhan (needs satisfaction), sehingga individu
mampu mengatasi stress, konflik, frustasi, serta masalah-masalah tertentu emlalui
alternative cara-cara tertentu.
Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik apabila ia mampu
mengatasi kesulitan dan permasalahn yang dihadapinya, secara wajar, tidak
merugikan diri sendiri dan lingkungannya, dan sesuai dengan norma social dan
agama.
3. Mampu memanfaatkan potensi secara maksimal
Selain mampu menghadapi permasalahan yang dihadapi dengan berbagai
alternative solusi pemecahannya, hal penting lainnya yang merupakan indikasi

5
sehat secara mental adalah secara aktif individu mampu memanfaatkan
kelebihannya. Yaitu dengan cara mengeksplor potensi semaksimal mungkin.
Memanfaatkan potensi secara maksimal dapat dilakukan dengan keikut
sertaan secara aktif oleh individu dalam berbagai macam kegiatan yang positif
serta konstruktif bagi pengembangan kualitas dirinya. Misalnya dengan kegiatan
belajar (di rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakat), bekerja, berorganisasi,
olahraga, pengembangan hobi serta kegiatan-kegiatan positif lainnya yang mampu
memicu eksplorasi potensi masing-masing individu.
4. Mampu mencapai kebahagiaan pribadi dan orang lain
Poin ini dimaksudkan pada segala aktifitas individu yang mencerminkan
untuk mencapai kebahagiaan bersama. Individu dengam mental yang sehat
menunjukkan perilaku atau respon terhadap situasi dalam memenuhi
kebutuhannya, dengan perilaku atau respon positif. Respon positif tersebut
berdampak positif pula baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Tidak mengorbankan hak orang lain demi kepentingan diri sendiri, serta tidak
mencari kesempatan/keuntungan diatas kerugian orang lain, meruoakan bagian dari
pencapaian kebahagiaan pribadi dan orang lain. Individu dengan gambaran diatas selalu
berupaya utnuk mencapai kebahagiaan bersama tanpa merugikan diri sendiri dan orang
lain. Berikut merupakan ciri kejiwaan yang sehat menurut Sikun (Yusuf, 2011), yakni :
1. Memiliki perasaan aman, yang terbebas dari rasa cemas.
2. Memiliki harga diri yang mantap.
3. Spontanitas dalam kehidupan dengan memiliki emosi yang hangat & terbuka.
4. Memiliki keinginan-keinginan duniawi yang wajar sekaligus seimbang, dalam
artian mampu memuaskannya secara positif dan wajar pula.
5. Mampu belajar mengalah dan merendahkan diri sederajat dengan orang lain.
6. Tahu diri, yakni mampu menilai kekuatan dan kekurangan dirinya baik dari segi
fisik maupun psikis, secara tepat dan obyektif.
7. Mampu memandang fakta sebagai realitas dengan memperlakukanya
sebagiamana mestinya (tidak berkhayal)
8. toleransi terhadap ketegangan atau stress, artinya tidak panic saat menghadapi
masalah sehingga tetap positif antara fisik, psikis, dan social.

6
9. Memiliki integrasi dan kemantapan dalam kepribadiannya.
10. Mempunyai tujuan hidup yang adekuat (positif dan konstruktif).
11. Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman.
12. Mampu menyesuaikan diri dalam batas-batas tertentu sesuai dengan norma-norma
krlompok serta tidak melanggar aturan-aturan yang telah disepakati bersama atau
aturan yang ditentukan dalam kelompok.
13. Memiliki kemampuan untuk tidak terikatpenuh oelh kelompok. Artinya memiliki
pendirian sendiri sehinga mampu menilai baik-buruk maupun benar-salah
mengenai kelompoknya.
Menurut WHO, menyebutkan bahwa karakteristik mental yang sehat adalah sebagai
berikut :
1. Mampu belajar sesuatu dari pengalaman
2. Mampu beradaptasi
3. Lebih senang memberi daripada menerima
4. Lebih cenderung membantu daripada dibantu
5. Memiliki rasa kasih sayang
6. Memproleh kesenangan dari segala hasil usahanya
7. Menerima kekecewaan dengan menjadikan kegagalan sebagai pengalaman serta
8. Selalu berpikir positif (positive thinking)
c) Ruang Lingkup Kesehatan Mental
Kesehatan mental dapat diterapkan di semua unit kehidupan social. Mislanya
lingkungan keluarga, sekolah, serta lingkungan social pada umumnya. Penerapan serta
pengembangan kesehatan mental di unit-unit sosia; terorganisir ini di dasarkan pada
prinsip-prinsip psikologis. Artinya, perkembangan kesehata mental individu di tentukan
oleh kualitas kondisi psikologis/iklim lingkungan dimana individu berada.
1. Kesehatan Mental dalam Keluarga
Penerapan kesehatan mental dalam keluarga sangat penting untuk tercapainya
suasana yang harmonis antar anggota keluarga. Apabila hubungan interpersonal
keluarga misalnya, antar suami-istri, orangtua-anak, atau antar saudara kurang
harmonis, maka dalam keluarga tersebut akan tercipta iklim psikologis yang tidak
kondusif dan tidak nyaman. Contohnya, sikap permusuhan, sibling rivalry yang

7
tidak sehat sehingga menyebabkan iri hati (cemburu), terjadinya pertengkaran, tidak
memperhatikan nilai-nilai moral. Suasana yang demikian kemudian dapat
menyebabkan individu dalam keluarga, khususnya anak mengalami kesulitan atau
bahkan kegagalan dalam perkembangan untuk mencapai mental yang sehat.
Sehingga sangatlah penting bagi suami istri dlam mengelola keluarga untuk
menciptakan suasana yang kondusif dalam keluarga terutama bagi anak. Maka dari
itu kondep keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah untuk memahami konsep-
konsep atau prinsip-prinsip kesehatan mental, sangat diperlukan karena berfungsi
untuk mengembangkan mental yang sehat serta mencegah terjadinya mental yang
sakit pada anggota keluarga.
2. Kesehatan Mental di Sekolah
Jika kesehatan mental di dalam keluarga di pengaruhi oleh iklim psikologis
dalam keluarga maka kesehatan mental di sekolah di dasarkan pada asumsi bahwa
“perkembangan kesehatan mental peserta didik dipengaruhi oleh iklim sosio
emosional di sekolah.”
Pengetahuan serta pemahaman pimpinan sekolah, para guru, terutama guru BK
atau konselor tentang kesehatan mental sangatlah penting. Pimpinan dan para guru
dapat menciptakan iklim kehidupan sekolah, baik fisik, emosional, social, maupun
moral spiritual dalam rangka perkembangan kesehatan mental siswa yang optimal.
Di sisi lain dapat pula memantau gejala gangguan mental para siswa sejak dini.
Dengan pemahaman akan kesehatan mental siswa, guru dapat memahami masalah
kesehatan mental yang dapat ditangani sendiri serta msalah yang membutuhkan
penanganan khusus yang dapat dirujuk kepada para ahli yang lebih professional.
Para guru di SLTP dan SLTA penting dalam memahami kesehatan mental
siswanya yang berada pada masa transisi. Tidak sedikit siswa yang mengalami
kesulitan mengembangkan mentalnya karena terhambat oleh masalah-masalahnya,
seperti penyesuaian diri, konflik dengan orang tua atau teman, masalah pribadi,
masalah akademis, dan masalah lainnya yang dapat menghambat eksplorasi potensi
siswa, bahkan dapat menyebabkan stress.
3. Kesehatan Mental di Tempat Kerja

8
Peranan penting lingkungan kerja dalam kehidupan manusia, juga tidak dapat
dipandang sebelah mata. Lingkungan kerja tidak hanya menjadi tempat mencari
nafkah, ajang persaingan bisnis, dan peningkatan kesejahteraan hidup, tetapi juga
menjadi sumber stress yang memberikan dampak negative terhadap kesehatan
mental bagi semua orang yang berinteraksi di tempat tersebut, mislanya individu
yang terkait di dalamnya diantaranya adalah pejabat, pimpinan, pegawai atau
karyawan.
Masalah yang mengakibatkan gangguan mental di tempat kerja, diantaranya
diakibatkan oleh stress. Stress yang sering muncul di lingkungan kerja, diantaranya adalah :
a. Kekecewaan atas kurang terjaminnya kesejahteraan, dalam hal ini, honor atau gaji
serta tunjangan yang diterima tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
b. Konflik di tempat kerja dengan personil lainnya, contohnya dengan atasan, kolega
atau dengan partner
c. Pekerjaan yang sedang dijalani tidak sesuai dengan passion serta kemampuan
dirinya.
d. Kompetisi atau persaingan yang tidak sehat yang terjadi antar pimpinan atau
karyawan
e. Beban kerja yang terlalu berat, terlebih tidak sebanding dengan honor yang di
bayarkan.
f. Lingkungan kerja yang kurang kondusif, mislanya terlalu bising, kotor, sumpek,
vetilasi udara yang tidak ideal
g. Waktu istirahat yang kurang
h. Hari libur yang kurang jika dibandingkan dengan rutinitas bekerja yang terlalu
padat
i. Tidak adanya komunikasi terbuka antara pimpinan dan karyawan
j. Jenjang karir atau kenaikan pangkat/gologan yang tidak tertata dengan baik
k. Pegawai/karyawan kurang diberikan kesempatan untuk menunaikan ibadah sesuai
keyakinan.
Apabila masalah-masalah tersebut menimpa suatu lembaga atau perusahaan, maka akan
terjadi stagnasi produktivitas kerja di kalangan pimpinan atau karyawan. Jika hal ini terjadi,
maka tinggal menunggu kebangkrutan lembaga atau perusahaan tersebut.

9
Sehingga untuk tercapainya keberhasilan, keuntungan serta prosuktivitas kerja para
karyawan/pegawai, maka pimpinan seyogyanya memperhatikan kesehatan mental para
bawahannya agar tercipta kondisi yang kondusif, maka para pimpinan lembaga
pemerintah/swasta penting dalam mengembangkan kiat-kiat untuk mencegah terjadinya
masalah mental seperti gangguan emosional dengan meminimalisir sumber yan dapat
menyebabkan stress berlebih.
4. Kesehatan Mental di Bidang Politik
Di bidang politik, tentu kesehatan mental sangat diperlukan. Indikasi gangguan
mental pada ranah ini contohnya adalah pemalsuan ijazah, money pulitic, KKN, khianat
kepada rakyar dan stress yang menimbulkan perilaku agresif karena gagal menjadi calon
legislative, dan lain-lain.
Contoh fenomena mengenai gangguan mental pada bidang politik ini adalah
Presiden Nixon yang pernah mengalami ketidakstabilan emosi saat menghadapi skandal
Watergate, sama halnya dengan gangguan emosi yang dialami oleh Thomas Eagleton. Ia
mengalami depresi akibat gagal dari pencalonannya sebagai wakil presiden dari partai
democrat di Amerika. Ia menjalani perawatan melalui electroshock therapy.
5. Kesehatan Mental di Bidang Hukum
Pemahaman mengenai kesehatan mental penting dimiliki oleh hakim, agar dapat
mendeteksi tingkat kesehatan mental terdakwa atau para saksi saat proses pengadilan
berlangsung, dimana sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan hukum.
Tidak hanya hakim, namun segenap individu yang berkecimpung di bidang hukum ini
seyogyanya memiliki mental yang sehat, sehingga dengan terbentuknya mental yang
sehat, individu lebih mampu bekerja sesuai tupoksinya.
6. Kesehatan Mental Kehidupan Beragama
Berbagai pendekatan dapat digunakan dalam mengatasi gangguan mental pada
individu. Pendekatan agama merupakan bentuk pendekatan dalam penyembuhan
gangguan psikologis, yang merupakan bentuk paling lama diterapkan dibandingkan
dengan pendekatan-pendekatan lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan penyebaran
agama yang dilakukan oleh para nabi melakukan terapeutik dalam menyembuhkan
penyakit rohaniah umat, pada beberapa abad yang lalu.

10
Semakin kompleks kehidupan individu, maka senakin penting penerapan kesehatan
mental yang bersumber dari agama dalam rangka mengembangkan kesehatan mental
manusia serta mengatasi gangguan mental yang tengah dihadapinya.
Di era revolusi industri 4.0 ini a da kecenderungan individu yang mulai memudar
terhadap nilai-ilai agama, sehingga tausyiah, mau’idlah hasanah, dialog keagamaan
dengan para ahli agama sangat diperlukan. Hal ini berkenaan dengan bagaimana
mengembangkan wawasan keagamaan serta mengatasi permasalahan kehidupan melalui
pendekatan agama, sehingga terbentuk mental yang sehat.
d) Prinsip-Prinsip Kesehatan Mental
Prinsip-prinsip kesehatan mental merujuk pada hakikat kesehatan mental serta
kriterianya, yaitu kondisi yang dapat membentuk hubungan antara kesehatan mental,
kepribadian dengan aspek-aspek lainnya yang beragam. Prinsip-prinsip kesehatan mental
menurut Schneiders didasarkan pada beberapa kategori (Schneiders, 1964) yakni
pertama, hakikat manusia sebagai organisme; kedua, hubungan manusia dengan
lingkungannya; ketiga, hubungan manusia dengan tuhan.
1. Prinsip Berdasarkan Hakikat Manusia Sebagai Organisme
a. Kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung pada kondisi jasmani yang
baik dan integritas organisme.
b. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka perilaku indivisu
harus sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia yang memiliki moral,
intelektual, agama, emosional, dan social.
c. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai melalui integrasi dan control
diri, baik dalam cara berpikir, berimajinasi, memuaskan keinginan,
mengekspresikan perasaan, serta bertingkah laku.
d. Dalam mencapai dan memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri,
diperlukan pengetahuan serta pemahaman diri yang luas mengenai diri sendiri
(self insight)
e. Kesehatan memerlukan konsep diri (pengetahuan dan sikap terhadap kondisi fisik
dan psikis diri sendiri) secara sehat yang meliputi penerimaan diri serta
penghargaan terhadap status diri sendiri secara realistic dan wajar.

11
f. Untuk mencapai kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka pamahaman diri
(self insight) dan penerimaan diri (self acceptance), hendaknya disertai dengan
uoaya-upaya perbaikan diri (self improvement) serta perwujudan diri.
g. Kesehatan mental dan penyesuaian diri yang baik dalam mencapai kestabilan
dapat dilakukan dengan mengembangkan moral yang luhur dari dalam diri
sendiri, misalnya dengan mengembangkan sikap adil, hati-hati, keteguhan hati,
semangat, integritas pribadi, rendah hati, kejujuran, dan segala bentuk sikap
positif yang dapat dikembangkan berkenaan dengan pengembangan moral
masing-masing individu.
h. Pencapaian dan pemeliharaan kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung
pada penanaman dan pengembangan kebiasaan yang baik (good habits)
i. Kestabilan mental dan penyesuaian diri menuntut adanya kemampuan melakukan
perubahan sesuai dengan keadaan (kondisi lingkungan) dan kepribadian.
j. Kesehatan mental dan penyesuaian diri memerlukan usaha yang terus menerus
untuk mencapai kematangan berpikir, mengambil keputusan, mengekspresikan
emosi, dan melakukan tindakan.
k. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai dengan belajar mengatasi
konflik dan frustasi serta ketegangan-ketegangan secara efektif.
2. Prinsip Berdasarkan Hubungan Manusia dengan Lingkungannya
a. Kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung pada hubungan antar pribadi
yang harmonis, terutama dalam kehidupan keluarga.
b. Penyesuaian diri yang baik serta ketenangan batin bergantung pada kepuasan
dalam bertindak, misalnya dalam bekerja.
c. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dicapai dengan sikap yang realistic,
termasuk penerimaan terhadap kenyataan secara sehat dan objektif.
3. Prinsip Berdasarkan Hubungan Manusia dengan Tuhan
a. Kestabilan mental tercapai dengan perkembangan kesadaran terhadap dzat yang
lebih luhur daripada dirinya sendiri tempat ia bergantung, yakni Allah SWT.
b. Kesehatan mental dan ketenangan batin (equanimity) dicapai dengan kegiatan
yang tetap dan teratur dalam hubungan manusia dengan tuhan, misalnya melalui
shalat dan berdoa.

12
e) Tujuan & Fungsi Kesehatan Mental Bagi Kehidupan
Manusia diciptakan dengan fitrahnya, yakni menginginkan kehidupan yang bahagia,
nyaman, sejahtera, dan sesuai keinginannya, baik secara pribadi maupun dalam
kelompoknya. Dalam upaya mencapai keinginan-keinginan tersebut, kesehatan mental
memegang peranan penting dalam kehidupan individu. Berikut akan dipaparkan
mengenai tujuan dan fungus kesehatan mental bagi kehidupan individu.
1. Tujuan kesehatan mental
a. Mengusahakan agar manusia memiliki kemampuan yang sehat.
b. Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-sebab gangguan mental dan
penyakit mental.
c. Mengusahakan pencegahan berkembangnya bermacam-macam gangguan mental
dan penyakit mental.
d. Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit
mental. (Sundari HS, 2005)
Dari uraian tujuan kesehatan mental diatas, bahwasanya kesehatan mental dapat
tercapai apabila masing-masing individu berkemauan dalam mencegah timbulnya
ganggua jiwa maupun penyakit jiwa.
Agar tercapai tujuan kesehatan mental, maka diperlukan berbagai upaya yang
hendaknya dilakukan oleh masing-masing individu, diantaranya adalah usaha
preservative (pemeliharaan); prefentif (pencegahan); suportif
(development/improvement, yakni pengembangan/peningkatan), dan
amelioratif/korektif (perbaikan). Upaya-upaya tersebut juga merupakan fungsi dari
kesehatan mental yang akan dipaparkan dalam pembahasan berikutnya.
B. TREATMENT MODALITAS (Terapi Modalitas)
a) Pengertian terapi modalitas
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang
bagi lansia (Siti Maryam, 2008). Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam
memberikan asuhan keperawatan baik di institusi pelayanan maupun di masyarakat
yang bermanfaat bagi kesehatan lansia dan berdampak terapeutik. Pencapaian tujuan
terapi modalitas tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang
tersedia. Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di

13
institusi maupun di masyarakat yang bermanfaat dan berdampak terapeutik (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
Terapi modalitas merupakan terapi berupa kegiatan yang dilakukan lanjut usia
guna mengisi waktu luang, dengan tujuan meningkatakan kesehatan lanjut usia,
meningkatkan produktivitas lanjut usia, meningkatkan interaksi sosial antar lanjut
usia serta mencegah terjadinya masalah pada psikologis dan mental pada lanjut usia
(Artinawati, 2014).
b) Tujuan terapi modalitas
Tujuan terapi modalitas menurut Maryam (2008) :
1. Mengisi waktu luang bagi lansia.
2. Meningkatkan kesehatan lansia.
3. Meningkatkan produktivitas lansia.
4. Meningkatkan interaksi sosial antarlansia.
Tujuan yang spesifik dari terapi modalitas menurut “Gostetamy 1973” dalam
Riyadi dan Purwanto, (2009).
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku klien.
2. Mengurangi gejala.
3. Memperlambat kemunduran.
4. Membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang.
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti.
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri.
7. Meningkatkan aktivitas.
8. Meningkatkan kemandirian.
c) Peran perawat dalam terapi modalitas
Peran perawat menurut Purwaningsih, dkk, 2009 yaitu:
1. Distribusi kekuatan
Petugas kesehatan mendistribusikan pengetahuan, pengalaman kepada
seluruh staf sesuai dengan wewenang masing-masing agar kebutuhan yang
dibuat bertujuan sama dan yang terbaik untuk pasien.
2. Komunikasi terbuka

14
Komunikasi dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi guna
menetapkan keputusan.
3. Memperhatikan struktur interaksi. Struktur interaksi meliputi :
a. Sikap bersahabat
b. Penuh prihatin
c. Lembut dan tegas
d) Jenis-jenis kegiatan terapi modalitas
Ruang lingkup terapi modalitas yaitu :
1. Terapi lingkungan (berkebun, bermain dengan binatang, rekreasi)
2. Terapi keluarga (rekreasi)
3. Terapi modifikasi perilaku (mendengarkan musik)
4. Terapi rehabilitasi (okupasi “keterampilan/kejuruan, kegiatan fisik”)
5. Psikoanalisa psikoterapi (kegiatan keagamaan)
6. Terapi psikodarma (drama, cerita “pengalaman pribadi (life review
terapi)”)
7. Terapi aktivitas kelompok (cerdas cermat, mengisi TTS, prakarya)

Jenis kegiatan terapi modalitas yaitu menurut Maryam (2008) :

1. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih
sesuai dengan masalah lansia.
2. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, mengubah perilaku. Untuk
terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator.
Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
3. Terapi musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu.
4. Terapi berkebun

15
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang.
5. Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari
sepinya dengan bermain bersama binatang.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesehatan mental merujuk pada kesehatan seluruh aspek perkembangan sesorang,
baik fisik maupun psikis. Kesehatan mental juga meliputi upaya-upaya dalam mengatasi
stress, ketidakmampua dalam menyesuaikan diri, bagaimana berhubungan dengan orang
lain, serta berkaitan dengan pengambilan keputusan.
Kesehatan mental tiap individu berbeda dan mengalami dinamisasi dalam
perkembangannya. Karena pada hakikatnya manusia dihadapkan pada kondisi dimana ia
harus menyelesaikannya dengan beragam alternative pemecahannya. Adakalanya, tidak
sedikit orang yang pada waktu tertentu mengalami masalah- masalah kesehatan mental
dalam kehidupannya.
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan
baik di institusi pelayanan maupun di masyarakat yang bermanfaat bagi kesehatan lansia
dan berdampak terapeutik. Pencapaian tujuan terapi modalitas tergantung pada keadaan
kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia.
B. SARAN
Pembaca disarankan untuk lebih memahami apa itu kesehatan dan bagaimana
menjaga kesehatan mental. Dan juga pembaca perlu memahi tentang terpi modalitas pada
lansisa agar kesehatan dan kemandirian lansia terus terjaga sehingga lansi tetap sehat dan
dapat melakukan segala aktvitasnya dengan mandiri.

16
DAFTAR PUSTAKA
Fakhriyani,Vidya Diana. 2019. Kesehatan Mental.Duta Media Publishing. Pamekasan
Hamzah, herni.2014. Pengaruh Terapi Modalitas Okupasi Terhadap Tingkat
Kemandirian Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kab. Gowa. Makassar

17

Anda mungkin juga menyukai