Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kewirausahaan mengalami perkembangan yang cukup pesat di berbagai
negara. Kewirausahaan tidak hanya berperan dalam meningkatkan output dan
pendapatan per kapita, namun melibatkan pengenalan atau penerapan
perubahan dalam struktur bisnis maupun masyarakat (Slamet et.al, 2014).
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ikut memiliki andil dalam
mendorong praktik- praktik kewirausahaan yang pada akhirnya memunculkan
berbagai penemuan- penemuan produk dan jasa baru bagi konsumen. Hal ini
tentunya membuka peluang kerja baru, membuka pasar baru, dan dalam jangka
panjang akan mampu menciptakan pertumbuhan usaha di berbagai sektor.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan bertindak
inovatif untuk menciptakan peluang (Suryana, 2003:1). Menurut Kemdiknas
(2010:21) hampir separuh dari jumlah pengangguran di indonesia adalah para
sarjana lulusan berbagai perguruan tinggi (PT), baik negri (PTN) maupun
swasta (PTS).
Di negara yang sedang berkembang, usaha-usaha yang banyak tumbuh di
masyarakat umumnya tergolong sebagai usaha kecil. Fakta ini menunjukkan
bahwa usaha kecil merupakan mayoritas kegiatan masyarakat yang memberikan
kontribusi signifikan terhadap penciptaan pendapatan penduduknya. Beberapa
fakta tersebut antara lain: 40% dari volume bisnis di banyak negara dilakukan
oleh usaha kecil, 75% dari perkerjaan baru dihasilkan oleh sektor usaha kecil,
usaha kecil menyumbang bagian tersebar dari penjualan di sektor manufaktur,
dan hampir di semua negara usaha kecil adalah tempat lahirnya kewirausahaan.
Namun demikian, terdapat juga fakta bahwa 50% dari usaha kecil gagal pada
dua tahun pertama dan manajemen yang buruk adalah penyebab tersebar
kegagalan usaha kecil (Daryanto 2013,p.2).
Kewiausahaan sebagai Etika Ekonomi Modern, kewirausahaan sebagai
etika (akhlak, moralitas) ekonomi/bisnis (etika kewirausahaan) berkaitan
dengan makna kewirausahaan sebagai resep bertindak guna menumbuh
kembangkan sistem perekonomian (bisnis) yang modern. Pemaknaan seperti ini
tidak saja berlaku secara tekstual, tetapi dikenal pula secara umum dalam
masyarakat. Pandangan tekstual bahwa kewirausahaan terkait dengan etika
ekonomi (bisnis) dapat dicermati pada pendapat Salim Siagian dan Asfahani
(1995) yang menyatakan sebagai berikut: Kewirausahaan adalah semangat,
pelaku dan kemapuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap
peluang memperoleh keuntungan diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih
baik pada pelanggan/masyarakat, dengan selalu berusahan mencari dan
melayani lebih banyakndan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan
produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien,
melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan
manajemen.
Sedangkan menurut Alma (2007:5) menyatakan bahwa: Wirausahawan
adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai naluri untuk
melihat-lihat peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan pikira untuk
menaklukkan cara berpikiran malas dan lamban. Seorang wirausahawan
mempunyai peran untuk mencari kombinasi-kombinasi baru, yang merupakan
gabungan dari lima hal, yaitu : pengenalan barang, metode produksi baru,
sumber bahan mentah baru, pasar-pasar baru, dan organisasi industri baru.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam laporan ini yaitu:
1. Meningkatkan jumlah wirausaha yang berkualitas.
2. Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk
menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
3. Membudidayakan semangat, sikap, prilaku dan kemampuan kewirausahaan
dikalangan masyarakat yang mampu, andal dan unggul.
4. Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang
tangguh dan kuat terhadap masyarakat.
Adapun manfaat yang di dapat dalam laporan ini yaitu:
1. Berusaha memberikan bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial
sesuai dengan kemampuannya.
2. Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat menggurangi
pengangguran.
3. Memberikan contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun, tetapi tidak
melupakan perintah Agama.
4. Menjadi contoh sebagai anggota masyarakat sebagai pribadi unggul yang
patut diteladani.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Kewirausahaan


Secara etimologi, wiraswasta berasal dari kata-kata wira dan swasta. Wira
berarti berani, utama, atau perkasa. Swasta merupakan paduan dari dua kata:
swa artinya sendiri, dan sta berarti berdiri. Swasta dapat diartikan sebagai
berdiri menurut kekuatan sendiri. Dengan mempertimbangkan arti etimologis
ini, jelas bahwa wiraswasta bukan berarti usaha partikelir, usaha sampingan,
keterampilan berusaha sendiri, dan sebainya seperti yang dikemukakan oleh
sementara orang.
Kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.
Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk
menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakikatnya
kewirausahaan adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan
dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam
bahasa inggris dikenal dengan between taker atau go between. Pada abab
pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seseorang
aktor yang memimpin proyek produksi. Konsep wirausaha secara lengkap
dikemukakan oleh Josep Schumpeter, yaitu orang yang mendobrak sistem
ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan
menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang
tersebut melakukan kegiatannya melalui oraganisasi bisnisyang baru ataupun
yang telah ada. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah
orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi
untuk memanfaatkan peluang.
Menurut RW. Griffin kewirausahaan menggunkanan istilah
wirausahawan, yaitu orang-orang yang menanggung resiko kepemilikan bisnis
dengan pertumbuhan dan ekspansi sebagai tujuan utama. Kewirausahaan adalah
suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis.
Menurut Mulyasa, kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan
karakteristik yang melekat pada setiap individu yang memilikikemauan keras
untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam
setiap kegiatan yang produktif. Oleh karena itu, jiwa dan sikap kewirausahaan
dapat dimiliki oleh setiap orang, asalkan selalu membiasakan berfikir kreatif
dan bertindak inovatif. Dalam halini, kewirausahaan pada hakikatnya
merupakan kemampuan kreatif dan inovatif sebagai dasar, kiat dan kekuatan
untuk memanfaatkan setiap peluang menuju sukses.
Menurut Thomas W. Zimmerer kewirausahaan adalah kemampuan untuk
melihat dan memulai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-
sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan
mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Kewirausahaan
adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan
inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang pasar.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang wirausaha harus
mampu melihat adanya peluang, menganalisa peluang dan mengambil
keputusan untuk mencapai keuntungan yang berguna bagi dirinya sendiri atau
lingkungan sekitarnya dan kelanjutan usahanya sebelum peluang tersebut
dimanfaatkan oleh orang lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memacu
sebuah mimpi dan berusaha merealisasikannya karena adanya kepercayaan
yang tinggi akan kesuksesan yang dapat diraih.
2.2. Karakteristik Kewirausahaan
Dapat didefinisikan beberapa karakteristik seorang wirausahawan sebagai
berikut:
1. Motif berprestasi tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat
berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi
(Achievement Motive). Menurut Gede Anggan Suhanda motif berprestasi
adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai
terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.. faktor dasarnya adalah
kebutuhan yang harus dipenuhi.
2. Memiliki perspektif masa depan
Seorang wirausahawan hendaknya mampu menatap masa dengan
optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha
memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi
kemassa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke
masa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan, maka ia akan
selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya.
3. Kreativitas tinggi
Wirausahawan umumnya memiliki daya kreasi dan inovasi yang lebih
tinggi dari pada nonwirausahawan. Hal-hal yang belum terpikirkan oleh
orang lain sudah terpikirkan olehnya dan wirausahawan mampu membuat
hasil inovasinya menjadi “permintaan”. Seseorang yang memiliki
kreativitas tinggi biasanya selalu berimajinasi, bermimpi bagaimana
menciptakan sesuatu yang belum ada sebelum nya.
4. Perilaku inovasi tinggi
Seseorang wirausahawan harus segera menerjemahkan mimpi-
mimpinya menjadi inovasi untuk mengembangkan bisnis. Jika impian dan
tujuan hidup merupakan fondasi bangunan hidup dan bisnis, inovasi dapat
diibaratkan sebagai pilar-pilar yang menunjang kukuhnya hidup dan bisnis.
5. Berkomitmen terhadap pekerjaan
Apabila ingin sukses, wirausahawan harus kreatif, memiliki gagasan,
mimpi-mimpi, kerja keras, dan memiliki ilmu pengetahuan. Seseorang yang
sukses berwirausaha adalah yang selalu mimpi kerja keras dan berilmu.
6. Tanggung jawab
Ide dan perilaku seseorang tidak terlepas dari tuntutan dan tanggung
jawab. Oleh karena itulah, komitmen sangat diperlukan dalam pekerjaan
sehingga mampu melahirkan tanggung jawab. Komitmen dapat melahirkan
tanggung jawab. Indikator atau ciri-ciri orang bertanggung jawab adalah:
➢ Berdisiplin
➢ Penuh komitmen
➢ Bersungguh-sungguh
➢ Tidak bohong (jujur)
➢ Berdedikasi tinggi, dan
➢ Konsisiten
7. Kemandirian atau ketidakbergantungan terhadap orang lain
orang yang mandiri adalah orang yang tidak suka mengandalkan orang
lain, namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya
sendiri. Intinya adalah kepandaian dalam memanfaatkan potensi diri tanpa
harus diatur oleh orang lain.
8. Berani menghadapi resiko
Menjadi wirausahawan harus selalu berani menghadapi resiko.
Semakin besar resiko yang dihadapinya, maka semakin besar pula
kemungkinan dan kesempatan untuk mearih keuntungan yang lebih besar.
Sebaliknya, semakin kurang berani menghadapi resiko maka kemungkinan
keberhasilan juga semakin sedikit.
9. Selalu mencari peluang
Mencari peluang tidak berarti peluang sudah ada, tetapi wirausahawan
harus menciptakan sendiri peluang, yaitu dengan menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda dan sesuatu yang lebih bermanfaat serta mudah
digunakan.

2.3. Pendidikan Kewirausahaan dan Pelaksanaan Kewirausahaan


Menurut Hisrich dan Peters, Pendidikan kewirausahaan tradisional
memfokuskan pada penyusunan rencana bisnis, bagaimana mendapatkan
pembiayaan, proses pengembangan usaha dan manajemen usaha kecil.
Pendidikan tersebut juga memberikan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip
kewirausahaan dan keterampilan teknis bagaimana menjalankan bisnis. Namun
demikian, peserta didik yang mengetahui prinsip-prinsip kewirausahaan dan
pengelolaan bisnis tersebut belum tentu menjadi wirausaha yang sukses.
Meyer dalam Bell, Maka dari itu kewirausahaan perlu dirancang secara
khusus untuk dapat mengembangkan karakteristik kewirausahaan, seperti
kreativitas, pengambilan keputusan, kepemimpinan, jejaring sosial, manajemen
waktu, kerjasama tim, dan lain-lain. Oleh sebab itu dibutuhkan perubahan
sistem pendidikan kewirausahaan yang tadinya difokuskan pada orientasi
pengendalian fungsional seperti, keuangan, pemasaran, sumber daya manusia
dan operasi untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan pada peserta didik.
Ciputra membagi wirausaha menjadi 4 kelompok yang dimodifikasi
urutannya sehingga dapat dihimpun dalam akronim BAGS, yaitu:

1. Business Entrepreneur, yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: owner


entrepreneur (pencipta dan pemilik bisnis) dan professional
entrepreneur(orang-orang yang memiliki daya wirausaha namun
mempraktekkannya di perusahaan milik orang lain).
2. Academic Entrepreneur: merupakan akademisi yang mengajar atau
mengelola lembaga pendidikan dengan pola dan gaya entrepreneur sambil
tetap menjaga tujuan mulia pendidikan.
3. Government entrepreneur: merupakan seseorang atau sekelompok orang
yang memimpin dan mengelola lembaga negara atau instansi pemerintahan
dengan jiwa dan kecakapan wirausaha.
4. Social Entrepreneur: merupakan para pendiri dan pengelola organisasi-
organisasi sosial yang berhasil menghimpun dana masyarakat untuk
melaksanakan tugas-tugas sosial.
Sebenarnya tujuan dari pembelajaran kewirausahaan adalah bagaimana
mentransformasikan jiwa, sikap dan perilaku wirausaha dari kelompok business
entrepreneur yang dapat menjadi bahan dasar guna merambah lingkungan
entrepreneur lainnya, yakni academic, government dan social entrepreneur.
Desain pembelajaran yang diberikan adalah desain pembelajaran yang
berorientasi atau diarahkan untuk menghasilkan business entrepreneur terutama
yang menjadi owner entrepreneur atau calon wirausaha mandiri yang mampu
mendirikan, memiliki dan mengelola perusahaan serta dapat memasuki dunia
bisnis dan dunia industri secara profesional, maka dari itu pola dasar
pembelajaran harus sistemik, yang didalamnya memuat aspek-aspek teori,
praktek dan implementasi. Selain itu dalam pelaksanaan pembelajaran
hendaknya disertai oleh operasionalisasi pendidikan yang relatif utuh
menyeluruh seperti pelatihan, bimbingan, pembinaan, konsultasi dan
sebagainya. Pembelajaran kewirausahaan diawali dengan persiapan serta
pengadaan materipembelajaran teori, praktek dan implementasi.
Berdasarkan teori karir kognitif sosial, minat karir dibentuk melalui
pengalaman langsung atau berkesan yang menyediakan peluang bagi individu
untuk berlatih, menerima umpan balik dan mengembangkan keterampilan yang
mengarahkan efikasi personal dan harapan dari hasil yang memuaskan. Lent,
Brown and Hackett dalam Farzier and Niehm.
Kram dan Shapero dan Sokol sebagaimana dikutip Farzier dan Niehm,
menemukan bahwa pendidikan dan pelatihan mempengaruhi persepsi orang
terhadap karir kewirausahaan, dengan menyediakan kesempatan untuk
mensimulasikan memulai usaha dan dengan mengamati seorang role model.
Artinya pendidikan kewirausahaan tidak cukup hanya diadakan di dalam kelas
dalam bentuk perkuliahan saja, melainkan harus memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk merasakan langsung bagaimana sulitnya memulai
suatu usaha, menjalankannya, dan juga memperoleh kesempatan untuk
mengamati seorang role model, yaitu wirausaha yang telah menjalankan
usahanya dalam bentuk pemagangan.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kewirausahaan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kewirausahaan, yaitu antara lain
sebagai berikut:
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke
mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang
harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.
2. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana
pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu
memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi
yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan
yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap
waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus
lebih baik dibanding sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki
seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang
maupun waktu.
5. Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada
peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk
mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan
usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak
dapat diselesaikan.
6. Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik
sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha
tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
7. Komitmen pada berbagai pihak.
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak,
baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun
tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan, antara lain kepada: para
pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha yaitu:
1. Pengaruh Ekspektasi Pendapatan terhadap Minat Berwirausaha
Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa
uang maupun barang. Berwiraswasta dapat memberikan pendapatan yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk
memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk
berwirausaha.
Dalam bisnis, pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh
perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau
jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding
keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi
pengeluaran. Ekspektasi atau harapan akan penghasilan yang lebih baik
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi apakah seseorang ingin
menjadi seorang wirausaha atau tidak. Jika seseorang berharap untuk
mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menjadi seorang
wirausaha, maka ia akan semakin terdorong untuk menjadi seorang
wirausaha.
2. Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Minat Berwirausaha
Lingkungan Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang
terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain. Keluarga
merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,
disinilah yang memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya
kepribadian. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini
mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Orang tua
adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Salah satu
unsur kepribadian adalah minat. Minat berwirausaha akan terbentuk apabila
keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap
dan aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Orang tua yang berwirausaha dalam
bidang tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk berwirausaha
dalam yang sama pula.
3. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha
Pendidikan,pengetahuan yang di dapat selama kuliah merupakan
modal dasar yang digunakan untuk berwiraswasta, juga keterampilan yang
didapat selama di perkuliahan terutama dalam mata kuliah praktek.
Apabila pendidikan memadai maka seseorang akan siap untuk menjadi
seorang wirausaha dan memimpin anak buahnya. Latar belakang pendidikan
seseorang terutama yang terkait dengan bidang usaha, seperti bisnis dan
manajemen atau ekonomi dipercaya akan mempengaruhi keinginan dan
minatnya untuk memulai usaha baru di masa mendatang. Sinha melakukan
studi di India dan membuktikan bahwa latar belakang pendidikan menjadi
salah satu penentu penting intensi kewirausahaan dan kesuksesan usaha yang
dijalankan. Penelitian lain, Lee yang mengkaji perempuan wirausaha
menemukan bahwa perempuan berpendidikan universitas mempunyai
kebutuhan akan prestasi yang tinggi untuk menjadi wirausaha.
2.5. Faktor-faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan
Keberhasilan dalam hidup pada dasarnya merupakan dambaan setiap
orang sehingga orang akan melakukan apa sajauntuk mencapainya. Dalam
mencapai keberhasilan tersebut perlu diketahui faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan.
Dengan semangat kerja yang tinggi dan kreativitas yang luar biasa,
seorang wirausaha berkeinginan untuk meningkatkan nilai lebih dan kualitas
hidupnya dengan menjadi seorang wirausaha. Menjadi wirausaha sukses
merupakan idaman banyak orang di dunia ini.
Dalam banyak studi, para peneliti mengidentifikasi karakteristik seorang
wirausaha yang berhasil (succesful entrepreneur) sebagi berikut:
1. Komitmen dan ketabahan hati secara total.
2. Bergerak maju untuk mencapai tujuan dan tumbuh.
3. Peluang dan orientasi pada tujuan.
4. Mengambil indisiatif dan tanggungjawab pribadi.
5. Konsisten terhadap pemecahan masalah.
6. Realisme dan mempunyai sense of humor.
7. Mengambil resiko yang telah diperhitungkan dan mencari resiko.
8. Memiliki obsesi untuk mendapatkan dan mendayagunakan peluang.
9. Memiliki kreativitas dan fleksibilitas.
10. Memiliki kemampuan leardership
11. Selalu terbuka untuk bekerja sama.
12. Keinginan untuk belajar dari kegagalan.
13. Memiliki motivasi besar untuk sukses.
14. Berkemauan dan berkemampuan melihat, mengakui, dan menghargai potensi
pihak atau orang (pesaing) lain.
15. Berorientasi kemassa depan.
Sedangkan faktor kegagalan wirausaha yaitu sebagai berikut:
1. Tidak kompeten dalam manajerial.
2. Kurang berpengalaman.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan.
4. Gagal dalam perencanan.
5. Lokasi yang kurang memadai.
6. Kurangnya pengawasan peralatan.
7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam beruasaha.
8. Ketidak mampuan dalam melakukan peralihan atau transisi wirausaha.
Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer,
mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari
kewirausahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap
pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh
pendapatan yang berkesinambungan.
2. Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha
sangatlah tinggi. Kegagalan inventasi mengakibatkan seorang mundur dari
kegiatan usaha.
3. Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri,
dari mulai pembelian, pengelolaan, penjualan, dan pembukuan.
4. Kealitas kehidupan yang tetap rendah, meskipun usahanya mantap. Kualitas
kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan
seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
BAB III
SURVEY WIRAUSAHA
3.1. Waktu dan Tempat
1) Survey usaha ayam broiler bapak La Ode Basir, dilakukan pada Selasa, 11
April 2023 pukul 15.00 WITA sampai selesai, bertempat di Laikaaha, Kec.
Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan.
2) Survey usaha ayam broiler bapak Surianto, di lakukan pada Rabu, 12 April
2023 pukul 13.00 WITA sampai selesai, bertempat di Desa Cialam Jaya,
Kec. Konda, Kab. Konawe Selatan.
3) Survey usaha ayam broiler bapak sukman, di lakukan pada Senin, 10 April
2023 Pukul 14.00 WITA ampai selesai, bertempat Desa Lombuea, Kec.
Moramo Utara, Kab. Konawe Selatan.

3.2. Penentuan Lokasi dan Responden


1) Lokasi penelitian ditentukan oleh masing-masing kelompok dengan penuh
pertimbangan bahwa di tempat tersebut merupakan usaha ternak Ayam
Broiler yang relatif banyak konsumennya. Responden dalam penelitian ini
adalah pemilik usaha dan karyawan pada peternakan Ayam Broiler di
Laikaaha, Kec. Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
Pemilihan kasus didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain: 1)
usaha yang dijalankan telah berdiri dan beroperasi beberapa tahun; 2) jumlah
populasi ayam broiler yang dipelihara relatif banyak; dan 3) Tenaga kerja
dalam kategori tenaga kerja lokal.
2) Lokasi penelitian ditentukan oleh masing-masing kelompok dengan penuh
pertimbangan bahwa di tempat tersebut merupakan usaha ternak Ayam
Broiler yang relatif banyak konsumennya. Responden dalam penelitian ini
adalah pemilik usaha dan karyawan pada peternakan Ayam Broiler di Desa
Cialam Jaya, Kec. Konda, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
Pemilihan kasus didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain: 1)
usaha yang dijalankan telah berdiri dan beroperasi beberapa tahun; 2) jumlah
populasi ayam broiler yang dipelihara relatif banyak; dan 3) Tenaga kerja
dalam kategori tenaga kerja lokal.
3) Lokasi penelitian ditentukan oleh masing-masing kelompok dengan penuh
pertimbangan bahwa di tempat tersebut merupakan usaha ternak Ayam
Broiler yang relatif banyak konsumennya. Responden dalam penelitian ini
adalah pemilik usaha dan karyawan pada peternakan Ayam Broiler di Desa
Lombuea, Kec. Moramo Utara, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.
Pemilihan kasus didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain: 1)
usaha yang dijalankan telah berdiri dan beroperasi beberapa tahun; 2) jumlah
populasi ayam broiler yang dipelihara relatif banyak; dan 3) Tenaga kerja
dalam kategori tenaga kerja lokal.

3.3. Profil Usaha


1) Usaha Ayam broiler ini terletak di Laikaaha, Kec. Ranomeeto, Kab. Konawe
Selatan, Sulawesi Tenggara, yang di bangun sejak 2019 oleh Bapak La Ode
Basir dengan kapasitas ±200 ekor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fikar,
dkk bahwa Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik
untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala
peternakan kecil (peternakan rakyat). Pengembangan ini dapat dilakukan
dengan sistem mandiri maupun dengan kemitraan. Pola kemitraan
merupakan suatu kerjasama antara perusahaan sebagai inti dengan peternak
sebagai plasma dalam upaya pengelolaan usaha peternakan. Kandang di
didirikan pada sebidang tanah datar di area jauh dari perkampungan yang
dapat menyerap air dengan jarak ±200 meter dari rumah tetangga. Memiliki
sumber air yang baik dari sumur bor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fikar,
bahwa kandang merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan
keberhasilan seseorang peternak. Komponen utama dalam menentukan tata
letak kandang harus memperhatikan beberapa kriteria, antara lain : jarak,
akses, air, dan listrik. Jarak merupakan faktor penting yang mepengaruhi
antara kandang dan rumah penduduk.
2) Usaha ayam broiler ini terletak di Desa Cialam Jaya, Kec. Konda, Kab.
Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, yang di bangun sejak 2018 oleh Bapak
Surianto dengan kapasitas ±4000 ekor, termaksud usaha dengan skala besar.
Menurut Utomo usaha budi daya ayam broiler dapat dilakukan dalam waktu
yang relative pendek untuk menghasilkan daging dalam kisaran 5-7 minggu,
sehingga memberi peluang untuk menghasilkan laba dengan investasi yang
di tanam. Usaha ternak juga dapat memberi keuntungan dalam waktu yang
singkat.
3) Usaha ayam ini terletak di di Desa Lombuea, Kec. Moramo Utara, Kab.
Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, yang di bangun sejak 2015 oleh Bapak
Sukman dengan kapasitas ±1000 ekor. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sukman bahwa Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat
baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan besar maupun skala
peternakan kecil (peternakan rakyat). Pengembangan ini dapat dilakukan
dengan sistem mandiri maupun dengan kemitraan. Tujuan kemitraan ini
antara lain untuk saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan. Sukman mengatakan bahwa dalam pembuatan kendang
harus memerhatikan ukuran, system, dan legalitas. Kandang di desain
dengan free range untuk ternak dapat hidup dan mengeksperesikan insting
secara alami. Sistem kendang tertutup guna mengurangi kondisi stres dan
mengurangi dampak kelembapan udara. Sistem kendang tertutup dapat
menjamin keamanan secara biologi dengan pengaturan fentilasi yang baik
sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak. Pertimbang jarak
lokasi kendang dengan pemukiman penduduk perlu dipertimbangkan untuk
meminimalisir keluhan masyarakat dari dampak negative yang ditimbulkan.
Luas lahan yang diperlukan dengan memperhatikan kriteria normal tiap
meter persegi (m2) mampu untuk memelihara ayam antara 8-12 ekor.
3.4. Motivasi Membuat Usaha
1) Hal yang memotivasi Bapak La Ode Basir membuat usaha ayam broiler
yakni, saat mereka tinggal di daerah tersebut dia sangat susah mencari ayam
broiler sehingga dia membangun usaha sendiri yaitu ayam broiler.
2) Hal yang memotivasi Bapak Surianto membuat usaha ayam broiler yakni,
saat dia bekerja membawa ayam yang siap diantarkan ke pelanggan
menggunakan truk, dan melihat keberhasilan bosnya berkecimpung diusaha
ayam, dia pun tertarik untuk membuka usaha ayam broiler sendiri.
3) Hal yang memotivasi Bapak Sukman membuat usaha ayam broiler yakni,
kakek dia pernah budidaya ayam broiler dan dia ingin melanjutkan usaha
kakeknya yang sudah lama fakum.
3.5 Biaya Investasi
1) Rincian modal awal yang dibutuhkan pada usaha ayam broiler Bapak La Ode
Basir
No Uraian V Satuan Harga Satuan Total
2 Kandang 1 Buah Rp 10.000.000 Rp. 10.000.000
4 Tempat pakan 25 Buah Rp 20.000 Rp 500.000
6 Tempat minum 30 Buah Rp 100.000 Rp 3.000.000
otomatis
7 Biaya operasional - - - Rp 5.000.000
Total Rp 18.500.000

2) Rincian modal awal yang dibutuhkan pada usaha ayam broiler Bapak Surianto
No Uraian V Satuan Harga Satuan Total
1 Kandang 1 Buah Rp 20.000.000 Rp. 20.000.000
2 Motor 1 Buah Rp 14.000.000 Rp 14.000.000
3 Tempat pakan 50 Buah Rp 20.000 Rp 1.000.000
4 Tempat minum 70 Buah Rp 100.000 Rp 7.000.000
otomatis
5 Gasoleck 5 Buah Rp 100.000 Rp 500.000
6 Biaya operasional - - - Rp 15.500.000
Total Rp 58.000.000
3) Rincian modal awal yang dibutuhkan pada usaha ayam broiler Bapak La Ode
Basir
No Uraian V Satuan Harga Satuan Total
1 Kandang 1 Buah Rp 19.000.000 Rp. 19.000.000
2 Motor 1 Buah Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
3 Tempat pakan 50 Buah Rp 20.000 Rp 1.000.000
4 Tempat minum 50 Buah Rp 100.000 Rp 5.000.000
otomatis
5 Gasoleck 3 Buah Rp 100.000 Rp 300.000
6 Biaya operasional - - - Rp. 10.000.000
Total Rp 45.300.000
BAB IV
PEMBAHASAN WIRAUSAHA

4.1 Visi dan Misi Wirausaha


1. Visi Usaha
Menjadi mitra yang lebih baik, produktif, kompetitif, dan bertanggung
jawab dalam penyediaan produk ayam broiler dan memberikan kualitas yang
terbaik bagi masyarakat.
2. Misi Usaha
a) Memberikan pelayanan terbaik dan profesional kepada konsumen agar
dapat meningkatkan kepercayaan dan citra didepan konsumen.
b) Menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan peluang usaha di
bidang peternakan, khususnya peternakan ayam.
c) Meningkatkan gizi protein hewani.
d) Memberdayakan sumber daya manusia peternak menjadi mandiri untuk
menghasilkan produk unggulan yang berdaya saing di pasar domestic.
4.2 Modal
Adapun modal ayam broiler dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
1. Modal Awal
Tabel 4.1 Modal awal dalam mendirikan usaha ayam broiler
No Nama Barang Harga Satuan V Harga

1 Sewa lahan Rp. 10.000.000 - Rp. 10.000.000

2 Kandang Rp. 20.000.000 - Rp. 20.000.000

3 Tempat pakan Rp. 20.000 60 Rp. 1.200.000

4 Tempat minum Rp. 100.000 50 Rp. 5.000.000


otomatis
5 Gasoleck Rp. 100.000 10 Rp. 1.000.000

6 Motor Rp. 10.000.000 1 Rp. 10.000.000

7 Lampu bohlam Rp. 40.000 20 Rp. 800.000

8 Kabel Rp. 100.000 100 m Rp. 639.000

Total Rp. 48.639.000

2. Pengeluaran 2 bulan
Tabel 4.2 Biaya operasional dalam mendirikan usaha ayam broiler
No Pengeluaran Harga Satuan V Harga

1 Pembelian bibit Rp. 1.350.000 Rp. 4.050.000


ayam (3 Box)
2 Pakan ternak (4 Rp. 5.000.000 Rp. 2.000.000
Karung)
3 Vaksin, Vitamin, Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000
disnfektan 30 Hari
4 Biaya listrik Rp. 80.000 Rp. 80.000

5 Gaji pegawai Rp. 1.500.000 Rp. 1.500.000

6 Sewa lahan Rp. 900.000 Rp. 900.000

Total Rp. 9.530.000

Adapun sumber dana yang didapatkan dalam membangun usaha ini


adalah di peroleh dari KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang merupakan salah satu
program pemerintah dalam meningkatkan akses pembiayaan kepada usaha
Mikro, Kecil, Menengah (UMKM). Total peminjaman yaitu Rp. 100.000.000
(Seratus Juta).

4.3 Proses Produksi


Bisnis budaya ternak ayam pedaging, merupakan bisnis ternak ayam,
yang secara khusus hanya diambil dagingnya saja, atau biasa disebut dengan
ayam broiler. Ayam broiler pertama kali dibudayakan di Indonsesia pada tahun
1950-an dan populer sejak tahun 1980-an. Sebelum ayam broiler sangat terkenal
sebagai hewan ternak yang diambil dagingnya, ayam buras lebih dulu dijadikan
sebagai kebutuhan. Namun, ayam buras atau ayam kampung, tidak bisa
menampung semua permintaan pasokan daging ayam, dikarenakan produksi
ternak ayam buras tergolong cukup lama. Berikut ini merupakan proses produksi.
Saat ini ayam broiler merupakan jenis ayam yang sering dibudidayakan
untuk bisnis. Ayam broiler sendiri memiliki banyak jenis, dari hasil persilangan
dan genetika, sehingga menghasilkan strain ayam broiler yang sangat dinamis.
Bahkan, ayam broiler selalu mengalami peningkatan kualitas, dan berikut
beberapa jenis ayam broiler yang banyak dibudidayakan di Indonesia:
1. Cobb
Jenis ayam broiler strain cobb ini dikembangkan dan populer di lebih dari 60
negara dan memiliki fokus pengembangan untuk memperbaiki performa
rasio pemberian pakan. Jika dilihat dari genetik, strain cobb ini
dikembangkan untuk memiliki pembentukan daging dada.
2. Ross
Jenis ayam broiler stran Ross ini merupakan ayam yang dikembangkan
untuk memiliki rasio jumlah berat pakan per kilogram hidup ayam ras
pedaging yang efisien. Tidak hanya itu, pertumbuhan ayam ini juga terbilang
cepat dan memiliki daya tahan hidup yang lebih baik.
3. Hybro
Jenis ayam broiler selanjutnya yaitu adalah jenis ayam strain Hybro, yang
memiliki fokus pengembangan untuk ketahanan daya hidup. Ayam ini juga
memiliki performa yang baik di daerah tropis dan memiliki ketahanan
terhadap penyakit ascites.
Memulai ternak ayam pedaging membutuhkan tahapan dan hal-hal yang
penting untuk diperhatikan agar menghasilkan ayam pedaging yang berkualitas
baik. Beberapa hal bisa diperhatikan dalam proses produksi ayam broiler yaitu :
1. Menentukan lokasi kandang
Cara budidaya ternak ayam pedaging yang pertama harus dilakukan adalah
menentukan lokasi kandang. Disarankan, memilih lokasi pembuatan
kandang di tempat yang mudah dijangkau dan diakses tranportasi. Namun
akan lebih baik jika kandang diusahakan berada di tempat yang tidak
bising, jauh dari pemukiman penduduk, hingga dekat dengan sumber air.
2. Membuat kandang
Setelah lokasi kandang ditentukan, hal selanjutnya yang dapat lakukan
dalam budidaya ternak ayam broiler adalah membuat kandang. Ada 2 jenis
pilihan kandang yang dapat dibuat dan biasa dipilih oleh para peternak
yaitu kandang tanpa panggung dan kandang dengan bentuk panggung.
Kandang tanpa panggung merupakan jenis kandang yang paling sering
digunakan. Selain mudah dari segi pembuatannya, biaya untuk membangun
kandang dengan jenis ini juga tergolong murah. Sedangkan untuk jenis
kandang berbentuk panggung, biasanya membutuhkan biaya pembuatan
yang relatif lebih mahal. Namun, tipe kandang panggung ini memiliki
kelebihan yaitu mudah dibersihkan sehingga tidak kotor dan berantakan.
Jenis kandang seperti ini juga tidak memerlukan alas, karena kotoran ayam
akan langsung jatuh ke bawah.
3. Memilih bibit unggul/melakukan pembibitan
Dalam budidaya ternak ayam broiler, tahapan yang perlu dilakukan adalah
pembibitan. Saat melakukan pemilihan bibit unggul ayam ras atau broiler,
disarankan untuk memerhatikan beberapa hal seperti pilihan bibit yang
memiliki gerakan yang aktif, sehat dan tidak mengalami cacat fisik atau
kondisi sakit. Bibit harus memiliki tubuh yang bulat, gemuk atau berisi.
bulu dari bibit ayam unggul tidak terlihat kusam, sehat, dan mengkilap,
mata tajam, dan hidung juga bersih.
4. Melakukan pemberian pakan
Dalam budidaya ternak ayam broiler, pemberian pakan juga ada caranya.
Ada hal-hal yang yang harus diperhatikan, baik dari segi kandungan dan
waktu pemberian pakan. Nutrisi ayam broiler wajib terpenuhi agar ayam
bisa mendapatkan pertumbuhan yang maksimal dan berkualitas. Untuk
sistem pemberian pakan ayam broiler, biasa makanan harus selalu tersedia
dan tanpa batas. Sehingga, kamu harus selalu rutin mengecek ketersediaan
pakan di dalam kandang. Untuk jenis pakannya sendiri yakni berupa pelet,
crumbles (putiran pecahan) dan bentuk tepung.
5. Melakukan pemeliharaan
Tidak hanya soal pakan, dalam melakukan budidaya ternak ayam broiler,
penting juga untuk memperhatikan pemeliharaannya. Tidak didiamkan
begitu saja, hingga ayam besar dengan sendiri, dibalik ayam broiler yang
sehat dan berkualitas, ternyata ada beberapa rangkaian proses pemeliharaan
yang harus di lakukan, di antaranya adalah sebagai berikut: Di 7 hari
pertama, bibit ayam broiler unggul yang sudah dipilih harus dimasukan ke
inkubator, atau bisa juga dengan cara indukkan. Setelah itu, akan diberikan
pakan dan minum air hangat. Lalu pada minggu kedua, suhu inkubator bisa
sedikit dikurangi, dan untuk jenis pakan masih tetap menggunakan jenis
crumbles (butiran-butiran kecil). Di minggu ke 3, bibit ayam broiler tidak
lagi membutuhkan pemanas. Di minggu ke 4, bulu-bulu ayam akan mulai
terlihat tumbuh. Di saat itu juga kebutuhan pakan akan bertambah menjadi
2 kali lipat. Pada minggu ke 5, sudah harus dilakukan pembersihan
kandang secara rutin untuk menjaga kondisi kandang tetap bersih.
6. Panen
Dalam proses ini, bisa dilakukan dengan cara yang sistematik, dimana
penangkapan ayam broiler yang siap dipanen diadakan secara bertahap.
Ayam yang ditangkap secara bersamaan akan membuat kondisi ayam tidak
baik. Hindari juga menumpukkan ayam yang dipanen di sudut kandang,
karena ditakutkan ada ayam yang mati. Cara menangkap ayam yang bisa
diterapkan secara lebih jelasnya yaitu dengan memegang kaki ayam secara
perlahan, lalu pegang bagian dada dan angkat ke atas. Hindari menangkap
ayam dengan menarik salah satu sayap ayam, karena hal tersebut akan
membuat ayam menjadi tidak bisa diam dan mudah lepas lagi. Ayam yang
berhasil di tangkap sebaiknya diikat kakinya. Jika ayam sudah siap selesai
panen dan siap dijual, maka ayam perlu untuk ditimbang bobotnya ketika
masih hidup, karena selanjutnya ayam pedaging akan dijual per bobot
ketika ia hidup.
7. Mencuci dan melakukakan sanitasi hama kandang
Setelah masa panen ayam broiler, maka hal yang perlu dilakukan
setelahnya adalah membersihkan dan sanitasi kandang. Sanitasi bisa
dilakukan dengan pengapuran pada bagian dinding dan lantai kandang.
Selain itu, untuk menghindari dan mengatasi adanya penyakit dan hama
pada kandang bisa dilakukan dengan menyemprotkan formalin (karena
dapat membasmi bibit penyakit yang ada). Jika kandang telah selesai di
sanitasi maka kandang perlu didiamkan selama kurang lebih 10 hari
sebelum memasukkan bibit baru.
4.4 Pemasaran
Adapun cara dalam memasarkan ayam broiler yaitu :
1. Memasarkan dari mulut ke mulut
Langkah ini dinilai cukup efektif terutama di pedesaan. Anda mengenalkan
usaha ternak ayam potong kepada anggota keluarga, tetangga, rekan kerja,
teman dan lain sebagainya. Oleh mereka akan disampaikan kepada orang
yang berada di sekitar mereka. Dengan demikian jika mereka membutuhkan
ayam potong untuk konsumsi maka mereka bisa membeli ayam broiler
perkilogram dari tempat usaha peternakan ayam sobat.
2. Kerjasama dengan usaha potong ayam
Menawarkan atau menjual ayam potong siap makan kepada para pengusaha
yang membuka usaha potong ayam.
3. Promosi online
Untuk menjual ayam broiler, bisa juga menggunakan sarana teknologi
internet. Anda bisa memasang iklan di media sosial facebook, WhatsApp,
google plus, instagram dengan lokasi lokal. Atau bisa juga menjual ayam
broiler secara global atau internasional. Sebab ada sebuah usaha dalam
bidang peternakan ayam yang sukses di dunia internasional mengandalkan
iklan dan promosi dari internet.

4.5 Penjualan
Adapun penjualan yang diperoleh dalam usaha ayam broiler yaitu :
Tabel 4.5.1 Penjualan ayam broiler /hari
No Jumlah V Harga

1 1 ayam broiler Rp. 55.000

2 1 x 10 10
3 10 x 55.000 1 Hari Rp. 550.000

Tabel 4.5.2 Penjualan ayam broiler /bulan


No Jumlah V Harga

1 1 ayam broiler Rp. 55.000

2 30 x 10 300
30 Hari
3 300 x 55.000 Rp. 16.500.000

4.6 Keuntungan
Keuntungan di peroleh dari hasil biaya produksi perbulan dan biaya
pengeluaran di kurang dengan penghasilan.
Dimana :
Keuntungan = Penghasilan-Pengeluaran
Sehingga :
Keuntungan = 16.500.000 – 9.530.000
= Rp. 6.970.000
Maka keuntungan yang diperoleh pada pertahun nya yaitu : Rp. 6.970.000
4.7 Proyeksi Back Periode
Payback periode adalah waktu atau jumlah tahun yang dibutuhkan untuk
mendapatkan kembali investasi awal digunakan untuk sebuah usaha atau
proyek atau lebih dikenal dengan sebutan periode pengembalian modal.
Adapun rumus untuk menghitung payback periode adalah :
Dimana :
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐴𝑤𝑎𝑙
Payback periode = 𝐾𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Sehingga :

48.639.000
Payback periode = 41.820.000

= 1,1

Berdasarkan perhitungan diatas, maka waktu payback periode atau


periode pengembalian modal awal untuk usaha ini adalah membutuhkan waktu
selama 1,1 tahun untuk kembali modal awal.

4.8 Risiko-Risiko Wirausaha


Adapun resiko-resiko kewirausahaan yang akan dihadapi adalah :
1. Persaingan yang ketat
Resiko ini sangatlah harus di persiapkan meskipun sekarang tempat yang di
targetkan sangatlah strategis atau jauh dari persaingan. Namun siapa
sangkah seiring dengan kemajuan ekonomi dan akan banyak bisnis yang
bergerak dibidang yang sama dengan bisnis yang dimiliki sehingga resiko
yang ada adalah persaingan. Olehkarennya persaingan secara sehat sangat
dibutuhkan agar kedua belah pihak tidak dirugikan.
2. Bekerja keras untuk terus membangun bisnis
Resiko ini tentu akan diterima oleh semua pembisnis yakni terus bekerja
keras dalam mengembangkan bisnis. Diamana dalam menjalankan bisnis
harus focus, jujur, tepat, ulet, rajin, dan yang tidak kalah penting adalah
ikhlas dalam menjalankan usaha tersebut.
3. Kerugian
Ini adalah resiko utama dari kegiatan berbisnis. Rugi adalah hal yang
ditakutkan oleh para pelaku wirausaha/pembisnis. Suatu perusahaan bisa
mengalami kerugian dalam 2 kategori. Yang pertama adalah kerugian
ringan yang jumlahnya tidak terlalu banyak dan tidak memberi efek
negative bagi keseluruhan perusahaan, dan yang kedua adalah jenis rugi
yang membuat seluruhperusahaan merugi dan berujung pada kebangkrutan.
4. Kondisi pasar yang tidak stabil
Perekonomian yang cenderung naik turun juga menimbulkan risiko yakni
kondisi pasar yang tidak stabil. Misalnya seperti saat harga bahan baku
yang harganya tiba-tiba melonjak, maka otomatis harga produk yang kita
miliki juga ikut naik. Saat harga naik, maka konsumen bisa beralih ke
produk lainnya yang lebih murah.
5. Kebangkrutan
Inilah hal yang paling menakutkan bagi wirausaha/pengusaha. Bagi bisnis
yang tidak bisa bertahan di pasar maka ia akan tereliminasi. Dan apabila ia
membuat keputusan yang salah.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Visi wirausaha adalah Menjadi mitra yang lebih baik, produktif,
kompetitif, dan bertanggung jawab dalam penyediaan produk ayam broiler
dan memberikan kualitas yang terbaik bagi masyarakat. Sedangkan misi
wirausaha adalah a) memberikan pelayanan terbaik dan profesional kepada
konsumen agar dapat meningkatkan kepercayaan dan citra didepan
konsumen, b) menciptakan lapangan kerja dengan memanfaatkan peluang
usaha di bidang peternakan, khususnya peternakan ayam, c) meningkatkan
gizi protein hewani, d) dan memberdayakan sumber daya manusia peternak
menjadi mandiri untuk menghasilkan produk unggulan yang berdaya saing
di pasar domestic.
2. Modal awal usaha yang dibutuhkan adalah Rp. 48.639.000.
3. Biaya pengeluaran selama 2 tahun adalah Rp. 9.530.000
4. Proses produksi pada ayam broiler yaitu : a) menentukan lokasi kandang,
b) membuat kandang, c) memilih bibit unggul/melakukan pembibitan, d)
melakukan pemberian pakan, e) melakukan pemeliharaan, f) panen, g) dan
mencuci san melakukan sanitasi hama kandang.
5. Pemasaran usaha yang dilakukan yaitu : a) memasarkan dari mulut ke
mulut, b) kerjasama dengan usaha potong ayam ,c) dan promosi online.
6. Adapun penjualan /hari dalam usaha ayam broiler adalah Rp. 550.000.
Sedangkan penjualan /bulan nya adalah Rp. 16.500.000.
7. Keuntungan bersih yang didapat /bulan adalah Rp. 6.970.000, dengan
pengeluaran 9.530.000, penjualan keseluruhan dalam /bulan adalah Rp.
16.500.000.
8. Waktu payback periode atau periode pengembalian modal awal untuk
usaha ini adalah membutuhkan waktu selama 1,1 tahun untuk kembali
modal.
9. Resiko – resiko wirausaha yaitu : a) persaingan yang ketat, b) bekerja
keras untuk terus membangun bisnis, c) Kerugian, d) kondisi pasar yang
tidak stabil, e) dan Kebangkrutan.

5.2 Saran
Berdasarkan survey yang dilakukan dilapangan kami menyarakan bahwa
agar pihak kampus menyediakan kartu nama identitas kampus/ ID card dan
surat izin wawancara yang dapat digunakan bagi mahasiswa yang akan turun
lansung ke masyarakat agar masyarakat dapat langsung mengetahui bahwa
mahasiswa tersebut akan melakukan survei/wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.investasiuntung.com/2017/01/biaya-modal-usaha-ternak-ayam-
potong.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai