“PENCEMARAN LAUT”
DI SUSUN OLEH :
NAMA : SYARA
NIM : P3A121053
KELAS : B
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya
saya dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pencemaran Laut”. Meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang saya alami dalam proses pengerjaannya, tapi
saya berhasil menyelesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, saya menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun
demi perbaikan ke arah sempurna.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca . Akhir kata saya ucapkan
terima kasih.
2
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan............................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 5
1. Kesimpulan .................................................................................................................... 18
2. Saran .............................................................................................................................. 18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka
semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas
manusia di daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan
suatu akibat yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan
akan diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan
diperlemah sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin
cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan
industri mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang
dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara tepat.
Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan
daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air
laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari
atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam
ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam
ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan
tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang,
rumput laut dan lain-lain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh
fitoplankton. Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama
dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi
polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton
karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton
dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai
tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan
ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan
predator sebagai tropik level tertinggi.
4
juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan
menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut
tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus
dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton
sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini
berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang
tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi
kesehatan manusia. Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan
yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar
juga tercemar. Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan
laut yang tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi.
Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah
logam berat. WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia
dan FAO (Food Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia
merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang
tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang
mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan
terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang
menyebabkan kematian.
Pencemaran laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus
ditangani secara sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu mengetahui apa itu
pencemaran laut, bagaimana terjadinya pencemaran laut, serta apa yang solusi
yang tepat untuk menangani pencemaran laut tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan pencemaran laut?
b) Apa yang menjadi sumber dan bahan pencemaran laut?
c) Apa saja dampak dari pencemaran laut?
d) Apa saja kasus Pencemaran Laut yang pernah terjadi di Indonesia dan di
dunia?
5
e) Bagaimana cara mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemaran laut dan
kebijakan untuk menangani perihal tersebut?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu, untuk mengetahui
semua informasi tentang pencemaran laut mulai dari definisinya, sumber, serta
bahan-bahan yang mencemari laut, dampak pencemaran laut , cara
penanggulangan dan kebijakan yang diterapkan untuk mengatasi perihal
pencemaran laut dan kasus-kasus pencemaran laut yang pernah terjadi di
Indonesia.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan
tumbuh tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung
berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan air.
Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka
menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri
sendiri. Selain itu, mangrove dan daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme
yang terkena pencemaran akan segera menghancurkan ikatan organik minyak,
sehingga banyak daerah pantai yang terkena ceceran minyak secara berat telah
bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.
8
Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah
lokasi pembuangan limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik
PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver,
AS, tersebut membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan
Teluk Buyat setiap harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam
tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning
keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat,
dimana mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan,
pantat dan kepala.
9
Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya
kandungan oksigen khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan
berpengaruh besar pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di
daerah tersebut. Pada keadaan yang paling ekstrim, jumlah spesies yang ada
didaerah itu akan berkurang secara drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar
dari estuarin kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat hidup disitu
hanya dari golongan cacing saja. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk
golongan yang mudah hancur dengan cepat, sehingga pencemaran yang
disebabkannya tidak merupakan suatu masalah besar diperairan terbuka.
10
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap
ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida ini dapat
menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut ,
seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia.
11
keasaman laut menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat
mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk
membentuk cangkang atau rangka. Perubahan iklim juga akan berdampak buruk
pada ekosistem di lautan . Jika air laut semakin memanas, maka akan terjadi
peningkatan keasaman laut, dan terumbu karang adalah yang paling rentan
menghadapi peningkatan keasaman ini.
Menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional Australia,
terumbu karang seperti sedang mencatat kematiannya sendiri. Jumlah Karbon
Dioksida yang dipompakan ke atmosfer sebetulnya mengubah keasaman laut, dan
membuat lebih asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja seluruh terumbu karang
akan hancur dan larut karena asam tadi. Persoalan perubahan suhu maupun
berbagai perubahan lain yang dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang
luar biasa. Di masa lalu hal ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya
adalah saat ini perubahan suhu tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi
bukan karena sebab alami.
12
b. Lalu lintas kapal
Banyak dari kapal-kapal yang beroperasi di laut menimbulkan kebisingan
yang berpengaruh pada ekosistem laut dan umumnya berada pada batasan suara
1000Hz. Kapal-kapal Tanker Besar yang beroperasi mengangkut minyak biasanya
mengeluarkan suara dengan level 190 desibel atau sekitar 500Hz. Sedangkan
untuk ukuran kapal yang lebih kecil biasanya hanya menimbulkan gelombang
suara sekitar160-170 desibel. Kapal-kapal ini menimbulkan sejenis tembok virtual
yang disebut “white noise” yang memiliki kebisingan konstan. White noise dapat
menghalangi komunikasi antara mamalia di laut sampai batas untuk area yang
lebih kecil. Selain kapal Tanker juga Kapal-kapal besar lainnya sejenis Cargo
yang membawa petikemas memiliki kebisingan yang cukup menimbulkan
pencemaran suara di laut.
c. Eksplorasi dan Ekspoitasi Gas dan Minyak
Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak banyak menggunakan
survei seismik, pembangunan anjungan minyak/rig, pengeboran minyak, dll.
Kebanyakan dari survei seismik saat ini menggunakan airguns sebagai sumber
suara, alat ini merupakan alat berisi udara yang memproduksi sinyal akustik
dengan cepat mengeluarkan udara terkompresi ke dalam kolom air. Metoda
tersebut dapat menciptakan suara dengan intensitas sampai dengan 255 desibel.
Pengaruhnya terhadap hewan lainnya juga dapat menimbulkan kerusakan
pendengaran akibat dari tekanan air yang ditimbulkan. Seperti layaknya
penggunaan dinamit, airguns juga berpengaruh terhadap pendengaran manusia
secara langsung. Pulsa sinyal akustik ini dapat menimbulkan konflik terhadap
mamalia laut, seperti misalnya paus jenis mysticete, sperm, dan beaked yang
menggunakan frekuensi suara yang rendah.
Begitu juga dalam aktivitas pembangunan rig dan pengeboran minyak
dimana dalam operasionalnya setiap hari banyak menghasilkan suara serta
menimbulkan kebisingan yang beresiko bagi mamalia laut.
d. Penelitian Oseanografi dan Perikanan
Pernah diadakan survei dengan menggunakan Acoustic Thermography of
Ocean Climate (ATOC) dimana digunakan kanal suara untuk memperlihatkan
13
rata-rata temperatur laut. Sistem ini digunakan untuk penelitian mengenai faktor
temperatur laut. Akibatnya terhadap hewan-hewan di laut terbukti bahwa mereka
bergerak menjauh (terutama Paus jenis tertentu) namun selang beberapa saat
mereka kembali untuk mencari makanan. Deruman dari Speaker yang dipasang
berkekuatan 220 desibel tepat di sumbernya, dan terdeteksi sampai dengan 11000
mil jauhnya.
Dari penyebab diatas terdapat juga penyebab lainnya yang tidak
disebutkan di sini, salah satunya adalah kegiatan perikanan para nelayan yang
menggunakan peledak atau pukat harimau yang tidak hanya menimbulkan polusi
suara namun juga merusak secara langsung ekosistem di laut itu sendiri.
e. Kegiatan militer
Ada beberapa aktivitas yang dilakukan militer yang menghasilkan
sumber suara yang menimbulkan kebisingan di laut. Salah satu contohnya yaitu
aktivitas kapal naval milik US.Army yang menggunakan sonar aktif ketika
berlatih dan dalam aktivitas rutin. Angkatan Laut Amerika (NAVY) pernah
mengembangkan suatu sistem yang dinamakan Low Frequency Active Sonnars
(LFA) untuk keperluan militernya. Dalam penggunaannya, terbukti bahwa
terdapat beberapa efek negatif terhadap kehidupan dan perilaku mamalia di lautan.
Terhadap ikan paus efek tersebut ternyata mengganggu jalur migrasi dan untuk
jenis ikan paus biru dan ikan paus sirip adalah terhentinya proses komunikasi satu
sama lain. Bahkan setelah melalui beberapa penelitian, maka pengunaan LFA
tersebut juga berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Beberapa penyelam
NAVY yang menerima transmisi dari sekitar 160 desibel akibat sistem tersebut
terbukti terkena gangguan seperti vertigo, gangguan terhadap gerakan tubuh serta
gangguan di daerah perut dan dada.
Bukti-bukti lainnya dari pengaruh akibat sonar yang dihasilkan ini di
sebutkan oleh Vonk and Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991),
Frantzis (1998) dan Frantzis and Cebrian (1999) mereka menganggap bunyi keras
yang ditimbulkan oleh aktifitas militer ini telah menyebabkan terdamparnya paus
14
jenis beaked di Pulau Canary dan Laut Ionia. Selain itu paus jenis sperm
mengalami perubahan kelakuan dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini.
Pendamparan lainnya terjadi pada bulan maret 2000 di Bahama, 17
mamalia laut( termasuk 2 spesies paus jenis beaked dan minke). Pendamparan ini
terjadi akibat latihan militer Amerika yang menggunakan sonar.
15
e) Raksa (Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau terhirup dari uap.
Jangka panjang, beracun pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan
kelainan pada kelahiran.
f) Perak (Ag): Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu permanen pada
kulit, mata dan membran mukosa (mucus).
2. Tumpahan minyak
Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang
suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk
membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum
minyak dan mencemari diri sendiri serta dapat menyebabkan keracunan pada
burung tersebut.
3. Sampah
Banyak hewan yang hidup pada atau di laut mengonsumsi plastik karena
tak jarang plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi hewan
laut. Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus berada pada organ pencernaan
hewan ini, sehingga menyumbat saluran pencernaan dan menyebabkan kematian
melalui kelaparan atau infeksi. Selain berpengaruh terhadap kesehatan biota laut,
adanya sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penyakit
yang paling sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah bersentuhan dengan
air laut, dll.
4. Pestisida
Pengaruh pestisida terhadap kehidupan organisme air :
16
5. Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi
ledakan jumlah alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk
fotosintesis. Karena terlalu banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah
akan mengalami kematian secara massal, serta terjadi kompetisi dalam
mengonsumsi O2 karena terlalu banyak organisme pada tempat tersebut. Sisa
respirasi menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan
menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan tersebut.
6. Peningkatan keasaman
Selain menyebabkan kerusakan pada terumbu karang, kehidupan laut
terpengaruh karena perubahan itu, khususnya hewan dan tumbuhan yang memiliki
tulang karbonat kalsium dan yang menjadi sumber makanan bagi penghuni laut
lainnya. Satu miliar orang yang bergantung pada ikan sebagai sumber utama
penghasil protein akan terkena dampak dari peningkatan keasama laut tersebut.
7. Polusi kebisingan
Gangguan bunyi-bunyi dapat saja menghasilkan frekuensi atau intensitas
yang dapat berbentrokan atau bahkan menghalangi suara/bunyi biologi yang
penting, yang menjadikan tidak terdeteksi oleh mamalia laut. Padahal seperti
diketahui bahwa suara-suara biologi ini penting seperti untuk mencari mangsa,
navigasi, komunikasi antara ibu dan anak, untuk manarik perhatian, atau
melemahkan mangsa.
17
a. Pencegahan terjadinya pencemaran laut
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
pencemaran laut :
Tidak membuang sampah ke laut
Penggunaan pestisida secukupnya
Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut
adalah puntung rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung
rokok di sekitar laut.
Kurangi penggunaan plastik
Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan
memancing di laut.
Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL)
Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan
tertutup.
Pendaurulangan sampah organik
Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan
makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran air.
Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
18
Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi
tingkat pencemaran laut diantaranya adalah :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi
2. kehidupan.
3. Menggalakkan kampanye untuk senantiasa menjaga dan melestarikan laut
beserta isinya.
4. Tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.
5. Tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun, pukat
harimau, dan lain-lain yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut.
6. Tidak menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi
pabrik yang akan mencemari laut.
Konvensi Internasional yang menangani regulasi mengenai Pencemaran
laut berdasarkan catatan Rusmana (2012) adalah :
a). United Nation Covention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS)
Konvensi Hukum Laut 1982 adalah merupakan puncak karya dari PBB
tentang hukum laut, yang disetujui di montego Bay, Jamaica tanggal 10 Desember
1982. Konvensi Hukum Laut 1982 secara lengkap mengatur perlindungan dan
pelestarian lingkungan laut (protection and preservation of the marine
environment) yang terdapat dalam Pasal 192-237.
Pasal 192 berbunyi : yang menegaskan bahwa setiap Negara mempunyai
kewajiban untuk melindungi dan melestarikan lingkungan laut. Pasal 193
menggariskan prinsip penting dalam pemanfaatan sumber daya di lingkungan laut,
yaitu prinsip yang berbunyi : bahwa setiap Negara mempunyai hak berdaulat
untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya sesuai dengan kebijakan lingkungan
mereka dan sesuai dengan kewajibannya untuk melindungi dan melestarikan
lingkungan laut.
Konvensi Hukum Laut 1982 meminta setiap Negara untuk melakukan
upaya-upaya guna mencegah (prevent), mengurangi (reduce), dan mengendalikan
(control) pencemaran lingkungan laut dari setiap sumber pencemaran, seperti
pencemaran dari pembuangan limbah berbahaya dan beracun yang berasal dari
sumber daratan (land-based sources), dumping, dari kapal, dari instalasi eksplorasi
19
dan eksploitasi. Dalam berbagai upaya pencegahan, pengurangan, dan
pengendalian pencemaran lingkungan tersebut setiap Negara harus melakukan
kerja sama baik kerja sama regional maupun global sebagaimana yang diatur oleh
Pasal 197-201 Konvensi Hukum Laut 1982.
b). International Conventions on Civil Liability for Oil PollutionDamage 1969
(Civil Liability Convention).
Konvensi Internasional Mengenai Pertanggungjawaban Perdata Terhadap
Pencemaran Minyak di Laut (International Convention on Civil Liability for Oil
Pollution Damage). CLC 1969 merupakan konvensi yang mengatur tentang ganti
rugi pencemaran laut oleh minyak karena kecelakaan kapal tanker. Konvensi ini
berlaku untuk pencemaran lingkungan laut di laut territorial Negara peserta.
Dalam hal pertanggungjawaban ganti rugi pencemaran lingkungan laut maka
prinsip yang dipakai adalah prinsip tanggung jawab mutlak.
c). Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes and
Other Matter 1972 (London Dumping Convention)
London Dumping Convention merupakan Konvensi Internasional untuk
mencegah terjadinya Pembuangan (dumping), yang dimaksud adalah pembuangan
limbah yang berbahaya baik itu dari kapal laut, pesawat udara ataupun pabrik
industri. Para Negara konvensi berkewajiban untuk memperhatikan tindakan
dumping tersebut. Dumping dapat menyebabkan pencemaran laut yang
mengakibatkan ancaman kesehatan bagi manusia, merusak ekosistem dan
mengganggu kenyamanan lintasan di laut.
Beberapa jenis limbah berbahaya yang mengandung zat terlarang diatur
dalam London Dumping Convention adalah air raksa, plastik, bahan sintetik, sisa
residu minyak, bahan campuran radio aktif dan lain-lain. Pengecualian dari
tindakan dumping ini adalah apabila ada “foce majeur”, yaitu dimana pada suatu
keadaan terdapat hal yang membahayakan kehidupan manusia atau keadaan yang
dapat mengakibatkan keselamatan bagi kapal-kapal.
d). The International Covention on Oil Pollution Preparedness Response And
Cooperation 1990 (OPRC)
20
OPRC adalah sebuah konvensi kerjasama internasional menanggulangi
pencemaran laut dikarenakan tumpahan minyak dan bahan beracun yang
berbahaya. Dari pengertian yang ada, maka dapat kita simpulkan bahwa Konvensi
ini dengan cepat memberikan bantuan ataupun pertolongan bagi korban
pencemaran laut tersebut, pertolongan tersebut dengan cara penyediaan peralatan
bantuan agar upaya pemulihan dan evakuasi korban dapat ditanggulangi dengan
segera.
e). International Convention for the Prevention of Pollution from Ships
1973 (Marine Pollution)
Marpol 73/78 adalah konvensi internasional untuk pencegahan
pencemaran dari kapal,1973 sebagaimana diubah oleh protocol 1978. Marpol
73/78 dirancang dengan tujuan untuk meminimalkan pencemaran laut , dan
melestarikan lingkungan laut melalui penghapusan pencemaran lengkap oleh
minyak dan zat berbahaya lainya dan meminimalkan pembuangan zat-zat tersebut
tanpa disengaja.
21
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a) Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia,
limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme
invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
b) Penyebab pencemaran laut yaitu :
- Pencemaran oleh minyak
- Pencemaran oleh logam berat
- Pencemaran oleh sampah
- Pencemaran oleh pestisida
- Pencemaran akibat proses Eutrofikasi
- Pencemaran akibat peningkatan keasaman
- Pencemaran akibat polusi kebisingan
d) Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur
oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut.
2. Saran
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk
hidup ada. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar
kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royang untuk
menyelematkan bumi dengan stop pencemaran laut akibat ulah manusia
22
DAFTAR ISI
http://yunuzmuhammad.blogspot.com/2007/11/pengertian-dan-sumber-
pencemaran.html
23