Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SW yang telah memberikan rahmat
sertakarunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah Tentang
Pengelolaan Sumber Laut dan Pantai ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang pengetahuan mengenai pengertian sumber daya laut dan
pantai, berbagai ekosistem laut dan pantai (ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang), serta penyebab kerusaka atau pencemaran laut dan pantai, dan cara mengatasi
kerusakan atau pencemaran laut dan pantai.
Kami menyadari bahwa makalah inimasih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalahini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin

Malang, 03 Maret 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
2.1 Pengertian Sumber Daya Laut dan Pantai...............................................................
2.2 Berbagai Ekosistem Laut dan Pantai.......................................................................
2.2.1 Ekosistem Mangrove.................................................................................
2.2.2 Ekosistem Padang Lamun.........................................................................
2.3 Penyebab Kerusakan atau Pencemaran Laut dan Pantai..........................................
2.3.1 Penyebab Kerusakan atau Pencemaran Laut.............................................
2.3.2 Penyebab Kerusakan atau Pencemaran Pantai...........................................
2.2.3 Ekosistem Terumbu Karang.......................................................................
2.4 Cara Mengatasi Kerusakan atau Pencemaran Laut dan Pantai.................................
2.4.1 Cara Mengatasi Kerusakan atau Pencemaran Laut....................................
2.4.2 Cara Mengatasi Kerusakan atau Pencemaran Pantai.................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka semua hasil
buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia di daratan seluruhnya
dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat yang membahayakan. Bahan
pencemar yang masuk ke dalam lautan akan diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara
perlahan-lahan akan diperlemah sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan
makin cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri
mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke laut dalam
jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara tepat.
Sumber Daya Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan
daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga
sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang
mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian
larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk
ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang,
rumput laut dan lain-lain).
Kemudian, polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton.
Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Kemudian
fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi
dibanding dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-
banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan
plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan
ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai
tropik level tertinggi.
Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam
tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat
yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat
dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-
menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator
dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme
laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka
akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh
makanan yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga
tercemar. Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar
juga mengandung bahan polutan yang tinggi.
Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat.
WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture
Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi
makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu
elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi
dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.

3
Pencemaran laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani secara
sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu mengetahui apa itu pencemaran laut, bagaimana
terjadinya pencemaran laut, serta apa yang solusi yang tepat untuk menangani pencemaran laut
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Pengelolan Sumber Daya Laut dan Pantai?
1.2.2 Apa saja Ekosistem Laut dan Pantai?
1.2.3 Apa saja Penyebab Kerusakan atau Laut dan Pantai?
1.2.4 Bagaimana Cara Mengatasi Kerusakan atau Laut dan Pantai?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari Pengelolan Sumber Daya Laut dan Pantai.
1.3.2 Untuk Mengetahui Ekosistem Laut dan Pantai.
1.3.3 Untuk mengetahui Penyebab Kerusakan atau Laut dan Pantai.
1.3.4 Untuk mengetahui Cara Mengatasi Kerusakan atau Laut dan Pantai

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Daya Laut dan Pantai

Sumber Daya Alam Laut & Pantai menurut pengertian Miller (1982 : 7)
mendefinisikan sumber daya alam sebagai segala sesuatu yang berdaya guna dan
dibutuhkan organisme baik yang hidup secara soliter maupun berkelompok. Laut
adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudera. Air dilaut
merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-
garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut.
Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah
pesisir laut atau bagian daratan yang terdekat dengan laut.

Sumberdaya laut merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.


Maksudnya adalah seluruh keanekaragaman hayati dan hewani yang ada dalam laut
dapat dimanfaatkan oleh warga Indonesia tetapi harus memperhatikan kelestariannya.

Selain itu laut juga bermanfaat sebagai penghasil devisa bagi negara. Udang
dan beberapa jenis ikan penting seperti tuna dan cakalan saat ini merupakan komoditi
ekspor yang menghasilkan devisa bagi negara yang cukup besar. Terlebih lagi dengan
hasil pertambangan minyak bumi dan gas alam lepas pantai. Wilayah laut dapat
memperluas lapangan pekerjaan. Dengan semakin sempitnya lahan pertanian di arela
daratan, dan semakin tingginya persaingan dibidang industri, salah satu alternatif
dalam penyediaan lapangan kerja adalah wilayah laut dalam sektor perikanan.

Wilayah pesisir pantai dapat dijadikan pusat pengembangan IPTEK dan


industi kelautan. Selain itu juga daat dijadikan seagai zona yang strategis untuk pusat
pengembangan jalur transportasi utama antar pulau. Dengan meningkatnya
pemanfaatan terhadap sumber daya laut yang berkaitan dengan ekonomi, maka
aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumber daya laut tanpa melihat adanya
pemeliharaan teradap kelestarian dan fungsi-fungsi laut lainnya semakin meningkat.
Permasalahan-permasalahan yang sering terjadi adalah pencurian dan eksploitasi ikan
secara besar-besaran, kerusakan terumbu karang, perburuan liar terhadap hewan air
yang ekosistemnya saat ini sudah langka, menipisnya cadangan minyak bumi dan
sengketa mengenai batas perbatasan dengan negara tetangga, dll.
(http://linkpdf.com/27/02/2011/sumber-daya-laut-indonesia/article/laut-indonesia.pdf)

2.2 Berbagai Ekosistem Laut dan Pantai

2.2.1 Ekosistem Mangrove


Ekosistem mangrove sebagai ekosistem peralihan antara darat dan laut telah
diketahui mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai penghasil bahan organik,
tempat berlindung berbagai jenis binatang, tempat memijah berbagai jenis ikan dan

5
udang, sebagai pelindung pantai, mempercepat pembentukan lahan baru, penghasil
kayu bangunan, kayu bakar, kayu arang, dan tanin (Soedjarwo, 1979). Masing-masing
kawasan pantai dan ekosistem mangrove memiliki historis perkembangan yang
berbeda-beda. Perubahan keadaan kawasan pantai dan ekosistem mangrove sangat
dipengaruhi oleh faktor alamiah dan faktor campur tangan manusia. (Dikutip dari :
Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Ekosistem Mangrove, Tarsoen Waryono)
Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem
yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis.
Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi
air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat
asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi
aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi
ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan
industri, dan penghasil bibit.
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau
secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak
terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di
bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih
dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen
Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000).
Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang
digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang
mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi
pohon- pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera
tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops,
Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan
Conocarpus (Bengen, 2000).
Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu
komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar
garam/salinitas (pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu spesies (Macnae,
1968 dalam Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu, Macnae menggunakan istilah
mangal apabila berkaitan dengan komunitas hutan dan mangrove untuk individu
tumbuhan. Hutan mangrove oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau
atau hutan payau. Namun menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove sebagai
bakau nampaknya kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok
jenis tumbuhan yang ada di mangrove.
Ciri dan Karakteristik Ekosistem Mangrove:
Ekosistem mangrove hanya didapati di daerah tropik dan sub-tropik.
Ekosistem mangrove dapat berkembang dengan baik pada lingkungan dengan ciri-ciri
ekologik sebagai berikut:
(a). Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan
yang berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang;

6
(b). Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya
tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan ini akan menentukan
komposisi vegetasi ekosistem mangrove itu sendiri;

(c). Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air atau
air tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan
unsur hara dan lumpur;
(d). Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5C dan suhu rata-
rata di bulan terdingin lebih dari 20C;
(e). Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas
mencapai 38 ppt;
(f). Arus laut tidak terlalu deras;
(g). Tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak
yang kuat;
(h). Topografi pantai yang datar/landai.

Habitat dengan ciri-ciri ekologik tersebut umumnya dapat ditemukan di


daerah-daerah pantai yang dangkal, muara-muara sungai dan pulau-pulau yang
terletak pada teluk.
Fungsi Dan Kerusakan Ekosistem Mangrove :
Ekosistem mangrove dikategorikan sebagai ekosistem yang tinggi
produktivitasnya (Snedaker, 1978) yang memberikan kontribusi terhadap
produktivitas ekosistem pesisi (Harger, 1982). Dalam hal ini beberapa fungsi
ekosistem mangrove adalah sebagai berikut:

(a). Ekosistem mangrove sebagai tempat asuhan (nursery ground), tempat


mencari makan (feeding ground), tempat berkembang biak berbagai jenis
krustasea, ikan, burung biawak, ular, serta sebagai tempat tumpangan
tumbuhan epifit dan parasit seperti anggrek, paku pakis dan tumbuhan
semut, dan berbagai hidupan lainnya;
(b). Ekosistem mangrove sebagai penghalang terhadap erosi pantai, tiupan
angin kencang dan gempuran ombak yang kuat serta pencegahan intrusi
air laut;
(c). Ekosistem mangrove dapat membantu kesuburan tanah, sehingga segala
macam biota perairan dapat tumbuh dengan subur sebagai makanan alami
ikan dan binatang laut lainnya;
(d). Ekosistem mangrove dapat membantu perluasan daratan ke laut dan
pengolahan limbah organik;
(e). Ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan bagi tujuan budidaya ikan,
udang dan kepiting mangrove dalam keramba dan budidaya tiram karena
adanya aliran sungai atau perairan yang melalui ekosistem mangrove;
(f). Ekosistem mangrove sebagai penghasil kayu dan non kayu;
(g). Ekosistem mangrove berpotensi untuk fungsi pendidikan dan rekreasi .

7
Secara umum, ekosistem mangrove mempunyai keanekaragaman jenis
tumbuhan yang rendah. Di Indonesia tercatat 120 jenis tumbuhan mangrove dan 90
jenis di antaranya ditemukan di Jawa. Keanekaragaman faunanya untuk Pulau Jawa
informasinya masih terpisah-pisah. Balen (1988) mencatat 167 jenis burung terestrial di
ekosistem mangrove Pulau Jawa; di Cagar Alam Muara Angke ditemukan 43 jenis
burung (Atmawidjaja & Romimohtarto, 1999), di ekosistem mangrove Teluk Naga
ternyata 23 jenis burung air yang memilih daerah tersebut sebagai tempat mencari
pakan (Widodo & Hadi, 1990), di ekosistem mangrove delta sungai Cimanuk, menurut
Mustari (1992) tercatat 28 jenis burung air (12 jenis burung wader migran dan 11 jenis
di antaranya termasuk jenis burung yang dilindungi), di kawasan pantai timur Surabaya
dengan luas 3.200 hektar, menurut Anonymous (1998) ekosistem mangrove yang ada
mampu mengakumulasi logam berat pencemar dan sebagai tempat persinggahan 54
jenis burung air dan burung migran; di ekosistem mangrove Tanjung Karawang
ditemukan 52 jenis burung (Sajudin et al., 1984), 3 jenis tikus (Munif et al., 1984), 7
jenis moluska, 14 jenis krustasea (Hakim et al., 1984), dan 9 jenis nyamuk (Rusmiarto
et al., 1984); di daerah mangrove Pulau Pari tercatat 24 jenis ikan (Hutomo & Djamali,
1979) dan 28 jenis krustasea (Toro, 1979), di pantai barat Pulau Handeleum ditemukan
12 jenis Gastropoda mangrove dan 20 jenis di pantai utara Pulau Penjaliran (Yasman,
1999); di Pulau Dua, Pulau Rambut dan Tanjung Karawang ditemukan 6 jenis ular
(Supriatna, 1984). (Dikutip dari http://www.irwantoshut.com)
Seperti ekosistem pada umumnya, ekosistem mangrove memiliki aliran
rantaimakanan, materi, dan energi yang spesifik dan berbeda dengan ekosistem lainnya.
Hal itu dikarenakan ekosistem mangrove ditinggali oleh flora dan fauna yang khas
seperti telah dijelaskan sebelumnya.
Berikut contoh gambar ekosistem mangrove di berbagai tempat :

8
2.2.2 Ekosistem Padang Lamun
Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan
dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa
Alismatales yang beradaptasi di air asin.Padang lamun hanya dapat terbentuk pada
perairan laut dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka
dari perairan (selalu tergenang). Ia dapat dianggap sebagai bagian dari ekosistem
mangrove, walaupun padang lamun dapat berdiri sendiri. Padang lamun juga dapat
dilihat sebagai ekosistem antara ekosostem mangrove dan terumbu karang. Ekosistem
lamun terletak di antara dua ekosistem bahari penting yaitu,ekosistem mangrove dan
ekosistem terumbu karang.Di mana terjadi interaksi timbal balik yang saling
mendukung .Secara fisik lamun berperan sebagai stabilator sedimen di dasar perairan
dan pelindung pantai dari gempuran ombak dan arus.Dari segi ekologi lamun
berfungsi sebagai penghasil bahan organik,habitat berbagai satwa laut,sebagai substrat
bagi banyak biota penempel serta sebagai daerah asuhan bagi larva ikan dan biota laut
lamun juga memberikan substrat tumbuh bagi mikroalgae epifit dan benthos
epifauna.(Tomasick 1997).Lamun adalah sumber pakan utama duyung.
Wilayah: di seluruh perairan Indonesia. Faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan padang lamun: a. Perairan laut dangkal berlumpur dan mengandung
pasir. b. Kedalaman tidak lebih dari 10 m agar cahaya dapat menembus. c. Suhu
antara 20-30 C. d. Kadar garam antara 25-35/mil. e. Kecepatan arus sekitar 0,5
m/detik. Fungsi padang lamun: a. Sebagai tempat berkembangbiaknya ikan- ikan kecil
dan udang. b. Sebagai perangkap sedimen sehingga terhindar dari erosi. c. Sebagai
penyedia bahan makanan bagi biota laut. d. Bahan baku pupuk. e. Bahan baku kertas
Berikut ini adalah gambaran singkat tentang jenis-jenis yang di jumpai di
Taman Nasional Karimunjawa.

2.2.3 Ekosistem Terumbu Karang


Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting
karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam
ekosistem terumbu karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang
terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluhpuluh jenis moluska, crustacean,
sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000). Terumbu karang bisa dikatakan
sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang
hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.

9
Binatang karang adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang.
Binatang karang yang berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah
ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang
lunak). Dalam peristilahan terumbu karang, karang yang dimaksud adalah koral,
sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai
pembentuk utama terumbu, sedangkan Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut,
yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur
tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga.
Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang
dihasilkan oleh karang. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian
besar dihasilkan koral. Di dalam terumbu karang, koral adalah insinyur ekosistemnya.
Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang
merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi Terumbu karang
(coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang
jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi,
dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras. (Guilcher, 1988).
2.2.3.1 Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya
Ada dua jenis terumbu karang yaitu :
1. Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral)
merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk
terumbu karang. Karang batu ini menjadi pembentuk utama
ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat sangat kuat dan
kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat
rentan terhadap perubahan lingkungan.
2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak
membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu
terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental
shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang
tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya
dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai barrier
reef dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau
vulkanik yang disebut coral atoll.
2.2.3.2 Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Bentuknya
Terumbu karang umunya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas
pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa
mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke
arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya,
terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya
bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi
pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas
mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau
Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

10
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau,
sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan
berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon
(kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan
kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau
sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang
yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan
Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai
(Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas
dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat
perbatasan dengan daratan.
4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai
pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas
sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu
pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang
secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.
Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu
Faktor - Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Ekosistem
Terumbu Karang
Suhu
Secara global, sebarang terumbu karang dunia dibatasi oleh permukaan
laut yang isoterm pada suhu 20 C, dan tidak ada terumbu karang yang
berkembang di bawah suhu 18 C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang
optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-25 C, dan dapat menoleransi
suhu sampai dengan 36-40 C.
Salinitas
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air
yang tetap di atas 30 tetapi di bawah 35 Umumnya terumbu karang tidak
berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai
besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta sungai
Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang di wilayah
bersalinitas tinggi seperti Teluk Persia yang salinitasnya 42 %.
Cahaya dan Kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses
fotosintesis oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang
dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal
50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik
kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada
kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.
Kecerahan

11
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan
tinggi berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas
perairan yang tinggi pula.

Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu
besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami.
Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang
memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan air
segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya pengendapan
pada koloni atau polip karang.
Arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila
membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan
zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di
perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat
pada kematian karang.
Sedimen
Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen
merupakan faktor pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana
suhu cocok untuk hewan ini.
2.2.3.3 Penghuni Terumbu Karang
1. Tumbuh- tumbuhan
Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang
besar dan beraneka ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan
akuatik. Mereka adalah produsen primer, seperti yang telah diterangkan,
mampu menangkap energi surya dan mnggunakannya untuk menghasilkan
gula dan senyawa majemuk lainnya dengan menyimpan energi.Lamun adalah
salah satu vegetasi yang hidup di sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai
manfaat sebagai perangkap sedimen.
2. Avertebrata
Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok
utama dari dunia hewan yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang.
Filum Cnidaria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur
dan Anthozoa.Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakkan
memiliki ukuran kecil dan tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi
yang dilakukan oleh hewan secara alami, yang disebut bioerosi, dari batuan
kapur menjadi pecahan kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan
tadi.Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda
yang hidup dalam terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang,
lobster dan udang karang.Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan
khusus dengan hwan lain di terumbu karang. Teritip menempel pada beberapa
substrat seperti penyu dan kepiting; udang pembersih dengan beberapa ikan;
atau udang kecil bwarna dengan anemone.Molusca menyumbangkan cukup

12
banyak kapur kepada ekosistem terumbu yang merupakan penyumbang
penting terbentuknya pasir laut. Keanekaragaman Mollusca memainkan
peranan penting di dalam jaringan makanan terumbu karang yang rumit ini.
Mereka juga menjadi dasar bagi perdagangan besar cangkang hias dan
penunjang utama perikanan kerang dan cumi- cumi.Echinodermata adalah
penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di terumbu karang dan
padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa saja mulai dari
sepon, teritip, keong dan kerang.Teripang mendiami sebagain besar terumbu
karang dan memakan alga dan detritus dasar. Mereka mempunyai alami
sedikit dan manusia barangkali yang menjadi pemangsa yang rakus.
3. Ikan Karang
Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
(1) ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan
sebagai ikan konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae,
Haemulidae, Lethrinidae;
(2) kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai
indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu
perairan seperti Famili Chaetodontidae; dan
(3) kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena
peran lainnya belum diketahui seperti Famili Pomacentridae,
Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae,
Apogonidae (Adrim, 1993).
Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang
dan jarang dari ikan-ikan tersebut keluar daerahnya untuk mencari
makanan dan tempat perlindungan. Batas wilayah ikan tersebut
didasarkan pada pasokan makananan, keberadaan predator, daerah
tempat hidup, dan daerah pemijahan.
4. Reptilia
Reptiilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua
kelompok yaitu, ular laut dan penyu. Dua klompok ini terancam punah.
Ular ditangkap untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk telurnya.

2.2.3.4 Manfaat Ekosistem Terumbu Karang


Dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai estetika dan
tingkat keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber makanan, bahan obat obatan ataupun sebagai objek wisata bahari.
Ditinjau dari fungsi ekologisnya, terumbu karang yang sangat penting dalam
menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik, yaitu
mampu menahan hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat melindungi
pantai dari abrasi.
Adapun dari sisi social ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan
yang produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk
pesisir, dan devisa Negara yang berasal dari devisa perikanan dan pariwisata.

13
2.2.3.5 Faktor- faktor yang Merusak Terumbu Karang
Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayati nya termasuk di
laut. Karena Indonesia termasuk negara kepulauan. Saat ini salah satu
ekosistem yang memiliki peranan penting yaitu terumbu karang, kini mulai
rusak. Hal ini disebabkan oleh :
a. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang
dapat mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa
kelaut dan menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena
sinar matahari tertutup oleh sedimen.
b. Aliran air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air
tawar tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan
ataupun limbah pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah
terumbu karang.
c. Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya
adalah limbah pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan
perminyakan.
d. Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida
(CO2) ke udara. Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan
suhu secara global. yang dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut
sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan perginya
zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus maka
pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
e. Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan
buangan reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif
tersebut dapat bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi
meningkatkan jumlah kerusakan dan perubahan genetis (mutasi) biota
laut.
f. Cara tangkap yang merusak
Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan muro-ami,
racun dan bahan peledak.
g. Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan
sebagai bahan bangunan. Penambangan karang berpotensi
menghancurkan ribuan meter persegi terumbu dan mengubah terumbu
menjadi gurun pasir bawah air.
h. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu
pada terumbu karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara
karang maupun hempasan rantainya yang sangat merusak koloni karang.

14
i. Serangan bintang laut berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar pemangsa
karang yang permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara
manjulurkan bagian perutnya ke arah koloni karang, untuk kemudian
mencerna dan membungkus polip-polip karang dipermukaan koloni
tersebut.

2.3 Penyebab Kerusakan atau Pencemaran Laut

2.3.1.1 Pencemaran oleh minyak

Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampirtidak bias
dielakkan.Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap tahun.
Apabila terjadi pencemaran miyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak
mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke
pantai.
Contoh kecelakaan kapal yang pernah terjadi :
a) Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967mengakibatkan 100.000 burung mati
b) Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
c) Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan tumbuh
tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi
kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung
akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya
mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove dan
daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme yang terkena pencemaran akan segera
menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga banyak daerah pantai yang terkena
ceceran minyak secara berat telah bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.

2.3.1.2Pencemaran oleh logam berat

Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih
untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam ringan.
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium
(Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi anorganik yang sering
menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada perairan. Penyebab terjadinya
pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari masukan air yang
terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
Jenis-Jenis Industri Pembuang Limbah yang Mengandung Logam Berat :
Kertas : Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Petro-chemical : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pengelantang : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pupuk : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Kilang minyak : Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn
Baja : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn

15
Logam bukan besi : Cr, Cu, Hg, Pb, Zn
Kendaraan bermotor : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn
Semen, keramik : Cr
Tekstil : Cr
Industri kulit : Cr
Pembangkit listrik tenaga uap : Cr, Zn
Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat bersifat
tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di
dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam berat di dalam air dapat
masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung logam berat
diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila memakan bahan makanan yang berasal
dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat juga dapat terakumulasi dan
menimbulkan berbagai bahaya terhadap kesehatan.

2.3.1.3 Pencemaran oleh sampah

Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan
terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah plastik, sebuah
komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang Dunia II. Massa plastik
di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk
satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit, sesak napas,
maupun termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut.
Jaring ini dikenal sebagai hantu jala sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu,
dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi
gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk kembali
ke permukaan untuk bernapas.
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui sistem
daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung logam berat
dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik,
sehingga akan memperkaya kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah yang tercemar
yang membuat kondisi lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya kandungan
oksigen khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar pada
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tersebut. Pada keadaan yang
paling ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu akan berkurang secara drastis dan dapat
mengakibatkan bagian dasar dari estuarin kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang
dapat hidup disitu hanya dari golongan cacing saja. Jenis-jenis sampah kebanyakan
termasuk golongan yang mudah hancur dengan cepat, sehingga pencemaran yang
disebabkannya tidak merupakan suatu masalah besar diperairan terbuka.

2.3.1.4 Pencemaran oleh pestisida

Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Mereka sengaja
ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau
organisme-organisme lain yang tidak diinginkan. Idealnya pestisida ini harus mempunyai

16
spesifikasi yang tinggi yaitu dapat membunuh organism-organisme yang tidak dikehendaki
tanpa merusak hewan lainnya, tetapi pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota air
yang ada di laut.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia yang
disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini. Pestisida jenis ini termasuk golongan
yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-molekul ini kemungkinan
dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu
sangat berbahaya karena dengan digunakannya golongan ini secara terus menerus akan
membuat mereka menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak
dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi organism yang hidup didaerah tersebut.
Hewan biasanya menyimpan organochloride di dalam tubuh mereka. Beberapa
organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia didalam jaringan
tubuhnya.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam jaring
makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta
penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut , seluruh penyusun rantai makanan termasuk
manusia.

2.3.1.5 Pencemaran akibat proses Eutrofikasi

Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya


senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat
mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan pertumbuhan
tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk
penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan
populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi
yang diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan
masuk ke lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di muara.
The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan
oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini
terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat,
dan Asia Timur, terutama di Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah
(red tide) secara signifikan yang membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan
masalah pernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi saat
organisme mendekati ke arah pantai.

2.3.1.6 Pencemaran akibat peningkatan keasaman

Dewasa ini sangat banyak kegiatan manusia yang menyebabkan polusi udara, tanah
dan air, yang disebabkan oleh limbah pabrik, industri, asap kendaraan, dan banyak lagi.
Salah satu contoh adalah semakin banyak karbon dioksida memasuki atmosfer bumi, maka
karbondioksida yang kita hasilkan sehari-hari dapat menyebabkan hujan asam dan juga
meningkatkan kadar keasaman laut menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut
dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk
cangkang atau rangka. Perubahan iklim juga akan berdampak buruk pada ekosistem di
lautan. Jika air laut semakin memanas, maka akan terjadi peningkatan keasaman laut, dan
terumbu karang adalah yang paling rentan menghadapi peningkatan keasaman ini .

17
Menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional Australia, terumbu karang
seperti sedang mencatat kematiannya sendiri. Jumlah Karbon Dioksida yang dipompakan ke
atmosfer sebetulnya mengubah keasaman laut, dan membuat lebih asam lagi. Bahayanya
adalah tentu saja seluruh terumbu karang akan hancur dan larut karena asam tadi. Persoalan
perubahan suhu maupun berbagai perubahan lain yang dialami lautan sebetulnya bukanlah
sesuatu yang luar biasa. Di masa lalu hal ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya
adalah saat ini perubahan suhu tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi bukan
karena sebab alami.

2.3.1.7 Pencemaran akibat polusi kebisingan

Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari
sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi
sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara. Hewan
laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang
sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak
ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun
1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah
meningkat sepuluh kali lipat).
Sumber suara di laut antara lain :
1. Sumber alami
Suara di laut yang timbul akibat proses alami terbagi dalam dua yaitu
proses fisika serta proses biologi. Proses fisika ini antara lain : aktivitas
tektonik, gunung api dan gempa bumi, angin, gelombang. Sedangkan
contoh dari aktivitas biologis misalnya suara dari mamalia laut dan ikan.
2. Lalu lintas kapal
Banyak dari kapal-kapal yang beroperasi di laut menimbulkan
kebisingan yang berpengaruh pada ekosistem laut dan umumnya berada pada
batasan suara 1000Hz. Kapal-kapal Tanker Besar yang beroperasi mengangkut
minyak biasanya mengeluarkan suara dengan level 190 desibel atau sekitar
500Hz. Sedangkan untuk ukuran kapal yang lebih kecil biasanya hanya
menimbulkan gelombang suara sekitar160-170 desibel. Kapal-kapal ini
menimbulkan sejenis tembok virtual yang disebut white noise yang
memiliki kebisingan konstan. White noise dapat menghalangi komunikasi
antara mamalia di laut sampai batas untuk area yang lebih kecil. Selain kapal
Tanker juga Kapal-kapal besar lainnya sejenis Cargo yang membawa
petikemas memiliki kebisingan yang cukup menimbulkan pencemaran suara di
laut.
3. Eksplorasi dan Ekspoitasi Gas dan Minyak
Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak banyak
menggunakan survei seismik, pembangunan anjungan minyak/rig,
pengeboran minyak, dll. Kebanyakan dari survei seismik saat ini
menggunakan airguns sebagai sumber suara, alat ini merupakan alat berisi
udara yang memproduksi sinyal akustik dengan cepat mengeluarkan udara
terkompresi ke dalam kolom air. Metoda tersebut dapat menciptakan suara

18
dengan intensitas sampai dengan 255 desibel. Pengaruhnya terhadap hewan
lainnya juga dapat menimbulkan kerusakan pendengaran akibat dari tekanan
air yang ditimbulkan. Seperti layaknya penggunaan dinamit, airguns juga
berpengaruh terhadap pendengaran manusia secara langsung. Pulsa sinyal
akustik ini dapat menimbulkan konflik terhadap mamalia laut, seperti
misalnya paus jenis mysticete, sperm, dan beaked yang menggunakan
frekuensi suara yang rendah.
Begitu juga dalam aktivitas pembangunan rig dan pengeboran minyak
dimana dalam operasionalnya setiap hari banyak menghasilkan suara serta
menimbulkan kebisingan yang beresiko bagi mamalia laut.
4. Penelitian Oseanografi dan Perikanan
Pernah diadakan survei dengan menggunakan Acoustic Thermography
of Ocean Climate (ATOC) dimana digunakan kanal suara untuk
memperlihatkan rata-rata temperatur laut. Sistem ini digunakan untuk
penelitian mengenai faktor temperatur laut. Akibatnya terhadap hewan-
hewan di laut terbukti bahwa mereka bergerak menjauh (terutama Paus jenis
tertentu) namun selang beberapa saat mereka kembali untuk mencari
makanan. Deruman dari Speaker yang dipasang berkekuatan 220 desibel
tepat di sumbernya, dan terdeteksi sampai dengan 11000 mil jauhnya.
Dari penyebab diatas terdapat juga penyebab lainnya yang tidak disebutkan
di sini, salah satunya adalah kegiatan perikanan para nelayan yang
menggunakan peledak atau pukat harimau yang tidak hanya menimbulkan
polusi suara namun juga merusak secara langsung ekosistem di laut itu
sendiri.
5. Kegiatan militer
Ada beberapa aktivitas yang dilakukan militer yang menghasilkan
sumber suara yang menimbulkan kebisingan di laut. Salah satu contohnya
yaitu aktivitas kapal naval milik US.Army yang menggunakan sonar aktif
ketika berlatih dan dalam aktivitas rutin. Angkatan Laut Amerika (NAVY)
pernah mengembangkan suatu sistem yang dinamakan Low Frequency
Active Sonnars (LFA) untuk keperluan militernya. Dalam penggunaannya,
terbukti bahwa terdapat beberapa efek negatif terhadap kehidupan dan
perilaku mamalia di lautan. Terhadap ikan paus efek tersebut ternyata
mengganggu jalur migrasi dan untuk jenis ikan paus biru dan ikan paus sirip
adalah terhentinya proses komunikasi satu sama lain. Bahkan setelah melalui
beberapa penelitian, maka pengunaan LFA tersebut juga berpengaruh
terhadap kesehatan manusia. Beberapa penyelam NAVY yang menerima
transmisi dari sekitar 160 desibel akibat sistem tersebut terbukti terkena
gangguan seperti vertigo, gangguan terhadap gerakan tubuh serta gangguan
di daerah perut dan dada.
Bukti-bukti lainnya dari pengaruh akibat sonar yang dihasilkan ini di
sebutkan oleh Vonk and Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991),
Frantzis (1998) dan Frantzis and Cebrian (1999) mereka menganggap bunyi
keras yang ditimbulkan oleh aktifitas militer ini telah menyebabkan

19
terdamparnya paus jenis beaked di Pulau Canary dan Laut Ionia. Selain itu
paus jenis sperm mengalami perubahan kelakuan dalam vokalisasi dalam
merespons sonar ini.
Pendamparan lainnya terjadi pada bulan maret 2000 di Bahama, 17
mamalia laut ( termasuk 2 spesies paus jenis beaked dan minke).
Pendamparan ini terjadi akibat latihan militer Amerika yang menggunakan
sonar.

2.3.2 Penyebab Kerusakan atau Pencemaran Pantai


2.3.2.1 Limbah Pemukiman.
Limbah Pemukiman adalah penyumbang terbesar sampah rumah
tangga. Perhatikan sungai yang bermuara ke laut, airnya cokelat, sarat dengan
berbagai limbah rumah tangga. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran
masyarakat untuk menjaga lingkungan. Sampah dengan seenaknya dibuang ke
sungai, maka sampah yang dibawanya pun masuk ke pantai sehingga
menimbulkan pencemaran.
2.3.2.2 Wisata Pantai
Pantai Indonesia yang indah menyebabkan banyak yang dijadikan
obyek wisata, sehingga ratusan orang datang setiap harinya untuk berekreasi.
Namun, tak semua pengunjung memiliki kesadaran yang tinggi dalam
menjaga kebersihan pantai. Sebagian brsar bahkan tidak peduli, membuang
sampah seenakya, tak menghiraukan akibat yang akan ditimbulkan.
Padahal, dengan banyaknya sampah yang berserakan akan merusak
pemandangan, citra pantai kita akan rusak sehingga akan mengurangi minat
wisatawan yang datang.

2.3.2.3 Tumpahan Minyak.


Kecelakaan yang terjadi di laut bila mengakibatkan kapal tanker yang
membawa ribuan ton minyak pasti akan menimbulkan pencemaran yang
sangat hebat. Kejadian seperti ini sering terjadi, seperti peristiwa di Tanjung
Memban, Nongso, Batam pada Kamis 10 Januari 2010. Akibat peristiwa itu,
perairan disekitarnya menghitam akibat puluhan ton minyak mentah tumpah.
Pencemaran bahkan mencapai pantai sehingga mengakibatkan matinya biota
laut.

2.3.2.4 Limbah Industri.


Limbah industri menghasilkan logam berat seperti As (arsen), Hg
(raksa), Pb (timbal), Cd (cadmium), Zn (seng), dan Ni (nikel). Logam-logam
tersebut sangat membahayakan kesehatan makhluk hidup. Bahkan dapat
menyebabkan cacat dan kematian.Limbah industri menghasilkan logam berat
seperti As (arsen), Hg (raksa), Pb (timbal), Cd (cadmium), Zn (seng), dan Ni

20
(nikel). Logam-logam tersebut sangat membahayakan kesehatan makhluk
hidup. Bahkan dapat menyebabkan cacat dan kematian.
Dampak lainnya yang tidak kalah merugikan akibat limbah industri ini
adalah terganggunya lingkungan hidup, ekosistem dan keanekaragaman
hayati, sebab air yang tercemar dapat mematikan berbagai organisme yang
hidup di dalamnya.

2.4 Cara Mengatasi Kerusakan atau Pencemaran Laut dan Pantai

2.4.1 Cara Mengatasi Kerusakan atau Pencemaran Laut.


1. Tidak membuang sampah ke laut.
2. Penggunaan pestisida secukupnya.
3. Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut
adalah puntung rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung
rokok di sekitar laut.
4. Kurangi penggunaan plastik.
5. Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan
memancing di laut.
6. Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL).
7. Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan
tertutup.
8. Pendaurulangan sampah organik
9. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan
makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran air.
10. Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
11. Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan
tertutup.
12. Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah.

2.4.2 Cara Mengatasi Kerusakan atau Pencemaran Pantai.

1. Pembangunan alat pengolahan limbah.


Limbah cair bila diolah dapat diubah menjadi bahan yang berguna. Sebgai
contoh limbah pabrik tekstil. Bila diolah ternyata dapat menghasilkan produk sabun
pencuci mobil. Kelebihan solusi ini adalah banyaknya bahan limbah yang tersedia.
Namun sayang, masih memerlukan biaya tinggi untuk dapat merealisasikannya.

2. Daur ulang.
Demikian pula limbah padat, seperti sampah. Sampahyang berserakan
disepanjang pantai bila dilakukan daur ulang akan dapat memberikan peluang
pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya.

21
3. Penegakan hukum.
Pengawasan yang ketat bagi para pelaku pencemaran tidak akan maksimal bila
tidak disertai dengan hukum yang jelas. Untuk itulah diperlukan peraturan atau
undang-undang yang mengatur hal ini agar sanksi dapat diberlakukan bagi siapa pun
pelakuan pencemaran pantai

22
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Sumber Daya Alam Laut dan Pantai merupakan sumber daya alam sebagai segala
sesuatu yang berdaya guna dan dibutuhkan organisme baik yang hidup secara
soliter maupun berkelompok
3.1.2 Berbagai Ekosistem Laut dan Pantai.
1. Ekosistem mangrove.
2. Ekosistem Padang Lamun
3. Ekosistem Terumbu Karang
3.1.3 Penyebab Kerusakan atau Pencemaran Laut dan Pantai terdiri dari berbagai
macam hal antara lain :
3.1.3.1 Penyebab Kerusakan atau Pencemaran Laut, yaitu Pencemaran oleh
minyak, Pencemaran oleh logam berat, Pencemaran oleh sampah, Pencemaran
oleh pestisida, Pencemaran akibat proses Eutrofikasi, Pencemaran akibat
peningkatan keasaman, Pencemaran akibat polusi kebisingan, dan Penyebab
Kerusakan atau Pencemaran Pantai
3.1.3.2 Penyebab Kerusak, yaitun atau Pencemaran Pantai, yaitu Limbah
Pemukiman, Wisata Pantai, Tumpahan Minyak, dan Limbah Industri.

3.1.4 Cara Mengatasi Kerusakan atau Pencemaran Laut dan Pantai terdiri dari
berbagai cara antara lain : Melakukan proses bioremediasi, Fitoremediasi
dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat,
melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta
masyarakat.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh data kata sempurna oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ahmar, Hilal. 2013. Bahan-bahan Pencemaran Laut. http://majalah-


hilalahmarsolo.blogspot.com/2013/03/sehat-lingkungan-bahan-bahan-pencemar.html. diakses
pada 20 April 2013, pukul 3.00 WIB.

Anonim. 2008. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Terumbu


Karang (Coral Reef).http://www.ubb.ac.id

Dahuri, Rokhim, 1999, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang, Lokakarya
Pengelolaan dan IPTEK Terumbu Karang Indonesia, Jakarta.
GESAMP, 1978. Report and Studies. Joint Group of Experts on the Scientific Aspec of
Marine Pollution.IMCO/I-AO/UNESCO-WHO/IAEA/UN/UNDP/10.

Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology. John Willey & Sons.Chhichester
http://www.anneahira.com/pencemaran-pantai.htm diakses Jumat 26 Februari 2016 pukul
19:16
https://barengkarimun.wordpress.com/2013/10/02/ekosistem-lamun/
Massa. 2011. Sumber-sumber pencemaran di laut.
http://massal2003.wordpress.com/2011/10/22/sumber-sumber-pencemaran-laut-sources-of-
marine-pollution/ diakses pada 24 April 2013. Pada pukul 3.03 WIB.
Nurul, Agus K. 2013. Dampak Pencemaran Laut.
http://agusnurul.blogspot.com/2011/02/marine-pollution-pencemaran-laut-tugas.htmlpada
tanggal 24 April 2013, pukul 3.47 WIB
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M.
Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta, Indonesia.

Rahim S.W., 1998. KajianDistribusiCemaranMinyak di SekitarPelabuhanPertamina


Ujung Pandang. SkripsiJurusanIlmuKelautan, UniversitasHasanuddin, Ujung Pandang.
Romimohtarto, 1991. Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik
Pemantauannya. LembagaIlmuPengetahuan Indonesia,Jakarta.

Saparinto, C., 2002. Rabuk Kimia Atasi Cemaran Minyak


di Laut.http://www.suaramerdeka.com, (15 januari 2005).

Sloan, N. A., 1993. Effect of Oil on Marine Resources : Worldwide Literature Review
Relevent to Indonesia. Environmental Management Development in Indonesia Project
(EMDI). EMDI Report, 32. Jakarta dan Halifax Dallhouse University.

Suharsono, 1994. Metode penelitian terumbu karang. Pelatihan metode penelitian dan kondisi
terumbu karang. Materi Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu
Karang: 115 hlm.

24
Suharsono, 1996. Jenis-jenis karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembagan Oseanologi. Proyek
penelitian dan Pengembangan daerah Pantai: 116 hlm.

Suwito, Vivien Anjadi. 2013. Sumber-sumber pencemaran di laut.


http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/pencemaran-pesisir-dan-laut.html. Jumat 26
Februari 2016 pukul 19:00

Welly, Marthen. 2008. http://netsains.com/2009/07/indonesiapusatterumbukarangdunia.html

25
Sanggahan dan Saran :
1) Annisa : PPT lebih dikurangin tulisan-tulisanya,gambarnya diberi keterangan . Penyaji
juga harus lebih bisa berinteraksi dengan teman-teman.
2) Ulfatur Rohmah : Sebaiknya dari awal presentasi di jelaskan penyebabnya dahulu.
3) Difandini Rizky : Terlalu banyak tulisan, lebih baik jangan dihapus tetapi jangan terlalu
banyak membaca.
Pertanyaan :
1) Septian Dwi Pramono : Apa contoh dari serangga yang dapat menetralisir minyak ?
2) Nindiana Choirun Nisa : Apakah fungsi dari terumbu karang ? dan dimanakah dapat
ditemukan terumbu karang lunak tersebut?
3) Tri Putri Ayuni F : Bunaken merupakan tempat wisata namun masih banyak yang
membuang sampah sembarangan , bagaimana menurut kelompok anda?
4) Farah Adiba Zuhri : Hutan Mangrove termasuk hutan rawan,apa maksudnya?
5) Nurul Marifah : Ikan paus dibiarkan hingga mati dan selanjutnya ikan paus itu dibom,
bagaimana menurut kelompok anda?
6) Miftakhul Rohmah : Apa hubungan penggunaan pestisida dengan laut?
7) Difandini Rizky : Menurut kelompok anda pantai yang digunakan sebagai tempat wisata
itu bagaimana?
8) Hosniyah : Apa penyebab dari banyaknya laut yang surut?
9) Aulia Ayu Suryanita : Apakah ada cara untuk menghilangkan pencemaran kebisingan
dilaut ?
10) Yoeshinta Maydina : Pencemaran dengan bioremidiasi? Apakah ada cara lain? Dan
manakah yang lebih efektif?
11) Atiqah Mifta : Apakah cara untuk membuang limbah logam selain dilaut? Limbah itu
didaur ulang seperti apa?
12) Uswatun Khasanah : Apa penyebab kerusakan laut? Apakah menurut kelompok anda jika
penambang dilaut dihentikan agar tidak merusak laut namun menghilangkan mata
pekerjaan mereka?
13) Annisa Kurniasih : Limbah minyak dibuang dilaut,bagaimana cara menanggulanginya?
14) Indah Rahmawati : Jelaskan faktor yang mempengaruhi terumbu karang?
15) Gandhes Sintya Dewi : Limbah dibuang ke sungai dan akan bermuara ke laut,apakah
limbah bisa mengendap didasar laut?bagaimana cara pemerintah menangani hal tersebut?
16? Andy Heppi : Mengapa pantai dapat berfungsi sebagai pelindung dari bencana alam?

26
17) Tia Kusniawati : Contoh kasus dibali,sampah berserakkan dipantai yang berasal dari
sampah rumah tangga. Bagaimana pendapat kelompok anda dan apa solusinya?
18) Tristanti : PLTU di pinggir pantai,apakah dengan adanya transportasi laut dapat
menyebabkan kerusakan ekosistem pantai dan PLTU itu sendiri?
19) Umdatul Muftin : Bagaimana Salinitas mempengaruhi perkembangan ekosistem?
20) Mbak Rahma : Apakah pengaruh jenis jenis laut dengan keanekaragamanya?
21) Nailul Minnah : SDAL banyak namun banyak dieksploitasi ke luar negeri. Bagaimana
cara mengelola sumber daya alam laut untuk kepentingan masyarakat indonesia sendiri?
22) Ulfatur Rohmah : Banyak pembangunan dipinggir pantai, bagaimana cara menanggulangi
terlepas dari kesadaran mereka.dan apakah aksi nyatanya?
23) Ihda Warda Faradina : Apa dampak karang yang tinggal 6.2% dan jika tidak dapat lagi
mengendapkan calsium dilaut. Bagaimana solusinya?
24) Dewi Karomika : Apabila kawasan pantai atau laut yang terdapat ekosistem penyu
dijadikan kawasan wisata,apakah penyu tersebut akan terganggu dan bagaimana cara
menyeimbangkanya?
Jawaban :
1) Nindiana : Terumbu karang lunak hiduo didaerah pasang surut sampai kedalaman 200
meter. Fungsinya sama dengan terumbu karang keras yaitu sebagai habitat ikan-ikan
kecil .
2) Indah dan Muftin :
- suhu 23-25C
- salinitas : diatas 30% dibawah 35%
- cahaya : sebagai tempat untuk fotosintesis oleh zooxantulae dijaringan karang
-arus : dapat merusak ekosistem terumbu karang jika menyebabkan sedimentasi , baik
jika mengalirkan nutrien dan bahan-bahan organik bagi hewan-hewan di dalam
terumbu karang.
-gelombang : akan merusak ekosistem terumbu karang
3) Miftahul Rohmah : Hubungan pestisida dengan laut yaitu pestisida dapat membasmi
organisme-organisme dan merusak ekosistem laut. Pestisida juga berdampak pada laut
, contohnya yaitu pestisida buatan yang mengandung residu kimia dari pupuk dan
terbuang ke lautan.
4) Hosniyah : Penyebabnya yaitu perubahan iklim yg meningkat, musim panas menjadi
lebih panas dan musim dingin menjadi jauh lebih dingin. Serta penguapan pada
pertanian dapat mengatasi dengan cara menyimpan cadangan air dan mengisi laut.
27
5) Andi Heppi : Fungsi pantai sebagai pelindung dari bencana alam yaitu salah satunya
dengan adanya ekosistem mangrove yang dapat menanggulangi adanya tsunami.
6) Gandhes dan Tia Kusniawati : Pemerintah telah menetapkan undang-undang tentang
pembuangan dan pengelolaan limbah rumah tangga juga adanya TPA dan TPS .
Tetapi masalah ini juga tergantung dari masyarakatnya yang kurang sadar dengan
masalah sampah.
7) Yoeshinta : Ada cara lain yaitu dengan fitoremediasi dengan menggunakan tumbuh-
tumbuhan yang mampu menyerap minyak dan logam berat serta melakukan
pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta masyarakat. Dan cara
yang lebih efektif yaitu dengan fitoremediasi.
8) Difandini Rizky: Apabila pantai digunakan sebagai objek wisata dapat berdampak
buruk dan dapat pula berdampak baik. Dampak buruk itu ketika para pengunjung
membuang sampah sembarangan dipantai dan merusak lingkungan serta ekosistem
pantai tersebut.Dan dapat berdampak baik apabila pantai tersebut dijaga dan dikelola
dengan baik maka pantai tersebut dapat dijadikan sebagai objek wisata.
9) Mbak Rahmah : Pengaruh macam-macam jenis laut dapat mempengaruhi juga
keanekaragaman jumlah dan jenis makhluk hidup yang berada dilaut tersebut.
10) Nailul Minnah : Cara mengelola SDA kita untuk kepentingan masyarakat kita sendiri
yaitu dengan meningkatkan SDM agar dapat mengekploitasi SDA kita dengan lebih
baik sehingga tidak memerlukan SDM dari luar, pemerintah juga harusnya membawa
tentang batas dan pengeksporan SDA keluar.
11) Ulfatur Rohmah : Menentukan peraturan perundang-undangan tentang pendirian
rumah dipinggir pantai.
12) Dewi Karomika : Dengan cara membiakkan penyu yang terdapat didaerah sukamade,
membiarkan penyu tersebut untuk hidup dan berkembang biak dipantai tersebut dan
tidak mengganggu mereka.
13) Tristanti : Lalu lalang kapal dilaut menimbulkan kebisingan sehingga populasi ikan
dilaut semakin sedikit dan hanya terdapat ikan-ikan kecil.

28

Anda mungkin juga menyukai