Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permendikbud Nomor 20 (2016) tentang standar kompetensi
lulusan menjelaskan bahwa setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan
menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Setiap lulusan harus dididik agar memiliki
kompetensi pengetahuan yang meliputi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan. Menurut Sani
(2014), pada saat ini kompetisi untuk hidup layak bergantung pada
kreativitas dan kemampuan melakukan inovasi. Sejalan dengan
perkembangan IPTEKS dan kebutuhan global, UNESCO menetapkan
kompetensi untuk hidup pada abad 21 meliputi kreativitas dan inovasi,
kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, komunikasi dan
kolaborasi, keterampilan sosial dan lintas budaya, serta penguasaan
informasi.
Kehidupan dan karier pada abad 21 membutuhkan kemampuan
untuk fleksibel dan adaptif, berinisiatif dan mandiri, memiliki
keterampilan sosial dan budaya, produktif dan akuntabel serta memiliki
kepemimpinan dan tanggung jawab. Pembelajar harus menguasai
informasi, media dan teknologi. Oleh sebab itu, pembelajaran yang
dilakukan harus dapat mengembangkan kreatif dan inovasi siswa,
kemampuan berpikir kritis menyelesaikan masalah, dan komunikasi serta
kolaborasi (Sani, 2014).
Pencapaian kompetensi pada abad 21 harus diiringi dengan hasil
belajar yang tinggi. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Pambudiono et al. (2013) di SMAN 7 Malang, Adhani (2014), Nurmala et
al. (2015) di SMA Muhammadiyah 3 Jember, Pradani et al. (2015) di SMA
Brawijaya Smart School, Rosyida et al. (2016) di SMAN Batu, Ramadhan
et al. (2017) di SMAN kota Batu menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh rendahnya
keterampilan berfikir kreatif siswa yang ditunjukkan oleh penelitian
Suprapto et al. (2018) di SMAN kabupaten Lamongan, Maulidya (2018) di
SMPN 17 Medan, Himmah (2017) di SMAN 7 Malang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di MA
Al Ma’arif Singosari Malang, dapat dilihat bahwa guru masih belum
memberdayakan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa. Guru
telah menerapkan model pembelajaran student center, namun dalam
pelaksanaannya guru kurang memberdayakan keterampilan berpikir
tingkat tinggi pada siswa sehingga materi yang dipelajari menjadi kurang
mendalam. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terkait
materi dan rendahnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
Observasi juga menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif
juga belum diberdayakan dengan baik dan benar. Keterampilan berpikir
kreatif siswa masih diukur dengan memberikan tugas berupa produk atau
karya saja. Keterampilan berpikir kreatif juga belum diterapkan pada
pembelajaran secara langsung di kelas sehingga belum ada penilaian yang
semestinya untuk mengukur sejauh mana tingkat keterampilan berpikir
kreatif siswa. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya rubrik penilaian
untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif. Guru hanya melakukan
penilaian untuk aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan secara umum
saja.
Keterampilan berpikir kreatif siswa tidak lepas dari pembahasan
tentang kreativitas siswa. Menurut Sani (2014), kreativitas dapat
didefinisikan sebagai “proses” untuk menghasilkan sesuatu yang baru dari
elemen yang ada dengan menyusun kembali elemen tersebut. Kreativitas
terkait dengan tiga komponen utama yaitu keterampilan berpikir kreatif,
keahlian (pengetahuan teknis, prosedural, dan intelektual), dan motivasi.
Keterampilan berpikir kreatif untuk memecahkan sebuah permasalahan
ditunjukkan dengan pengajuan ide yang berbeda dengan solusi pada
umumnya. Kemampuan siswa untuk mengajukan ide kreatif seharusnya
dikembangkan dengan meminta mereka untuk memikirkan ide-ide atau
pendapat yang berbeda dari yang diajukan temannya. Pemikiran kreatif
juga terkait dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang
relevan dengan ide atau upaya kreatif yang diajukan. Sementara itu,
motivasi merupakan kunci untuk menghasilkan kreativitas seseorang
untuk melakukan pekerjaan atau pemikiran kreatif yang dapat memberi
kepuasan atas tantangan yang dihadapi.
Keterampilan berpikir kreatif dalam proses pembelajaran sangat
penting untuk diberdayakan, karena hal ini akan mempengaruhi hasil
belajar siswa. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kreatif yang baik
akan lebih mudah menemukan ide dan solusi dalam pemecahan masalah
yang dihadapinya. Hal ini dapat menunjang peningkatan hasil belajar
kognitif siswa.
Terdapat lima ciri keterampilan berpikir kreatif, yaitu: (1) Fluency
(kelancaran), yaitu kemampuan untuk memunculkan banyak ide, cara,
saran, pertanyaan, gagasan, ataupun alternatif jawaban dengan lancar
dalam waktu tertentu secara cepat dan ditekankan pada kualitas; (2)
Flexibility (keluwesan), meliputi kemampuan mengeluarkan gagasan,
jawaban atau pertanyaan yang bervariasi di mana gagasan atau jawaban
tersebut diperoleh dari sudut pandang yang berbeda-beda dengan
mengubah cara pendekatan atau pemikiran; (3) Originality (keaslian),
yaitu kemampuan mengeluarkan ungkapan, gagasan, atau ide untuk
menyelesaikan masalah atau membuat kombinasi bagian-bagian atau unsur
secara tidak lazim, unik, baru yang tidak terpikir oleh orang lain; (4)
Elaboration (kerincian), merupakan kemampuan untuk memperkaya,
mengembangkan, menambah, menguraikan, atau merinci detail-detail dari
objek, gagasan, ide pokok atau situasi sehingga lebih menarik; (5)
Metaphorical thinking (berpikir metafora), merupakan kemampuan untuk
menggunakan perbandingan atau analogi untuk membuat keterkaitan baru
(Treffinger, 2002).
Hasil belajar dan keterampilan berpikir kreatif pada siswa dapat
ditingkatkan dan dilatih menggunakan kemampuan berpikirnya dalam
pembelajaran. Guru perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat
memberdayakan keterampilan berpikir kreatif siswa. Salah satu model
pembelajaran yang diduga dapat memberdayakan keterampilan berpikir
kreatif siswa adalah model pembelajaran Remap Coople (Reading
Concept Map Cooperative Learning) (Sholihah dkk., 2016).
Model pembelajaran Remap Coople merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa untuk membaca dan
membuat peta konsep di rumah sebelum kegiatan pembelajaran di kelas.
Hal ini dapat membiasakan siswa untuk membaca materi terlebih dahulu
sebelum mengikuti pembelajaran di kelas. Siswa yang telah membaca dan
membuat peta konsep di rumah seharusnya memiliki pemahaman yang
lebih baik terhadap materi daripada siswa yang tidak membaca dan tidak
membuat peta konsep di rumah. Kemudian pembelajaran di kelas
menerapkan pembelajaran kooperatif Reciprocal Teaching (RT).
Pembelajaran kooperatif RT ini menekankan pada kegiatan meringkas,
membuat pertanyaan, membuat prediksi jawaban, dan mengklarifikasi
yang dilakukan siswa saat pembelajaran di kelas.
Penelitian ini menggunakan model Remap Coople dan dipadukan
dengan pembelajaran kooperatif RT. Tahap meringkas dalam
pemebelajaran kooperatif RT diintegrasi dengan kegiatan membaca dan
membuat peta konsep di rumah pada sintaks Remap Coople. Integrasi
model Remap Coople dengan pembelajaran kooperatif RT disebut dengan
Remap RT (Reading Concept Map Reciprocal Teaching) (Sholihah dkk,
2016). Beberapa penelitian juga telah menerapkan integrasi model ini
untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta peningkatan keterampilan
berpikir kritis (Sholihah dkk.,2016) dan peningkatan keterampilan berpikir
kreatif (Himmah, 2017).
Berdasarkan uraiakan tersebut perlu dilakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Biologi Berbasis Reading
Concept Map-Reciprocal Teaching Terhadap Keterampilan Berpikir
Kreatif dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X MA Al’Ma’arif
Singosari Malang”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh model Pembelajaran Reading Concept Map-
Reciprocal Teaching terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa kelas
X MA Al Ma’arif Singosari Malang?
2. Apakah ada pengaruh model Pembelajaran Reading Concept Map-
Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas X MA
Al Ma’arif Singosari Malang?

C. Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh model Pembelajaran Reading Concept Map-Reciprocal
Teaching terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa kelas X MA Al
Ma’arif Singosari Malang
2. Ada pengaruh model Pembelajaran Reading Concept Map-Reciprocal
Teaching terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas X MA Al Ma’arif
Singosari Malang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa:
a. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi melalui
pembuatan mind map dan diskusi kelas sehingga meningkatkan
hasil belajar siswa
b. Meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa
c. Meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
d. Meningkatkan kolaborasi antar siswa dalam kegiatan diskusi
e. Menumbuhkan kebiasaan membaca kepada siswa.
2. Bagi guru:
a. Dapat mengembangkan potensi guru dengan menerapkan
pembelajaran menggunakan model Reading Concept Map-
Reciprocal Teaching.
b. Dapat berperan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
siswa serta hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah:
a. Dapat memberikan kontribusi kepada sekolah dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran biologi

E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada beberapa asumsi sebagai
berikut:
1. Data yang digunakan diperoleh dari hasil kerja siswa secara jujur
2. Seluruh siswa dianggap memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang
sama ketika mengerjakan tes meliputi pretest dan postest
3. Instrumen yang digunakan telah divalidasi dan dianggap mampu
mengukur variabel terikat dengan valid dan benar
F. Definisi operasional variabel
Definisi operasional yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan yang terdiri dari
beberapa aspek yaitu aspek fluency (Kelancaran), flexibility
(Keluwesan), originality (Keaslian), elaboration (Merinci), dan
metaphorical thinking (Berpikir metafora). Keterampilan berpikir
kreatif dapat diukur melalui pretest-postest berbentuk essay yang
diberikan pada siswa. Hasil tes tersebut kemudian diukur menggunakan
rubrik keterampilan berpikir kreatif.
2. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah menempuh
pembelajaran. Penelitian ini mengukur hasil belajar kognitif yang
meliputi mengingat (remember), memahami/mengerti (understand),
menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate),
dan menciptakan (create). Pengukuran dilakukan dengan hasil tes tulis
berbentuk essay yang diberikan pada siswa.
3. Pembelajaran Reading Concept Map-Reciprocal Teaching merupakan
pembelajaran yang diawali dengan penugasan kepada siswa untuk
membaca materi kemudian dari bacaan tersebut siswa membuat peta
konsep. Kemudian pada pembelajaran kooperatif RT meliputi sintaks
yaitu merangkum bacaan (summarizing) dalam bentuk peta konsep,
menyusun pertanyaan (questioning), memprediksi materi lanjutan
(predicting), dan mengklarifikasi istilah-istilah yang sulit dipahami
(clarifying)

Anda mungkin juga menyukai