Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan KKL analisis fauna tanah
dengan metode dekantasi kering di hutan pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional
Alas Purwo, Banyuwangi. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas Matakuliah Ekologi.
Penyelesaian Laporan KKL analisis fauna tanah dengan metode dekantasi kering di
hutan pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi ini tentunya
tidak lepas dari peran pihak-pihak yang telah memberikan saran, petunjuk dan bimbingan.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Drs. Agus Darmawan,M.S. dan Dr. Vivi Novianti, M.Si selaku dosen
pengampu Mata kuliah Ekologi;
2. kakak-kakak Asisten Dosen Matakuliah Ekologi;
3. pihak Departeman Kehutanan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi;
4. teman-teman Jurusan Biologi 2015 dan semua yang telah membantu sehingga
tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Laporan KKL analisis fauna tanah dengan metode
dekantasi kering di hutan pantai trianggulasi kawasan Taman Nasional Alas Purwo,
Banyuwangi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik, saran dan masukan dari semua pihak.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Biota tanah selain mencakup fauna multiseluler juga meliputi hewan invertebrate
kecil yang hidup di liang-liang tanah, yang disebut mesofauna tanah atau infauna
tanah.Infauna tanah akan melumat bahan dan mencampurkan dengan sisa-sisa bahan
organik lainnya, sehingga menjadi fragmen berukuran kecil yang siap untuk didekomposisi
oleh mikrobio lain (Suin, 1997).
Berdasarkan uraian diatas, yaitu kondisi lingkungan dan tanah yang bermacam-
macam di daerah Taman Nasional Alas Purwo, dimungkinkan mempunyai
keanakaragaman jenis fauna tanah yang berbeda mulai dari tanah dekat pantai hingga yang
terjauh dengan pantai. Berkaitan dengan hal tersebut maka diadakan observasi hewan
infauna tanah dengan judul “Analisis Fauna Tanah Dengan Metode Dekantasi Kering di
Hutan Pantai Triangulasi Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi”
1.3 Tujuan
1. Mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan infauna tanah Taman
Nasional Alas Purwo.
2. Mengetahui perbedaan kondisi keanekaragaman, kekayaan serta kemerataan infauna
tanah dari daerah yang paling dekat pantai hingga yang paling jauh dari pantai di
Taman Nasional Alas Purwo
3. Mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap keanekaragaman infauna tanah di Taman
Nasional Alas Purwo
4
hubungan faktor abiotik terhadap keanekaragaman infauna tanah pada ekosistem hutan.
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Alas Purwo, menggunakan hutan homogen
dan hutan pantai.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
Misalnya: ordo Forficula, Chelisolches, Collembola, dan Acarina.
Fauna tanah yang permanen, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di dalam
tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah.
Misalnya: Nematoda tanah, Protozoa, dan Rotifera.
Menurut Adianto (1980) berdasarkan sifat ketergantungan terhadap air, fauna tanah
terbagi menjadi:
Hidrobiontes, yaitu fauna tanah yang membutuhkan air relatif banyak untuk aktifitas
hidupnya.
Misalnya: Cilliata dan Flagelata.
Higrofil, yaitu fauna tanah yang tidak menyukai air terlalu banyak untuk syarat hidup
optimalnya.
Misalnya: Collembola.
Xerofil, yaitu fauna tanah yang lebih menyukai habitat kering.
Misalnya: jenis laba-laba.
Berdasarkan tempat hidupnya di tanah, hewan tanah di bagi menjadi dua yaitu
epifauna dan infauna tanah. Epifauna tanah adalah hewan yang hidup diatas permukaan
tanah. Sedangkan infauna adalah hewan yang hidup didalam tanah (Mas’ud, 2011).
Barnes (1997), fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam
pembusukan zat atau bahan-bahan organik dengan cara :
1) Menghancurkan jaringan secara fisik dan m eningkatkan ketersediaan daerah bagi
aktifitas bakteri dan jamur,
2) Melakukan pembusukan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin,
3) Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus
4) Menggabungkan bahan yang me mbusuk pada lapisan tanah bagian atas,
5) Membentuk kema ntapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan fauna tanah adalah:
1. Struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi fauna tanah;
2. Kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam
daur hidup;
3. Suhu tanah mempengaruhi peletakan telur;
4. Cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya.
8
Metode yang digunakan pada pengukuran pH tanah ada dua macam, yaitu secara
calorimeter dan pH meter.Keadaan iklim daerah dan berbagai tanama n yang tum buh pada
tanahnya serta berlim pahnya mikroorganisme yang mendiami suatu daerah sangat
mempengaruhi keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme. Faktor-faktor lain yang
mempunyai pengaruh terhadap keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah
reaksi yang berlangsung di dalam tanah, kadar kelem baban serta kondisi-kondisi serasi
(Sutedjo et al., 1996).
BAB III
9
METODE PENELITIAN
11
Analisis data dilakukan dengan menentukan keanekaragaman infauna tanah dan
mengidentifikasi jenis infauna tanah yang tertangkap dalam metode dekantasi kering,
kemudian dilakukan perhitungan terhadap Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks
Kemerataan (E), Indeks Kekayaan (R). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut.
12
Tabel kriteria kemerataan dapat dilihat pada tabel 3.2 (Krebs, 1989).
Tabel 3.4 Nilai Kemerataan (E)
Nilai Kemerataan (E) Tingkat Kemerataan
E < 0,4 Kemerataan populasi kecil
0,4 < E < 0,6 Kemerataan populasi sedang
E > 0,6 Kemerataan populasi tinggi
13
Hubungan faktor abiotik terhadap keanekaragaman infauna tanah dapat diketahui
dengan melihat nilai faktor abiotik yang telah diukur dan dihubungkan dengan
keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan dari suatu jenis infauna tanah.
14
BAB 1V
DATA DAN ANALISIS DATA
15
Cylisticus convexus 5 5 10
Epicauta
1 1
pennsylvanica
9 OnychiurusSp. 1 1 0,00 0,00 0,00
Hypogastrura sp. - - 1 - 1 2 1,01 0,92 1,12
10 Lycosa sp. - 1 - - 2 3
Formica rufa - - - 1 - 1
Scolopendrasp - 1 - - - 1 1,10 1,00 1,82
11 Loxoscelesreclusa - - 1 - - 1
Isotomurus sp. - - - - 1 1
Cylisticus sp. 3 - 1 2 - 6 0,94 0,86 0,83
Solenopsis sp. 3 - - - 1 4
12
Collophora
- - - 1 - 1
delamare
Symphypleona 1 - - - - 1 1,54 0,96 2,06
Prabhergia nayarii - 1 - - 1 2
13 Onychiurinae - - - - 1 1
Oncopodura - 1 1 - - 2
Heteromurus sp - - 1 - - 1
Lepidocyrtus 1 1 1 3 1,26 0,91 1,44
bourlet
Megalothorax 3 3
14 willem
Sminthurides 1 1
aquatiqus
Collophora sp. 1 1
15 Collembola sp. - 2 1 - - 3 0,00 0,00 0,00
Sminthurididae sp. 1 1 1,54 0,96 2,06
Hypogastura sp. 2 2
16 Harlomillsia sp 1 1
Subisotoma sp. 1 1
Collopora sp. 2 2
Cyphoderus sp. 1 1 1,81 1,01 2,79
Ceratrimeria sp. 1 1
Prabhergia sp. 1 1
17
Folsomides sp. 1 1
Deuterobella sp 1 1
Coecoloba sp. 1 1
Protaphorura 1 1 1,61 1,00 2,49
18
absolon
16
Prabhergia sp 1 1
Isolomides 1 1
linnaneimi
Folsomides stach 1 1
Oudemansia schott 1 1
Brachystomella sp 9 5 3 17 0,54 0,39 1,00
Pauropoda sp 1 1
19
Trambidium sp 1 1
Alloscopus sp 1 1
Tetraponera atrata 1 1 2,22 0,82 4,41
Lycosa sp. 1 1
Linephitema 1
1
humile
Acarina sp 1 1
Forficula 1
1
auricularia
Phaneeus vindex 1 1
Isotomodes 1 1
20 Planococcuscitri 1 1
Hemisotoma sp 1 1
Ceuthophitus 1
1
maculotus
Acarina sp 1 1
Tetraponera atrata 2 2
Linephitema 2
2
humile
Pronura sp 1 1
Ponerinae 3 2 3 8
Falsomia candida 1 1 1,39 1,00 2,16
Isotormus tricolor 1 1
21 Tomocerus 1 1
elongates
Isotoma viridis 1 1
Sminthurides 1 1 1,22 0,88 1,30
aquatiqus
Folsomia 1 1 1 5
22 octuculata
Subisotoma stach 1 1 2
Collophora sp. 1 1 2
Neelipleora sp 10 10 2,93 0,93 4,69
23
Pabhergia sp. 4 4
17
Folsomia sp. 2 2
Paranura sp. 2 2
Isotomodes sp. 3 3
Symphypleona sp. 8 8
Sphyroteca sp. 7 7
Stenognatellus sp. 6 6
Superodontella sp. 3 3
Prabhergia sp. 5 5
Katiannidae sp. 6 6
Cyphoderus sp. 3 3
Pabhergia sp. 9 9
Hidroisotoma sp. 2 2
Allauma sp. 1 1
Stenognatellus sp. 8 8
Anurophorus sp. 1 1
Allauma sp. 3 3
Psoudosinella sp. 5 5
Hidroisotoma sp. 2 2
Ptenotrix sp. 1 1
Folsomina sp. 12 12
Sminthurides sp. 6 6
Oniscus asellus 1 15 - - - 16 0,54 0,49 0,68
Collembola sp. 2
24 - - 1 1 -
Coleopteran sp. - - - - 1 1
Berdasarkan hasil analisis data, dapat dilihat bahwa keanekaragaan (H’) infauna tertinggi
terdapat pada stasiun/ plot 23 yaitu sebesar 2,93. Sedangkan indeks kemerataan (E) tertingi yaitu
terdapat pada plot 2 dan 17 yaitu sebesar 1,01. Dan indeks kekayaan (R) yang tertinggi terdapat
pada plot 23 yaitu sebesar 4, 69.
18
BAB V
PEMBAHASAN
Keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat
tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Fauna
tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah, oleh karena itu dalam mempelajari ekologi
fauna tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur (Suin, 1997). Szujecki (1987) ,
mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga tanah di hutan,
adalah:
1) struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi
2) kelembaban tanah dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam
daur hidup
3) suhu tanah mempengaruhi peletakan telur
4) cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya
Untuk menentukan perbandingan keragaman perlu dilakukkan suatu kajian yang intensif
untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai jumlah spesies yang ada. Semakin
banyak jenis spesies yang ada , disuatu daerah , semakin tinggi tingkat kekayaanya.
Kriteria yang digunakan untuk menginterprtasikan kemerataan Evennes yaitu :
1. <3,5= kekayaan jenis rendah
2. 3,5-5 = kekayaan jenis sedang
3. >5 = kekayaan jenis tinggi (Maugran,1988)
Berdasarkan analisis data, indeks keragaman (H’) tertinggi diperoleh pada plot 23
yaitu sebesar 2,93. Hal ini membuktikan bahwa pada plot ini memiliki keanekaragaman
sedang karena data yang dipeoroleh sebesar 2,93 dimana 1 < H’ < 3. Sedangkan indeks
kemerataan (E) tertingi yaitu terdapat pada plot 2 dan 17 yaitu sebesar 1,01. Merujuk pada
kriteria kemerataan berdasarkan (Krebs, 1989) menyatakan indeks E > 0,6 termasuk
kemerataan dengan tingkat kemerataan populasi tinggi. Dan indeks kekayaan (R) yang
tertinggi terdapat pada plot 23 yaitu sebesar 4, 69 dimana angka tersebut tegolong
kekayaan jenis sedang yatu R = 3,5 – 5,0. Selain itu dapat diketahui pula bahwa nilai
indeks keanekaragaman, kemerataan, dan indeks kekayaan dari semua plot tidak jauh
berbeda kecuali pada plot 23. Hal ini terjadi karena faktor abiotik dari lokasi yang dekat
pantai hingga lokasi yang paling jauh dari pantai tidak berbeda jauh. Misalnya nilai pH
yang rata-rata sebesar 7 di semua plot. Namun ada beberapa yang memiliki nilai pH tanah
sebesar 6. Hal ini juga disebabkan karena setiap kelompok yang bertanggung jawab atas 1
19
plot, tidak melakukan identifikasi faktor abiotik karena kekurangan alat. Namun, pada
stasiun 6, memiliki suhu tanah sebesar 31,7 oC, kelembaban udara sebesar 74,5 %,
kecepatan angin yaitu 00,00 dan intensitas cahaya yang diukur menggunakan LUX meter
didapatkan hasil bahwa intensitas cahaya sebesar 681 LUX. Pada stasiun ini juga
diketahui bahwa indeks kekayaan (R) hanya sebesar 1,24 dimana tergolong tingkat
kekayaan yang rendah. Berdasarkan teori, faktor abiotik yang ada pada hutan homogen
dan hutan pantai berbeda. Temperatur suhu sangat mempengaruhi aktivitas mikrobial
tanah. Pada temperatur yang dibawah 10o C aktivtas mikrobial terbatas. Laju otimum biota
tanah yang menguntungkan terjadi pada suhu 18-30o C. Nitrifikasi berlangsung optimum
pada temperatur sekitar 30o C,pada suhu diatas 30o C lebih banyak unsur K tertukar
dibebaskan pada temperatur rendah (Hanafiah,2007). Suhu tanah 31,7o C yang menjadi
salah satu alasan mengapa kekayaan hewannya tergolong rendah. Kemudian faktor
lainnya adalah pada hutan pantai maupun homogen, pratikan kurang lebih dalam dari top
spoil pada saat pengambilan sample buat pengamatan.
20
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. Indeks keanekaragaan (H’) infauna tertinggi terdapat pada plot 23 yaitu sebesar 2,93.
Sedangkan indeks kemerataan (E) tertingi yaitu terdapat pada plot 2 dan 17 yaitu sebesar
1,01. Dan indeks kekayaan (R) yang tertinggi terdapat pada plot 23 yaitu sebesar 4, 69.
2. Tidak ada perbedaan nilai H’, E, R yang terlalu signifikan pada plot yang terdekat
dengan pantai hingga plot yang terjauh dari pantai
3. Faktor-faktor abiotik berpengaruh pada keberadaan serangga tanah di hutan serta
nilai H’, E, R
6.2 Saran
1. Kompilasi data satu angkatan lebih baik dilakukan jauh-jauh hari agar data yang
terkumpul lengkap.
2. Ketika melakukan penelitian, praktikan harus lebih teliti disaat melakukan
praktikum agar mendapatkan hasil yang sesuai
3. Identifikasi infauna sebaiknya didampingi oleh dosen ahli sehingga mendapatkan
data yang akurat dan benar-benar terpercaya
21
DAFTAR RUJUKAN
Adianto. 1980. Fauna Tanah Dan Peranannya Di Dalam Ekosistem. Jakarta: Depdikbud.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Umum.
Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997. Forest Ecology 4th
Edition. New York: John Wiley and Sons Inc.
Hanafiah. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo.
Hidayat, Samsul. 2008. Struktur, Komposisi, dan Status Tumbuhan Obat di Kawasan
Hutan Taman Nasional Alas Purwo. Vol XII N0.1 Bogor: Pusat Konservasi
Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI
Junaidah. 2001. Keanekaragaman Serangga Tanah (Infauna) di Gunung Kelud Kabupaten
Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM
Kementrian Kehutanan. 2013. Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam Balai Taman Nasional Alas Purwo.
Krebs, Charles J. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper & Row.
Magurran, Anne E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton: Princeton
University Press.
Mas’ud A, Sundari. 2011. Kajian Struktur Komunitas Epifauna Tanah di KawasanHutan
Konservasi Gunung Sibela Halmahera Selatan Maluku Utara. Bioedukasi, 2(1): 7-
1.
Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi 4rd. Yogyakarta: UGM Press.
Suin, N. M. 1997. Ekologi Fauna Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutedjo, M. M., A. G. Kartasapoetra dan RD. S. Sastroatmodjo. 1996. MikrobiologiTanah.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tisnawati, Vera., Mala, Yulia Artania., Utami, Joko. 2012. Buku Informasi Penelitian.
Banyuwangi: Balai Taman Nasional Alas Purwo
Van der Drift, J. 1951. Analysis of The Animal Community In a Beech Forest. Floor.
Tijdschr Ent. 94 : 1-68.
Wallwork, J. A. 1970. Ecology of Soil Animals. London: Mc Graw Hill.
22
LAMPIRAN
Deuterobelia sp. T. vulgaris
Superodontella sp.
Neosmentheerus sp.
Pseudistoma sp
.
Prionopetta sp.
Onychiruidae
23
Neanuridae Monochanamus sp
Tomocerus sp
Epicauta sp
Praghergia salmon
Melanophila sp
Oudemansia schott
Isotormus sp
Protaphorura absolon
24
Folsomides stach Hypogastrura sp.
Isotomides linnaneimi
Formicidae
Microsotoma pellinger
Lumbricus
25
Cylisticus convexus Formica rufa
Symphypleona
Epicauta pennsylvanica
Prabhergia nayarii
Hypogastrura sp.
Onychiurinae
Lycosa sp.
Oncopodura
26
27