BIOLOGI LAUT
230210130011
Khoirotun Nisa
230210130019
Agung Ramos F
230210130028
Ynry Ani S
230210130038
Arya Narendra
230210130044
Muhammad Albar G
230210130060
Aulia Gustal P
230210130068
Syarifudin Nur
230210130074
Mikhael Fredrik T
230210130083
Gelantara Wira P
230210130087
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum
lapangan mata kuliah biologi laut ini dalam bentuk maupun isinya. Semoga
laporan praktikum lapangan ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan praktikum
lapangan ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan
praktikum lapangan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa laporan
praktikum lapangan ini belum lengkap dan masih banyak kekurangan baik dari
segi penyusunan, bahasa, tulisan maupun isinya. Oleh kerena itu kami
mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan praktikum lapangan ini.
Penyusun
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN..i
KATA PENGANTAR.....ii
DAFTAR ISI...iii
DAFTAR TABEL....v
DAFTAR GAMBAR......vi
DAFTAR LAMPIRAN......vii
BAB I PENDAHULUAN....1
1.1
Latar Belakang.1
1.2
Tujuan..2
1.3
Manfaat....2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..3
2.1
2.2
1.1
Daftar Tabel
Tabel 1Hasil Makrobenthos Kelompok 1.18
Tabel 2Hasil Makrobenthos Kelompok 2.19
Tabel 3Hasil Makrobenthos Kelompok 3.20
Tabel 4Hasil Makrobenthos Kelompok 4.21
Tabel 5Hasil Makrobenthos Kelompok 5.23
Tabel 6Hasil Makrobenthos Kelompok 6.24
Tabel 7Hasil Makrobenthos Kelompok 7.25
Tabel 8Hasil Makrobenthos Kelompok 8.26
Tabel 9Hasil Lamun Kelompok 1.27
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Daftar Gambar
Gambar 1
Daftar Lampiran
Lampiran 1.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografi Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan dengan
kekayaan sumber daya alam laut yang banyak berpotensi untuk dimanfaatkan.
Sumber daya alam laut tersebut antara lain terdiri dari berbagai jenis ikan,
moluska dan crustacea. Banyak masyarakat pesisir yang telah lama memanfaatkan
sumber daya alam laut tersebut sebagai sumber makanan, mineral, obat-obatan
dan energi (Gordon et al 2000). Ekosistem di dasar laut tropis penyusun utamanya
adalah biota laut penghasil kapur seperti karang batu (Coral), Alga berkapur,
Mollusca, Sponge, Crustacea dan Polyhchaeta yang berasosiasi dengan biota-biota
lain didalamnya seperti jenis ikan karang, alga, echinodermata dan plankton.
Pada praktikum lapangan yang dilakukan di Pulau Pari Kepulauan seribu,
biota yang di identifikasi yaitu makrozoobentos. Makrozoobentos berasal dari 2
kata yaitu makro dan zoobentos yang berarti hewan dasar yang berukuran besar.
Kelompok hewan-hewan tersebut antara lain asteroid (bintang laut), echinoidea
(bulu babi), holthutroidea (teripang) dan gastropoda (keong). Tumbuhan laut yang
di identifikasi yaitu lamun. Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi yang hidup
terbenam di air laut yang mempunyai akar, daun dan bunga. Lamun dipengaruhi
oleh salinitas, penetrasi cahaya dan CO2 terlarut.
Biologi laut adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang makhlukmakhluk hidup yang berada di dalam laut dari ukuran yang paling kecil (Plankton
dan fitoplankton) sampai ukuran yang paling besar (paus), organisme laut yang
meliputi flora dan fauna laut dan adaptasi terhadap lingkungannya. Lautan di
dunia merupakan kesatuan ekosistem di mana serangkaian komunitas dapat
mempengaruhi faktor-faktor fisik dan kimia air laut di sekelilingnya. Ekosistem
yang besar ini dapat di bagi menjadi daerah-daerah kecil dimana parameter fisika
dan kimia mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap populasi dari daerah
tersebut (Nyabakken, 1998).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum lapangan biologi laut ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui habitat organisme laut dan dapat mengidentifikasi biota-biota yang
berada di zona lamun secara langsung.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum lapangan ini adalah menambah pengetahuan,
mendapatkan data mengenai organisme laut yang hidup di daerah pantai dan dapat
mengetahui biota-biota laut.
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pelaksanaan Praktikum
Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan, Kepulauan Seribu
Pulau Pari
Pulau Pari
Lokasi di Indonesia
Koordinat: 6014LU 1064644BT
Negara
Indonesia
Provinsi
Jakarta
Kabupat
Kepulauan Seribu
en
Kecamat
an
Kode
14520
pos
Gambar 1. Letak Pulau Pari
(Sumber : Wikipedia)
Pulau Pari adalah salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia. Pulau ini berada di
tengah gugusan pulau yang berderet dari selatan ke utara perairan Jakarta. Dengan
pantainya yang berpasir putih dan berair bening kehijauan, Pulau Pari menjadi
salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu.
Letak Geografis
Dengan kapal cepat, Pulau Pari bisa ditempuh 1-1,5 jam dari Dermaga
Marina di Ancol atau dari Pelabuhan Kaliadem di Muara Angke, Jakarta Utara.
Pulau ini relatif dekat dengan Pulau Rambut, Lancang, Tidung, dan Pulau
Pramuka yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu. Dari
beberapa pulau itu, Pari bisa ditempuh kurang dari 30 menit. Pari menjadi salah
satu titik singgah kapal-kapal cepat angkutan umum milik Dinas Perhubungan
DKI Jakarta yang melayani rute Muara Angke-Kepulauan Seribu dua kali sehari.
Pulau Pari dinamai pari karena bentuk pulau ini jika dilihat dari foto udara
nampak seperti ikan pari. Pulau Pari adalah destinasi sempurna untuk merasakan
keindahan panorama pantai dalam balutan ketenangan di salah satu gugusan di
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Dengan suasana pulau yang
masih asri dan belum ramai wisatawan, pulau ini menjadi pilihan sempurna yang
menjanjikan kesegaran dan kepuasan. Di Pulau Pari, ada sebuah pantai yang
begitu elok dan pantai itu bernama Pantai Pasir Perawan. Pantai ini berupa sebuah
lagoon atau wilayah laut yang tenang dengan kedalaman hingga 5 meter dan
dikelilingi pulau-pulau dan batu karang sepanjang pinggiran slope-nya.
Pantai yang begitu tenang, bersih, dan indah tersebut telah melenakan
banyak wisatawan yang menyambanginya. Pantai Pasir Perawan memiliki
lingkungan yang masih asri dan tenang. Menghadap ke utara Laut Jawa, struktur
pesisirnya memanjang berkelak-kelok dengan pasir putih begitu lembut.
Keindahan ini dilengkapi panorama bibir pantai berupa hutan bakau yang rindang
begitu indah sekaligus unik. Keunikan dari Pulau Pari adalah memiliki keunikan
berupa cekungan yang mampu menampung serapan air hujan yang jatuh ke
permukaan. Akibatnya air di Pulau Pari menjadi air tawar tidak seperti di pulau
lain yang memiliki standar terbaik berupa air payau.
Adanya cekungan di daratan Pulau Pari telah berdampak pada
heterogenitas vegetasi pulau ini. Apabila umumnya pulau di pesisir hanya dapat
ditemui vegetasi berupa mangrove dan pohon kelapa maka di Pulau Pari jika Anda
perhatikan seksama dapat ditemukan pohon pisang, pohon pinus, pohon cemara,
pohon buah naga, pohon mangga, pohon jambu air, petai cina, palem, pohon
srikaya, pohon jamblang, dan sebagainya. Jelas itu bukan vegetasi khas wilayah
pesisir tetapi jutru di Pulau Pari mampu tumbuh dengan baik. Pulau Pari terbagi
dua bagian wilayah, yaitu bagian kepala (timur pulau) dan bagian badan hingga
ekor (barat pulau).
Dua wilayah ini berbeda fungsinya dimana di bagian barat berupa
cekungan menjadi lokasi pemukiman penduduk dan vegetasi air tawar. Sementara
itu, pada bagian timur berupa pesisir pantai yang luas dan begitu elok untuk
ditelusuri dengan berjalan kaki. Di bagian ini terdapat hutan mangrove alami yang
dijaga kelestariannya oleh masyarakat sebagai penahan abrasi laut. Pulau Pari
sendiri memiliki luas sekira 43 hektare dengan populasi penduduk sekira 700
orang. Pulau ini tidak seramai Pulau Pramuka atau pun Pulau Tidung tetapi
suasananya yang sepi dan rapi membuat banyak wisatawan jatuh hati. Tata ruang
dan kebersihan lingkungan pulau ini sangat diperhatikan penduduknya. Di Pulau
Pari pemukiman penduduk ditumbuhi pepohonan rindang dengan jarah
antarrumah yang tidak berdempetan.
Hal ini berbeda sekali dengan Pulau Tidung atau Pulau Pramuka yang
padat pemukiman dan penginapan. Jumlah wisatawan ke Pulau Pari maksimal 300
pengunjung. Hal ini berbeda dengan Pulau Tidung dimana setiap minggunya
mencapai rata-rata 1500 pengunjung, bahkan dapat mencapai 4000 orang saat
liburan panjang. Pulau Pari dikembangkan menjadi salah satu pulau dengan
konsep ekowisata karena memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati
ekosistem laut. Di sini terdapat rumah konservasi penelitian biota laut dan riset
pengembangan untuk kelestarian perairan di Teluk Jakarta.
Pulau Pari juga dikenal karena keberhasilannya dalam budidaya rumput
laut apalagi setelah beroperasinya Pusat Pengembangan Oseanografi (P2O)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1997. Di pulau ini ditemukan
banyak terumbu karang hidup seperti soft corals, brain corals, labirith corals,
pakis laut, dan lainnya. Lagoon yang luas di Pulau pari dilengkapi hutan bakau
yang lebat menjadikan tempat ini ideal bagi ikan-ikan untuk berkembang biak.
Oleh karena itu pula, bahkan rumpon-rumpon di sini sering dihuni ikan-ikan besar
saat sedang musimnya.
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM
3.1.
Pratek lapangan mata kuliah Biologi Laut ini dilaksanakan pada tanggal
24 April 2015 pukul 09.00 WIB, dan bertempat di Dermaga LIPI Pulau Pari,
Kepulauan Seribu.
3.2.
Alat dan bahan yang digunakan pada praktek lapangan biologi laut adalah
sebagai berikut:
3.2.1. Alat
1. Kamera digital
2. Life form Lamun
3. Transek kuadran ukuran 1x1m
4. Alat tulis menulis
5. Rol meter
6.Tali raffia dengan panjang 20 meter
7. Saringan
3.2.2. Bahan.
1. Ekosistem padang lamum
2. Makrozoobenthos
3. Formalin
3.3.
Prosedur Sampling
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Makrozoobentos
A. Data Kelompok
DATA HASIL SAMPLING MAKROZOOBENTOS KELOMPOK 1
Waktu sampling
Tempat sampling
Posisi
: - 5,863470 ; 106,609250
Transek
Jenis/Spesies
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Kelimpahan
Kepadatan(Indi
Individ
Total
Kuadran
(Individu/Tra
vidu/m2)
Individ
Tempat
nsek)
Dalam
Ditemukan
Transek
Spesies
Proclava
120
Tersebut
5
pieferi
Aceton Sp
Anadara Sp
Fellina Sp
Codokia Sp
Agprapa Sp
Bintang laut
Comitia
20
13
10
7
14
2
9
rotelina
Proclava
109
pieferi
Aceton Sp
Anadara Sp
Bintang laut
24
7
1
B. Data Kelas
163
24
163
42
5
5
4
3
4
1
3
4
2,6
2,5
2,3
3,5
2
3
42
141
21,5
141
5
3
1
4,8
2,3
1
Jenis/Spesies
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Kelimpahan
Kepadatan
Individu
total
kuadran
(individu/transek
(individu/m2)
dalam
individu
tempat
transek
ditemukan
spesies
Donaxfaba
Codokia tigerina
Protoreaster
Proclavapfefferi
Codokia tigerina
Proclava pfefferi
Protoreaster
Acteon sp
Codokia tigerina
Polinices
2
2
3
5
3
8
3
3
3
5
Hemirganus
Comitia rotellina
Lotona faba
5
2
12
17
15
tersebut
1
1
2
4
2
5
2
1
2
3
0.17
0.17
0.25
0.41
0.17
0.47
0.17
0.17
0.2
0.33
4
1
0.33
0.13
12
17
15
Trans
Jenis/Spesies
ek
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Kelimpa
Kepada
Individu
Total
Kuadran
han
tan
dalam
Individu
Tempat
(individu
(individ
ditemukan
/transek)
u/m2)
tersebut
5
17
32
Transek
spesies
1
Proclava
17
32
pfefferi
Tellina sp
Comitia
rotellina
Acteon sp
Proclava
23
23
pfefferi
Tellina sp
Codakia
tigerina
Proclava
15
15
pfefferi
Tellina sp
Adula atrata
Polinices
flemingianus
Proclava
16
16
pfefferi
Tellina sp
Acteon sp
Proclava
15
15
pfefferi
Tellina sp
Comitia
rotellina
Acteon sp
33
29
28
36
33
29
28
36
Codakia
tigerina
Tellina sp
Polinices
flemingianus
Proclava
17
17
pfefferi
26
26
Stasiu
n
Transe
k
II
Jenis/Spesies
Codakia
tigerina
Comatia
rotellina
Proclava
pfefferi
Cacing
Kepiting
Codakia
tigerina
Latona faba
Kepiting
Proclava
pfefferi
Codakia
tigerina
Tellina sp.
Proclava
pfefferi
Codakia
tigerina
Codakia
tigerina
Proclava
pfefferi
Codakia
tigerina
Proclava
pfefferi
Jumlah
Individ
u
Dalam
Transe
k
Jumlah
Kuadran
Tempat
Ditemuka
n Spesies
Tersebut
Kelimpaha
n
(Individu/
Transek)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Jumlah
Total
Individ
u
2
2
2
2
4
2
2
5
3
Kepadatan
(Individu/m2
)
Posisi
: Pulau Pari
Jenis/Spesies
Jumlah
Individu
dalam
Transek
Jumlah
Total
Individu
Proclava pfefferi
Chlamys Farreri
Tellina sp
Acteon sp
Lactona faba
Codakia tigerina
Tellina sp
9
3
5
2
4
2
4
19
Proclava pfefferi
17
Jumlah
Kuadran
Tempat
ditemukan
spesies
tersebut
3
1
2
3
2
1
2
3
Polinices
4
21
3
Flemingianus
Proclava pfefferi
9
5
Codakia tigerina
2
2
Lactona faba
6
4
Acteon sp
2
15
1
Comitia Rotellina
3
3
Tellina sp
4
2
Proclava pfefferi
6
5
Codakia tigerina
2
14
2
Chlamys Farreri
4
4
Acteon sp
2
2
Proclava pfefferi
6
5
Lactona faba
3
15
1
Codakia tigerina
4
3
Proclava pfefferi
6
5
Polineses
2
1
Flemiganus
: Sebelah Barat Pulau Pari (-5.8644040106.6081160)
Kelimpah
an
(individu/
transek)
Kepadat
an
(individ
u/m2)
9
3
5
2
4
2
4
19
17
7
4
9
2
6
2
3
4
6
2
4
2
6
3
4
6
2
21
15
14
15
2
3
4
5
6
Posisi
: Pulau Pari
Jenis/Spesies
Jumlah
Individu
dalam
Transek
Jumlah
Total
Individu
Jumlah
Kelimpah
Kuadran
an
Tempat
(individu/
ditemukan
transek)
spesies
tersebut
Proclava pfefferi
5
12
1
5
Comitia rotellina
2
1
2
Crustacea
1
3
1
Annelida
2
2
2
Adula atrata
1
2
1
Kerang bambu
1
2
1
Proclava pfefferi
1
2
4
1
Annelida
1
1
1
Proclava pfefferi
3
6
2
3
Comitia rotellina
1
5
1
Acteon sp
1
3
1
Synapta maculate
1
2
1
Acteon sp
3
6
1
3
Annelida
3
2
3
Annelida
6
10
2
6
Trocus
1
4
1
Proclava pfefferi
3
1
3
Proclava pfefferi
5
12
3
5
Acteon sp
2
3
2
Annelida
1
2
1
Comitia rotellina
4
5
4
: Sebelah Barat Pulau Pari (-5.864778 ; 106.607219)
Kepadat
an
(individ
u/m2)
12
2
6
6
10
12
Jenis/Spesies
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Kelimpah
Kepadat
Individu
Total
Kuadran
an
an
dalam
Individu
Tempat
(individu/
(individ
ditemukan
transek)
u/m2)
tersebut
2
1
4
2
5
1
3
21
1
5
1
1
4
2
28
19
Transek
spesies
1
3
Posisi
Proclava pfefferi
Acteon sp
Tellina sp
Comitia rotellina
Lactona faba
Tellina sp
Annelida sp
21
1
5
1
1
4
2
Proclava pfefferi
19
28
26
Codakia tigerina
4
5
3
Tellina sp
1
2
: Sebelah Barat Pulau Pari (-5.8645310 , 106.6076750)
4
1
26
Posisi
: - 5,863470 ; 106,60925o
Waktu sampling
Kedalaman
: 40 cm 60 cm
Sedimen
: Pasir Berlumpur
Transek
1
2
3
Spesies
Enhalus acoroides
Enhalus acoroides
Enhalus acoroides
Tutupan
100 0/0 Enhalus acoroides
100% Enhalus acoroides
100% Enhalus acoroides
/0 Tutupan
59%
16%
66%
STASIUN 2
Lokasi
Posisi
: - 5,863480 ; 106,609310
Waktu sampling
Kedalaman
: 40 cm 60 cm
Sedimen
: Pasir berlumpur
Transek
1
2
3
Spesies
Enhalus acoroides
Enhalus acoroides
Enhalus acoroides
Tutupan
100 0/0 Enhalus acoroides
100% Enhalus acoroides
100% Enhalus acoroides
/0 Tutupan
62%
42%
72%
STASIUN 3
Lokasi
Posisi
: - 5,863480 ; 106,609390
Waktu sampling
Kedalaman
: 40 cm 60 cm
Sedimen
: Pasir berlumpur
Transek
Spesies
Enhalus acoroides
Enhalus acoroides
Enhalus acoroides
Tutupan
100 0/0 Enhalus acoroides
100% Enhalus acoroides
100% Enhalus acoroides
1
2
3
B. Data Kelas
/0 Tutupan
56%
60%
32%
Stasiun
Transek
Spesies
Spesies/%
%Tutupan
Komposisi
Lokasi
Posisi
S 05o8638,3
Waktu
E 106o6089,0
9.00 WIB
Sampling
Kedalaman
Sedimen
Enhalus
Jumlah
Tegaka
Tutupan
100%
95%
120
100%
85%
84
100%
70%
61
acoroides
2
Enhalus
acoroides
1. 50 cm
2. 55 cm
3. 70 cm
Lumpur Berpasir
Enhalus
acoroides
05.86407o S
Transek
Spesies
106.60868o E
Spesies/
% % Tutupan
Komposisi
Jumla
Tegak
Tutupan
Lokasi
Pulau Pari
Posisi
Dekat dermaga
Enhalus
Enhalus
acoroides
acoroides 55%
55%
37
Waktu
Jumat,
Sampling
April
2014
pukul
08.59
Kedalaman
WIB
83 cm
Sedimen
Lumpur
25
Enhalus
Enhalus
acoroides
acoroides
Enhalus
Enhalus
acoroides
acoroides
63%
Stasiun
Lokasi
Pulau Pari
Transe
k
1
53
63%
85
75%
berpasir
Posisi
75%
Spesies
Spesies/ %
Komposisi
Tutupan
%
Tutupan
Jumlah
Tegakan
39%
29
Posisi
Waktu
Sampling
Kedalam
an
Sedimen
Sebelah
Barat,
Pulau Pari
-5.8644040
106.60811
60
24 April
2015,
2
pukul
10.11 WIB
50 cm
Lumpur
berpasir
Enhalus
Acoroides
100%
50%
49
64%
52
Transek
Spesies
Pulau Pari
Spesies/ % %
Komposisi Tutupan
Tutupan
40%
Jumlah
Tegakan
30
1
Posisi
Waktu
Sampling
Kedalam
an
Sedimen
Sebelah
Barat, Pulau
Pari (5.864778 ;
106.607219
)
24 April
2015, pukul
10.10 WIB
50 cm
Lumpur
berpasir
Enhalus
Acoroid
es
100%
25%
26
70%
51
Transe
Spesies
Spesies/ %
Jumlah
Komposisi
Tutupan
Tegakan
100%
103
25%
12
85%
41
90%
71
60%
37
80%
55
Tutupan
Lokasi
Pulau Pari
1
Posisi
Sebelah
Barat,
Enhalus
2
100%
Acoroides
Pulau Pari
-5.8645390
106.60762
Waktu
30
24 April
Sampling
2015,
pukul
10.00
Kedalam
WIB
85 cm
an
Enhalus
Acoroides
Sedimen
Berpasir
dan
100%
berlumpur
3
4.3 Pembahasan
Pada laporan praktikum ini,praktikan akan membahas 2 topik yaitu topik
tumbuhan lamun dan makrozoobentos. Untuk kegiatan sampling lamun lokasi
yang dipilih di bagian barat daya pulau Pari dekat dermaga LIPI. Praktikan
mendapat wilayah pengerjaan observasi di plot 1 yaitu pada titik koordinat 5,863470 ; 106,60925o, ,- 5,863480 ; 106,609310 , - 5,863480 ; 106,609390 dengan 3
kali pengambilan data dengan transek kuadran
sepanjang 20 meter dengan menggunakan patok dan tali secara vertikal dari
wilayah pantai. Metode yang digunakan ialah menggunakan transek kuadran
dengan luasan 1x1 m dengan model transek diagonal.
Berdasarkan hasil pengamatan, vegetasi jenis lamun yang mendominasi
ialah spesies Enhalus acoroides dengan persen komposisi tutupan sebesar 100%.
Pada hasil data kelompok praktikan memasukan data 3 stasiun dengan koordinat
yang berbeda pada 1 plot. Koordinat-koordinat tersebut meliputi; Stasiun 1 5,863470 ; 106,60925o , Stasiun 2 - 5,863480 ; 106,609310 , Stasiun 3 - 5,863480 ;
106,609390 . Bila diambil nilai rata-rata jumlah tegakan pada stasiun 1 sebanyak
47 tegakan Enhalus acoroides, pada stasiun 2 sebanyak 58,6 tegakan dan pada
stasiun 3 sebanyak 49,3 tegakan. Tak jauh berbeda dengan data kelas yang telah
dikumpulkan praktikan, dominansi pun didominasi oleh vegetasi lamun dari
spesies Enhalus acoroides dengan karakteristik jumlah yang banyak.
Enhalus acoroides merupakan salah satu jenis lamun yang paling
melimpah di perairan Indonesia dan mempunyai ukuran morfologi yang besar.
Lamun jenis Enhalus acoroides merupakan spesies yang umum tumbuh di
substrat lumpur. Jenis Enhalus acoroides dapat tumbuh menjadi padang yang
monospesifik. Sebaran vertikal jenis Enhalus acoroides dapat tumbuh mencapai
kedalaman 25 m. Enhalus acoroides merupakan naungan yang penting bagi ikan-
ikan muda. Kelebihan yang dimiliki oleh Enhalus acoroides yaitu dalam
pertumbuhannya terbilang lebih cepat dibandingkan jenis lamun yang lainnya.
Klasifikasi lamun Enhalus acoroides menurut Den Hartog (1970) :
Divisi
: Antophyta
Kelas
: Angiospermae
Sub kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Helobiae
Famili
: Hydrocaritaceae
Genus
: Enhalus
Spesies
: Enhalus acoroides
Ukuran : panjang daun sekitar 30150 cm, lebar daun antara 1.21.4 cm
Ciri morfologi :
PERTUMBUHAN (mm/hari)
5,2 - 12,1
3,2 - 3,9
15,5 - 16,5
Spermonde, Makassar)
Gusung
Tallang
(Ujung
23,0 - 39,0
Pandang)
Lombok selatan
Teluk Grenyang (Bojonegara-
6,4 - 26,8
4,2 - 14,6
Banten)
Pantai Sayang Heulang Garut
0,32 0,74
Pulau Pari (Kepulauan Seribu) 0,50 0,82
Pulau Pari ( Kepulauan Seribu) 0,50 1,01
Selain melakukan transek lamun,praktikan juga melakukan pengukuran
secara in situ mengenai kualitas air di sekitar padang lamun tersebut. Parame
kualitas air yang diambil meliputi suhu, pH,DO, dan salinitas. Data dari
parameter-parameter
tersebut
dilakukan
secara
kali
pengulangan
Nilai
290 C
30,3%O
8,13
4,3mg/L
praktikan yaitu 290 C dan masih masuk ke dalam rentang suhu optimum
kehidupan lamun dan suhu optimum pada fotosintesis lamun.
Hutomo (1999) menjelaskan bahwa lamun memiliki kemampuan toleransi
yang berbeda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang
lebar yaitu 10-40. Nilai salinitas yang optimum untuk lamun adalah 35.
Walaupun spesies lamun memiliki
toleransi terhadap salinitas yang berbeda-beda, namun sebagian besar memiliki
kisaran yang tinggi terhadap salinitas yaitu antara 10-30 . Penurunan salinitas
akan menurunkan kemampuan fotosintesis. (Dahuri et al, 2001).
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
organisme perairan sehingga dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan
baik buruknya suatu perairan. Menurut Nybakken (1992), kisaran pH yang
optimal untuk air laut antara 7,5-8,5. Kisaran pH yang baik untuk lamun ialah
pada saat pH air laut 7,5-8,5 , karena pada saat kondisi pH berada dikisaran
tersebut maka ion bikarbonat yang dibutuhkan oleh lamun untuk fotosintesis
dalam keadaan melimpah (Phillip dan Menez, 1988). Pada data nilai yang dimiliki
oleh praktikan nilai pH yang terkandung di dalam air sampel paerairan sebesar
8,13 dan nilai tersebut berada di luar jangkauan untuk pH optimum pertumbuhan
lamun.
Kelarutan oksigen dalam air laut dipengaruhi oleh tekanan parsial gas-gas
yang ada dalam air dan udara, suhu, pH, dan turbulensi. Kandungan oksigen
dalam air berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil
(termasuk lamun) yang hidup di perairan. Perairan yang hangat memiliki
kandungan oksigen terlarut yang rendah dibandingkan dengan perairan yang lebih
dingin, dimana konsentrasi kejenuhan oksigen terlarut menurun antara 0,2 dan 0,3
mg/l untuk setiap kenaikan temperatur derajat celcius (Arnell, 2002).Kandungan
oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1)
interaksi antara permukaan air dan atmosfir (2) kegiatan biologis seperti
fotosintesis, respirasi dan dekomposisi bahan organik (3) arus dan proses
percampuran massa air (4) fluktuasi suhu (5) salinitas perairan (6) masuknya
limbah organik yang mudah terurai. Pada data nilai DO yang dimiliki oleh
praktikan yaitu 4,3 mg/L. Padang lamun merupakan lingkungan yang kaya akan
oksigen sehingga cocok bagi makrofauna untuk melakukan kolonisasi ke habitat
ini (Zulkifli, 2000). Oksigen terlarut dimanfaatkan untuk respirasi tumbuhan dan
hewan air, dekomposisi bahan organik (BOD atau biochemical oxygen dermand),
dan oksidasi amonia menjadi nitrat dan nitrit.
Substrat merupakan medium dari mana tumbuhan secara normal
memperoleh nutrien. Substrat dapat didefinisikan pula sebagai medium alami
untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan
organisme hidup. Jenis substrat yang ditemukan untuk wilayah plot observasi
merupakan substrat pasir berlumpur. Menurut Rohanipah (2009) Pasir Berlumpur
= Substrat pasir berlumpur memiliki komposisi pasir 49-84% dari seluruh
komposisi substrat, dimana kelompok ini memiliki komposisi terbanyak pasir
namun ada sedikit campuran lumpur. Dengan ukuran partikel 0,096-0434 mm.
pada penelitian (Rahayu, 2013) menyatakan pertumbuhan Enhalus acoroides di
Pulau Pari Kepulauan Seribu pada substrat pasir memiliki nilai tertinggi daripada
substrat berlumpur.
Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis, dimana
struktur fisik habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi antara pasir,
gelombang, dan pasang surut air laut. Pantai berlumpur merupakan pantai yang
memiliki substrat yang sangat halus dan berada pada daerah yang terlindung dari
hempasan gelombang secara langsung. Pantai berlumpur dicirikan oleh ukuran
butiran sedimen halus, tingkat bahan organik yang tinggi, serta pengaruh pasang
surut yang mengaduk sedimen secara periodik. Organisme yang umum ditemukan
di pantai berpasir dan berlumpur adalah organisme penggali substrat (Nybakken,
1998)
Substrat sangat mempengaruhi komunitas organisme, karena substrat
perairan merupakan sumber makanan dan tempat hidup (Yeanny M.S, 2007).
Penyebaran organisme bentos erat sekali hubungannya dengan kondisi perairan
dimana organisme ini ditemukan (Knox, 2001).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ada berbagai macam macrozoobenthos yang dapat ditemukan di pesisir
pantai pulau Pari, seperti: Proclava pieferi, Aceton sp. ; Anadara sp. ; Fellina sp. ;
Codakia sp. ; Turbo sp. ; Trocus sp. ; bintang laut dan kepiting. Menurut data hasil
sampling kelompok 1, spesie Proclava pieferi paling banyak ditemukan. Banyak
ditemukan pula spesies Aceton sp. Menurut data kelas, spesies yang paling banyak
ditemukan adalah spesies Turbo sp. dan Trocus sp.
Menurut data hasil sampling lamun di pesisir pantai pulau pari, lamun
yang tumbuh di pesisir hanya spesies Enhalus acoroides. Tegakan terbanyak
terdapat pada stasiun kedua yaitu sebanyak 176 tegakan. Lamun dapat tumbuh
subur di pesisir ini karena hasil uji kualitas air menunjukan data sebagai berikut:
kecerahan: 100%, Suhu: 29oC, salinitas: 30,3, dan DO 4,3 mg/L. semua
parameter mendukung untuk lamun tumbuh secara optimal.
5.2 Saran
Pemantauan kondisi lingkungan pesisir pulau pari tetap berkelanjutan agar
kelestarian lingkungannya tetap terjaga. Praktikan lebih berhati-hati dalam
melakukan sampling agar tidak merusak ekosistem seperti halnya menginjak-injak
lamun sehingga menyebabkan kerusakan ekosistem.
Lampiran
Gambar 1, 2, 3
( Sampel air
yang
telah diolah,
diberi pereaksi
dan
akan
disentrifugasi)
Gambar 5
(Proses
pengolahan
sampel
air)
Gambar 6 (kiri) (Sampel air yang berada pada botol dengan kondisi tertutup
lakban agar menghindari cahaya masuk); Gambar 7 (tengah) (Sampel air yang
telah diolah yang nantinya diberi pereaksi); Gambar 8 (kanan) (Proses
penyaringan sampel air agar mendapatkan fitoplankton)
DAFTAR PUSTAKA
3.2Alat Bahan
3.3Prosedur sampling
3.4Prosedur analis data
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1Hasil GELANTARA
4.1.1 Data hasil sampling makrobentos
4.1.2 Data hasil sampling lamun
4.1.3 Data hasil sampling mangrove
4.2Pembahasan YNRY
Bab V Kesimpulan dan Saran AGUNG
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran