Anda di halaman 1dari 19

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY- WEINBERG

LAPORAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktikum Genetika

Nama kelompok:
1. Istighfaroh Tsaniyah 4401416099
2. Nurul Hidayatun N 4401416055
3. Novika Adhi Pangestu 4401416069

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
2018
KEGIATAN 11
PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG
Hari, tanggal : Selasa, 16 Oktober 2018

A. Tujuan
a. Mempelajari dan memahami hukum kesetimbangan Hardi-Weinberg
b. Menguji kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan menghitung frekuensi
alel dan frekuensi genotip.

B. Latar Belakang

Hukum Hardy-Weinberg ditemukan oleh ahli fisika W. Weinberg dan ahli


matematika G.H. Hardy pada tahun 1908. Kedua ahli tersebut berasal dari Inggris
(Noor, 1996). Menurut Campbell (2000), hukum Hardy-Weinberg menyatakan
bahwa frekuensi alel dan genotif dalam kumpulan gen suatu populasi tetap
konstan selama beberapa generasi kecuali kalau ada yang bertindak sebagai agen
selainan rekombinasi seksual. Dengan kata lain pergeseran seksual alel akibat
miosis dan fertilisasi acak akan tidak berpengaruh terhadap struktur genetik suatu
populasi (Prasetyo, Agus dan Supratman 2011).
Seorang profesor matematika dari Inggris, Godfrey Harold Hardy
dandokter dari Jerman Wilheim Weinberf secara terpisah menduplikasikan
analisisnya mengenai keseimbangan gen dalam populasi yang dikenal sebagai
hukum Hardy ± Weinberg.
Frekuensi gen pada suatu populasi dapat berubah apabila terdapat
evolutionary forces, yaitu faktor-faktor yang berperan dalam mengubah frekuensi
alel dan genotip, antara lain mutasi, migrasi, perkawinan tidak acak, genetic drift
dan seleksi alam (Khoiriyah 2014). Hukum Hardy ± Weinberg menyatakan bahwa
frekuensi alel atau gen dalam populasi dapat tetap distabilkan dan tetap berada
dalam keseimbangan dari saru generasi ke generasi berikut dengan syarat:

1. Jumlah populasi besar


Pada populasi yang kecil, aliran genetik (genetic drift) merupakan
kesempatan fluktuasi dalam gene pool dan dapat mengubah frekuensi alel. Jadi,
ukuran populasi harus besar agar frekuensi alel dalam gene pool selalu konstan.
Gen pool : Kumpulan gen dalam suatu populasi pada suatu periode tertentu.
Kumpulan gen ini terdiri dari atassemua alel pada semua lokus gen yang terdapat
pada semua individu yang terdapat dalam populasi tersebut (Henuhili 2008)

2. Perkawinan secara acak/random


Jika individu-individu memilih pasangannya dengan sifat-sifat tertentu
(yang diturunkan), maka pencampuran secara acak gamet-gamet seperti yang
diharapkan pada keseimbangan Hardy-Weinberg tidak dapat terjadi.

3. Tidak terjadi mutasi


Mutasi gen adalah perubahan kimia gen (DNA) yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sifat suatu organisme yang bersifat menurun. Mutasi dapat
terjadi dengan adanya pengaruh luar dan tanpa pengaruh faktor luar. Mutasi yang
terjadi tanpa pengaruh faktor luar mempunyai dua sifat, yaitu sangat jarang
terjadi, dan umumnya tidak menguntungkan. Umumnya, mutasi jarang terjadi dan
tidak menguntungkan. Mutasi merupakan mekanisme evolusi yang penting dan
dapat membentuk spesies baru. Untuk mengetahui hal ini, perlu angka laju mutasi,
yaitu angka yang menunjukkan jumlah gen yang mutasi dari seluruh gamet yang
dihasilkan oleh suatu individu dari suatu spesies. Perubahan satu alel menjadi alel
lainnya, mengakibatkan mutasi, hal ini dapat mengubah gene pool

4. Tidak ada seleksi


Keberhasilan mempertahankan hidup dan reproduksi dapat mengubah
gene pool karena mendukung adanya perpindahan beberapa alel dengan
mengorbankan alel lainnya.

5. Tidak ada migrasi


Arus gen (gene flow) merupakan transfer alel antar populasi yang
berhubungan dengan perpindahan individu atau gamet yang dapat merubah gene
pool. Frekuensi adalah perbandingan antara banyak individu dalam populasi
terhadap jumlah seluruh individu (Tanto, 2002)

Faktor– Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Gen adalah sebagai berikut :


1. Seleksi
Seleksi merupakan suatau proses yang melibatkan kekuatan – kekuatan
untuk menentukan ternak mana yang boleh berkembang biak pada generasi
selanjutnya. Kekuatan – kekuatan itu bisa di kontrol sepenuhnya oleh alam yang
disebut seleksi alam. Jika kekuatan itu di kontrol oleh manusia maka prosesnya
disebut seleksi buatan kedua macam seleksi itu akan merubah frekuensi gen yang
sat relatif terhadap alelnya. Laju perubahan frekuensi pada seleksi buatan jika
dibandingkan dengan seleksi alam. 3
Untuk mendemonstrasikan peran seleksi dalam mengubah frekuesni gen,
diambil suatu contoh populasi yang terdiri dari beberapa ribu sap yang bertanduk
dan yang tidak bertanduk. Jika diasunsikan bahwa frekuensi gen yang bertanduk
dan yang tidak bertandu pada populasi tersebut masing– masing 0,5 (bila terjadi
kawin acak) maka sekitar 75% dari total sapi yang ada tidak bertanduk dan 25%
bertanduk. Dari 75% sapi yang tidak bertanduk sebanyak 1/3 bergenotip
hemozigot dan 2/3 bergenotip heterozigot

2. Mutasi
Mutasi adalah suatu perubahan kimia gen yang berakibat berubahnya
fungsi gen. Jika gen mengalami mutasi dengan kecepatan tetap maka frekuensi
gen akan sedikit menurun, sedangkan frekuensi alel akan meningkat. Laju mutasi
bervariasi dari suatu kejadian mutasi ke kejadian mutasi lain. Namun, laju relatif
rendah ( kira – kira satu dalam satu juta pengandaan ge) sebagai gambaran,
diambil contoh frekuensi gen merah pada sapi angus, yaitu antara 0.05-0.08. jika
terjadi kawin acak maka akan dijumpai 25-64 ekor sapi merh dari setiap 10.000
kelahiran. Anak sapi yang berwarna merah dan juga tetua yang heterozigot akan
dikeluarkan dari peternakan. Secara teoritis frekuensi gen merah akan menurun
mendekati angkan nol, namun kenyataan frekuensi gen merah tetap anata 0.05-
0.08 dari suatu generasi ke generasi berikutnya hal itu bisa dijalaskan dengan
mengunakkan teori mutasi. Diduga bahwa laju mutasi gen hitam menjadi gen
merah sama dengan laju seleksi terhadaap gen merah sehingga tercapai suatu
keseimbangan.

3. Pencampuran populasi
Percampuran dua populasi yang frekuensi gennya berbeda dapat
mengubah frekuensi gen tertentu. Frekuenssi gen ini merupakan rataan dari
frekuensi gen dari dua populasi yang bercampur.
Jika seorang peternak memiliki 150 ekor sapi dengan frekuensi bertanduk
dengan = 0.95 ( bila terjadi kawin acak) maka sekitar 90% dari sapi – sapinya
akan bertanduk. Selanjutnya, jika diasumsikan bahwa ada enam pejatan baru yang
diamsukkan ke peternakan utnuk memperbaiki mutu geneteik terna – ternak yang
ada. Dari enam pejantan dimasukkan terdapat satu ekor yang bertanduk, dua ekor
yang tidak bertanduk heterozigot dan tiga ekor yang tidak bertanduk homozigot.
Frekuensi gen bertanduk pada kelompok pejantan = 1/6 = 0.033. dengan asumsi
bahwa tidak ada 4 sapi lain yang masuk kedalam peternakan maka frekuensi gen
bertanduk pada populasi itu setelah terjadi kawin acak, selama satu generasi (
0.950 + 0.333) / 2 = 0.064

4. Silang dalam (inbreeding) dan sialng luar (outbreeding)


Silang dalam merupakan salah satu bentuk isolasi secara genetik. Jika
suatu populais terisolasi, silang dalam cenderung terjadi karena adanya
keterbatasan pilihan dalam proses perkawinan. Jika silang dalam terjadi anatara
grup ternak yang tidak terisolasi secara geografis maka pengaruhnya juga yang
sama. Oleh sebab itu, silang dalam merupakan suatu isolasi buatan. Sebenarnya
silang dalam tidak merubah frekuensi gen awal pada saat proses silang dalam
dimulai. Jika terjadi perubahan frekuensi gen maka perubahan itu disebabkan oleh
adanya seleksi, mutasi dan pengaruh sampel acak. Jika silang luar dilakukan pada
suatu populasi yang memilik rasio jenis kelamin yang sama dengan frekuensi gen
pada suatu lokus yang sama pada kedua jenis kelamin maka frekuensi gen tidak
akan berubah akibat pengaruh langsung silang luar.
5. Genetic drift
Genetic drift merupakan perubahan frekuensi gen yang mendadak.
Perubahan frekuensi gen yang mendadak biasanya terjadi pada kelompok kecil
ternak yang di pindahkan untuk tujuan pemulian ternak atau dibiakan. Jika
kelompok ternak diisolasi dari kelompok ternak asalnya maka frekuensi gen yang
terbentuk pada populasi baru dapat berubah. Perubahan frekuensi gen yang
mendadak dapat pula disebabkan oleh bencana alam, misal matinya sebagian
besar ternak yang memiliki gen tertentu (Ronny Rachman Noor, 2008).

C. Bahan/ Alat yang Digunakan


1. Kancing genetika 2 macam warna dengan perbandingan 2:3
2. Dua kotak untuk tempat kancing genetika

D. Cara Kerja

Memasukkan 2 warna kancing, Mangambil kancing dalam kotak


misal 20 kancing merah 30 putih secara acak, mencatat genotip yang
ke dalam kotak didapat

Mengulangi tahap tersebut sampai Mengembalikan kancing yang


mendapatkan 100 individu sudah terambil pada kotaknya.

Menghitung frekuensi alel A dan Membandingkan frekuensi alel &


alel a dr jumlah genotip hasil frekuensi genotip populasi awal thd
pengacakan tersebut populasi baru

Menguji dengan Chi kuadrat


E. Hasil Kegiatan
Pasangan gamet Tally Jumlah Frekunsi (%)
(genotipe individu)
AA IIIII IIIII IIIII 20 20
IIIII
Aa IIIII IIIII IIIII 50 50
IIIII IIIII IIIII
IIIII IIIII IIIII
IIIII
Aa IIIII IIIII IIIII 30 30
IIIII IIIII IIIII
Total 100 100 100

𝟏 𝟏
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐞𝐧𝐨𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐀𝐀 + 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐞𝐧𝐨𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐀𝐚 𝟐𝟎+ (𝟓𝟎) 𝟐𝟎+𝟐𝟓 𝟒𝟓
𝟐 𝟐
Frekuensi Alel A = = = = 𝟏𝟎𝟎 =
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎

0,45

𝟏 𝟏
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐞𝐧𝐨𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐚𝐚 + 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐞𝐧𝐨𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐀𝐚 𝟑𝟎+ (𝟓𝟎) 𝟑𝟎+𝟐𝟓 𝟓𝟓
𝟐 𝟐
Frekuensi Alel a = = = = =
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎

0,55

Uji chi-square

Hipotesis

- H0 : tidak ada perbedaan antara teori dengan praktikum


- Ha : ada perbedaan antara teori dengan praktikum

Tabel Analisa Fenotipe Data Kelompok 2

Genotipe f0 fh ǀ f0- fh ǀ ǀ f0- fh ǀ2 X2


AA 20 25 5 25 1
Aa 50 50 0 0 0
Aa 30 25 5 25 1
∑X2 hitung 2

Dt = 3-1 = 2

α = 0,05

X2 tabel = 5,99

X2 hitung ≤ X2 tabel

2 ≤ 5,99

H0 diterima, berarti teori sesuai dengan praktikum

Tabel Golongan Darah

No. Nama Jenis Kelamin Golongan Darah


1. Nisrina An Nafi P 0
2. Indah Blescherry S. P 0
3. Risti Nofiyanti P B
4. Hafsyah Anggita P. P A
5. Tamara Ar-rum Sari P 0
6. Aini Sa’adah P A
7. Megadona Pratiwi P 0
8. Mia Arifah P A
9. Dina Nurul O. P B
10. Yulinda Eka S. P B
11. Novia Nur Anisah P B
12. Agustin Nurul S. P A
13. Kurniawati N. D. P B
14. Sri Wahyuni P AB
15. Siska Ani N. P 0
16. Irma Dwi Oktaviani P A
17. Rizka Dwi Maulida P B
18. Nurul Hidayah P 0
19. Jonathan Putra L A
20. Kekar Yudisti L B
21. Ani Nurhayati P 0
22. Inayatul M. P AB
23. Dio Dwiyan P. L B
24. Ilham Maulana H. L 0
25. Oktavera Yashinta P B
26. Farida Ayuni P. P 0
27. Chintatun Naviroh P 0
28. Nova Ila Nurs P 0
29. Ericha Lugesti P B
30. Sekar Wangi D. P. P 0
31. Fajar Maulana L 0
32. Siti Nurhalisa P AB
33. Syara Aldenia P B
34. Novianti Sekar A. P 0
35. Eldiana Dwi D. P B
36. Melissa A. H. P B
37. Nafisa Yustika P AB
38. Adelfiantika D. P. P B
39. Taufiqus Rahman L AB
40. Mitta Setyaningsih P AB
41. Nur Amalia Soleha P A
42. Ryan Setyo N. L A
43. Refika Adinda Inka P 0
44. Yuliana Margarahayu P 0
45. Shela Dwi Ardiyanti P AB
46. Thoriq Aziz L 0
47. Nurun Nafisatul F. P B
48. Nisrina Siti P 0
49. Jihan Aulia P AB
50. Sufi Azzahra P A
51. Marie Curie H. P AB
52. Nita Nur C. P 0
53. Alan L 0
54. Seto Bodhi Karuna L A
55. Ansharullah Widiansyah L 0
56. Astri Widyanti P A
57. Gerhana Ratri P A
58. Diana Putri C. P 0
59. Slamet Wiji Handriyani P A
60. Ulul Albab L AB
61. Dieta Wahyu Asry N. P A
62. Muhammad An’im V. A. L 0
63. Agung Dwi L 0
64. Ardian Rizqi L 0
65. Imam Dwi Bagus S. L A
66. Rani Wahlian Aru M. P 0
67. Ricky Firmansyah L AB
68. Wirda Kamila P AB
69. Nabila Aisya P B
70. Sabathini Tamauli M. P. P 0
71. Rima Handayani P 0
72. Zuhdi Alwan L B
73. Muhammad Faqih Addin L AB
74. Rani P B
75. Maya Pustipa Sari P AB
76. Rif’atul Alawiyah P 0
77. Hania Ulya P 0
78. Karina Puspita Dewi P 0
79. Dewi Pardian I. P. P 0
80. Santika Indah P. P A
81. Ika Khoirutika R. P 0
82. Ika Nur Halisah P B
83. Amandha Santi A. P 0
84. Hira Davika P A
85. Andela Putri B. P 0
86. Fifi Afifah P 0
87. Salsabila Rusyda P 0
88. Ratih Pupitasari PP A
89. Fiola Nur Izati P B
90. Fika Rahmadani P 0
91. M. Hasan Fatoni L B
92. Achmad Fa’iq L B
93. Derizka Ayu R. P 0
94. Gangsar Fadhil L 0
95. Falafi L 0
96. Setiyo Nugroho L B
97. Adnia Tsani P B
98. Intan Ayu Y. P 0
99. Amalia Firda P B
100. Jessica P A

 Jumlah golongan darah AB : 14 orang


o Laki-laki : 4 orang
o Perempuan : 10 orang
 Jumlah golongan darah A : 19 orang
o Laki-laki : 4 orang
o Perempuan : 15 orang
 Jumlah golongan darah B : 25 orang
o Laki-laki : 6 orang
o Perempuan : 19 orang
 Jumlah golongan darah 0 : 42 orang
o Laki-laki : 10 orang
o Perempuan : 32 orang

𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 𝐚𝐥𝐞𝐥 𝐠𝐚𝐧𝐝𝐚


Presentase (%) = × 100%
𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐩𝐨𝐩𝐮𝐥𝐚𝐬𝐢

𝟏𝟒
 Presentase jumlah golongan darah AB = 𝟏𝟎𝟎 × 100% = 14%
𝟏𝟗
 Presentase jumlah golongan darah A = 𝟏𝟎𝟎 × 100% = 19%
𝟐𝟓
 Presentase jumlah golongan darah B = 𝟏𝟎𝟎 × 100% = 25%
𝟒𝟐
 Presentase jumlah golongan darah 0 = 𝟏𝟎𝟎 × 100% = 42%

Uji chi-square

Genotipe f0 fh *
ǀ f0- fh ǀ ǀ f0- fh ǀ2 X2
IA IA 19 24,51 5,51 30,3601 1,24
IB IB 25 30,99 5,99 35,8801 1,16
IA IB 14 6,48 7,52 56,5504 8,73
ii 42 38,03 3,97 15,7609 0,41
∑X2 hitung 11,54
*Khoiriyah, 2014

Dt = 4-1 = 3

α = 0,05

X2 tabel = 7,82

X2 hitung ≥ X2 tabel

11,54 ≥ 7,82

H0 ditolak, berarti teori tidak sesuai dengan praktikum


E. Pembahasan

Pada tahun 1908 G. H. Hardy dan W. Weinberg menemukan dasar teoritis


yang ada hubungannya dengan frekuensi gen pada suatu populasi. Prinsip ini
kemudian dikenal sebagai hokum Hardy-Weinberg yang berbunyi bahwa
frekuensi gen dominan dan gen resesif pada suatu populasi yang cukup besar tidak
akan berubah dari satu generasi ke generasi seterusnya jika perkawinan terjadi
secara acak, tidak ada seleksi, tidak ada migrasi, tidak ada mutasi dan tidak terjadi
genetic drift.

Bila kita misalkan suatu alel diberi symbol A dan a, maka dalam suatu
populasi aka nada individu yang memiliki alel A da nada yang memiliki alel a.
Jumlah alel A + a dalam populasi selalu sama dengan 1. Untuk suatu sifat tertentu
sebuah alel akan merupakan bagian dan menyusun keseluruhan gene pool. Gene
pool adalah kumpulan program genetic yang dibawa setiap individu anggota suatu
populasi.

Bila suatu populasi terdiri atas alel A dan a dengan frekuensi masing-
masing adalah p dan q dimana p + q = 1 maka frekuensi genotype AA, Aa, dan aa
dalam keadaan setimbang berturut-turut adalah p2, 2pq, q2.

Dari praktikum menggunakan kancing genetika, diketahui frekuensi AA


adalah 20%, frekuensi Aa adalah 50%, dan frekuensi aa adalah 30%.
Menggunakan uji chi-square diketahui bahwa hasil tersebut sesuai dengan teori
yang ada. Di mana frekuensi genotype untuk gen dominan-resesif adalah p2(AA)
+ 2pq (Aa) + q2(aa), di mana p + q = 1.

Hasil praktikum yang sesuai dengan hukum kesetimbangan Hardy-


Weinberg tersebut karena simulasi dilakukan dengan memperhatikan asumsi-
asumsi Hukum Kesetimbangan Hardy-Weinberg. Asumsi-asumsi tersebut adalah:

- Genotipe AA, Aa, dan aa yang ada dalam populasi tersebut mempunyai
viabilitas dan fertilitas sama. Viabilitas dan fertilitas yang sama
menyebabkan hanya peluang yang berlaku sebagai penentu terjadinya
perkawinan.
- Perkawinan acak. Dalam perkawinan acak, fenotipe individu tidak
mempengaruhi pilihan pasangannya.
- Laju mutasi A menjadi a atau sebaliknya harus sama. Frekuensi genotype
dari generasi ke generasi berikutnya akan tetap jika tidak terjadi mutasi.
Kalaupun terjadi mutasi, maka laju mutasi A menjadi a harus sama dengan
laju mutasi a menjadi A sehingga tidak mempengaruhi frekuensi alel yang
ada.
- Populasi besar dan tertutup (tidak ada migrasi). Tidak adanya migrasi
menyebabkan tidak adanya introduksi alel dari populasi lain atau
hilangnya alel dari populasi tersebut.

Untuk mempertahankan asumsi-asumsi tersebut maka dilakukan usaha-


usaha dalam simulasi yang dilakukan. Usaha pertama adalah dengan tanpa melihat
dalam kotak, sebuah kancing dari kotak pertama diambil dengan tangan kanan dan
sebuah kancing dari kotak kedua dengan tangan kiri. Pengambilan kancing dari
maisng-masing kotak ini analog dengan proses kawin acak, pasangan kancing
kancing yang terambil menggambarkan suatu individu baru pada generasi
berikutnya. Usaha kedua adalah dengan mengembalikan kancing yang sudah
terambil pada kotaknya. Dengan pengembalian ini frekuensi alel dalam gene pool
akan tetap sehingga peluang alel untuk terambil dalam setiap pengambilan akan
tetap sama.

Frekuensi gen dan frekuensi genotype merupakan hal penting dalam


melakukan karakterisasi suatu populasi. Berdasarkan frekuensi gen dan frekuensi
genotype inilah kekhasan suatu populasi dapat diketahui. Frekuensi alel dan
genotype dapat berubah oleh adanya evolutionary forces, antara lain mutasi,
migrasi (gene flow), perkawinan tidak acak, genetic drift dan seleksi alam.

Total jumlah gen pada genom manusia berkisar antara 70.000-80.000.


Salah satunya adalah gen penyandi golongan darah. Golongan darah system AB0
dan dibedakan menjadi empat golongan yaitu A, B, AB, dan 0.
Di Indonesia, dan Surabaya pada khususnya, urutan jumlah golongan
darah terbanyak berturut-turut adalah golongan darah 0, golongan darah B,
golongan darah A, dan golongan darah AB (Pratiwi & Perdanakusuma, 2008). Hal
ini sesuai dengan hasil praktikum dimana responden yang memiliki tipe golongan
darah A, B, AB, dan 0 adalah berturut-turut sebanyak 19 orang (19%), 25 orang
(25%), 14 orang (14%), dan 42 orang (42%). Namun, nilai presentase tersebut
tidak sesuai dengan penelitian dari Khoiriyah (2014) di mana presentase golongan
darah berturut-turut dari A, B, AB, dan 0 adalah 24,51%, 30,99%, 6,48%, dan
38,03%. Hasil tersebut juga tidak sesuai dengan pendapat Suryo (1997) yang
menyatakan bahwa golongan darah orang Indonesia pada umumnya adalah B.

Kejadian demikian dapat terjadi, karena setiap populasi memiliki karakter


susunan genetic dan persebaran alel-alel yang bervariasi. Golongan darah system
AB0 ditentukan oleh suatu seri alel ganda antara lain IA, IB, dan I, di mana hampir
seluruh populasi penduduk dunia memiliki ketiga alel tersebut, walaupun
persebaran alelnya berbeda-beda.

Kejadian tersebut juga mungkin dapat terjadi karena adanya perkawinan


asortatif. Perkawinan asortatif merupakan perkawinan dengan pasangan yang
memiliki fenotipe yang sama (perkawinan asortatif positif) atau fenotipe yang
berbeda (perkawinan asortatif negative), yang dalam hal ini dapat mengakibatkan
peningkatan homozigot dari gen yang akan berasosiasi dengan fenotipe.

Perkawinan asortatif positif. Pola perkawinan tak acak yang paling umum
pada manusia adalah terjadinya pernikahan antar individu yang memiliki fenotipe
dengan sifat yang sama. Asortatif merujuk pada mengklasifikasikan dan memilih
karakteristik. Perkawinan asortatif positif dihasilkan di dalam tiga kemungkinan
pola perkawinan sehubungan dengan sifat genotype yang dikontrol pada dua alel
autosomal, homozigot dominan dengan homozigot dominan (AA × AA),
heterozigot dengan heterozigot (Aa × Aa) dan homozigot resesif (aa × aa). Efek
dari perkawinan asorsatif positif adalah meningkatnya jumlah genotype
homozigot (AA dan aa), dan menurunnya genotype heterozigot (Aa) di dalam
populas.
Perkawinan asorsatif negative. Pola perkawinan tak acak lainnya adalah di
mana seseorang memilih sifat fenotipe pasangan yang berbeda dengan dirinya.
Dalam aturan genetika, ada 6 kemungkinan pola perkawinan asorsatif negative
yang diperhatikan pada dua alel-alel autosomal. Efek dari hal ini adalah
peningkatan pada frekuensi genotype heterozigot (Aa) dan menurunnya frekuensi
genotype homozigot (AA dan aa) dalam suatu populasi. Dengan kata lain,
perkawinan asorsatif negative memiliki efek yang berlawanan dengan perkawinan
asorsatif positif.

Dalam Tanne (2017), frekuensi genotype dapat mengalami perubahan jika


kondisi-kondisi berikut terpenuhi:

- Individu dari satu genotype memiliki kemungkinan untuk menghasilkan


keturunan dengan genotype yang sama, dibandingkan dengan yang
berbeda genotype.
- Migrasi individu yang terjadi di antara populasi.
- Terisolasi untuk bereproduksi dalam grup-grup kecil atau terpisah dari
populasi yang lebih besar (hanyutan genetic).
- Mutasi yang mengakibatkan terbentuknya alel baru dalam suatu populasi .
- Individu dengan genotype tertentu lebih berpotensi untuk menghasilkan
keturunan yang layak dan subur pada kondisi lingkungan yang spesifik
daripada individu-individu dengan genotype yang lain (seleksi alam).

Dalam perkembangan sekarang, kondisi-kondisi di atas, kecuali mutasi,


merupakan hal yang cukup umum terjadi. Oleh karena itu, kesetimbangan
genetika, yaitu tidak terjadinya perubahan pada frekuensi alel merupakan hal yang
jarang terjadi.

Karakter susunan genetic dan persebaran alel-alel yang bervariasi sangat


ditentukan oleh gen parentalnya. Perubahan frekuensi alel dan genotype suatu
populasi merupakan indikasi adanya mikroevolusi, yaitu evolusi yang terjadi pada
tingkat kecil (gen). Campbell et al., (2003) menyatakan bahwa apabila frekuensi
alel atau genotype menyimpang dari nilai yang diharapkan dari kesetimbangan
Hardy-Weinberg, maka populasi itu dikatakan berevolusi. Uji chi-square
merupakan uji yang dapat menunjukkan adanya penyimpangan struktur genetic
terhadap Hukum Hardy-Weinberg. Hasil uji chi-square diperoleh X2 hitung ≥ X2
tabel = 11,54 ≥ 7,82. Dari hasil chi-square, maka diketahui bahwa populasi yang
diobservasi berada dalam ketidakseimbangan Hukum Hardy-Weinberg.

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
2.

G. Daftar Pustaka
Campbell, R. dan Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Henuhili, Victoria.2008.Genetika dan Evolusi. Yogyakarta : FMIPA Universitas


Negeri Yogyakarta
Khoiriyah, Yustin Nur. 2014. Karakter Genetika Populasi Bedeng 61 B Desa
Wonokarto Kabupaten Lampung Timur Pasca Program Kolonisasi
Pemerintah Belanda. Biogenesis. Vol 2(2): 132-137.

Noor, Ronny Rachman . 2008. Genetika Ternak. Jakarta: Penebar Swadaya.


Permana, Gusti Ngurah, dkk. 2005. Enzim Polimorfisme Pada Pembenihan Ikan
Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides). Dalam jurnal Aquacultura
Indonesiana (2005) 5(1): 37–40 ISSN 0216–0749
Prasetyo, Agus dan Supratman, 2011. Dinamika Gen dalam Populasi. Makalah.
Malang: PPs UM.
Pratiwi, K. D. dan Perdanakusuma, D. 2008. Hubungan Antara Golongan Darah
dengan Timbulnya Keloid Pascaluka [Karya Ilmiah]. Surabaya:
Departemen/SMF Ilmu Bedah Platik Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Suryo. 1997. Genetika Manusia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.


Tanne, Amanda Alexandra. 2017. Pengujian Kesetimbangan Genetika Hardy-
Weinberg dengan Uji Chi-Square Pearson dan Uji Eksak F. Skripsi.
Program Studi Matematika Jurusan Matematika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi (Allogam). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

H. Jawaban Pertanyaan
1. Perkawinan acak adalah perkawinan dimana tiap individu dalam
pupulasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk kawin
silang dengan individu lain dalam populasi atau keadaan yang
memungkinkan terjadinya perkawinan antara jantan dan betina dewasa
secara acak.
2. Genetic drift adalah perubahan frekuensi gen yang terjadi secara acak
dalam populasi kecil. Dalam populasi kecil, jumlah keturunan yang
terbatas dapat mempunyai pasangan gen tertentu yang sama. Apabila
satu pasang alel Aa terdapat pada semua individu dari populasi
perkawinan yang kecil, kita biasanya mengharapkan nisbah 1:2:1 pada
keturunannya. Apabila secara kebetulan semua keturunan adalah AA
atau aa maka telah terjadi fiksasi pasangan gen itu.

I. Dokumentasi
Menyiapkan 2 warna kancing genetika
Kancing yang telah siap dimasukkan
dengan jumlah 2:3. Kemudian
ke kantong yang berbeda
masing-masing warna diambil
setengahnya dan dicampur dengan
warna yang lain

Pengambilan kancing secara acak dari


masing-masing kantong lalu dicatat
genotip yang muncul kemudian
dikembalikan lagi, sampai jumlah 100

Anda mungkin juga menyukai