LAPORAN
Nama kelompok:
1. Istighfaroh Tsaniyah 4401416099
2. Nurul Hidayatun N 4401416055
3. Novika Adhi Pangestu 4401416069
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
2018
KEGIATAN 11
PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG
Hari, tanggal : Selasa, 16 Oktober 2018
A. Tujuan
a. Mempelajari dan memahami hukum kesetimbangan Hardi-Weinberg
b. Menguji kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan menghitung frekuensi
alel dan frekuensi genotip.
B. Latar Belakang
2. Mutasi
Mutasi adalah suatu perubahan kimia gen yang berakibat berubahnya
fungsi gen. Jika gen mengalami mutasi dengan kecepatan tetap maka frekuensi
gen akan sedikit menurun, sedangkan frekuensi alel akan meningkat. Laju mutasi
bervariasi dari suatu kejadian mutasi ke kejadian mutasi lain. Namun, laju relatif
rendah ( kira – kira satu dalam satu juta pengandaan ge) sebagai gambaran,
diambil contoh frekuensi gen merah pada sapi angus, yaitu antara 0.05-0.08. jika
terjadi kawin acak maka akan dijumpai 25-64 ekor sapi merh dari setiap 10.000
kelahiran. Anak sapi yang berwarna merah dan juga tetua yang heterozigot akan
dikeluarkan dari peternakan. Secara teoritis frekuensi gen merah akan menurun
mendekati angkan nol, namun kenyataan frekuensi gen merah tetap anata 0.05-
0.08 dari suatu generasi ke generasi berikutnya hal itu bisa dijalaskan dengan
mengunakkan teori mutasi. Diduga bahwa laju mutasi gen hitam menjadi gen
merah sama dengan laju seleksi terhadaap gen merah sehingga tercapai suatu
keseimbangan.
3. Pencampuran populasi
Percampuran dua populasi yang frekuensi gennya berbeda dapat
mengubah frekuensi gen tertentu. Frekuenssi gen ini merupakan rataan dari
frekuensi gen dari dua populasi yang bercampur.
Jika seorang peternak memiliki 150 ekor sapi dengan frekuensi bertanduk
dengan = 0.95 ( bila terjadi kawin acak) maka sekitar 90% dari sapi – sapinya
akan bertanduk. Selanjutnya, jika diasumsikan bahwa ada enam pejatan baru yang
diamsukkan ke peternakan utnuk memperbaiki mutu geneteik terna – ternak yang
ada. Dari enam pejantan dimasukkan terdapat satu ekor yang bertanduk, dua ekor
yang tidak bertanduk heterozigot dan tiga ekor yang tidak bertanduk homozigot.
Frekuensi gen bertanduk pada kelompok pejantan = 1/6 = 0.033. dengan asumsi
bahwa tidak ada 4 sapi lain yang masuk kedalam peternakan maka frekuensi gen
bertanduk pada populasi itu setelah terjadi kawin acak, selama satu generasi (
0.950 + 0.333) / 2 = 0.064
D. Cara Kerja
𝟏 𝟏
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐞𝐧𝐨𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐀𝐀 + 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐞𝐧𝐨𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐀𝐚 𝟐𝟎+ (𝟓𝟎) 𝟐𝟎+𝟐𝟓 𝟒𝟓
𝟐 𝟐
Frekuensi Alel A = = = = 𝟏𝟎𝟎 =
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎
0,45
𝟏 𝟏
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐞𝐧𝐨𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐚𝐚 + 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐠𝐞𝐧𝐨𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐀𝐚 𝟑𝟎+ (𝟓𝟎) 𝟑𝟎+𝟐𝟓 𝟓𝟓
𝟐 𝟐
Frekuensi Alel a = = = = =
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎
0,55
Uji chi-square
Hipotesis
Dt = 3-1 = 2
α = 0,05
X2 tabel = 5,99
X2 hitung ≤ X2 tabel
2 ≤ 5,99
𝟏𝟒
Presentase jumlah golongan darah AB = 𝟏𝟎𝟎 × 100% = 14%
𝟏𝟗
Presentase jumlah golongan darah A = 𝟏𝟎𝟎 × 100% = 19%
𝟐𝟓
Presentase jumlah golongan darah B = 𝟏𝟎𝟎 × 100% = 25%
𝟒𝟐
Presentase jumlah golongan darah 0 = 𝟏𝟎𝟎 × 100% = 42%
Uji chi-square
Genotipe f0 fh *
ǀ f0- fh ǀ ǀ f0- fh ǀ2 X2
IA IA 19 24,51 5,51 30,3601 1,24
IB IB 25 30,99 5,99 35,8801 1,16
IA IB 14 6,48 7,52 56,5504 8,73
ii 42 38,03 3,97 15,7609 0,41
∑X2 hitung 11,54
*Khoiriyah, 2014
Dt = 4-1 = 3
α = 0,05
X2 tabel = 7,82
X2 hitung ≥ X2 tabel
11,54 ≥ 7,82
Bila kita misalkan suatu alel diberi symbol A dan a, maka dalam suatu
populasi aka nada individu yang memiliki alel A da nada yang memiliki alel a.
Jumlah alel A + a dalam populasi selalu sama dengan 1. Untuk suatu sifat tertentu
sebuah alel akan merupakan bagian dan menyusun keseluruhan gene pool. Gene
pool adalah kumpulan program genetic yang dibawa setiap individu anggota suatu
populasi.
Bila suatu populasi terdiri atas alel A dan a dengan frekuensi masing-
masing adalah p dan q dimana p + q = 1 maka frekuensi genotype AA, Aa, dan aa
dalam keadaan setimbang berturut-turut adalah p2, 2pq, q2.
- Genotipe AA, Aa, dan aa yang ada dalam populasi tersebut mempunyai
viabilitas dan fertilitas sama. Viabilitas dan fertilitas yang sama
menyebabkan hanya peluang yang berlaku sebagai penentu terjadinya
perkawinan.
- Perkawinan acak. Dalam perkawinan acak, fenotipe individu tidak
mempengaruhi pilihan pasangannya.
- Laju mutasi A menjadi a atau sebaliknya harus sama. Frekuensi genotype
dari generasi ke generasi berikutnya akan tetap jika tidak terjadi mutasi.
Kalaupun terjadi mutasi, maka laju mutasi A menjadi a harus sama dengan
laju mutasi a menjadi A sehingga tidak mempengaruhi frekuensi alel yang
ada.
- Populasi besar dan tertutup (tidak ada migrasi). Tidak adanya migrasi
menyebabkan tidak adanya introduksi alel dari populasi lain atau
hilangnya alel dari populasi tersebut.
Perkawinan asortatif positif. Pola perkawinan tak acak yang paling umum
pada manusia adalah terjadinya pernikahan antar individu yang memiliki fenotipe
dengan sifat yang sama. Asortatif merujuk pada mengklasifikasikan dan memilih
karakteristik. Perkawinan asortatif positif dihasilkan di dalam tiga kemungkinan
pola perkawinan sehubungan dengan sifat genotype yang dikontrol pada dua alel
autosomal, homozigot dominan dengan homozigot dominan (AA × AA),
heterozigot dengan heterozigot (Aa × Aa) dan homozigot resesif (aa × aa). Efek
dari perkawinan asorsatif positif adalah meningkatnya jumlah genotype
homozigot (AA dan aa), dan menurunnya genotype heterozigot (Aa) di dalam
populas.
Perkawinan asorsatif negative. Pola perkawinan tak acak lainnya adalah di
mana seseorang memilih sifat fenotipe pasangan yang berbeda dengan dirinya.
Dalam aturan genetika, ada 6 kemungkinan pola perkawinan asorsatif negative
yang diperhatikan pada dua alel-alel autosomal. Efek dari hal ini adalah
peningkatan pada frekuensi genotype heterozigot (Aa) dan menurunnya frekuensi
genotype homozigot (AA dan aa) dalam suatu populasi. Dengan kata lain,
perkawinan asorsatif negative memiliki efek yang berlawanan dengan perkawinan
asorsatif positif.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.
2.
G. Daftar Pustaka
Campbell, R. dan Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi (Allogam). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
H. Jawaban Pertanyaan
1. Perkawinan acak adalah perkawinan dimana tiap individu dalam
pupulasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk kawin
silang dengan individu lain dalam populasi atau keadaan yang
memungkinkan terjadinya perkawinan antara jantan dan betina dewasa
secara acak.
2. Genetic drift adalah perubahan frekuensi gen yang terjadi secara acak
dalam populasi kecil. Dalam populasi kecil, jumlah keturunan yang
terbatas dapat mempunyai pasangan gen tertentu yang sama. Apabila
satu pasang alel Aa terdapat pada semua individu dari populasi
perkawinan yang kecil, kita biasanya mengharapkan nisbah 1:2:1 pada
keturunannya. Apabila secara kebetulan semua keturunan adalah AA
atau aa maka telah terjadi fiksasi pasangan gen itu.
I. Dokumentasi
Menyiapkan 2 warna kancing genetika
Kancing yang telah siap dimasukkan
dengan jumlah 2:3. Kemudian
ke kantong yang berbeda
masing-masing warna diambil
setengahnya dan dicampur dengan
warna yang lain