Anda di halaman 1dari 12

1.

Topik
Gametogenesis
2. Tujuan
Mempelajari proses pembentukan sel kelamin jantan dan betina melalui
pengamatan preparat histologis
3. Dasar Teori
Gametogenesis adalah proses pembentukan sel gamet pada individu atau
organisme (Slack, 2006:9). Pada individu jantan gametogenesis disebut dengan
spermatogenesis dan pada individu betina disebut dengan oogenesis.
3.1 Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di gonad individu jantan atau disebut testis,
pada individu jantan memiliki sepasang testis yang tersusun dari berbagai
tubuler. Sperma dihasilkan di tubulus seminiferous yang menyusun
sebagian besar testis. Disekitar tubulus seminiferus terdapat jaringan
pengikat yang di dalamnya terdapat sel Leydig, sel dengan nucleus besar
dan sitoplasma yang bergranular, sel Leydig menghasilkan hormone
testosterone pada masa pubertas (Rastogi, 2008:437). Tubulus
seminiferous terdiri dari sel spermatogenic dan sel Sertoli, sel
spermatogenic akan membenuk sel sperma dan sel Sertoli akan
memberikan kebutuhan nutrisi kepada sel spermatogenic yang sedang
berkembang (Rastogi, 2008:437).

Gambar 3.1 Penampang tubulus seminiferus (Ross, 2011:791)


Spermatogenesis dibedakan menjadi 3 fase, fase proliferative
dimana spermatogonium membelah secara mitosis untuk memperbanyak
diri dan menghasilkan spermatosist primer, fase meitotic diamana
spermatosit primer akan mengalami pembelahan meiosis, dan fase
spermiogenesis dimana spermatid akan diubah menjadi sel sperma
(Gilbert, 2018:208). Adapun ciri-ciri sel spermatogenic yang dapat
dibedakan antara satu sama lain untuk memudahkan pengamatan adalah
sebagai berikut
3.1.1 Spermatogonium
Sel berukuran kecil, berbentuk agak bulat, dan berada di dekat
lamina basalis. Terkadang berwarna pucat atau gelap (Mescher,
2013:431).
3.1.2 Spermatosit Primer
Sel berukuran paling besar, berbentuk bulat oval, nukelus
terlihat gelap karena kromosom terkondensasi, dan letak agak jauh
dari lamina basalis (Mescher, 2013:432).
3.1.3 Spermatosit Sekunder
Sel berukuran agak lebih kecil dari spermatosit primer, bentuk
bulat, berdekatan dengan spermatosit sekunder, nucleus terlihat
tidak begitu gelap. Terkadang sulit diamati karena rentang hidupnya
yang pendek (Mescher, 2013:432).
3.1.4 Spermatid
Sel berukuran kecil, berbentuk agak oval, terletak di dekat
lumen (Mescher, 2013:432).
3.1.5 Sperma
Sel berbentuk seperti kecebong, ukuran kecil, biasanya
menggerombol pada ujung sel Sertoli, dan berada di lumen.
Terkadang pada preparat awetan sulit diamati karena berada di
lumen tubulus seminiferous (Mescher, 2013:432).
3.1.6 Sel Leydig
Sel Leydig berbentuk bulat atau polygonal besar, berada di
jaringan interstisial, dengan nuklues di tengah (Mescher,
2013:430).
3.1.7 Sel Sertoli
Sel panjang dengan bentuk lonjong, inti sel berbentuk
lonjong atau pyramid yang memanjang dari bagian lamina basalis
hingga bagian apicalnya mencapai lumen (Mescher, 2013:438).

Gambar 3.2 Gambar Ilustrasi Macam Sel Pada Tubulus


Seminiferus (Ross, 2011:791)

Gambar 3.3 Gambar Ilustrasi Macam Sel Pada Tubulus Seminiferus


Sg=Spermatogonium; Sc=Spermatosit Primer; LC= Sel Leydig;
Sp=Spermatid; Sn=Sel Sertoli; Lp=Lamina propia/basalis (Ross,
2011:791)
3.2 Oogenesis
Oogenesis terjadi pada organ gonad betina atau disebut ovarium,
ovarium terdapat sepasang dan berada di samping vertebrae dan
dibelakang ginjal. Ovarium berfungsi menghasilkan ovum sebagai sel
gamet dari betina. Ovarium juga di lengkapi dengan oviduct, Oviduct
terbagi menjadi 3 bagian yaitu corong bersilia, tuba fallopi, dan uterus.
Ovum mengalami pematangan, fertilisasi, dan pembelahan di bagian tuba
fallopi. Selain menghasilkan sel gamet, ovarium juga berfungsi
menghasilkan hormone steroid seperti estrogen dan progesterone (Ross,
2011:831).

Gambar 3.Penampang Histologi Ovarium (Ross, 2011:873)

Oogenesis dibedakan menjadi 3 fase, fase proliferative dimana


oogonium membelah secara mitosis untuk memperbanyak diri dan
menghasilkan oosist primer, fase meitotic diamana oosit primer akan
mengalami pembelahan meiosis, dan fase pematangan dimana oosit
sekunder akan diubah menjadi ovum (Gilbert, 2018:208).
Pada perkembangannya, tiap oosit primer akan dikelilingi oleh sel
pendukung yang pipih bernama sel follicular untuk membentuk folikel. Sel
follicular ini akan berkembang sejalan dengan perkembangan oosit,
sehingga pada pengamatan histologi ovarium ini biasaya akan ditemukan
berbagai jenis folikel seperti primordial folikel, folikel primer unilaminar,
folikel primer multilaminar, folikel sekunder, dan folikel de graff Mescher,
2013:449). Karena ovulasi ditandai dengan keluarnya oosit sekunder dari
ovarium maka bentuk ovum tidak akan dapat diamati pada pengamatan
histologi ovarium. Adapun ciri-ciri tiap folikel adalah sebagai berikut.
3.2.1 Primordial Folikel
Merupakan oosit primer yang dikelilingi oleh selapis sel follicular
yang pipih. Berukuran kecil dan terletak di dekat epitel permukaan
(Mescher, 2013:451).
3.2.2 Folikel Primer Unilaminar
Merupakan oosit primer yang dikelilingi oleh selapis sel follicular
berbentuk kubus. Berukuran lebih besar dari primordial folikel
dengan oosit yang besar. Antara lapisan sel follicular dan oosit
terdapat zona pelusida (Mescher, 2013:453).
3.2.3 Folikel Primer Multilaminar
Merupakan oosit primer yang dikelilingi oleh berlapis sel follicular
berbentuk kubus. Berukuran lebih besar dari folikel primer
unilaminar dengan oosit yang besar. Antara lapisan sel follicular
dan oosit terdapat zona pelusida (Mescher, 2013:453)
3.2.4 Folikel Sekunder
Merupakan oosit primer yang dikelilingi oleh berlapis sel follicular
berbentuk kubus yang terlihat membentuk sebagian besar folikel.
Lapisan sel follicular yang berlapis tersebut dengan lapisan
granulosa. Terdapat bentukan celah yang disebut antrum yang
terlihat seperti bulan sabit (Mescher, 2013:456)
3.2.5 Folikel De Graff
Folikel paling besar dengan antrum yang besar. Oosit sekunder
dikelilingi lapisan granulosa yang dinamakan korona radiata dan
dihubungkan oleh cumulus ooforus (Ross, 2011:823)
b c

Gambar 3.5 (a) Primordial Folikel; (b) Folikel Primer Unilaminar; (c)
Folikel Primer Multilaminar (Ross, 2011:873)

a b

Gambar 3.6 (a) Folikel Sekunder; (b) Folikel De Graff (Ross, 2011:875)

4. Alat dan Bahan


5. Prosedur
6. Hasil Pengamatan
No Gambar Perbesaran Keterangan

7. Diskusi
8. Kesimpulan
9. Jawaban Diskusi
9.1 Bagan Proses Spermatogenesis

2n

2n

2n

2n

Gambar 9.1 Proses Spermatogenesis (Mescher, 2013:436)


Spermatogenesis diawali dari pembelahan dan diferensiasi sel germ
menjadi spermatogonium (diploid/2n), ada 3 tipe spermatogonium, tipe A1
(dark), A2 (Pale), dan B. Tipe B akan mengalami pembelahan mitosis
terakhir membentuk spermatosit primer (diploid/2n) (Gilbert, 2018:208).
Tiap spermatosit primer akan mengalami pembelahan meiosis
pertama membentuk sepasang spermatosit sekunder yang haploid (n)
karena terjadi reduksi kromosom. Selanjutnya tiap spermatosit sekunder
akan mengalami meiosis kedua membentuk sepasang spermatid yang
haploid (n) (Gilbert, 2018:209). Pada fase meitotic sel akan semakin
menjauh dari lamina basalis dan semakin mendekat ke bagian lumen,
walaupun makin menjauh dari lamina basalis tiap spermatid masih
terhubung satu sama lain melalui jembatan sitoplasmik. (Gilbert,
2018:209). Spermatid yang masih berbentuk bulat dan tak berflagela akan
mengalami diferensiasi dan pematangan menjadi sperma (haploid/n).
(Gilbert, 2018:210). Pada akhirnya tiap spermatosit primer (diploid/2n)
akan membentuk 4 sel sperma yang haploid (n)
9.2 Bagan Proses Oogenesis

2n

2n

2n

n n

n n

Gambar 9.2 Proses Oogenesis (Mescher, 2013:457).

Oogenesis terjadi sejak bulan pertama perkembangan embrio, ketika


sel germ bermigrasi ke gonad, sel germ akan membelah dan berdiferensiasi
menjadi oogonium (diploid/2n). Pada bulan ketujuh oogonium akan
mengalami pembelahan secara mitosis untuk menghasilkan oosit primer
(diploid/2n), tiap oosit primer akan dikelilingi oleh sel pendukung yang
pipih bernama sel follicular untuk membentuk follicle (Mescher,
2013:449).
Oosit primer yang dikelilingi oleh sel follicular disebut dengan
primordial follicle, ketika individu betina memasuki masa pubertas
hormone FSH akan memacu perkembangan primordial follicle.
Perkembangan tersebut memacu pertumbuhan oosit primer serta poliferasi
dan perubahan sel follicular. Sel follicular akan membelah dan membentuk
sel-sel yang berbentuk kubus, pada fase ini follicle disebut dengan follicle
primer unilaminar. Sel follicular kemudia melanjutkan poliferasinya dan
membentuk beberapa lapisan sel follicular, pada fase ini follicle disebut
dengan follicle primer mltilaminar (Mescher, 2013:449).
Follicle primer multilaminar kemudian mengalami pertumbuhan
dan membentuk celah di daerah sel follicular yang disebut dengan antrum,
follicle yang memilki antrum ini disebut dengan follicle sekunder.
Walaupun dinamakan follicle sekunder, akan tetapi oosit yang di
dalamnya masih merupakan oosit primer yang diploid (2n)bersama dengan
follicle primer unilaminar dan multilaminar (Mescher, 2013:456).
Follicle sekunder kemudian mengalami perbesaran ruang antrum
dan tumbuh semakin besar, follicle tersebut dinamakan dengan follicle de
graff. Bersamaan dengan itu terjadi meiosis 1 yang menghasilkan 2 sel
yang tidak sama besar, sel yang kecil memiliki nucleus yang kecil dan
sitoplasma yang sedikit akan mati, sel keil tersebut dinamakan badan polar
(haploid/n). Sel lain yang berukuran lebih besar dinamakan oosit sekunder.
Oosit sekunder memiliki jumlah kromoson yang haploid (n) (Mescher,
2013:457).
Ovulasi terjadi saat follicle de graaf meleaskan oosit sekunder
(haploid/n) ke oviduct. Oosit sekunder yang diovulasikan masih belum
matang. Meiosis kedua akan terjadi ketika oosit sekunder dibuahi oleh
sperma. Ketika terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami meiosis
kedua, menghasilkan ovum (haploid/n) dan satu badan polar (haploid/n)
(Ross, 2011:838).
Follicle de graaf yang telah melakukan ovulasi kemudian akan
berubah menjadi corpus luteum yang menghasilkan hormone progesterone
dan estrogen (Ross, 2011:839).
10. Jawaban Evaluasi
10.1 Sel Leydig merupakan sel dengan nucleus besar dan sitoplasma yang
bergranular, sel Leydig berfumgsi menghasilkan hormone testosterone
pada masa pubertas (Rastogi, 2008:437). Sedangkan Sel Sertoli
berfungsi memberikan kebutuhan nutrisi kepada sel spermatogenic
yang sedang berkembang (Rastogi, 2008:437).
10.2 Persamaan: Spermatogenesis dan Oogenesis melawati 3 tahap yaitu
tahap proliveratif, tahap meitotic, dan tahap pematangan;
Spermatogenesis dan Oogenesis meghasilkan sel gamet yang haploid
(n); Spermatogenesis dan Oogenesis sama-sama dipengaruhi oleh
GnRH
Perbedaan: Spermatogenesis terjadi di gonad jantan sedangkan
Oogenesis terjadi di gonad betina; Spermatogenesis menghasilkan 4 sel
gamet yang fungsional sedangkan Oogenesis hanya menghasilkan 1 sel
gamet yang fungsionla; Pada Spermatogenesis tahap meitoticnya
terjadi secara kontinu sedangkan pada Oogonesis tahap meitoticnya
secara bertahap (berhenti pada beberapa fase meiosis);
Spermatogenesis terjadi secara terus menerus setelah pubertas (tidak
terbatas) sedangkan Oogenesis terjadi secara terbatas walaupun telah
terjadi sejak embrio.
10.3 Tidak, karena beberapa oogonium yang berkembang akan mengalami
Atresia, dima oosit primer akan terdegradasi dan mati. pada
perkembangannya sebagian besar oosit primer akan terdegradasi
selama masa hidup betina. Ketika betina mencapai pubertas setidaknya
terdapat 300.000 follicles dan hanya 450 follicles yang mengalami
pematangan menjadi ovum (Mescher, 2013:449).
10.4 Follicle de graaf yang telah melakukan ovulasi kemudian akan berubah
menjadi corpus luteum yang menghasilkan hormone progesterone dan
estrogen (Ross, 2011:839).
11. Daftar Pustaka
Gilbert, S.F. & Barresi, M.J.F. 2018. Developmental Biology. Eleventh Edition.
Massachusetts: Sinauer Associates, Inc.
Mescher, A.L. 2013. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. Thirteenth
Edition. Indiana: McGraw-Hill Education.
Rastogi, S.C. 2008. Essentials of Animal Physiology. Fourth Edition. Mumbai:
New Age International Publisher.
Ross, M.H. & Pawlina, W. 2011. Histology A Text and Atlas. Sixth edition.
New York: Lippincott Williams & Wilkins.
Slack, J.M.W. 2006. Essential Developmental Biology. Second Edition.
Oxford: Blackwell Publisher.

Anda mungkin juga menyukai