“DIHIBRID”
B. DASAR TEORI
Hingga kini yang kita perhatikan hanyalah pewarisan sifat yang diawasi oleh
sepasang gen tunggal yang terletak pada kromosom yang homolog. Seperti yang kita
ketahui suatu organisme tidak mewarisi hanya satu sifat saja dari induknya. Tetapi dapat
beberapa sifat sekaligus, misalnya seorang anak dapat mewarisi rambut ikal dan hitam
dari ayahnya sedangkan bentuk mata dan hidungya mirip dengan ibunya. (Tjan, 1991)
Hal tersebut diatas merupakan salah satu contoh dari persilangan dihibrid atau
mungkin polihibrid (persilangan dengan lebih dari satu sifat beda). Persilangan dihibrid
adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat beda (setiawati,
2010). Berarti ada empat gen yang diamati pada keturunan, dua dari induk jantan dan dua
dari induk betina. sesuai dengan hukum Mendel II, sifat yang diwariskan pada
persilangan dihibrid bersifat bebas atau tidak saling mempengaruhi. Pada generasi F2
terdapat keturunan yang mempunayi sifat baru yang tisak sama dengan kedua induknya.
Sifat tersebut muncul sebagai akibat dari perpaduan genotype antara kedua induknya.
Genotype baru yang homozigot dikenal sebagai bastar konstan (galur murni).
Hasil penyilagan fenotip F2 terkadang tidak selalu sama dengan hasil perhitungan
hukum Mendel. Untuk mengujinya perlu dilakukan perhitungan dengan uji chi-kuadrat.
Uji chi- kuadrat merupakan suatu metode statistic dengan penentu apakah penyelewengan
hasil penyilangan tidak sesuai dengan hipotesis perhitungan atau tidak.
Dasar fisik bagi hukum mendel pilihan acak dapat dengan mudah simengerti jika
kita menempatkan gen- gen pada 2 pasang kromosom dalam sel yang sedang mengalami
meiosis. Andaikata kita sedang meneliti sebuah sel dari tanaman ercis yang dihibrida bagi
gen- gen yang menentukan tingginya batang dan warna polong. Tahap meiosis yang
penting bagi suatu pengertian tentang pilihan acak adalah metaphase 1. Dalam sel- sel
suatu hibrida, kedua pasng kromosom itu bisa tersusun dalam 2 cara yang berbeda,
dimana masing- masing akan tampil dengan frekuensi yang sama di antara sel- sel benih
yang mengalami pematangan.
Satu hal yang penting dapat dikemukakan di sini adalah jika diteliti susunan
genetis dari individual- individual yang penampilannya sama kecuali pada kelas resesif
ganda, maka akan terlihat bahwa walaupun 2 individual nampaknya sama sebagai
ekspresi sifat dominan, namun mereka tidaklah sama secara genetis. Yang satu bias
dominan homozigot, dan yang lainnya heterozigot. Sebaliknya, individual- individual
yang mengekspresikan sifat resesif harus sama seperti genetis, yaitu homozigot terhadap
gen resesif (Anna, 1985).
Cara kerja pada percobaan ini (dihybrid) hampir sama dengan percobaan
monohybrid, hanya saja jenis lalat buah dalam botol kultur percobaan dihibrid lebih
banyak dari pada botol kultur percobaan sebelumnya. Langkah- langkah kerja yang perlu
dilakukan antara lain;
1) Menyiapkan botol kultur yang berisi lalat buah Drosophils melanogaster yang akan
diamati.
2) Sebelum memasukkan lalat kedalam botol pembiusan, botol kultur terlebih dahulu
diketuk- ketukkan di atas papan gabus/ styroform agar lalatnya berjatuhan kebawah,
hal ini bertujuan agar lalat tidak beterbangan keluar ketika hendak dipindahkan
kedalam botol pembiusan.
3) Memindahkan lalat kedalam botol pembiusan dengan cara; membuka sumbat botol
kultur dan menutupnya dengan botol pembiusan.
4) Memutar botol kultur perlahan- lahan, atau membalikan botol dengan posisi botol
pembiusan di bawah dan botol kultur di atas, hal ini bertujuan untuk merangsang lalat
buah agar masuk kedalam botol pembiusan.
5) Setelah sekiranya beberapa lalat telah masuk kedalam botol pembiusan, secara
perlahan dan hati- hati, membalikan kembali posisi kedua botol tersebut dan dengan
segera menutup botol kultur dan pembiusan agar lalat buah dalam botol tidak
beterbangan.
6) Pada tutup botol pembiusan yang menggunakan kayu gabus, terdapat lubang dengan
pipa yang berfungsi sebagai saluran untuk meneteskan eter. Namun sebelum
meneteskan eter, terlebih dahulu saluran tersebut diberikan sumbat agar lalat tidak
keluar dari lubang pipa tersebut.
7) Memasukkan sebanyak tiga atau empat tetes eter kedalam botol pembiusan, tidak
terlalu banyak dengan harapan lalat hanya pingsan saja tidak mengalami kematian.
8) Setelah semua lalat pingsan, memindahkan lalat- lalat buah tersebut yang terdapat
dalam botol pembiusan kedalam cawan petri, yang sebelumnya di dalam cawan petri
telah diberi kapas yang terlebih dahulu telah ditetesi dengan eter. Hal ini ditujukan
agar selama fase analisis, lalat buah Drosophila tidak cepat sadarkan diri.
9) Melakukan penghitungan dan menganalisa lalat buah Drosophila melanogaster tadi
yang belum diketahui jenis serta parentalnya. Setelah mengetahui jenis- jenis dari
lalat buah dan parentalnya telah diketahui serta jumlah lalat yang dihitung telah
mencapai jumlah yang diharapkan, membunuh lalat dengan cara memasukkannya
kedalam suatu wadah yang berisi air sabun. Pembunuhan ini bertujuan agar
keragaman lalat asli di daerah sekitar terjaga kelestariannya.
E. HASIL PENGAMATAN
1. No. Botol = D 14
+ 𝑏
Parentalnya ♂= black (b) + 𝑏
𝑠𝑒 +
♀= sepia (se) 𝑠𝑒 +
= 4–1
= 3
(𝑓𝑡−𝐹𝑡)2
X2 = ∑ 𝐹𝑡
= 22, 03 + 15, 85 + 6, 68 + 7, 24
= 51, 8
Jika dibandingkan dengan table di chi- kuadrat, maka hasil tersebut lebih besar
dibandingkan dengan table, sehingga menolak hipotesis nol pada taraf kepercayaan 95%,
artinya persilangan tersebut sedikit menyimpang dari hukum Mendel II.
3. Bagan Persilangan
P = black X sepia
+ 𝑏 𝑠𝑒 +
X
+ 𝑏 𝑠𝑒 +
+ + + +
F1 = X
𝑠𝑒 𝑏 𝑠𝑒 𝑏
+ + + +
3 3 9 = Normal
. . . .
𝑏 + 𝑏
3 = black
𝑏 . 𝑏
𝑠𝑒 + 𝑠𝑒 +
3 3 𝑠𝑒 = sepia
𝑠𝑒 . .
𝑏 𝑠𝑒 𝑏
1 𝑠𝑒 = sepia black
𝑏 𝑏
Jadi perbandingan fenotipe generasi F2 yaitu Normal : black : sepia : sepia black
adalah = 9 : 3 : 3 : 1 .
F. PEMBAHASAN
Pada pengamatan kali ini, adalah pengamatan mengenai persilangan dihibrid pada
lalat buah Drosophila melanogaster. Pada penelitian kali ini dibutuhkan ketelitian/
kecekatan untuk mengetahui jenis dan ciri- ciri Drosophila melanogaster untuk
menentukan parental mutannya.
Hasil percobaan dihibrid pada generasi F2 selalu mempunyai perbandingan
fenotipe 9 : 3 : 3 : 1. Berdasarkan hasil tersebut dapat dirumuskan hukum Mendel II
(hukum pengelompokkan bebas, asortasi) yang menyatakan bahwa selama pembentukan
gamet, masing- masing alel berpadu secara bebas. Setiap sifat adalah bebas dan tidak
bergantung pada sifat yang lain.
Hasil persilangan Mendel juga berlaku pada tumbuhan dan hewan yang lain.
Namun dalam prakteknya hasil persilangan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita
harapkan. Hal ini terjadi akibat adanya beberapa hubungan antara lain persilangan dengan
gen terpaut sex, adanya interaksi gen, adanya epistasis, adanya dominansi tidak sempurna
dan adanya gen yang bersifat homozigot letal (Sisunandar, 2013).
Pada persilangan dihibrid ini, diketahui parentalnya black dan sepia,
menghasilkan F2 yaitu Normal, black, sepia, sepia-black. Sepia-black memiliki ciri- ciri
berbadan hitam, bermata coklat (merah tua) dengan sayap layaknya seperti lalat buah
yang normal pada umumnya.
Gen black terletak pada kromosom nomor 2, sedangkan sepia terletak pada
kromosom nomor 3. Kedua gen tersebut bersifat resesif. Menurut hukum Mendel II,
persilangan dengan dua sifat beda yang terletak pada kromosom yang berlainan akan
bersegregasi secara bebas dengan menghasilkan empat macam fenotipe dengan
perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Hasil ini dapat diterangkan sebagai berikut :
Pada tahap metaphase 1 dari pembelahan meiosis, terjadi pemisahan kromosom
secara bebas dengan susunan yang sembarang. Hal ini memungkinkan terbentuknya
gamet dengan perbandingan yang sama, yaitu normal, black, sepia, dan black-sepia
sehingga dari persilangan individu yang heterozygote akan diperoleh perbandingan di
atas ( Sisunandar, 2013).
F2 yang diperoleh dari percobaan ini adalah 145 normal, 10 black, 18 sepia dan 2
sepia-black. Lalu setelah dianalisis dengan menggunakan tekhnik analisis chi-kuadrat dan
diperoleh derajat kebebasan 3, diperoleh hasil 51,8. Dibandingkan dengan data pada table
chi-kuadrat yaitu 7,815 maka pada percobaan ini menolak hipotesis nol dengan
kepercayaan 95%.
Pada intinya Hukum Mendel II mengungkapkan bahwa setiap pasang alel terpisah
secara bebas pada setiap gamet. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, gen sealel
secara bebas pergi kekutub yang berbeda.
G. KESIMPULAN
Dari percobaan genetika kali ini yaitu tentang dihibrid, dapat disimpulkan bahwa;
1) Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan
dua sifat yang berbeda.
2) Hukum Mendel II terbukti, bahwa sifat yang diwariskan pada persilangan dihibrid ini
adalah bebas atau tidak saling mempengaruhi.
3) Generasi F2 hasil persilangan dihibrid lalat buah ini (Drosophila) memiliki
perbandingan fenotipe normal : black : sepia : sepia-black sebanyak 9 : 3 : 3 : 1.
4) Membuktikan dan menerima hukum Mendel II yakni, “Bila dua individu berbeda satu
dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang
sepasang tidak tergantung dari pasangan sifat yang lain”.
5) Pada praktikum dihibrid penyilangan lalat buah (Drosophila melanogaster) diperoleh
hasil chi-kuadrat yang lebih besar dibandingkan dengan table, sehingga menolak
hipotesis nol pada taraf keperayaan 95%. Artinya bahwa persilangan tersebut sedikit
menyimpang dari hukum Mendel II, sehingga Ho ditolak.
DAFTAR PUSTAKA