Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERKAWINAN HIBDRID PADA Drosophila sp.

OLEH:

NAMA : MARIA MARCELLA


NIM : 08041282025061
KELOMPOK : 5 (LIMA)
ASISTEN : MELI PUSPITA SARI

LABORATORIUM GENETIKA JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

I. Judul : Perkawinan Hibrid pada Drosophila sp.

II. Tujuan : 1. Mengenal lalat buah Drosophila melanogaster


2. Belajar membuat persilangan dan mengamati ratio fenotip dari
keturunan yang dihasilkan.
III. Dasar Teori
Tidak diragukan lagi keadaan genetik adalah faktor yang memainkan peran
yang sangat penting dalam menentukan ekspresi sifat makhluk hidup. Interaksi
genetik, yang terjadi melalui kontrol reaksi biokimia yang membentuk jalur
metabolisme, adalah contoh bagaimana faktor genetik menentukan ekspresi
karakteristik makhluk hidup. Tidak hanya ditentukan oleh faktor genetiknya,
ekspresi sifat makhluk hidup pun sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
internal, misalnya sinyal yang berasal dari sitoplasma sel itu sendiri dan hormon,
serta lingkungan eksternal, yaitu sinyal-sinyal yang berasal dari lingkungan di luar
tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, ekspresi sebuah gen merupakan respon
terhadap sinyal lingkungan yang diterima (Ramadani et.al, 2016).
Drosophila melanogaster seringkali dijadikan sebagai hewan modal dalam
penelitian. Alasan dijadikannya Drosophila sebagai model dalam penelitian antara
lain adalah Drosophila mempunyai siklus hidup yang pendek yaitu berkisar antara
7 Sampai dengan 10 hari bergantung pada kondisi lingkungan termasuk suhu
sekitar, memiliki jumlah keturunan yang banyak memiliki banyak variasi sifat
yang diturunkan, jumlah kromosom yang sedikit (8 kromosom) sehingga
memudahkan dalam pengontrolan, dan memiliki nilai kepraktisan dan
keekonomisan (Elrod, 2007).
Drosophila melanogaster masuk dalam jenis serangga yang tidak berbahaya,
dan biasanya hidup dan hinggap di buah. Lalat buah dapat dengan mudah
berkembang biak. Lalat buah bisa menghasilkan ratusan keturunan hanya pada
sekali perkawinan. Selain itu, generasi yang baru dapat dikembangbiakkan setiap
dua minggu. Drosophila melanogaster pada kondisi lingkunagan normal termasuk
kedalam organisme diploid yang memiliki empat buah kromosom. Masing-
masing kromosom mempunya empat pasang kromosom homolog keculai
kromosom X dan kromosom Y (Aurora dan Susilawati, 2020).
Salah satu ciri atau sifat makhluk hidup adalah kemampuannya untuk
berkembang biak. Reproduksi dapat terjadi melalui perkawinan yang
menghasilkan keturunan. Keturunannya mewarisi sifat-sifat induk, yang salah
satunya dikendalikan oleh DNA di dalam dan di luar nukleus. Warisan di luar inti
sering dikaitkan dengan efek induk betina. Sitoplasma menyediakan lingkungan di
mana gen berperan. Oleh sebab itu, daripada indukan jantan,diharapkan indukan
betina akan lebih banyak mempengaruhi peran gen tertentu.(Wahyuni, 2013).
Menurut Safitri dan Bachtiat (2017), D. melanogaster populer karena sangat
mudah berkembang biak, menjalani seluruh siklus hidupnya hanya dalam dua
minggu, mudah dirawat, dan memiliki keragaman fenotipe yang relatif mudah
diamati. Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dilepaskan berkurang ketika
ada kekurangan makanan.
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang biasanya dapat
kita temukan pada permukaan buah-buahan yang telah busuk. Drosophila telah
digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan dan
seringkali digunakan sebagai penelitian tentang siklus hidupnya yang berkaitan
dengan sifat keturunannya yang dapat dilihat dari fenotipenya. Drosophila
diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha dan juga termasuk dalam seri
Acaliptrata, yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa (Susan,
2009).
Perbedaan jenis kelamin pada Drosophilla melanogaster secara morfologi
terlihat dari bentuk pantat Drosophila, lalat jantan memiliki ujung posterior yang
tumpul sedangkan lalat betina memiliki ujung posterior yang runcing. Pada kaki
lalat jantan, terdapat sex comb, sedangkan lalat betina tidak. Ciri-ciri lainnya yang
dapat membedakan jantan dan betina adalah dari ukuran tubuhnya, dimana lalat
betina memiliki badan yang lebih besar daripada lalat jantan. Drosophila
melanogaster normal memiliki mata merah yang berbentuk elips. Dapat
ditemukan juga mata oceli yang ukurannya jauh lebih kecil dari mata majemuk
tapatnya ada di bagian atas kepala, antara mata dua mata majemuk, dan berbentuk
bulat (Suryo, 2018).
IV. Cara Kerja
4.1. Pembuatan Medium
Dibuat medium dengan menggunakan sebanyak 25 – 30 botol dimasak gula
merah 150 g dengan 1200 ml air sampai mendidih. Pisang sebanyak 600 g
diblender, dimasukan kedalam gula merah yang sedang mendidih, kemudian
tambahkan 7 g agar-agar dan diaduk sampai rata hingga pisang menjadi matang.
Adonan dibiarkan dingin sekitar 15 menit kemudian ditambahkan 20 g ragi roti
dan asam benzoat. dituangkan dengan segera sekitar 40 ml adonan yang masih
panas kedalam botol biakan, dan kemudian dimasukan kertas saring untuk
menyerap kelebihan air dalam botol medium. Botol biakan siap dipergunakan
apabila medium sudah dingin.

4.2. Persilangan Drosophila Normal dengan Mutan


Dikawinkan lalat-lalat tipe liar (normal) dengan salah satu mutan.
Diusahakan agar lalat betina yang digunakan adalah lalat betina yang masih virgin
yaitu yang kira-kira 12 jam. Dalam satu botol dimasukan lima lalat jantan dan
lima lalat betina. Botol-botol tersebut ditinggal di tempat gelap dan setiap hari di
cek. Setelah kira-kira diperoleh banyak larva, lalat-lalat perental dimatikan.
Setelah larva-larva tersebut menjadi lalat segera dibius dengan eter dan dihitung
jumlahnya. Caranya adalah setelah botol diberi kapas yang telah ditetesi eter,
kemudian lalat-lalat tersebut diletakan diatas kertas putih. Lalat tersebut kemudian
dipisahkan antara jantan dengan betina dan dihitung. Kemudian tetapkan genotip
dan fenotipnya dan buatlah daftar.
V. Hasil Pengamatan
5.1. Hasil
5.1.1. Skema Perkawinan Hibrid
P = X+XW >< XWY
F1 = ♂ XW Y

X+ X+XW XWY
XW XW XW XWY

Genotipe : 1 : 1 : 1 : 1
25% : 25% : 25% : 25%
Fenotipe : Betina Normal : Betina Mata Putih : Jantan Normal
: Jantan Mata Putih

F2.b = X+XW >< XWY

Genotipe : 1 : 1 : 1: 1
Fenotipe : Betina Normal : Betina Mata Putih : Jantan Normal
: Jantan Mata Putih
F1 = ♂ XW Y

X+ X+XW XWY
XW XW XW XWY

F2.b = XWXW >< X+Y


♂ X+ Y

XW X+XW XWY
XW X+XW XWY

Genotipe : 50% XT XW : 50% XWY


Fenotipe : 50% Betina Normal : 50% Jantan Mata Putih
5.1.2. Morfologi Drosophila sp. Jantan Betina Mutan
Keterangan :
1
1. Mata
2
2. Kaki
3. Sayap
4. Abdomen

4
3

Drosophila sp. Jantan

Keterangan :
2
3 1. Abdomen
2. Antena
3. Mata
4. Kaki
1
5. Sayap
4 5

Drosophila sp. Betina


VI. Pembahasan
Berdasarkan pengamatanan yang telah dilakukan, Drosophila sering
dijadikan bahan penelitian yang berhubungan dengan genetika karena memiliki
jumlah kromosom yang sedikit, yaitu empat pasang, mudah didapatkan, memiliki
siklus hidup pendek dan mudah didapatkan. Menurut Elrod (2007),
Drosophila melanogaster sering kali dijadikan model dalam penelitian, sebagai
objek penelitian. Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan alasan dijadikannya
Drosophila sebagai model dalam penelitian, antara lain , jumlah kromosom yang
sedikit (8 kromosom) sehingga memudahkan dalam pengontrolan, dan memiliki
nilai kepraktisan dan keekonomisan, dan memiliki siklus hidup yang pendek yaitu
berkisar antara 7 Sampai dengan 10 hari.
Drosophila memiliki keturunan yang bervariasi karena memiliki jumlah
kromosom yang sedikit tadi. Karena keturunannya yang bervariasi ini, Drosophila
juga sering kali menghasilkan keturunan yang mutan. Menurut Hotimah et.al
(2017), Drosophilla melanogaster selama ini telah mengalami mutasi genetic
sehingga dikenal dengan berbagai macam strain. Mutan tersebut memiliki
kelainan genetik pada kromosom tertentu sehingga menyebabkan terjadinya
perbedaan fenotip jika dibandingka dengan Drosophilla melanogaster tipe
normal (Wild Type).
Drosophila jantan memiliki ciri-ciri antara lain memiliki ujung abdomen
yang menghitam dan berbentuk tumpul, ukurannya lebih kecil kalua dibandingkan
dengan betinanya, dan pada kaki depannya terdapat sisir kelamin. Drosophila
jantan juga memiliki sayap yang lebih kecil daripada jantan. Jenis kromosom seks
pada drosophila jantan tidak dipengaruhi oleh X dan Ynya, melainkan
berdasarkan jumlah autosomnya. Semakin banyak autosomnya, maka drosophila
akan menjadi jantan super. Kromosom Y pada jantan berfungsi sebagai pengaruh
kesuburan atau fertilitas. Menurut Sisunandar (2014), Kromosom Y pada
Drosophila tidak menentukan jenis jantan ataupun kehidupan lalat Drosphila,
namun kromosom Y diperlukan untuk menjaga fertilitas.
Drosophila betina memiliki ciri antara lain abdomennya memiliki ujung
yang runcing dan tidak menghitam seperti jantan. Ukurannya lebih besar
dibandingkan dengan yang jantan, dan sayapnya juga lebih lebar. Drosophila
betina tidak memiliki sisir kelamin. Jenis kelamin drosophila bergantung pada
jumlah kromosom X, yang mana semakin banyak kromosom X-nya, maka
drosophila akan menjadi betina super. Menurut Aurora et.al (2020), Gen yang
sifat jantan dan betina masing- masing tersebar diantara autosom dan terletak pada
kromosom X. Jumlah kromosom X sangat berpengaruh untuk drosophila betina.
Dengan adanya satu kromosom X, maka akan memberikan 1,5 kecenderungan
betina, sedangkan satu set autosom cenderung akan menjadi jantan, jadi
perbandingannya 1,5 :1.
Dalam perkawinan hibdrid Drosophila normal tidak carrier dengan
drosophila mutan, ditemukan bahwa terdapat genotip keturunan berupa tiga
drosophila normal dan satu Drosophila mutan. Pada perkawinan drosophila betina
carrier dengan drosophila mutan, didapati keturunnya akan lebih bervariasi. Sifat
carrier atau pembawa ini sering ditemukan pada kromosom X yang ada pada
drosophila betina. Menurut Sasmita dan Rusyati (2019), Pada perempuan, jika
hanya satu kromosom saja yang bermutasi maka dirinya hanya menjadi carrier
atau pembawa gen.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan antara lain :
1. Pada keturunan Drosophila, terdapat ciri-ciri yang tidak sejalan dengan bentuk
normalnya, yang disebut mutan.

2. Pada umumnya Drosophila betina sering bertindak sebagai carrier mutan.

3. Kejadian dimana hanya salah satu kromosom yang mengalami mutasi dan tidak
muncul pada fenotip disebut dengan organisme carrier.

4. Kromosom Drosophila ada 4 pasang atau 8 buah.

5. Kromosom Y pada drosophila berfungsi untuk kesuburan atau fertilitas.


DAFTAR PUSTAKA

Aurora, M. E. M., dan Susilawati, I. O. 2020. Monohibridization with Different


Media Treatments on Fruit Flies (Drosophila melanogaster). Jurnal Biologi
Tropis. 20 (2): 263 – 269.

Elrod, S. L. 2007. Schaum’s Genetika. Jakarta: Erlangga.

Hotimah, H., Purwatiningsih., dan Senjarini, K. 2017. Deskripsi Morfologi


Drosophilla melanogaster Normal (Diptera:Drosophilidae), Strain Sepia
dan Plum. Jurnal Ilmu Dasar. 18(1): 55-60.

Ramadani, S. D., Corebima, A. D., dan Zubaidah, S. Pemanfaatan Drosophila


Melanogaster Sebagai Organisme Model Untuk Mempelajari Pengaruh
Faktor Lingkungan Terhadap Ekspresi Sifat Makhluk Hidup Pada
Perkuliahan Genetika. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan. 1(5): 806-813.

Safitri, D., dan Bachtiat, S. 2017. Pengaruh Penambahan Ragi pada Media
terhadap Perkembang Biakan Drosophila melanogaster. Jurnal Biology
Science and Education. 6 (1): 45-52.

Sasmita, I. P. A., dan Rusyati, L. M. M. 2019. Displasia Ektodermal Tipe


Hipohidrotik Pada Seorang Anak Bayi Tiga Tahun. Jurnal Intisari Sains
Medis. 10(2): 368-374.

Sisunandar. 2014. Pengantar Praktikum Genetika. UM, Purwekerto.

Suryo. 2018. Genetika untuk Strata 1. Yogyakarta: UGM Press.

Susan. 2009. Genetika. Jakarta : Erlangga.

Wahyuni S. 2013. Pengaruh Maternal terhadap Viabilitas Lalat Buah (Drosophila


melanogaster Meigen) Strain Vestigial (vg). Skripsi. Universitas Jember,
Jember.
LAMPIRAN

Screenshoot check plagiarisme dasar teori


Sumber : duplichecker.com

Screenshoot check plagiarisme dasar teori


Sumber : duplichecker.com

Anda mungkin juga menyukai