Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Pada tahun 1908, ahli Matematika Inggris G.H. Hardy dan seorang ahli Fisika Jerman
W. Weinberg secara terpisah mengembangkan model matematika yang dapat menerangkan
proses pewarisan tanpa mengubah struktur genetika di dalam populasi. Hukum Hardy-
Weinberg menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel di dalam populasi akan tetap seperti
frekuensi awal, dengan beberapa persyaratan yaitu: populasi sangat besar, kawin acak, tidak
ada perubahan di dalam unggun gen akibat mutasi, tidak terjadi migrasi individu ke dalam
dan ke luar populasi, dan tidak ada seleksi alam (semua genotip mempunyai kesempatan yang
sama dalam keberhasilan reproduksi).
Hukum Hardy-Weinberg memberikan standar ideal untuk para ahli genetika untuk
membandingkan populasi yang sebenarnya dan mendeteksi perubahan evolusi. Dua hal
utama dalam hukum Hardy-Weinberg, yaitu (1) Jika tidak ada gangguan maka frekuensi alel
yang berbeda dalam populasi akan cenderung tetap/tidak berubah sepanjang waktu. (2)
Dengan tidak adanya faktor pengganggu, maka frekuensi genotipe juga tidak akan berubah
setelah generasi I.
.
1.2  RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa manfaat hukum Hardy-Weinberg dalam evolusi.


2. Apa pengaruh hukum Hardy-Weinberg dalam suatu populasi
1.3    TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1.      Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg.

2.     Dapat mengetahui apa itu hukum Hardy – Weinberg.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sejarah
Godfrey Harold Hardy seorang matematikawan Inggris dan Wilhelm Weinberg seorang
dokter dari Jerman. Tahun 1908 secara terpisah menemukan dasar-dasar frekuensi alel dan
genetik dalam suatu populasi terpisah menemukan suatu hubungan matematik dari frekuensi
gen dalam populasi, yang kemudian dikenal dengan hukum Hardy-Weinberg (prinsip
kesetimbangan). Pernyataan itu menegaskan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu populasi
(gene pool) selalu konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi tertentu. Hukum ini
digunakan sebagai parameter untuk mengetahui apakah dalam suatu populasi sedang
berlangsung evolusi ataukah tidak.
2.2  Teori Hardy–Weinberg
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan, “Di bawah suatu kondisi yang stabil, baik
frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan tetap (konstan) dari generasi ke generasi
pada populasi yang berbiak secara seksual”.

Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg:

      Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama


      Perkawinan terjadi secara acak
      Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar.
      Tidak terjadi migrasi
      Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar

Jika lima syarat yang diajukan dalam kesetimbangan Hardy Weinberg tadi banyak
dilanggar, jelas akan terjadi evolusi pada populasi tersebut, yang akan menyebabkan
perubahan perbandingan alel dalam populasi tersebut. Definisi evolusi sekarang dapat
dikatakan sebagai: ”Perubahan dari generasi ke generasi dalam hal frekuensi alel atau
genotipe populasi”. Dalam perubahan dalam kumpulan gen ini (yang merupakan skala
terkecil), spesifik dikenal sebagai mikroevolusi. Akan dibahas 5 penyebab mikroevolusi:

1.    Genetic Drift (Hanyutan Genetik)


Bayangkan anda melempar uang 10x dan mendapatkan hasil 3 angka,7 gambar. Anda
masih bisa menerimanya. Jika anda melempar 100.000x dan mendapatkan 30.000x gambar,
anda akan curiga dengan mata uang tersebut. Semakin kecil ukuran sampel, semakin besar
peluangnya untuk terjadi penyimpangan dari hasil ideal yang diharapkan. Misalkan, ada
populasi bunga liar yang anggaplah konstan terdiri dari 10 tumbuhan dengan AA=5, Aa=3,
aa=1. Pada generasi pertama, hanya 5 yang bereproduksi (1AA, 3Aa, dan 1aa). Selanjutnya,
akan terjadi 10 tumbuhan dengan AA=3, Aa=4, aa=3. Jika selenjutnya hanya 3 tumbuhan
yang menghasilkan keturunan (2AA dan 1Aa), pastilah alel a semakin tereduksi dalam
populasi tersebut. Inilah satu contoh mikroevolusi. Lainnya adalah Efek Leher
Botol (Bottleneck Effect), yakni faktor non seleksi alam (misalkan bencana alam) yang
memilih korban benar-korban secara acak). Contoh klasik dari efek leher botol adalah
habisnya variasi genetik anjing laut gajah utara yang nyaris punah pada 1890 ketika
jumlahnya hanya 20 ekor. Ketika diuji pada 1970-an, 30.000 anjing laut gajah utara tidak
memiliki variasi genetik sama sekali yang dimungkinkan akibat pergeseran genetik.
Perbandingan, variasi genetik melimpah pada anjing laut gajah selatan yang hidup tentram.
Hal ini mirip sekali dengan apa yang dinamakan dengan Efek Pendiri (Founder Effect),
misalkan hanya ada beberapa biji-bijian yang terbawa oleh burung ke pulau kecil, jelas
potensi untuk menghasilkan populasi yang berbeda dengan populasi tetuanya amat besar.

2.    Gene Flow (Aliran Genetik)


Gene Flow (Aliran Genetik adalah pelanggaran syarat Kesetimbangan Hardy-Weinberg
yang mengatakan bahwa populasi harus terisolasi dari populasi lain. Misalkan ada dua
populasi bunga liar. Jika serbuk sari aa dari populasi pertama tertiup ke populasi kedua,
frekuensi alel aa akan meningkat terus pada populasi kedua.

3.  Mutasi
Meskipun mutasi dalam lokus gen tertentu jarang terjadi, dampak kumulatifnya dapat
berakibat nyata. Hal ini disebabkan karena tiap individu punya ribuan gen dan banyak
populasi memiliki jutaan individu. Tentunya dalam jangka panjang, mutasi sangat penting
bagi evolusi karena posisinya sebagai sumber asli variasi genetik yang merupakan seleksi
alam.

4.  Perkawinan Tak Acak


Perkawinan tak acak adalah pelanggaran syarat kesetimbangan Hardy-Weinberg yang
mengharapkan perkawinan acak. Nyatanya, individu akan lebih sering kawin dengan
tetangganya (bahkan kawin dengan dirinya sendiri/selfing yang amat umum pada tumbuhan).
Hal ini akan mengurangi jumlah heterozygote dan meningkatkan jumlah homozygote
dominan dan resesif. Pun ada jenis perkawinan berdasar pilihan (assortative mating), yakni
individu (biasanya betina) cenderung memilih jantan dengan ciri-ciri khusus. Bisa ditebak, ini
menyebabkan pergeseran dalam perbandingan alel tertentu.

5.  Seleksi Alam
Intinya adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi. Seleksi alam menyebabkan
perbandingan alel yang diturunkan ke generasi berikutnya menjadi berubah dibandingkan
perbandingan alel di populasi awal. Di antara semua faktor mikroevolusi yang kita bahas,
hanya seleksi alam yang mampu menyesuaikan populasi dengan lingkungannya. Seleksi alam
mengakumulasi dan mempertahankan genotipe yang menguntungkan dalam populasi. Jika
lingkungan berubah, seleksi alam akan “merespons” dengan mempertahankan genotipe yang
cocok dengan lingkungan yang baru. Akan tetapi, derajat adaptasi hanya dapat diperluas
dalam ruang lingkup keanekaragaman genetik populasi tersebut.

Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi.
Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka
populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka
frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi.

2.3 Rumus hukum Hardy-Weinberg


 Persamaan hukum Hardy-Weinberg dapat dijelaskan berikut ini.

Pada suatu lokus, gen hanya mempunyai dua alel dalam satu populasi. Para ahli genetika
populasi menggunakan huruf p untuk mewakili frekuensi dari satu alel dan huruf q untuk
mewakili frekuensi alel lainnya.
Bila frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan simbol p dan alelnya dengan simbol q,
maka secara matematis hukum tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
P + q = 1                                            

( + q) = 1
P + 2pq + q2 = 1
Pp + 2pq + qq = 1
Dimana :
pp = alel yang homozigot dominan
2pq = alel yang heterozigot
qq = alel yang homozigot resesif
Contoh penggunaan hukum ini adalah sebagai berikut:
1.    Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC 64% sedangkan bukan
perasa PTC (tt) 36%,
a.    Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t) dalam populasi tersebut?
b.    Berapakah rasio genotifnya?
            Jawab :
a.        Gen bukan perasa = tt = 36 %

                        tt = 36 %, maka t =  = 0.6


                        T + t = 1
                        T = 1 – 0.6 = 0.4
                        Frekuensi gen T = 0.4 = 40 %
                        Frekuensi gen t = 0.6 = 60 %
b.    TT = (0.4) 2 = o.16 = 16 %
Tt = 2Tt = 2 x 0.4 x 0.6 = 0.48 = 48 %
Tt = (0.6) x 2 = 0.36 = 36 %
Jadi perbandingan genotif  TT : Tt : tt = 16: 48: 36
1.      Dalam masyarakat A yang berpenduduk 10.000 orang terdapat 4 orang albino. Berapa orang
pembawa sifat albino pada masyarakat tersebut?
Jawab :

a.       Orang albino = aa =  = 0.0004

a=  = 0.02
A+a=1
A = 1- 0.02
    = 0.98
Jadi frekuensi gen A = 0.98 dan a = 0.02
b.      Orang pembawa sifat albino (Aa)
Aa = 2Aa = 2 x 0.98 x 0.02 = 0.0392 = 3.92 %
Berarti dalam populasi 10000 orang terdapat carrier albino sebanyak 10000 x 0.0392 = 392
orang.
BAB III
PENUTUP
3.1    KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa :
1.      Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel di dalam populasi akan
tetap seperti frekuensi awal, dengan beberapa persyaratan yaitu: populasi sangat besar, kawin
acak, tidak ada perubahan di dalam unggun gen akibat mutasi, tidak terjadi migrasi individu
ke dalam dan ke luar populasi, dan tidak ada seleksi alam.
2.      Apabila lima syarat dalam kesetimbangan Hardy Weinberg dilanggar, maka akan terjadi
evolusi pada populasi tersebut, yang akan menyebabkan perubahan perbandingan alel dalam
populasi tersebut.
3.      Perubahan dari generasi ke generasi dalam hal frekuensi alel atau genotipe populasi lebih
spesifik dikenal sebagai mikroevolusi.

3.2 SARAN
Setelah mempelajari hukum Hardy-Weinberg diharapkan penulis dan pembaca dapat
mengerti dan memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Variasi Genetik. http:// I:\blog-evolusi-dan-seleksi-alam.php.htm.


Campbell, N. A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Corebima, tanpa tahun. Evolusi Makhluk Hidup. Ikip. Malang.

Anda mungkin juga menyukai