Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No.

2: 228-238
ISSN : 1411 - 8327

Karakteristik Morfologi, Perbedaan Jenis Kelamin,


dan Pendugaan Umur Burung Weris
(Gallirallus philippensis) di Minahasa, Sulawesi Utara
(MORPHOLOGICAL CHARACTERISTICS, SEX DIFFERENCES,
AND AGE ESTIMATION OF WERIS (GALLIRALLUS PHILIPPENSIS)
FROM MINAHASA, NORTH SULAWESI)

Lucia Johana Lambey-1, Ronny Rachman Noor2,


Wasmen Manalu3, Dedy Duryadi4

1
Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Sam Ratulangi, Jln Kampus Bahu, Kecmatan Malalayang,
Manado, Sulawesi Utara, 95115
E-mail : lucialambey@yahoo.com
2
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fapet;
3
Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Hewan;
4
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;
Institut Pertanin Bogor

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah melihat kekerabatan G. philippensis antar lokasi di Minahasa, membedakan
jenis kelamin, serta pendugaan umur berdasarkan perubahan morfologi Gallirallus philippensis. Tiga puluh
lima ekor G. philippensis diambil pada empat lokasi yaitu Tondano, Papontolen, Ranoyapo, dan Wusa. Hasil
analisis deskriptif menunjukkan bahwa panjang paruh, panjang sayap dan panjang shank tidak berbeda di
empat lokasi. Principle Component Analysis (PCA) dari karakteristik morfometrik menunjukkan bahwa
komponen utama pada burung weris adalah panjang sayap dan panjang shank. Analisis klaster menunjukkan
bahwa G. philippensis di Minahasa memiliki kesamaan mendekati 100 %. Analisis deskriptif menunjukkan
bahwa bobot badan, panjang paruh, lebar paruh dari G. philippensis jantan lebih tinggi dibanding dengan G.
philippensis betina. Pendugaan umur G. philippensis dapat ditentukan berdasarkan warna iris mata, warna
paruh, warna bulu bagian leher, dan pertumbuhan bulu bagian sayap.

Kata kunci : G. philippensis, morfologi, jenis kelamin, umur

ABSTRACT

This study aim to observeb Gallirallus philippensis similarities between different sites in Minahasa,
to detect sexual dimorphism, and to estimate the bird age based on morphological characteristics. A total
of 35 birds were collected from four locations i.e. Tondano, Papontolan, Ranoyapo, and Wusa in Minahasa
North Sulawesi. The result showed that there were no differences in the length of beak, wing, and shank
between birds from the different locations. Moreover, based on the Principle Component Analysis (PCA)
the bird’s shank and tail’s length were the main component. Based on cluster analysis, the birds from four
locations had a close similarities. The male bird’s body weight, beak length, and beak width were larger
component to the female’s. The bird’s age could be best predicted by their iris colour, beak colour, feather colour
of the neck and the growth of the wing feathers, respectively.

Keywords : Gallirallus philippensis, morphological, sex, age

228
Lambey et al Jurnal Veteriner

PENDAHULUAN Selain itu burung weris yang merupakan salah


satu burung monomorfik adalah sulit untuk
Burung weris (Gallirallus philippensis) di membedakan jantan dan betina dari bentuk dan
Indonesia dikenal dengan nama mandar padi warna bulu, sehingga informasi tentang ukuran
kalung kuning. Daerah penyebarannya meli- tubuh dan kondisi tubuh yang berkaitan dengan
puti Filipina, Indonesia, New Guinea, dimorfisme seksual akan sangat berharga.
Australia, dan Selandia Baru yang dikenal Tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai “ Buff Banded Rail” (Allen et al., 2004). mempelajari keragamaan fenotipik, mengetahui
Burung G. philippensis dianggap sangat rentan kekerabatan beberapa burung weris yang ada
terhadap kepunahan, karena 20 spesies dari di Minahasa, membedakan jenis kelamin
genus Galliralus yang masih ada hanya dua berdasarkan ukuran tubuh, serta pendugaan
yang dianggap tidak terancam, salah satunya umur burung weris berdasarkan perubahan
adalah G. philippensis (Taylor dan Van Perlo, morfologi. Hal ini sangat bermanfaat untuk
1998). Sebagian besar anggota genus Gallirallus membantu proses penangkaran dan sebagai
adalah spesies kepulauan, beberapa di dasar penelitian spesies lain dari genus
antaranya dikategorikan endemik dan masuk Gallirallus. Data pengukuran eksternal yang
klasifikasi endangered dan extinct, karena dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu
tingginya gangguan dari predator seperti ular, mengenai umur dan jenis kelamin berguna
kadal, anjing, kucing serta adanya degradasi untuk perbandingan antara spesies dan
habitat akibat aktivitas manusia. Menurut data mempelajari hubungan perubahan evolusi serta
dari IUCN (2012) G. philippensis masuk dalam adaptasi burung weris terhadap lingkungan atau
kriteria least concern (LC) atau belum habitatnya.
mengkhawatirkan. Namun, di daerah
Minahasa jenis ini dijadikan sebagai salah satu
makanan sumber protein hewani, dan METODE PENELITIAN
dikhawatirkan telah terjadi pemanfaatan yang
tidak terkendali, terbukti dengan sulit sekali Karakteristik Morfometri Berdasarkan
untuk memperoleh burung weris di pasar-pasar Lokasi
tradisional di Minahasa saat ini. Burung weris yang diperoleh di lapangan
Taylor dan Van Perlo (1998) melaporkan berdasarkan laporan Coates dan Bishop (1997),
tentang pengukuran dari banyak famili Rallidae Allen et al., (2004) yaitu memiliki ciri-ciri
seperti panjang sayap, ekor, culmen, tarsus, panjang sayap 129-144 mm, tarsus 39-46 mm,
bobot badan dan total kepala yang diambil baik ekor 65-68 mm dan panjang paruh 27-33 mm.
dari burung hidup dan spesimen. Simpulan Ukuran panjang total G. phillipensis adalah 28-
yang didapat adalah bahwa sebagian besar 33 cm, alis berwarna abu-abu pucat panjang,
famili Rallidae memiliki ukuran yang sama baik pita berwarna karat lebar melalui mata, dan
jantan dan betina walaupun jantan sedikit lebih bagian atas mata bergaris putih (Gambar 1).
besar dari betina. Lebih lanjut dikemukakan Penelitian dilaksanakan di Kota Tondano,
bahwa sesudah bulu tumbuh, adalah sangat sulit Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara pada
dibedakan antara burung dara atau remaja bulan Mei sampai Desember 2011. Pemilihan
dengan yang sudah dewasa. lokasi didasarkan atas pertimbangan akses
Karakterisasi bangsa hewan atau ternak kemudahan untuk memperoleh materi dan
lokal adalah input yang sangat berharga tidak berbeda jauh dengan habitat alaminya
terhadap pemanfaatan yang berkelanjutan dan yaitu persawahan. Penentuan lokasi
pelestarian sumber daya genetik hewan tersebut pengambilan sampel dilakukan secara purposive
(Noor 2008). Permasalahan yang menjadi dasar sampling dengan memilih beberapa lokasi yang
sehingga diperlukan suatu karakteristik ada di Minahasa yaitu Minahasa (Tondano) 1º
morfologi adalah belum tersedianya data yang 17’ 31,60" North (N) 124º 54’ 03,94" East (E)
lengkap perihal karakteristik fenotipik, dan 681,5 m dpl, Minahasa Utara (Wusa) 1º 34’
kekerabatan burung weris yang ada di 01,24" N 124º 55’ 37,97" E 81,82 m dpl, Minahasa
Minahasa, sehingga diperlukan suatu Selatan (Papontolen) 1º 16’ 22,17" N 124º 37’
inventarisasi karakteristik morfologi ukuran- 27,73" E 13,3 m dpl, Minahasa Selatan
ukuran tubuh (morfometrik) sebagai salah satu (Ranoyapo) 0º 54’ 47,95" N 124º 28’ 22,25" E 346,7
kekayaan sumber daya genetik di Minahasa. m dpl. Jumlah sampel yang dikoleksi dari

229
Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2: 228-238

Tondano, Wusa, Ranoyapo, dan Papontolen Karakteristik Morfologi Berdasarkan


masing-masing sebanyak 9, 9, 7, dan 10 ekor Waktu Pengamatan untuk Pendugaan
atau totalnya sebanyak 35 ekor dari burung Umur
weris yang sudah mencapai dewasa tubuh. Selain pengambilan langsung di lapangan
Data morfologi yang diukur yaitu bobot secara paralel dibuat penangkaran untuk anak
badan dilakukan dengan menimbang individu burung hasil penetasan telur memakai mesin
burung dengan timbangan digital; Panjang tetas. Anak burung tersebut mulai diamati
paruh diukur dari pangkal sampai ujung paruh; umur 1-60 hari. Pengambilan data pertumbu-
Panjang sayap natural diukur dari ujung han dan perkembangannya dilakukan dengan
scapula (lipatan sendi sayap) sampai ujung bulu mengamati langsung karakteristik mencakup
sayap primer terpanjang tanpa penekanan perubahan warna iris mata, pertumbuhan
(alami); Panjang ekor diukur antara pangkal sayap, warna paruh, dan warna alis mata
bulu ekor sampai ujung bulu ekor terpanjang; (Rosinka, 2007). Pengambilanan gambar
Panjang shank diukur dari belakang sendi melalui kamera dan handycam yaitu pada hari
intertarsal ke arah bawah sampai daerah sole. ke 1, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60.
Sampel diperoleh dari daerah hasil
tangkapan dibawa ke Tondano dan dilakukan
pengukuran pada hari yang sama untuk semua HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel. Panjang sayap dan ekor diukur dengan
menggunakan mistar logam dengan akurasi 1 Karakterisasi G. philippensis Berdasarkan
mm, panjang paruh, lebar paruh dan panjang Lokasi
shank diukur dengan menggunakan jangka Hasil analisis deskripsi morfometri (Tabel
sorong dengan akurasi 0,1 mm, dan bobot badan 1), menggambarkan bahwa burung weris di
menggunakan timbangan pesola dengan akurasi lokasi Papontolen dan Ranoyapo memiliki
1 g. rataan bobot badan yang lebih berat
Hasil pengukuran beberapa karakter tubuh dibandingkan dengan bobot tubuh burung weris
ditabulasi dalam bentuk datasheet Excel yang ada di lokasi Tondano dan Wusa, walaupun
kemudian dianalisis secara deskriptif sama-sama sudah mencapai dewasa tubuh.
berdasarkan nilai rataan dan simpangan baku. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh
Perbedaan rataan ukuran-ukuran tubuh antar perbedaan umur karena diambil di alam dan
lokasi, dianalisis dengan sidik ragam dan beberapa faktor lingkungan seperti ketersediaan
dilanjutkan dengan uji wilayah berganda pakan, suhu, dan posisi geografi lokasi.
Duncan. Perbedaan bobot badan burung weris yang
Analisis morfologi dilakukan memakai ditangkap di lokasi Papontolen dan Ranoyapo,
analisis multivariate yaitu principle component disebabkan karena tanaman padi memasuki
analysis (PCA) dari program minitab 16, fase berbuah dan proses irigasi di persawahan
demikian pula dengan analisis clusternya. masih berjalan, sehingga air pada lokasi
persawahan dalam jumlah yang banyak
Karakteristik Morfometri Berdasarkan menyebabkan makanan burung weris sangat
Jenis Kelamin bervariasi dan melimpah. Burung weris sangat
Sebanyak 35 sampel burung weris yang mudah memperoleh makanan baik sebagai
telah diukur karakteristik morfometri, sumber energi maupun sebagai sumber protein,
selanjutnya dibedah untuk melihat organ sedangkan untuk lokasi persawahan di Tondano
reproduksi (testis dan ovarium). Berdasarkan dan Wusa tanaman padinya sebagian besar siap
hasil pengamatan organ reproduksi hanya 34 untuk dipanen sehingga kondisi persawahan
sampel yang dapat dikelompokkan berdasarkan dikeringkan. Ketersediaan padi sebagai pakan
jenis kelamin. Analisis untuk mengetahui cukup melimpah, namun jenis pakan sebagai
sebaran data dari jenis kelamin jantan dan sumber protein yaitu cacing dan moluska
betina digunakan grafik kotak plot (boxplot). berkurang sehingga, pada saat ditangkap
Prinsip dari boxplot adalah 50% dari data burung weris di daerah Tondano bobot badannya
pengamatan menyebar dalam kotak (box), dan lebih ringan dibandingkan dengan burung-
median adalah 50% dari data pengamatan burung di Ranoyapo dan Papontolen. Fenomena
menyebar pada nilai median kotak plot (boxplot). yang sama terjadi pula pada burung robin

230
Lambey et al Jurnal Veteriner

(Erithacus rubecula), di daerah persinggahan karakter-karakter tersebut dipengaruhi oleh


bobot tubuh burung robin bertambah karena adaptasi terhadap perubahan pola makan dan
habitatnya menyediakan pakan yang melimpah pakanannya (Herrera, 1978; Michalak, 1995).
(Gyimothy et al., 2011). Hal ini dapat diamati pada burung pemakan
Lebar paruh burung weris di tiga lokasi serangga (insektivora) yang mencari makan di
yaitu Papontolen, Wusa, dan Ranoyapo tidak bagian atas pohon dan dedaunan, pada semak
berbeda, kecuali lokasi Tondano yang memiliki belukar. Burung-burung tersebut mempunyai
lebar lebih tipis. Keseluruhan habitat tempat ukuran paruh dan tarsus yang relatif lebih
dimana burung weris ini ditemukan berupa panjang (Carrascal et al., 1990). Karakter lain
daerah persawahan atau lahan basah buatan seperti panjang paruh, panjang sayap, panjang
yang fungsi utamanya sebagai tempat menanam shank, relatif sama, sedangkan panjang ekor dan
padi. Burung weris menjadikan persawahan lebar paruh sedikit berbeda.
sebagai tempat mencari makan karena banyak Berdasarkan hasil analisis PCA didapatkan
ditemukan hewan invertebrata seperti keong nilai Eigen dan persentase varians (Tabel 2).
(moluska), krustacea, dan ekinodermata. Dari hasil tersebut cukup dengan dua sumbu
Perbedaan ukuran morfologi berkaitan dengan (PC1 dan PC2) dapat menjelaskan komponen
perbedaan pakan dan habitat. Seperti burung utama dalam pengamatan ini. Hal tersebut
robin (Erithacus rubecula) yang hidup pada tiga terlihat dari nilai Eigen PC1 sebesar 4,0785 dan
tipe habitat yang berbeda mempunyai ukuran PC2 sebesar 1,3101, sedangkan sumbu yang
tarsus pendek dan paruh yang panjang karena lain memiliki nilai yang sangat kecil. Demikian
ukuran pakannya yang bervariasi (Rosinska, juga dengan persentase ragam/variance PC1
2007). Morfologi paruh dan tarsus merupakan sebesar 68% dan PC2 sebesar 21% sehingga total
karakter yang dapat mengalami evolusi karena 89% kontribusi untuk penentuan komponen

Tabel 1 Deskripsi morfometri burung weris (Gallirallus philippensis) berdasarkan lokasi

Lokasi
Peubah Ranoyapo (n=7) Papontolen(n=10) Wusa (n=9) Tondano (n=9)
(rataan ± sd) (rataan ± sd) (rataan ± sd) (rataan ± sd)
Bobot tubuh 182,21a ± 20,75 196,00a ± 10,18 158,36b ± 18,26 158,69 b ± 12,85
Panjang paruh 2,92 a ± 0,31 2,83 a ± 0,35 2,64 a ± 0,22 2,79 a ± 0,27
Lebar paruh 0,98 a ± 0,11 ‘0,98 a ± 0,17 0,96 a ± 0,08 0,82 b ± 0,10
Panjang ekor 6,43ab ± 0,81 5,79b ± 1,22 6,79 a ± 0,45 6,17ab ± 0,86
Panjang sayap 19,66 a ± 1,28 19,25 a ± 2,76 18,61 a ± 0,98 18,36 a ± 1,41
Panjang shank 4,44 a ± 0,33 4,33 a ± 0,34 4,06 a ± 0,47 4,10 a ± 0,39
Keterangan: huruf-huruf yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan taraf uji yang nyata
(P<0,05)

Tabel 2 Nilai Eigen dari empat lokasi burung weris (Gallirallus philippensis) di Minahasa

PC1 PC2 PC3

Nilai Eigen 4,0785 1,3101 0,6114


% varians 0,680 0,218 0,102
Cumulatif 0,680 0,898 1,000
Bobot tubuh (g) 0,465 -0,080 0,425
Panjang paruh (cm) 0,410 -0,301 -0,565
Lebar paruh (cm) 0,314 0,617 0,401
Panjang ekor (cm) -0,252 0,675 -0,485
Panjang Sayap (cm) 0,468 0,257 -0,184
Panjang shank (cm) 0,484 0,034 -0,264
Keterangan: Angka dengan huruf tebal menunjukkan parameter yang sangat berpengaruh. PC 1 = sumbu 1, PC
2 = sumbu 2, PC 3= sumbu 3.

231
Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2: 228-238

Gambar 3 Dendogram tingkat kesamaan ukuran


Gambar 1. Burung weris (Gallirallus tubuh pada empat populasi burung weris
philippensis) (Gallirallus philippensis) di Minahasa

Analisis multivariate yang lain yaitu


analisis klaster pada konstruksi pohon
dendogram (Gambar 3), hasilnya menunjukkan
pengelompokkan sejumlah individu ke dalam
kelompok-kelompok berdasarkan derajat
kemiripan yang paling dekat. Secara umum
berdasarkan parameter ukuran tubuh populasi
burung di empat daerah terbagi dalam tiga
kelompok. Kelompok pertama adalah populasi
burung di Tondano dan Wusa, selanjutnya
keduanya tergabung dalam kelompok yang lebih
jauh yaitu dengan daerah Ranoyapo dan
hubungan yang lebih jauh lagi yaitu dengan
Gambar 2 Proyeksi karakter morfologi untuk kelompok burung di Papontolen.
empat lokasi dalam bidang dua Hal ini menunjukkan bahwa di antara ke
dimensi. empat lokasi di Minahasa memiliki hubungan
morfologi yang sangat dekat. Hasil ini
utama dapat dijelaskan oleh sumbu 1 (PC1) dan ditunjukkan pula pada konstruksi pohon
sumbu 2 (PC2). dendogram (Gambar 3). Penyebaran burung
Berdasarkan kontribusi variabel pada weris yang ada pada ke empat lokasi di Minahasa
sumbu 1 (PC1) dan sumbu 2 (PC2) terlihat masih mungkin terjadi walaupun jarak terbang
bahwa variabel Ranoyapo dan Papontolen dari burung weris tidak sejauh jarak antar
berkontribusi pada sumbu 1. Observasi pada masing-masing lokasi. Hal ini terjadi oleh
sumbu 1 diberikan pada panjang shank, karena proses pengangkutan menggunakan
panjang paruh, dan panjang sayap, sedangkan kendaraan bermotor di antara ke empat wilayah.
pada sumbu 2 (PC) diberikan oleh panjang ekor. Biasanya burung weris hasil tangkapan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ditangkarkan dahulu kemudian dipotong sesuai
komponen utama pada lokasi Ranoyapo dan kebutuhan, sehingga kemungkinan ada yang
Papontolen adalah panjang shank, panjang terlepas, atau saat pengangkutan beberapa
sayap, dan panjang paruh sedangkan untuk burung terlepas, sehingga ada kemungkinan
lokasi Wusa komponen utamanya adalah terjadi perkawinan antar burung weris pada
panjang ekor. Untuk lokasi Tondano tidak ada lokasi yang berbeda. Selain itu untuk daerah-
karakter morfometri yang menjadi komponen daerah di Minahasa dipisahkan oleh sungai
utama, seperti disajikan pada (Gambar 2) namun banyak terdapat jembatan penyebe-
rangan sehingga perpindahan dari satu lokasi

232
Lambey et al Jurnal Veteriner

ke lokasi yang lain bisa saja terjadi dan tidak lebih berat dibandingkan betina pada setiap
menutup kemungkinan terjadi perkawinan musim (Wysocki, 2002). Selanjutnya (Ozaki,
antara burung dari satu lokasi dengan lokasi 2009) menyatakan dari karakter morfometri
yang lain sehingga burung weris di empat lokasi yang diukur menunjukkan nilai rataan jantan
yang berbeda memiliki banyak kesamaan. lebih besar dibandingkan betina.
Hubungan yang sangat erat antara Hasil analisis Box plot terhadap karakter
komunitas burung dengan keragaman habitat bobot badan, panjang paruh, panjang ekor dan
menunjukkan bahwa burung sangat tergantung panjang sayap menunjukkan bahwa burung
pada keragaman kompleksitas dari pohon dan jantan memiliki sebaran nilai lebih kecil
semak (Chettri et al., 2005). Ada perbedaan dibadingkan dengan burung betina. Hal ini
struktur komunitas burung pada daerah yang mencerminkan bahwa keragaman bobot tubuh
mempunyai struktur vegetasi yang berbeda, burung weris jantan lebih kecil. Nilai median
ataupun antara vegetasi alami dengan yang bobot badan burung weris jantan berada pada
terganggu (Paerman, 2002). Struktur vegetasi angka 186,25 g. Jika dibandingkan dengan
memengaruhi pemilihan habitat oleh burung. burung weris betina, sebaran datanya sebagian
Burung weris yang ada di Minahasa yang besar berada di bawah garis median burung
digunakan dalam penelitian ini diperoleh pada jantan (Gambar 4a). Hasil analisis box plot
habitat yang sama yaitu daerah persawahan terhadap panjang paruh, mencerminkan bahwa
sehingga kelimpahan sumber pakan di daearah keragaman panjang paruh burung weris jantan
tersebut cenderung sama. lebih kecil. Nilai median burung weris jantan
Dalam kondisi habitat tidak lagi berada pada angka 2,915 cm. Jika dibandingkan
menyediakan kebutuhan hidup, burung akan dengan burung weris betina, sebaran data
berpindah ke wilayah lain. Berbagai tipe habitat seluruhnya berada di bawah garis median
menyediakan kelimpahan sumber pakan untuk burung jantan (Gambar 4b). Begitu juga yang
berbagai jenis burung (Howes et al., 2003). ditunjukkan oleh Gambar 4f, yaitu keragaman
Menurut Paerman (2002) hubungan antara karakter panjang sayap burung weris jantan
struktur vegetasi dan struktur komunitas lebih kecil. Nilai median burung weris jantan
burung terkadang sulit untuk diamati. berada pada angka 19,56 cm. Jika dibandingkan
dengan burung weris betina sebaran datanya
Perbedaan Jenis Kelamin Berdasarkan sebagian besar berada di bawah garis median
Data Morfometri burung weris jantan. Sebaliknya untuk
Secara umum berdasarkan warna bulu, Gambar 4c dan 4e, menunjukkan bahwa
burung weris adalah jenis burung yang sebaran data burung weris betina untuk
monomorfik yaitu tidak dapat dibedakan antara karakter lebar paruh dan panjang shank lebih
burung jantan dan betina. Young-Choi (2011) besar dari burung weris jantan. Nilai median
melaporkan bahwa sembilan ukuran parameter burung weris betina untuk karakter lebar paruh
pada burung Swinhoe’s Storm Petrels tidak adalah 0,975 cm, jika dibandingkan dengan
dapat digunakan untuk membedakan jenis lebar paruh burung burung jantan sebagian
kelamin walaupun dari warna menunjukkan besar sebaran datanya berada di bawah garis
bahwa burung betina memiliki refleksi warna median burung weris betina. Begitupun untuk
pada bulu-bulu di bagian perut yang lebih tinggi, karakter panjang shank, nilai median untuk
namun pada bagian mahkota refleksi warna burung weris betina yaitu 4,246 cm jika
lebih tinggi pada jantan. dibandingkan dengan panjang shank burung
Berdasarkan analisis data morfometrik, jantan sebagian besar sebaran datanya berada
burung weris jantan memiliki bobot badan yang di bawah garis median burung betina. Hasil
berbeda dengan burung betina. Bobot badan ini sesuai dengan yang dilaporkan Taylor dan
burung jantan lebih berat dari betina, ini Van Perlo (1998) bahwa sebagian besar spesies
disebabkan karena burung jantan lebih agresif dari genus Rallidae memiliki ukuran yang sama
untuk berburu dan menangkap mangsa baik jantan dan betina walaupun jantan sedikit
dibandingkan burung betina, sehingga burung lebih besar dari betina.
jantan memiliki kesempatan untuk memperoleh Burung jantan memiliki paruh lebih
makanan lebih besar dibandingkan burung panjang dan lebih lebar dari betina (Tabel 3).
betina. Oleh karena itu nampaknya burung Diduga hal ini disebabkan karena dalam proses
weris memiliki dimorfisme seksual (Tabel 3). mengasuh anak untuk burung weris dilakukan
Bobot badan Blackbird (Turdus merula) jantan oleh ke dua induknya, induk betina mengasuh

233
Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2: 228-238

Gambar 4. Perbandingan pengukuran enam karakter morfologi burung jantan (18 ekor)

Tabel 3 Deskripsi morphometri Gallirallus philippensis berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin
Peubah
Betina (n=16)(rataan ± sd) Jantan (n=18)(rataan ± sd)

Bobot tubuh 161,80 ± 22,91a 185,73 ± 15,55b


Panjang paruh 2,64 ± 0,26a 2,92 ± 0,29b
Lebar paruh 0,89 ± 0,12a 0,98 ± 0,14b
Panjang ekor 6,29 ± 0,95a 6,27 ± 0,97a
Panjang sayap 18,57 ± 1,44a 19,25 ± 2,11a
Panjang shank 4,13 ± 0,36a 4,34 ± 0,41a

Keterangan : huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata P<0,05)

234
Lambey et al Jurnal Veteriner

anaknya dalam sarang sedangkan induk jantan Pengukuran panjang ekor sangat bervariasi,
berfungsi untuk mencari pakan bagi anak- sehingga variable ini tidak dapat digunakan
anaknya sehingga paruh jantan lebih panjang sendiri untuk sexing (Rosinska, 2007).
dari betina. Dalam familli Rallidae burung Berdasarkan hasil uji-t (Tabel 3) didapat bahwa
jantan lebih banyak menggunakan paruhnya karakter burung weris jantan yaitu bobot badan,
untuk mencari pakan dan memecahkan panjang paruh, dan lebar paruh, berbeda nyata
cangkang krustacea, diduga hal ini dengan burung weris betina.
menyebabkan bagian paruh jantan biasanya
lebih panjang dan sempit dibandingkan dengan Pendugaan Umur
betina. Sievwright dan Higuchi (2011), Karakter morfologi yang mengalami
melaporkan bahwa paruh panjang dan tipis pada perubahan setelah penetasan dan selama di
Oriental Honey Buzzard dengan ujung bengkok penangkaran yang diduga berkaitan dengan
mengalami proses evolusi karena sering penentuan umur burung adalah warna iris
digunakan untuk mengambil larva serta mata. Pada saat menetas seluruh iris mata piyik
menggali sarang tawon untuk keluar dari tanah. burung weris berwarna hitam, kemudian
Melalui pengidentifikasian ciri-ciri morfologi perlahan-lahan mulai mengalami perubahan
kunci dengan menggunakan pengukuran warna dari umur 1 sampai 20 hari yaitu
morfometrik memungkinkan untuk lebih berangsur-angsur mengalami perubahan
memahami adaptasi dan proses evolusi terkait warna menjadi kecoklatan pada umur 30 hari.
dengan perilaku makan pada burung. Warna coklat tersebut terus berubah dari coklat
Setiap spesies memiliki ukuran muda ke warna coklat tua sampai 60 hari.
morfometrik sendiri yang optimal. Panjang Berdasarkan pengamatan pada sampel-
sayap merupakan karakter kunci yang sampel burung yang ditangkap di habitat
berhubungan dengan perilaku burung seperti alaminya, warna iris mata dari warna coklat
migrasi dan mencari makan (Hall et al., 2004). tua sampai warna merah agak muda sampai
Burung jantan dalam aktivitasnya mencari ke warna merah. Diduga warna iris mata akan
pakan maupun dalam mempertahankan daerah mengalami perubahan dari hitam kemudian ke
teritorialnya sangat aktif sehingga sayap burung warna coklat dan akhirnya semakin bertambah
jantan lebih panjang dibandingkan burung umur maka akan mengalami perubahan
betina. Hall et al., (2004), melaporkan burung menjadi merah (Gambar 5). Hal ini sesuai
Reed warblers (Acrhocephalus scirpaceous) dengan yang dilaporkan (Yamashina dan Mano,
sebagai burung yang memiliki kemampuan 1981) yaitu perubahan warna iris mata terjadi
terbang jarak jauh sangat berbeda karakter sejalan dengan pertambahan umur.
morfologi burung jantan dan betina. Burung Alis mata burung weris saat menetas belum
jantan lebih panjang sayapnya dibandingkan tampak berupa garis putih, namun setelah
betina, sehingga dikatakan faktor morfometri burung berumur 30 hari alis tersebut mulai
merupakan kunci untuk membedakan jenis nampak berwarna putih di bagian atas mata.
kelamin. Rosinska (2007), melaporkan bahwa Warna alis mata yang putih akan semakin jelas
keberhasilan sexing untuk burung migran dan bertambah panjang dengan bertambahnya
dengan menggunakan panjang sayap adalah umur (Gambar 5).
80%-81%. Warna paruh pada saat telur menetas
Hal ini tidak terjadi pada burung weris, sampai umur satu hari berwarna merah muda
karena burung weris memiliki jangkauan dengan warna putih pada ujung paruh. Pada
terbang yang terbatas tidak seperti burung hari ke dua warna putih pada ujung paruh mulai
migran. Alasan lain yang dapat mendukung hilang dan benar-benar hilang pada hari ke tiga.
hasil penelitian ini adalah habitat burung weris Pada hari ke-10 warna paruh berubah dari
yang menyediakan kelimpahan makanan bagi merah muda menjadi warna hitam, dimulai
burung weris, sehingga tidak membutuhkan dari pangkal paruh sampai ke ujung paruh.
usaha bagi burung weris jantan dalam mencari Kemudian pada hari ke-30 mulai mengalami
makanan untuk burung weris betina maupun perubahan warna dari hitam perlahan berubah
anaknya. Oleh karena itu burung weris jantan menjadi merah muda, dimulai pada pangkal
memiliki panjang sayap yang hampir sama paruh sampai akhirnya pada ujung paruh.
dengan betina (Tabel 3). Selanjutnya warna paruh akan mulai berubah
Panjang ekor burung weris jantan kembali menjadi kehitaman yang dimulai dari
cenderung lebih pendek dibandingkan betina. ujung paruh sampai pada pangkal paruh.

235
Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2: 228-238

Gambar 5. Perubahan warna pada bagian kepala yaitu paruh, iris mata, warna alis mata, dan
pertumbuhan sayap sejak umur 1 hari sampai 60 hari.

Biasanya burung yang ditangkap di alam berubah menjadi warna abu-abu pada hari ke-
memiliki paruh berwarna merah muda sampai 60.
warna kehitaman. Hal tersebut sejalan dengan Bulu pada bagian sayap mulai bertumbuh
laporan (Rosinska, 2007) bahwa umur burung pada waktu pengamatan hari ke 20 dan pada
robin sesuai dengan perubahan karakteristik hari ke 60 bulu pada bagian sayap yaitu bulu
menyangkut bentuk, warna, ukuran bulu, primer, sekunder, alula sudah tumbuh
ukuran mandibula, dan ukuran ekor. sempurna. Diduga pada waktu pengamatan 60
Bulu leher mengalami perubahan secara hari, saat bulu sayap telah bertumbuh
perlahan dari warna hitam menjadi warna abu- sempurna dan burung tersebut masuki fase
abu selanjutnya muncul bintik/spot putih burung remaja (Gambar 5). Ozaki (2009)
bercampur dengan warna kecoklatan. Seiring melaporkan bahwa pertumbuhan bulu burung
bertambahnya umur, warna bulu leher kembali sesudah lahir sampai menjelang masa remaja,

236
Lambey et al Jurnal Veteriner

hampir sama dengan bulu burung dewasa, Chettri N, Deb DC, Sharma E, Jackson R. 2005.
sehingga pada pengamatan eksternal sangat The reliationship bird communities and
sulit membedakan burung remaja dengan habitat a study along a tracking corridor in
burung dewasa. Ketersediaan pakan berperan the sikkim Himalaya Mountain Research
sangat penting untuk pertumbuhan dan and Development 25 : 235-243.
kualitas bulu burung (Desrochers, 1992). Carrascal LM, Moreno E, Tellera JL. 1990.
Ecomorphological Relationships in a Group
of Insectivorous Bird of Temperate Forest
SIMPULAN in winter. Holarctic Ecology 13 : 105-111
Coates BJ, Bishop KD, Gardner D. 2000.
Burung weris di Minahasa memiliki tingkat Burung-burung di Kawasan Walacea :
kesamaan morfologi yang tinggi. Namun Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara. Bird
demikian, burung weris asal Papontolen berbeda Life International. Indonesia. Lembar
dengan ketiga lokasi lainnya. Berdasarkan hasil Gambar 18.
pengukuran terdapat perbedaan karakter Desrochers A. 1992. Age and foreging success in
morfometri pada G. philippensis jantan, European Blackbird :variation between and
ukurnnya lebih besar dibandingkan betina pada within individuals. Anim Behav 43 : 885-
karakter bobot tubuh, panjang paruh, dan lebar 894.
paruh. Perubahan karakter morfologi terutama Gyimóthy Zs, Gyurácz J, Bank L, Bánhidi P,
perubahan warna pada bagian kepala dan Farkas R, Németh Á, Csörgõ T. 2011.
pertumbuhan bulu sayap terlihat jelas Autumn migration of Robins (Erithacus
berdasarkan perkembangan umur, dengan rubecula) in Hungary. Biologia 66(3) : 548–
demikian dapat dijadikan dasar pendugaan 555.
umur burung. Hall S, Ryttman H, Fransson T, Stolt B. 2004.
Stabilising selection on wing length in reed
warblers (Acrocephalus scirpaceus). J Avian
SARAN Biology 35 : 7-12.
Herrera CM. 1978. Individual dietary
Penelitian karakter morfologi perlu differences associated with morphological
dikembangkan lebih lanjut dengan lokasi yang variation in Robin Erithracus Rubecula. Ibis
lebih luas atau lebih menyebar terutama untuk 120 : 542-545.
daerah Sulawesi. Howes J, Bakewell D, Rusila-Noor Y. 2003.
Panduan studi burung pantai. Bogor:
Wetlands International-Indonesia
UCAPAN TERIMAKASIH Programme.
Michalak P. 1995. Inter-habitat morphometric
Tulisan ini adalah sebagian dari Disertasi differentation of male Willow Warblers
Program Doktor di Program Pascasarjana Phyloscopus Trochilus. Ornis Fenn 72 :
Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 dibiayai 138-139.
oleh BPPS-DIKTI tahun 2009-2012 . Untuk itu Noor RR. 2008. Genetika Ternak. Edisi ke-4.
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas Jakarta: Penebar Swadaya
bantuannya. Ozaki K. 2009. Morphological differences of
sex and age in the Okinawa Rail Gallirallus
okinawae. Ornithol Sci 8 : 117-124.
DAFTAR PUSTAKA Paeman PB. 2002. The scale of community
structure: habitat variation and avian guilds
Allen D, Oliveros C, Espanola C, Broad G, in the tropical forest. Ecological
Gonzalez JCT. 2004. A new species of Monographs 72 : 19-39.
Gallirallus from Calayan island, Philippines. Rosiñska K. 2007. Biometrics and morphology
Forktail 20 : 1-7. variation within sex-age groups of Robins
IUCN Red List of Threatened Species. Version (Erithacus rubecula) migrating through the
2012.1. International Union for Polish Baltic coast. Ring 29 (1-2) : 91-106.
Conservation of Nature. Retrieved 16 July
2012.

237
Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2: 228-238

Sievwright H, Higuchi H. 2011. Morphometric Yamashina Y, Mano T. 1981. A new species of


analysis of the unusual feeding morphology Rail from Okinawa Island. J Yamashina
of Oriental Honey Buzzards. Ornithol Sci Inst Ornithol 13 : 147-152.
10(2) : 131-144. Yong Choi C, Young Nam H, Gil Park J, Gyu
Taylor B, van Perlo B. 1998. A guide to the Lee K. 2011. Swinhoe’s Storm Petrels
Rails, Crakes, Gallinules and Coots of the (Oceanodroma monohris) show no apparent
world. East Sussex. Pica Press. sexual dimorphism in size and color.
Wysocki D. 2002. Biometrical analysis of an Ornithol Sci 10(2) : 145-149.
urban population of the Blackbird (Turdus
merula ) in Szczecin (NW Poland). Ring
24(2) : 69-7676.

238

Anda mungkin juga menyukai