2: 228-238
ISSN : 1411 - 8327
1
Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Universitas Sam Ratulangi, Jln Kampus Bahu, Kecmatan Malalayang,
Manado, Sulawesi Utara, 95115
E-mail : lucialambey@yahoo.com
2
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fapet;
3
Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Hewan;
4
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;
Institut Pertanin Bogor
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah melihat kekerabatan G. philippensis antar lokasi di Minahasa, membedakan
jenis kelamin, serta pendugaan umur berdasarkan perubahan morfologi Gallirallus philippensis. Tiga puluh
lima ekor G. philippensis diambil pada empat lokasi yaitu Tondano, Papontolen, Ranoyapo, dan Wusa. Hasil
analisis deskriptif menunjukkan bahwa panjang paruh, panjang sayap dan panjang shank tidak berbeda di
empat lokasi. Principle Component Analysis (PCA) dari karakteristik morfometrik menunjukkan bahwa
komponen utama pada burung weris adalah panjang sayap dan panjang shank. Analisis klaster menunjukkan
bahwa G. philippensis di Minahasa memiliki kesamaan mendekati 100 %. Analisis deskriptif menunjukkan
bahwa bobot badan, panjang paruh, lebar paruh dari G. philippensis jantan lebih tinggi dibanding dengan G.
philippensis betina. Pendugaan umur G. philippensis dapat ditentukan berdasarkan warna iris mata, warna
paruh, warna bulu bagian leher, dan pertumbuhan bulu bagian sayap.
ABSTRACT
This study aim to observeb Gallirallus philippensis similarities between different sites in Minahasa,
to detect sexual dimorphism, and to estimate the bird age based on morphological characteristics. A total
of 35 birds were collected from four locations i.e. Tondano, Papontolan, Ranoyapo, and Wusa in Minahasa
North Sulawesi. The result showed that there were no differences in the length of beak, wing, and shank
between birds from the different locations. Moreover, based on the Principle Component Analysis (PCA)
the bird’s shank and tail’s length were the main component. Based on cluster analysis, the birds from four
locations had a close similarities. The male bird’s body weight, beak length, and beak width were larger
component to the female’s. The bird’s age could be best predicted by their iris colour, beak colour, feather colour
of the neck and the growth of the wing feathers, respectively.
228
Lambey et al Jurnal Veteriner
229
Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2: 228-238
230
Lambey et al Jurnal Veteriner
Lokasi
Peubah Ranoyapo (n=7) Papontolen(n=10) Wusa (n=9) Tondano (n=9)
(rataan ± sd) (rataan ± sd) (rataan ± sd) (rataan ± sd)
Bobot tubuh 182,21a ± 20,75 196,00a ± 10,18 158,36b ± 18,26 158,69 b ± 12,85
Panjang paruh 2,92 a ± 0,31 2,83 a ± 0,35 2,64 a ± 0,22 2,79 a ± 0,27
Lebar paruh 0,98 a ± 0,11 ‘0,98 a ± 0,17 0,96 a ± 0,08 0,82 b ± 0,10
Panjang ekor 6,43ab ± 0,81 5,79b ± 1,22 6,79 a ± 0,45 6,17ab ± 0,86
Panjang sayap 19,66 a ± 1,28 19,25 a ± 2,76 18,61 a ± 0,98 18,36 a ± 1,41
Panjang shank 4,44 a ± 0,33 4,33 a ± 0,34 4,06 a ± 0,47 4,10 a ± 0,39
Keterangan: huruf-huruf yang berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan taraf uji yang nyata
(P<0,05)
Tabel 2 Nilai Eigen dari empat lokasi burung weris (Gallirallus philippensis) di Minahasa
231
Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2: 228-238
232
Lambey et al Jurnal Veteriner
ke lokasi yang lain bisa saja terjadi dan tidak lebih berat dibandingkan betina pada setiap
menutup kemungkinan terjadi perkawinan musim (Wysocki, 2002). Selanjutnya (Ozaki,
antara burung dari satu lokasi dengan lokasi 2009) menyatakan dari karakter morfometri
yang lain sehingga burung weris di empat lokasi yang diukur menunjukkan nilai rataan jantan
yang berbeda memiliki banyak kesamaan. lebih besar dibandingkan betina.
Hubungan yang sangat erat antara Hasil analisis Box plot terhadap karakter
komunitas burung dengan keragaman habitat bobot badan, panjang paruh, panjang ekor dan
menunjukkan bahwa burung sangat tergantung panjang sayap menunjukkan bahwa burung
pada keragaman kompleksitas dari pohon dan jantan memiliki sebaran nilai lebih kecil
semak (Chettri et al., 2005). Ada perbedaan dibadingkan dengan burung betina. Hal ini
struktur komunitas burung pada daerah yang mencerminkan bahwa keragaman bobot tubuh
mempunyai struktur vegetasi yang berbeda, burung weris jantan lebih kecil. Nilai median
ataupun antara vegetasi alami dengan yang bobot badan burung weris jantan berada pada
terganggu (Paerman, 2002). Struktur vegetasi angka 186,25 g. Jika dibandingkan dengan
memengaruhi pemilihan habitat oleh burung. burung weris betina, sebaran datanya sebagian
Burung weris yang ada di Minahasa yang besar berada di bawah garis median burung
digunakan dalam penelitian ini diperoleh pada jantan (Gambar 4a). Hasil analisis box plot
habitat yang sama yaitu daerah persawahan terhadap panjang paruh, mencerminkan bahwa
sehingga kelimpahan sumber pakan di daearah keragaman panjang paruh burung weris jantan
tersebut cenderung sama. lebih kecil. Nilai median burung weris jantan
Dalam kondisi habitat tidak lagi berada pada angka 2,915 cm. Jika dibandingkan
menyediakan kebutuhan hidup, burung akan dengan burung weris betina, sebaran data
berpindah ke wilayah lain. Berbagai tipe habitat seluruhnya berada di bawah garis median
menyediakan kelimpahan sumber pakan untuk burung jantan (Gambar 4b). Begitu juga yang
berbagai jenis burung (Howes et al., 2003). ditunjukkan oleh Gambar 4f, yaitu keragaman
Menurut Paerman (2002) hubungan antara karakter panjang sayap burung weris jantan
struktur vegetasi dan struktur komunitas lebih kecil. Nilai median burung weris jantan
burung terkadang sulit untuk diamati. berada pada angka 19,56 cm. Jika dibandingkan
dengan burung weris betina sebaran datanya
Perbedaan Jenis Kelamin Berdasarkan sebagian besar berada di bawah garis median
Data Morfometri burung weris jantan. Sebaliknya untuk
Secara umum berdasarkan warna bulu, Gambar 4c dan 4e, menunjukkan bahwa
burung weris adalah jenis burung yang sebaran data burung weris betina untuk
monomorfik yaitu tidak dapat dibedakan antara karakter lebar paruh dan panjang shank lebih
burung jantan dan betina. Young-Choi (2011) besar dari burung weris jantan. Nilai median
melaporkan bahwa sembilan ukuran parameter burung weris betina untuk karakter lebar paruh
pada burung Swinhoe’s Storm Petrels tidak adalah 0,975 cm, jika dibandingkan dengan
dapat digunakan untuk membedakan jenis lebar paruh burung burung jantan sebagian
kelamin walaupun dari warna menunjukkan besar sebaran datanya berada di bawah garis
bahwa burung betina memiliki refleksi warna median burung weris betina. Begitupun untuk
pada bulu-bulu di bagian perut yang lebih tinggi, karakter panjang shank, nilai median untuk
namun pada bagian mahkota refleksi warna burung weris betina yaitu 4,246 cm jika
lebih tinggi pada jantan. dibandingkan dengan panjang shank burung
Berdasarkan analisis data morfometrik, jantan sebagian besar sebaran datanya berada
burung weris jantan memiliki bobot badan yang di bawah garis median burung betina. Hasil
berbeda dengan burung betina. Bobot badan ini sesuai dengan yang dilaporkan Taylor dan
burung jantan lebih berat dari betina, ini Van Perlo (1998) bahwa sebagian besar spesies
disebabkan karena burung jantan lebih agresif dari genus Rallidae memiliki ukuran yang sama
untuk berburu dan menangkap mangsa baik jantan dan betina walaupun jantan sedikit
dibandingkan burung betina, sehingga burung lebih besar dari betina.
jantan memiliki kesempatan untuk memperoleh Burung jantan memiliki paruh lebih
makanan lebih besar dibandingkan burung panjang dan lebih lebar dari betina (Tabel 3).
betina. Oleh karena itu nampaknya burung Diduga hal ini disebabkan karena dalam proses
weris memiliki dimorfisme seksual (Tabel 3). mengasuh anak untuk burung weris dilakukan
Bobot badan Blackbird (Turdus merula) jantan oleh ke dua induknya, induk betina mengasuh
233
Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2: 228-238
Gambar 4. Perbandingan pengukuran enam karakter morfologi burung jantan (18 ekor)
Jenis Kelamin
Peubah
Betina (n=16)(rataan ± sd) Jantan (n=18)(rataan ± sd)
Keterangan : huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata P<0,05)
234
Lambey et al Jurnal Veteriner
anaknya dalam sarang sedangkan induk jantan Pengukuran panjang ekor sangat bervariasi,
berfungsi untuk mencari pakan bagi anak- sehingga variable ini tidak dapat digunakan
anaknya sehingga paruh jantan lebih panjang sendiri untuk sexing (Rosinska, 2007).
dari betina. Dalam familli Rallidae burung Berdasarkan hasil uji-t (Tabel 3) didapat bahwa
jantan lebih banyak menggunakan paruhnya karakter burung weris jantan yaitu bobot badan,
untuk mencari pakan dan memecahkan panjang paruh, dan lebar paruh, berbeda nyata
cangkang krustacea, diduga hal ini dengan burung weris betina.
menyebabkan bagian paruh jantan biasanya
lebih panjang dan sempit dibandingkan dengan Pendugaan Umur
betina. Sievwright dan Higuchi (2011), Karakter morfologi yang mengalami
melaporkan bahwa paruh panjang dan tipis pada perubahan setelah penetasan dan selama di
Oriental Honey Buzzard dengan ujung bengkok penangkaran yang diduga berkaitan dengan
mengalami proses evolusi karena sering penentuan umur burung adalah warna iris
digunakan untuk mengambil larva serta mata. Pada saat menetas seluruh iris mata piyik
menggali sarang tawon untuk keluar dari tanah. burung weris berwarna hitam, kemudian
Melalui pengidentifikasian ciri-ciri morfologi perlahan-lahan mulai mengalami perubahan
kunci dengan menggunakan pengukuran warna dari umur 1 sampai 20 hari yaitu
morfometrik memungkinkan untuk lebih berangsur-angsur mengalami perubahan
memahami adaptasi dan proses evolusi terkait warna menjadi kecoklatan pada umur 30 hari.
dengan perilaku makan pada burung. Warna coklat tersebut terus berubah dari coklat
Setiap spesies memiliki ukuran muda ke warna coklat tua sampai 60 hari.
morfometrik sendiri yang optimal. Panjang Berdasarkan pengamatan pada sampel-
sayap merupakan karakter kunci yang sampel burung yang ditangkap di habitat
berhubungan dengan perilaku burung seperti alaminya, warna iris mata dari warna coklat
migrasi dan mencari makan (Hall et al., 2004). tua sampai warna merah agak muda sampai
Burung jantan dalam aktivitasnya mencari ke warna merah. Diduga warna iris mata akan
pakan maupun dalam mempertahankan daerah mengalami perubahan dari hitam kemudian ke
teritorialnya sangat aktif sehingga sayap burung warna coklat dan akhirnya semakin bertambah
jantan lebih panjang dibandingkan burung umur maka akan mengalami perubahan
betina. Hall et al., (2004), melaporkan burung menjadi merah (Gambar 5). Hal ini sesuai
Reed warblers (Acrhocephalus scirpaceous) dengan yang dilaporkan (Yamashina dan Mano,
sebagai burung yang memiliki kemampuan 1981) yaitu perubahan warna iris mata terjadi
terbang jarak jauh sangat berbeda karakter sejalan dengan pertambahan umur.
morfologi burung jantan dan betina. Burung Alis mata burung weris saat menetas belum
jantan lebih panjang sayapnya dibandingkan tampak berupa garis putih, namun setelah
betina, sehingga dikatakan faktor morfometri burung berumur 30 hari alis tersebut mulai
merupakan kunci untuk membedakan jenis nampak berwarna putih di bagian atas mata.
kelamin. Rosinska (2007), melaporkan bahwa Warna alis mata yang putih akan semakin jelas
keberhasilan sexing untuk burung migran dan bertambah panjang dengan bertambahnya
dengan menggunakan panjang sayap adalah umur (Gambar 5).
80%-81%. Warna paruh pada saat telur menetas
Hal ini tidak terjadi pada burung weris, sampai umur satu hari berwarna merah muda
karena burung weris memiliki jangkauan dengan warna putih pada ujung paruh. Pada
terbang yang terbatas tidak seperti burung hari ke dua warna putih pada ujung paruh mulai
migran. Alasan lain yang dapat mendukung hilang dan benar-benar hilang pada hari ke tiga.
hasil penelitian ini adalah habitat burung weris Pada hari ke-10 warna paruh berubah dari
yang menyediakan kelimpahan makanan bagi merah muda menjadi warna hitam, dimulai
burung weris, sehingga tidak membutuhkan dari pangkal paruh sampai ke ujung paruh.
usaha bagi burung weris jantan dalam mencari Kemudian pada hari ke-30 mulai mengalami
makanan untuk burung weris betina maupun perubahan warna dari hitam perlahan berubah
anaknya. Oleh karena itu burung weris jantan menjadi merah muda, dimulai pada pangkal
memiliki panjang sayap yang hampir sama paruh sampai akhirnya pada ujung paruh.
dengan betina (Tabel 3). Selanjutnya warna paruh akan mulai berubah
Panjang ekor burung weris jantan kembali menjadi kehitaman yang dimulai dari
cenderung lebih pendek dibandingkan betina. ujung paruh sampai pada pangkal paruh.
235
Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2: 228-238
Gambar 5. Perubahan warna pada bagian kepala yaitu paruh, iris mata, warna alis mata, dan
pertumbuhan sayap sejak umur 1 hari sampai 60 hari.
Biasanya burung yang ditangkap di alam berubah menjadi warna abu-abu pada hari ke-
memiliki paruh berwarna merah muda sampai 60.
warna kehitaman. Hal tersebut sejalan dengan Bulu pada bagian sayap mulai bertumbuh
laporan (Rosinska, 2007) bahwa umur burung pada waktu pengamatan hari ke 20 dan pada
robin sesuai dengan perubahan karakteristik hari ke 60 bulu pada bagian sayap yaitu bulu
menyangkut bentuk, warna, ukuran bulu, primer, sekunder, alula sudah tumbuh
ukuran mandibula, dan ukuran ekor. sempurna. Diduga pada waktu pengamatan 60
Bulu leher mengalami perubahan secara hari, saat bulu sayap telah bertumbuh
perlahan dari warna hitam menjadi warna abu- sempurna dan burung tersebut masuki fase
abu selanjutnya muncul bintik/spot putih burung remaja (Gambar 5). Ozaki (2009)
bercampur dengan warna kecoklatan. Seiring melaporkan bahwa pertumbuhan bulu burung
bertambahnya umur, warna bulu leher kembali sesudah lahir sampai menjelang masa remaja,
236
Lambey et al Jurnal Veteriner
hampir sama dengan bulu burung dewasa, Chettri N, Deb DC, Sharma E, Jackson R. 2005.
sehingga pada pengamatan eksternal sangat The reliationship bird communities and
sulit membedakan burung remaja dengan habitat a study along a tracking corridor in
burung dewasa. Ketersediaan pakan berperan the sikkim Himalaya Mountain Research
sangat penting untuk pertumbuhan dan and Development 25 : 235-243.
kualitas bulu burung (Desrochers, 1992). Carrascal LM, Moreno E, Tellera JL. 1990.
Ecomorphological Relationships in a Group
of Insectivorous Bird of Temperate Forest
SIMPULAN in winter. Holarctic Ecology 13 : 105-111
Coates BJ, Bishop KD, Gardner D. 2000.
Burung weris di Minahasa memiliki tingkat Burung-burung di Kawasan Walacea :
kesamaan morfologi yang tinggi. Namun Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara. Bird
demikian, burung weris asal Papontolen berbeda Life International. Indonesia. Lembar
dengan ketiga lokasi lainnya. Berdasarkan hasil Gambar 18.
pengukuran terdapat perbedaan karakter Desrochers A. 1992. Age and foreging success in
morfometri pada G. philippensis jantan, European Blackbird :variation between and
ukurnnya lebih besar dibandingkan betina pada within individuals. Anim Behav 43 : 885-
karakter bobot tubuh, panjang paruh, dan lebar 894.
paruh. Perubahan karakter morfologi terutama Gyimóthy Zs, Gyurácz J, Bank L, Bánhidi P,
perubahan warna pada bagian kepala dan Farkas R, Németh Á, Csörgõ T. 2011.
pertumbuhan bulu sayap terlihat jelas Autumn migration of Robins (Erithacus
berdasarkan perkembangan umur, dengan rubecula) in Hungary. Biologia 66(3) : 548–
demikian dapat dijadikan dasar pendugaan 555.
umur burung. Hall S, Ryttman H, Fransson T, Stolt B. 2004.
Stabilising selection on wing length in reed
warblers (Acrocephalus scirpaceus). J Avian
SARAN Biology 35 : 7-12.
Herrera CM. 1978. Individual dietary
Penelitian karakter morfologi perlu differences associated with morphological
dikembangkan lebih lanjut dengan lokasi yang variation in Robin Erithracus Rubecula. Ibis
lebih luas atau lebih menyebar terutama untuk 120 : 542-545.
daerah Sulawesi. Howes J, Bakewell D, Rusila-Noor Y. 2003.
Panduan studi burung pantai. Bogor:
Wetlands International-Indonesia
UCAPAN TERIMAKASIH Programme.
Michalak P. 1995. Inter-habitat morphometric
Tulisan ini adalah sebagian dari Disertasi differentation of male Willow Warblers
Program Doktor di Program Pascasarjana Phyloscopus Trochilus. Ornis Fenn 72 :
Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 dibiayai 138-139.
oleh BPPS-DIKTI tahun 2009-2012 . Untuk itu Noor RR. 2008. Genetika Ternak. Edisi ke-4.
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas Jakarta: Penebar Swadaya
bantuannya. Ozaki K. 2009. Morphological differences of
sex and age in the Okinawa Rail Gallirallus
okinawae. Ornithol Sci 8 : 117-124.
DAFTAR PUSTAKA Paeman PB. 2002. The scale of community
structure: habitat variation and avian guilds
Allen D, Oliveros C, Espanola C, Broad G, in the tropical forest. Ecological
Gonzalez JCT. 2004. A new species of Monographs 72 : 19-39.
Gallirallus from Calayan island, Philippines. Rosiñska K. 2007. Biometrics and morphology
Forktail 20 : 1-7. variation within sex-age groups of Robins
IUCN Red List of Threatened Species. Version (Erithacus rubecula) migrating through the
2012.1. International Union for Polish Baltic coast. Ring 29 (1-2) : 91-106.
Conservation of Nature. Retrieved 16 July
2012.
237
Jurnal Veteriner Juni 2013 Vol. 14 No. 2: 228-238
238