Anda di halaman 1dari 8

MORFOMETRI

(INVERTEBRATA DAN VERTEBRATA)

Oleh :
Nama : Bramassetyo Aji
NIM : B1A017051
Rombongan : II
Kelompok :6
Asisten : Ristra Sefty Anggriani

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Identifikasi hewan invertebrata dan vertebrata dapat dilakukan dengan teknik


morfometri. Menurut Saanin (1968), morfometri merupakan pengukuran morfologi
hewan yang meliputi ukuran panjang dan berat, serta skala kondisi fisik berdasarkan
standar morfologi tubuh sesuai fase hidup hewan. Morfometri bermanfaat untuk
mengetahui lebih detail tentang spesies, mengetahui perkiraan umur dan jenis
kelamin spesies, dan mengetahui ukuran tubuh suatu spesies. Ciri-ciri morfologi
suatu hewan yang meliputi jumlah bagian-bagian tubuh juga dapat kita ketahui
dengan teknik meristik. Metode meristik untuk menganalisis karakter morfologi pada
ular menekankan jenis dan jumlah sisik pada kepala ular bagian dorsal, ventral, dan
lateral.
Morfometri dapat berupa morfometri sederhana dan truss morfometri. Menurut
Mayr (1982), morfometri sederhana menekankan pada pengukuran seperti panjang
tubuh, lebar tubuh, dan tinggi tubuh yang mampu mengidentifikasi perbedaan antar
spesies. Metode ini bersifat sederhana dan cenderung mudah dipraktikkan, namun
hasil pengukurannya kurang akurat. Menurut Sidik (2006), truss morfometri yaitu
upaya menggambarkan bentuk tubuh hewan dengan cara mengukur bagian-bagian
dari tubuhnya atas dasar titik-titik patokan. Metode ini menghasilkan gambaran
morfologi hewan lebih detail dan akurat, namun membutuhkan waktu yang lama dan
ketelitian yang lebih tinggi.
Manfaat dari morfometri yaitu lebih mudah dalam mendeterminasi suatu
hewan berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimilikinya, disamping itu juga dapat
diketahui kisaran umur dan jenis kelamin dari hewan yang telah dilakukan
morfometri padanya. Supaya memperoleh data morfometri yang memadai
diupayakan dengan menyeleksi spsimen yang dianggap sudah memiliki karakter
morfologi yang sudah mapan. Secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu,
membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman
morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga
hubungan filogenik ( Haryono, 2001).
Spesies dari organisme tertentu dapat diketahui dengan didasarkan pada
keterangan morfometiknya. Udang laut merupakan salah satu sub filum Crustacea
yang memiliki kaki sejumlah 5 pasang sehingga dapat dikelompokan ke dalam
hewan dekapoda (kaki berjumlah sepuluh. Meski sekilas antar beberapa jenis udang
memiliki kenampakan yang sama akan tetapi jika ditelaah lebih lanjut pasti
mempunyai perbedaan yang menunjukan spesies tertentu. Udang laut yang memiliki
nama ilmiah Metapenaeus sp. memiliki tubuh yang berbuku – buku, setiap segmen
tubuhnya terdiri atas sepasang kaki. Metode yang dapat digunakan dalam
pengukuran lebih lanjut pada beberapa jenis organisme baik vertebrata maupun
invertebrata adalah dengan menggunakan metode morfometrik (Mulyati et al., 2016).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Morfometri Hewan Invertebrata dan Vertebrata kali


ini adalah :
1. Praktikan dapat mengenali karakter morfologi hewan invertebrata dan vertebrata
yang penting digunakan sebagai dasar identifikasi.
2. Praktikan dapat melakukan analisis karakter morfologi hewan invertebrata dan
vertebrata secara meristik dan morfometrik.
3. Praktikan dapat menerapkan teknik morfometri sederhana dan truss
morphometrics pada hewan invertebrata dan vertebrata.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Morfometri merupakan pengukuran morfologi hewan yang meliputi ukuran


panjang dan berat, serta skala kondisi fisik berdasarkan standar morfologi tubuh,
sesuai fase hidup hewan, sedangkan meristik adalah sifat-sifat yang menunjukkan
jumlah bagian-bagian tubuh luar seperti jumlah jari-jari sirip yang digunakan untuk
penentuan klasifikasi. Morfometri dimaksudkan untuk mengukur bagian tubuh yang
penting pada hewan, agar diketahui kisaran ukurannya, di setiap fase pertumbuhan
pada masing-masing jenis spesies hewan, sehingga informasi untuk determinasi taksa
menjadi lebih lengkap dan akurat. Tujuan dan manfaat morfometri yaitu untuk
mengenal lebih dalam tentang spesies, melakukan estimasi umur dan jenis kelamin,
serta mengetahui berat dan ukuran tubuh (Saanin, 1968).
Meristik adalah penghitungan secara kuantitatif ciri-ciri (bagian tubuh) ikan,
misalnya jumlah dan ukuran sirip.  Meristik (ciri yang dapat dihitung) dapat
digunakan untuk menggambarkan keterangan-keterangan spesies ikan, atau
digunakan untuk identifikasi spesies yang belum diketahui (Saanin, 1968). Meristik
ikan merupakan karakter yang terkait dengan jumlah bagian tubuh dari ikan, seperti
jari-jari sirip dan sisik. Karakter morfometrik dan meristik dalam penandaan populasi
lebih dipengaruhi oleh faktor genetik (isolasi reproduktif) daripada faktor
lingkungan. Karakter meristik memiliki dasar genetik, namun komponen lingkungan
(suhu, salinitas, oksigen, pH, dan makanan) dapat memodifikasi ekspresi karakter
tersebut selama perkembangan larva, sehingga lingkungan dapat mempengaruhi sifat
keturunan (Afini et al., 2016)
Morfometri sederhana adalah perbandingan antara univariate karakter meristik
dan morfometrik seperti panjang tubuh, lebar tubuh, dan tinggi tubuh yang mampu
mengidentifikasi perbedaan antar spesies. Kekurangan morfometri tradisional yaitu
seringkali gagal mengidentifikasi perbedaan antara galur populasi (Mayr, 1982).
Menurut Rembulan (2014), morfometri sederhana memiliki ketelitian yang rendah
dan pola gambar yang bias, sehingga hasil identifikasi tidak akurat. Kelebihan
morfometri sederhana yaitu proses lebih mudah, waktunya singkat, dan
membutuhkan biaya yang relatif terjangkau.
Menurut Radiopoetro (1986), truss morfometri yaitu upaya menggambarkan
bentuk udang/spesies lain dengan cara mengukur bagian-bagian dari tubuhnya atas
dasar titik-titik patokan. Kelebihan dari metode ini yaitu memberikan gambaran yang
lebih menyeluruh dan menghasilkan karakterisasi geometrik bentuk secara lebih
sistematis dan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk mengidentifikasi
perbedaan-perbedaan bentuk tubuh. Menurut Sterrer (1986) kekurangan dari truss
morfometri membutuhkan biaya yang mahal, waktu yang diperlukan lama, dan
aplikasinya lebih rumit.
Udang merupakan salah satu anggota dari Crustacea. Crustacea biasanya hidup
di air laut dan air tawar. Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di
bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen)
mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung
ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing
(Marbun, 2010). Salah satu perbedaan udang jantan dan betina dapat dilihat dari
morfologi organ kelaminnya. Menurut Siregar (2014), udang penaeid pada
umumnya termasuk ke dalam hewan heteroseksual (diocious) sehingga dapat
dibedakan antara jantan dan betina secara morfologi (seksual dimorfisme).
Genus Macrobrachium mencakup sekitar 243 spesies yang dijelaskan di
seluruh dunia, 45 spesies ditemukan di benua Amerika. Spesies yang termasuk dalam
genus ini hadir distribusi sirkumropik, dengan spesies asli di semua benua, kecuali
Eropa. Ukuran Morfometrik dapat diperoleh dari ukuran tubuh spesimen
Macrobrachium amazonicum bervariasidari 3,8 hingga 15,6 mm CL (ukuran rata-
rata:6,59 ± 1,39 mm); sedangkan ukuran tubuh diamati untuk M jelskii berkisar
antara 3,2 hingga 11,2 mm CL (rata-rataukuran tubuh: 6.17 ± 1.71 mm). Berdasarkan
pertumbuhan relatif dan kematangan morfologis seksual, menggunakan fitur
morfometrik seksual sekunder. Pertumbuhan usus buntu dalam spesimen
Macrobrachium jelskii juga cenderung menurun setelah jantan mencapai kematangan
seksual. Ukuran dari appendix masculina, dibandingkan dengan masing-masing
ukuran tubuh, mungkin tidak begitu penting untuk Macrobrachium jelskii seperti
untuk Macrobrachium amazonicum (da Silva et al., 2018).
Ular merupakan reptilia berdarah dingin yang dikelompokkan bersama
amfibi ke dalam dunia herpetofauna yang artinya hewan melata. Ular bisa kita
jumpai dari dataran rendah, dataran tinggi, baik di dalam tanah, pohon, air tawar, air
payau sampai perairan air laut, kecuali daerah dengan suhu rendah seperti kutub
(Herbert et al., 2012). Preparat yang digunakan pada acara Morfometri Vertebrata
yaitu ular jali (Ptyas mucosus). Ular jali merupakan ular terestrial memiliki habitat di
hutan hujan, ladang, kebun, dan dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl
(Rembulan, 2014). Ular jali, Ptyas mucosus adalah jenis ular yang mempunyai
kebiasaan tinggal dalam liang-liang tanah di sekitar lokasi pertanian dan belukar di
perbukitan hingga mencapai ketinggian 800 m dpl. Apabila ular jali ditemukan di
dataran rendah yang berparit, berarti ular tersebut sedang atau akan melakukan
aktivitas mencari mangsa. Penyebaran jenis ular ini di Indonesia meliputi wilayah
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Sumatera dan Pulau Bangka (Sidik,
2006).
Ikan dan hewan air lainnya pada umumnya bagian tubuh dibagi menjadi tiga
bagian yakni bagian kepala, badan dan ekor, namun pada setiap jenis ikan ukuran
bagian-bagian tubuh tersebut berbeda-beda tergantung jenis ikannya
(Prawirohartono, 1989). Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus). Ikan ini memiliki
bentuk badan agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi, kepala kecil,
moncung meruncing, mulut kecil terletak pada ujung hidung, sungut sangat kecil
atau rudimenter. Di bawah garis rusuk terdapat sisik 5½ buah dan 3-3½ buah
diantara garis rusuk dan permulaan sirip perut. Garis rusuknya sempurna berjumlah
antara 29-31 buah. (Donthaisong, 2015). Karakter morfometrik Hasil persilangan
ikan pelangi Boesemani (Melanotaenia boesemani) dan ikan pelangi merah
abnormal (Glossolepis incisus) yang diukur dalam penelitian ini merujuk pada ciri-
ciri meliputi, SL = panjang standar, TL = panjang total, HL = panjang kepala, HD =
tinggi kepala, SNL = panjang moncong, ED = diameter mata, LUJ = panjang rahang
atas, LLJ = panjang rahang bawah, BD = tinggi badan, LCP = panjang batang ekor,
DCP = tinggi batang ekor, PDL1 = panjang sebelum sirip punggung 1, PDL2 =
panjang sebelum sirip punggung 2, PVL = panjang sebelum sirip perut, PAL =
panjang sebelum sirip dubur, LDB1 = panjang dasar sirip punggung 1, LDB2 =
panjang dasar sirip punggung 2, LAB = panjang dasar sirip dubur, LPF = panjang
sirip dada, LVF = panjang sirip perut, LCF = panjang sirip ekor, LDF1 = panjang
sirip punggung 1, LDF2 = panjang sirip punggung 2, LAF = panjang sirip dubur,
LMCF = panjang sirip ekor bagian tengah. Pengukuran karakter meristik meliputi,
NDF1 = jumlah sirip punggung 1, NDF2 = jumlah sirip punggung 2, NFC = jumlah
sirip ekor, NPF = jumlah sirip dada, NVF = jumlah sirip perut, NAF = jumlah sirip
dubur (Afini et al., 2016).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum Morfometri Invertebrata dan Vertebrata


adalah bak preparat, pinset, jangka sorong, stereofoam, kertas milimeter, jarum
pentul, dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Morfometri Invertebrata dan
Vertebrata adalah beberapa spesimen hewan Invertebrata (udang) dan Vertebrata.

B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum Morfometri Invertebrata dan


Vertebrata antara lain :

1. Karakter meristik dan morfometrik beberapa hewan Invertebrata (udang) dan


Vertebrata (ikan dan ular) diukur menggunakan metode morfometri sederhana
dan metode truss morphometrics.
2. Spesimen hewan diletakkan di stereofoam yang dilapisi oleh kertas millimeter,
lalu pada titik-titik patokan ditandai dengan jarum pentul.
3. Jarak antara titik-titik patokan diukur dengan jangka sorong (atau benang).
4. Laporan sementara dibuat berdasarkan hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Afini, I., Elfidasari, D., Kadarini, T. & Musthofa, S. Z., 2016. Analisis Morfometrik
dan Meristik Hasil Persilangan Ikan Pelangi Boesemani (Melanotaenia
boesemani) dan Ikan Pelangi Merah Abnormal (Glossolepis incisus). Life
Science, 5(1), pp. 42-51.
da Silva, T. E., Alves, D. F. R., Barros-Alves, S. D. P., Almeida, A. C., Taddei, F. G.
& Fransozo, A., 2018. Morphometric Differences Between Two Exotic
Invasive Freshwater Caridean Species (genus Macrobrachium). Invertebrate
Reproduction & Development, 62(4), pp 221-228.
Donthaisong, C., Arunsan, P., Suwannatrai, K., Prasopdee, S., Kulsantiwong, J.,
Wongmaneeprateep, S., ... & Tesana, S. (2015). Reprint of “Experimental
infection of Opisthorchis viverrini cercariae to the cyprinid fish, Barbonymus
gonionotus”. Acta tropica, 141(2), pp. 253-257.
Haryono. 2001. Variasi Morfoogi dan Morfometri Ikan Dokun (Puntius lateristriga)
di Sumatra. Biota. VI (3): 109-116
Herbert, Batan, I.W., & Rompis, A.L.T .2012. Jenis Ular dan Sebarannya di
Kecamatan Kuta Selatan Badung Bali. Indonesia Medicus Veterinus, 1(1):
55-70.
Marbun, R. 2010. Keanekaragaman dan Distribusi Udang Dikaitkan dengan Faktor
Fisik dan Kimia Air di Muara Sungai Asahan. Tesis. Medan: Magister
Biologi Universitas Sumatera Utara.
Mayr, E. 1982. Principles of Systematic Zoologi. New Delhi: McGraw-Hill
Publishing Company.
Mulyati, T., Fahri, F., and Annawaty, A. 2016. Inventarisasi Udang Air Tawar Genus
Caridina di Sungai Poboya Palu, Sulawesi Tengah. Online Jurnal of Natural
Science, 5(1), pp. 83-96.
Radiopoetro. 1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Rembulan, O.K. 2014. Struktur Histologis Organ Ekskretorik pada Ular Jali (Ptyas
mucosa Linnaeus, 1758) dan Ular Belang Hitam (Pseudolaticauda
semifasciata Reinwardt, 1837). Skripsi. Yogyakarta: UGM.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta.
Sidik, I. 2006. Analisis Isi Perut dan Ukuran Tubuh Ular Jali (Ptyas mucosus): Zoo
Indonesia, 15(2): 121-127.
Siregar, G.A. 2014. Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Udang Kelong (Penaeus
merguiensis) di Perairan Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Skripsi.
Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera Utara.
Sterrer, W. 1986. Marine Fauna and Flora of Bermuda. New York: John Wiley &
Sons Inc.

Anda mungkin juga menyukai