Anda di halaman 1dari 14

PENGUKURAN AKTIVITAS AMILASE PADA IKAN

Nama : Ade Rizki Pajrulloh


NIM : B1A017013
Rombongan :I
Kelompok :5
Asisten : Wakhyuningsih

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI NUTRISI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

Enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan
sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Katalisator
adalah substansi yang mempercepat reaksi tetapi pada hasil reaksi, substansi tersebut
tidak berubah. Enzim mempunyai ciri dimana kerjanya dipengaruhi oleh lingkungan.
Salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap kerja enzim adalah pH. pH optimal
enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat
alkalis enzim mengalami inaktivasi (Gaman, 1994).
Aktivitas enzim pencernaan berkorelasi dengan jumlah enzim yang terdapat
pada tempat pencernaan berlangsung. Aktivitas amilase dan protease dapat diketahui
dengan cara mengukur banyaknya mikromol maltosa dan asam-asam amino (tirosin)
yang dihasilkan per menit (Al Gadri et al., 2014). Salah satu enzim yang diperlukan
untuk pertumbuhan adalah amilase. Amilase dapat diartikan sebagai segolongan enzim
yang merombak pati, glikogen dan polisakarida yang lain. Tumbuhan mengandung α
dan β amilase, hewan memiliki hanya α amilase, dijumpai dalam cairan pankreas dan
juga (pada manusia dan beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong rantai
polisakarida yang panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Amilosa
merupakan polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling
berikatan membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodin
memberikan warna biru yang khas (Fox, 1991).
Amilase merupakan enzim yang paling penting dan keberadaanya paling
besar, pada bidang bioteknologi, enzim ini diperjual belikan sebanyak 25% dari total
enzim yang lainya. Amilase didapatkan dari berbagai macam sumber, seperti tanaman,
hewan dan mikroorganisme. Amilase yang berasal dari mikroorganisme banyak
digunakan dalam industri,hal ini dikarenakan mikroorganisme periode pertumbuhanya
pendek. Amilase pertama kali yang diproduksi adalah amilase yang berasal dari fungi
pada tahun 1894 (Salisbury, 1990).
Digesti merupakan proses yang diperlukan dalam nutrisi heterotrofik seperti
proses adsorbsi molekul-molekul besar karbohidrat, protein, dan lemak dari bagian-
bagian sel. Jaringan yang dikonsumsi harus dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil,
seperti gula dan asam amino agar dapat diangkat melalui membran sel. Transfer
molekul besar melalui membran,tetapi senyawa organik yang disintesis oleh suatu
heterotrof sering kali tidak sama dengan senyawa yang dikonsumsi sebagai makanan.
Perakitan kembali memerlukan digesti. Pencernaan makanan adalah proses
penyederhanaan makanan yang pada awalnya berupa molekul komplek menjadi
molekul sederhana (Affandi, 2005).
Tujuan praktikum Pengukuran Aktivitas Amilase Pada Ikan adalah untuk
mengetahui perbedaan kapasitas pencernaan ikan yang terukur sebagai aktivitas
amilase pada ikan yang memperoleh asupan pakan dengan kualitas berbeda.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele
(Clarias gariepinus), Tris-HCl buffer pH 8, buffer phospate pH 7, pakan protein
32%, pakan protein 18%, ekstrak enzim, substrat amilum 1%, reagen DNS 1%, dan
aquabides.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah seperangkat alat
bedah, baki preparat, botol sampel, kertas tissue, akuarium, kamera, kain lap,
homogenizer, beaker glass, tabung eppendorf, mikropipet + tip, timbangan analitik,
pipet tetes, sentrifugator, freezer -80 oC, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
waterbath, spektrofotometer, vortex, kompor, dan ice box.

B. Cara Kerja

1. Preparasi Jaringan Amilase


1. Organ digesti diisolasi di atas es dan diambil bagian ususnya.
2. Isi organ digesti dibersihkan
3. Organ digesti ditimbang berat 0,5 – 1 gram
4. Organ di tampung pada gelas beaker dan ditambahkan Buffer Tris HCl 7,5
dengan rasio 1:4 atau empat kali berat usus.
5. Organ dicacah dan dilumatkan dengan homogenizer.
6. Homogenat yang diperoleh ditampung dalam eppendorf sebanyak 1500 μL.
7. Disentrifugasi dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit.
8. Supernatan diambil sebanyak 1000 μL – 1250 μL.
9. Supernatan disimpan di dalam Freezer dengan suhu -80 oC.
2. Pengukuran Aktivitas Amilase
1. Tabung reaksi 12 mL disiapkan.
2. Buffer phosphate pH 7 dimasukkan sebanyak 350 µL ke tabung sampel
protein tinggi, tabung sampel protein rendah, tabung blangko, dan tabung
standar.
3. Maltosa standar sebanyak 50 µL dimasukkan ke dalam tabung standar.
4. Ekstrak enzim sebanyak 50 µL dimasukkan ke tabung sampel protein tinggi,
tabung sampel protein rendah, dan tabung standar.
5. Tabung reaksi diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC untuk aktivasi.
6. Substrat amilum 1% sebanyak 350 µL dimasukkan ke dalam tabung sampel
protein tinggi, tabung sampel protein rendah, tabung blangko, dan tabung
standar.
7. Tabung reaksi diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37oC.
8. Reagen DNS 1% sebanyak 750 µL ditambahkan ke dalam tabung sampel
protein tinggi, tabung sampel protein rendah, tabung blangko, dan tabung
standar.
9. Ekstrak enzim sebanyak 50 µL ke dalam tabung blangko.
10. Tabung reaksi dimaskkan ke dalam refrigerator selama 15 menit.
11. Tabung reaksi diinkubasi dengan suhu 100oC selama 5 menit.
12. Aquabides ditambahkan sebanyak 3000 µL ke dalam tabung sampel protein
tinggi, tabung sampel protein rendah, tabung blangko, dan tabung standar.
13. Tabung reaksi divortex selama 10 detik.
14. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 540 nm.
15. Hitung formula konsentrasi, aktivitas amilase, dan aktivitas amilase/menit.
Rumus :
a. Aktivitas amilase lele (Clarias gariepinus)
Konsentrasi: y= ax-b
a= 20,653
b= 22,963
x= nilai absorbansi sampel
kons. sampel T25 + kons. sampel T26
b. Aktivitas Amilase= ( ) − kons. blanko 27
2
nilai aktivitas amilase
c. Aktivitas Amilase/ menit = waktu inkubasi (15 menit) (U/menit)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Preparasi Jaringan Rombongan I


Berat organ Berat Tris HCl
Kelompok Preparat Buffer (gr)
digesti (gr)

Ikan lele protein tinggi 0,98 3,92


1.
Ikan lele protein rendah 0,94 3,76

Ikan lele protein tinggi 0,96 3,84


2.
Ikan lele protein rendah 0,97 3,88

Ikan lele protein tinggi 0,71 2,84


3.
Ikan lele protein rendah 1 4

Ikan lele protein tinggi 0,56 2,24


4.
Ikan lele protein rendah 1 4

Ikan lele protein tinggi 0,96 3,84


5.
Ikan lele protein rendah 0,98 3,92

Tabel 3.2 Tabel Hasil Spektrofotometri pada Aktivitas Amilase Lele (Clarias
gariepinus) Kelompok 5
No. Tabung Tipe Sampel Absorbansi Konsentrasi
T25 Ikan lele protein tinggi 0,159 26,247
T26 Ikan lele protein tinggi 0,180 26,280
B27 Blanko ikan lele protein tinggi 0,189 26,866
R28 Ikan lele protein rendah 0,327 29,717
R29 Ikan lele protein rendah 0,307 29,303
B30 Blanko Ikan lele protein rendah 0,095 26,925

Perhitungan:
Perhitungan Buffer Tris HCl 7,5 kelompok 5:
1. Ikan lele protein tinggi = Berat usus x 4
= 0,96 gr x 4
= 3,84 gr
2. Ikan lele protein rendah = Berat usus x 4
= 0,98 x 4
= 3,92 gr
Perhitungan aktivitas amilase lele (Clarias gariepinus)
1. Perhitungan konsentrasi sampel
a. Aktivitas amilase lele (Clarias gariepinus)
Konsentrasi: y= ax-b
a= 20,653
b= 22,963
x= nilai absorbansi sampel
- Konsentrasi sampel T25: y = ax+b
= 20,653 (0,159) + 22,963
= 3,283827 + 22,963
= 26,247
- Konsentrasi sampel T26: y = ax+b
= 20,653 (0,180) + 22,963
= 3,71754 + 22,963
= 26,280
- Konsentrasi sampel B27: y = ax+b
= 20,653 (0,189) + 22,963
= 3,903417 + 22,963
= 26,866
- Konsentrasi sampel R28: y = ax+b
= 20,653 (0,327) + 22,963
= 6,753531 + 22,963
= 29,717
- Konsentrasi sampel R29:y = ax+b
= 20,653 (0,307) + 22,963
= 6,340471+ 22,963
= 29,303
- Konsentrasi sampel B30:y = ax+b
= 20,653 (0,095) + 22,963
= 1,962035 + 22,963
= 24,925
2. Nilai Aktivitas Amilase
kons. sampel T25 + kons. sampel T26
Lele Protein Tinggi =( ) − kons. blanko 27
2
26,247 + 26,280
=( ) − 26,866)
2

= 0,6025 U
kons. sampel R28 + kons. sampel R29
Lele Protein Rendah =( ) − kons. blanko 30
2
29,717 + 29,303
=( ) − (26,925)
2

= 2,585 U
3. Aktivitas Amilase/menit
nilai aktivitas amilase
Lele Protein Tinggi = waktu inkubasi (15 menit)
0,6025
= 15

= 0,040 U/menit
nilai aktivitas amilase
Lele Protein Rendah = waktu inkubasi (15 menit)
2,585
= 15

= 0,172 U/menit

Gambar 3.1. Amilase Sebelum Gambar 3.2. Amilase Sesudah


Inkubasi 100oC Inkubasi 100oC
B. Pembahasan

Amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Amilum merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan amilum
sebagai sumber energi yang penting. Amilum tersusun dari dua macam karbohidrat,
amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa
memberikan sifat keras sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket.
Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak
bereaksi. Amilase merupakan enzim pemecah pati, glikogen dan polisakarida lain
dengan cara menghidrolisis ikatan glikosidik α-1,4 atau ikatan glikosidik α-1,6.
Amilase dibagi menjadi empat golongan, yaitu: α-amilase, β-amilase, glukoamilase
dan enzim pemutus cabang. Berdasarkan produk akhir hidrolisisnya, enzim amilase
etdibagi menjadi α-amilase sakarifikasi dan amilase likuifikasi. Golongan pertama
11 memberikan produk akhir gula bebas sedangkan golongan kedua adalah enzim
yang memecah pati tetapi tidak menghasilkan gula bebas, kedua golongan amilase
ini dibedakan secara eksperimen (Singh et al., 2012).
Aktivitas amilase diukur dengan metode hidrolisis amilum. Metode ini
diawali dengan mencampurkan ekstrak enzim dan buffer fosfat. Buffer fosfat dan
enzim kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC. Inkubasi ini berfungsi
untuk mengaktifkan enzim. Subtrat amilum (pati) ditambahkan dan selanjutnya
diinkubasi pada suhu 37oC selama 15 menit. Inkubasi ini berfungsi untuk memulai
reaksi katalisis oleh enzim. Reagen asam 3,5-dinitrosalisilat (DNS) ditambahkan,
lalu dididihkan selama 5 menit pada air mendidih (100oC). Setelah proses
pemanasan ini, larutan akan berubah warna. Warna larutan sebelum dipanaskan
ialah kuning jernih, kemudian akan berubah menjadi coklat kemerahan setelah
dipanaskan. Perubahan warna ini mengekspresikan konsentrasi gugus ujung asam
3,5-dinitrosalisilat (DNS) yang dibentuk dan dapat dinyatakan sebagai aktivitas
enzim. Metode hidrolisis amilum selanjutnya ialah proses pendinginan larutan pada
suhu ruang, setelah proses pemanasan. Campuran reaksi tersebut, kemudian
ditambah akuades sebanyak 1,5 ml. Hal ini agar campuran reaksi tidak terlalu pekat
dan dapat diukur absorbansinya. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 540
nm. Panjang gelombang ini merupakan panjang gelombang standar yang digunakan
maltosa (10-100 mM) yang dipersiapkan untuk memperoleh kurva standar. Jumlah
maltosa yang dilepas dari uji ini ditentukan dari kurva standard (Pratiwi et al.,
2016).
Pendukung kelancaran praktikum menggunakan alat yang digunakan
beserta fungsinya, yaitu seperangkat alat bedah digunakan untuk membedah
preparat yang digunakan. Baki preparat sebagai wadah untuk membedah ikan.
Botol sampel sebagai wadah campuran reaksi. Kertas tissue untuk membersihkan
area kerja. Akuarium untuk menyimpan ikan sebelum dibedah. Kamera untuk
mendokumentasikan hasil praktikum. Kain lap digunakan untuk membantu dalam
proses pembedahan preparat. Homogenizer listrik untuk menghancurkan usus dan
mencampurkannya dengan larutan tris-HCl buffer. Sentrifugator digunakan untuk
mengendapkan atau memekatkan reagen sehingga dapat dipisahkan antara medium
(supernatan) dan bahannya yang mengendap (natan). Timbangan analitik untuk
menimbang berat usus. Lempengan es balok untuk mencegah rusaknya jaringan,
serta menstabilkan pH. Kompor untuk mendidihkan air. Tabung eppendorf sebagai
wadah campuran reaksi. Freezer untuk menyimpan supernatan pada suhu -80oC.
Tabung reaksi untuk wadah campuran reaksi. Penangas air (waterbath) untuk
tempat melakukan inkubasi. Mikropipet untuk memindahkan larutan-larutan dalam
kadar mikro. Pipet transfer untuk memindahkan larutan. Spektrofotometer untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Vortex untuk
mengaduk senyawa kimia yang ada dalam tabung reaksi atau wadah (Collins et al.,
2004).
Bahan-bahan dan reagen yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu
ikan lele (Clarias gariepinus) sebagai objek preparat praktikum. Tris-HCl buffer
berfungsi untuk menjaga buffer enzim agar tidak rusak dan penstabil pH. Buffer
fosfat amilase merupakan penyedia kondisi yang optimum bagi enzim amilase
dengan pH sekitar 7 yang berfungsi untuk penstabil pH, ekstrak enzim diinkubasi
selama 10 menit berfungsi untuk mengaktifkan enzim, lalu diikubasi selama 15
menit berfungsi agar enzim berikatan dengan substrat. Substrat amilum merupakan
substrat untuk direaksikan oleh enzim amilase. Reagen DNS 1% berfungsi untuk
memberikan reaksi kompleks yang membantu dalam pengukuran absorbansi
larutan pada spektrofotometer, serta berfungsi dalam menghentikan kerja enzim,
sehingga enzim tidak memecah pati. Aquabides berfungsi untuk pengenceran atau
pelarut sehingga mudah dibaca oleh spektrofotometer (Lehnninger, 1995).
Perbedaan aktivasi amilase pada pemberian ikan yang berbeda bahwa
aktivitas enzim berkaitan dengan jumlah enzim aktif untuk mencerna pakan yang
dikonsumsi. Aktivitas enzim pencernaan juga berkorelasi dengan jumlah enzim
yang terdapat pada tempat pencernaan berlangsung, semakin banyak enzim yang
bekerja pada organ pencernaan tersebut maka semakin tinggi pula aktivitasnya dan
besar nilai retensi energinya. Hal ini dikarenakan ikan yang diberi pakan dengan
kadar protein rendah lebih menghemat energinya dalam aktivitas maupun proses
metabolismenya dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan dengan kadar protein
tinggi. Pencernaan kimiawi salah satunya melibatkan enzim amilase sebagai
katalisator untuk mempercepat prosesnya. Dalam kondisi normal reaksi berjalan
lambat tetapi dengan hidrolisis dan kerja enzim reaksi kimia berjalan lebih cepat
(Meitanisyah, 2010). Aktivitas amilase meningkat dengan meningkatnya umur
ikan. Selain itu aktivitas amilase juga dipengaruhi oleh kadar protein pakan, kadar
karbohidrat, daya cerna ikan, kebiasaan makan, suhu dan musim, komposisi pakan
dan kematangan organ seksual (Kuzmina, 1996).
Konsumsi pakan yang berbeda dapat mempengaruhi aktivitas enzimatik
dan kebiasaan makan ikan. Enzim pencernaan dapat diandalkan untuk memahami
proses pencernaan dan status gizi ikan. Aktivitas enzim proteinolitik dan amilase
dapat mengungkap kemampuan spesies ikan yang berbeda untuk menggunakan
protein dan karbohidrat. Konstituen pakan berfungsi sebagai kekuatan pendorong
bagi enzim pencernaan pada ikan. Aktivitas amilase juga menunjukkan perbedaan
yang signifikan dalam usus utuh ikan yang diberi makan dengan bahan pakan yang
berbeda. Variasi dalam kualitas pakan serta kuantitas memiliki banyak pengaruh
pada aktivitas enzimatik pada saluran pencernaan. Pakan akan merangsang kerja
enzim, dan enzim satu dengan enzim lainnya saling berhubungan (Iqbal et al.,
2018).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pada
kelompok 5 rombongan I dengan perlakuan pemberian kualitas pakan dengan kadar
protein berbeda, yaitu didapatkan aktivitas enzim amilase untuk ikan lele dengan
pakan protein tinggi (32%) sebesar 0,6025 U, sedangkan untuk ikan lele dengan
pakan protein rendah (18%) sebesar 2,585 U. Aktivitas enzim amilase pada ikan
yang diberikan kualitas pakan dengan protein tinggi (32%) diperoleh aktivitas
amilase per waktu inkubasi sebesar 0,040 U/menit, sedangkan aktivitas amilase per
waktu inkubasi pada ikan yang diberikan kualitas pakan dengan kadar protein
rendah (18%) sebesar 0,172 U/menit. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat
perubahan warna pada tabung sampel dan blanko yang telah diinkubasi selama 5
menit pada suhu mendidih (100oC) dari yang sebelumnya berwarna kuning menjadi
berwarna jingga kemerahan, yang berarti menunjukkan adanya aktivitas enzim
amilase. Perbandingan aktivitas enzim amilase pada ikan lele yang diberi pakan
dengan kadar protein tinggi (32%) dan kadar protein rendah (18%) terlihat sangat
signifikan terlihat bahwa laju aktivitas enzim amilase ikan lele yang diberi kadar
protein tinggi lebih rendah dibandingkan dengan laju aktivitas enzim amilase ikan
yang diberi pakan dengan kadar rendah. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan
Eroldogan et al., (2008), yaitu aktivitas enzim digesti akan meningkat pada saat
ikan berada pada fase pemberian pakan dengan protein tinggi. Aktivitas amilase
yang meningkat diduga juga berkaitan dengan meningkatnya peran pakan yang
dikonsumsi sebagai stimulator aktivitas enzim. Adanya peningkatan aktivitas
enzim sebagai akibat meningkatnya makanan dalam saluran digesti yang bertindak
sebagai substrat. Ikan yang diberi pakan akan memiliki nilai aktivitas enzim amilase
yang lebih tinggi daripada ikan yang dipuasakan. Aktivitas amilase pada intestine
sangat dipengaruhi antara lain oleh jumlah amilase aktif yang ada, jumlah pakan
(amilum) dan kualitas pakan serta pola makan bukan oleh ukuran. Penyebab lebih
tingginya nilai aktivitas amilase maupun nilai aktivitas amilase/menit pada ikan lele
yang diberi pakan dengan protein rendah daripada ikan lele yang diberi pakan
dengan protein tinggi menurut pernyataan Saryono (2011), menyatakan bahwa
perubahan aktivitas enzim berbeda dapat dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan
konsentrasi substrat. Konsentrasi enzim berpengaruh terhadap kecepatan reaksi
katalitik enzim, ketika konsentrasi enzim meningkat maka kecepatan reaksinya juga
meningkat, sebaliknya jika konsentrasi enzim rendah maka kecepatan reaksi akan
semakin lambat. Aktivitas amilase pada intestin ikan selain dipengaruhi oleh jumlah
pakan juga dipengaruhi oleh kadar protein pakan yang diberikan. Kebutuhan
protein untuk setiap ikan berbeda-beda, tergantung pada jenis ikan, ukuran ikan,
jumlah pakan yang diberikan dan kualitas protein pakan. Umumnya kebutuhan
protein ikan berkisar antara 25-50%.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan


pemberian kualitas pakan dengan kadar protein berbeda, yaitu didapatkan aktivitas
enzim amilase untuk ikan lele dengan pakan protein tinggi (32%) sebesar 0,6025 U,
sedangkan untuk ikan lele dengan pakan protein rendah (18%) sebesar 2,585 U.
Aktivitas enzim amilase pada ikan yang diberikan kualitas pakan dengan protein tinggi
(32%) diperoleh aktivitas amilase per waktu inkubasi sebesar 0,040 U/menit,
sedangkan aktivitas amilase per waktu inkubasi pada ikan yang diberikan kualitas
pakan dengan kadar protein rendah (18%) sebesar 0,172 U/menit. Berdasarkan hasil
pengamatan, terdapat perubahan warna pada tabung sampel dan blanko yang telah
diinkubasi selama 5 menit pada suhu mendidih (100oC) dari yang sebelumnya
berwarna kuning menjadi berwarna jingga kemerahan, yang berarti menunjukkan
adanya aktivitas enzim amilase. Perbandingan aktivitas enzim amilase pada ikan lele
yang diberi pakan dengan kadar protein tinggi (32%) dan kadar protein rendah (18%)
terlihat sangat signifikan terlihat bahwa laju aktivitas enzim amilase ikan lele yang
diberi kadar protein tinggi lebih rendah dibandingkan dengan laju aktivitas enzim
amilase ikan yang diberi pakan dengan kadar rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Sjafei, D. S., Raharjo, M. F., & Sulistiono., 2005. Fisiologi Ikan
Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Bogor: IPB.
Al Gadri, F. S., Susilo, U., & Priyanto, S., 2014. Aktivitas Protease dan Amilase pada
Hepatopankreas dan Intestine Ikan Nilem Osteochilus hasselti C.V. Scripta
Biologica, 1 (1), pp. 43-48.
Collins, N. L., & Feeney, B. C., 2004. Microbiological Methods. London: Hodder
Headline Group, 338 Euston Road, NW1 3BH.
Eroldogan, O. T., Suzer, C., Tasbozan, O., & Tabakoglu, S., 2008. The Effect of Rate
Restricted Feeding Regimes in Cycles in Digestive Enzymes of Gilthehead
Sea-brem, Sparus aurata. Turkish Journal of Fisheris and Aquatic Sciences,
8(2), pp. 49-54.
Fox, P. F., 1991. Food Enzymology Vol 2. London: Elsevier.
Gaman, P. M., & Sherrington., 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi
dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Kuzmina, W., 1996. Influence of age on digestive enzyme activity in some freshwater
teleostei. Aquaculture, 148(2), pp. 25-37.
Lehninger, A. L., 1997. Dasar-dasar Biokimia. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Meitanisyah., 2010. Anatomy of Fish. Jakarta: Erlangga.
Pratiwi, E. Dwi., Susilo, U., & Priyanto, S., 2016. Aktivitas Amilase dan Laju
Metabolisme Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada Kondisi Puasa dan
Pemberian Pakan Kembali. Sains Akuatik, 14(1). pp. 17-24.
Salisbury, F. B., & Cleon. W., Ross. 1990. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Saryono., 2011. Biokimia Enzim. Yogyakarta: Nuha Medika.
Singh, P., Gupta, P., Singh, R., & Sharma, R., 2012. Activity and stability of
immobilized alpha-amylase produced by Bacillus acidocaldarius.
International Journal Of Pharmacy & Life Sciences, 3 (12), pp. 2247-2253.

Anda mungkin juga menyukai