Anda di halaman 1dari 8

Nama : Vania Sukma Ayu

NIM : P17334120485
Kelas : D4 2B
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA AMAMI II

▪ Judul :
Penetapan Kadar Protein Metode Lowry.

▪ Hari, Tanggal :
Rabu, 02 Februari 2022

▪ Kode Sampel :
Susu Bubuk Zee Putih

▪ Tujuan :
Mengetahui kadar protein dalam larutan sampel susu kemasan dengan Metode Lowry.

▪ Prinsip :
Reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh tyrosine, tryptophan, dan sistein yang terdapat
dalam protein. Ion Cu+ bersama dengan fosfotungstat dan fosfomolibdat membentuk
warna biru, sehingga dapat menyerap cahaya. Kekuatan warna biru terutama bergantung
pada kandungan residu trytophan dan tyrosine-nya.

▪ Dasar Teori :
Protein, merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar, juga berfungsi sebagai zat pembangun
dan pengatur; Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O,
dan N, yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein juga ada yang
mengandung unsur fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung besi atau
tembaga. Protein juga berperan dalam mengganti jaringan yang rusak untuk membentuk
jaringan baru, dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein dalam bahan makanan
yang dikonsumsi, akan diserap oleh usus dalam bentuk asam amino. Kadang-kadang
peptida dan molekul–molekul protein yang kecil dapat juga diserap melalui dinding usus,
masuk ke dalam pembuluh darah, hal inilah yang dapat menimbulkan reaksi-reaksi alergik
dalam tubuh, seringkali timbul pada orang yang makan bahan makanan mengandung
protein, seperti susu, ikan laut, udang, telur, dan sebagainya.
Protein mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah,
yaitu dengan menimbulkan tekanan osmotik koloid yang dapat menarik cairan dari
jaringan ke dalam pembuluh darah. selain itu, protein juga dapat mengatur keseimbangan
asam basa, hal ini disebabkan oleh sifat amfoter protein. Protein dalam jaringan sel,
bertindak sebagai bahan membran sel, dapat membentuk jaringan pengikat (sepeti kolagen
dan elastin), serta membentuk protein yang inert (seperti rambut dan kuku), disamping itu,
protein dapat bekerja sebagai enzim, sebagai plasma, membentuk antibodi, membentuk
kompleks dengan molekul lain, serta dapat bertindak sebagai bagian sel yang bergerak
(protein otot). Kekurangan protein dalam waktu lama, akan mengganggu berbagai proses
dalam tubuh dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Ada banyak metode yang digunakan untuk analisis kuantitatif protein.
Diantaranya dapat menggunakan Metode Lowry, Metode Spektrofotometer UV, Metode
Turbidimetri atau Kekeruhan, Metode Pengecatan, Titrasi Formol, serta Metode Kjeldahl.
Salah satu yang sering digunakan yaitu dengan Metode Lowry, konsentrasi protein diukur
berdasarkan optikal density pada panjang gelombang 600 nm. Untuk mengetahui
banyaknya protein dalam larutan, lebih dahulu dibuat kurva standar yang melukiskan
hubungan antara konsentrasi dengan OD (absorbansi).

▪ Alat dan Bahan :


• Alat Bahan
1. Labu ukur 100 1. Aquadest
2. Labu Erlenmeyer 250 mL 2. Sampel susu kemasan zee
3. Tabung reaksi 3. Reagen Lowry A
4. Rak tabung 4. Reagen Lowry B
5. Kertas timbang
6. Spatula
7. Neraca Analitik
8. Spektrofotometer
9. Kuvet
10. Mikropipet
11. Tip kuning & biru

▪ Cara Kerja :
1. Timbang dengan teliti sekitar 1 gram sampel susu kemasan, masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL.
2. Larutkan dalam aquadest sampai tanda batas volume, homogenkan.
3. Saring larutan ke dalam labu Erlenmeyer hingga didapatkan filtrat sekitar 1 mL atau
lebih.
4. Pipet 500 L filtrat menggunakan mikropipet ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
kering.
5. Tambahkan 2,5 L reagen Lowry B ke dalam tabung reaksi yang berisi filtrat,
homogenkan dan diamkan selama 10 menit.
6. Setelah 10 menit, tambahkan 2,5 L reagen Lowry A ke dalam tabung reaksi tersebut,
homogenkan dan diamkan selama 10 menit.
7. Setelah 10 menit, lalukan pengukuran di spektrofotometer pada panjang gelombang
600 nm.

▪ Hasil :
Keterangan Konsentrasi Absorbansi
Standar 1 10 0,017082
Standar 2 20 0,021059
Standar 3 30 0,047340
Standar 4 40 0,042907
Standar 5 50 0,051342
Sampel - 0,72842
Kurva Kalibrasi BSA
0,06
y = 0,0009x + 0,006
0,05
R² = 0,9833

Absorbansi
0,04
0,03
Series1
0,02
Linear (Series1)
0,01
0
0 20 40 60
Konsentrasi (ppm)

Konsentrasi Sampel, ialah :


y = 0,0009x + 0,006
𝑦 − 0,006
𝑥=
0,0009
0,72842 − 0,006
𝑥=
0,0009
0,72242
𝑥=
0,0009
x = 802,6889 ppm
802,6889
=
1000
= 0,8027 mg/mL x 100
= 80,27 mg

▪ Kesimpulan
Berdasarkan praktikum penetapan kadar protein metode Lowry didapatkan hasil
kadar protein dengan sampel susu kemasan zee putih sebesar 80,27 mg dalam 100 mL
pengenceran.
▪ Judul :
Penetapan kadar Air & NaCl

▪ Hari, Tanggal :
Rabu, 2 Februari 2022

▪ Kode Sampel :
Susu bubuk Zee putih

▪ Tujuan :
Memahami dan menentukan kadar air dalam suatu sampel susu dengan metode
Thermogravimetri.

▪ Prinsip :
Menguapkan air dalam bahan dengan menggunakan energi panas (bahan
dipanaskan dengan oven pengering pada suhu tertentu yaitu 105-110oC), kemudian
dilakukan penimbangan terhadap bahan hingga berat konstan. Kehilangan berat selama
proses pemanasan merupakan jumlah air yang terdapat dalam bahan tersebut

▪ Dasar Teori :
Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Dalam bahan makanan
kering, seperti buah kering, tepung serta biji-bijian terkandung air dalam jumlah tertentu.
Istilah umum untuk air yang terdapat dalam bahan makanan, adalah “air terikat” (bound
water), walaupun sebenarnya istilah ini kurang tepat, karena keterikatan air dalam bahan
berbeda-beda, bahkan ada yang tidak terikat. Karena itu, istilah “air terikat” dianggap
sebagai suatu sistem yang mencakup air yang mempunyai derajat keterikatan berbeda-
beda dalam bahan.
Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
makanan terhadap serangan mikroba; yang dinyatakan dengan aw, yaitu jumlah air bebas
yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Beberapa
mikroorganisme mempunyai aw minimum agar dapat tumbuh dengan baik, misalnya
bakteri = 0.90, khamir = 0.80 – 0.90, dan kapang = 0.60 – 0.70.
Untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan, sebagian air dalam bahan harus
dihilangkan dengan beberapa cara, tergantung dari jenis bahan. Umumnya dilakukan
pengeringan, baik dengan penjemuran atau dengan alat pengering buatan, seperti pada
penjemuran padi, ikan asin, pembuatan dendeng, dan lain sebagainya. Pada bahan yang
berkadar air tinggi, misalnya susu, dilakukan evaporasi atau penguapan. Pembuatan susu
kental pada prinsipnya adalah mengurangi kadar air dengan cara dehidrasi.
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan, ternyata lebih bersifat
higroskopis daripada bahan asalnya, oleh karena itu selama pendinginan sebelum
penimbangan, bahan selalu ditempatkan dalam eksikator atau eksikator yang telah diberi
zat penyerap air, seperti: kapur aktif, asam sulfat, silica gel, aluminium oksida, kalium
klorida, KOH, CaSO4, atau Ba(OH)2.

▪ Alat dan Bahan :


• Alat
1. Cawan petri
2. Oven
3. Desikator
4. Neraca analitik
5. Spatula
6. Kertas timbang
7. Penjepit cawan

• Bahan
1. Sampel susu bubuk Z

▪ Cara Kerja :
1. Timbang cawan kosong yang bersih dan catat beratnya.
2. Cawan kosong dipanaskan dalam oven dengan suhu 105oC selama 1 jam.
3. Dinginkan cawan di luar selama 5 menit, dan di dalam deksikator selama 10 menit.
Kemudian timbang cawan.
4. Ditimbang dengan seksama 2 g sampel susu bubuk dalam cawan (sampel disebar
merata pada permukaan cawan). Kemudian panaskan dalam oven dengan suhu 105oC
selama 1 jam.
5. Dinginkan cawan di luar selama 5 menit, dan di dalam deksikator selama 10 menit.
Kemudian timbang cawan.
6. Cawan yang berisi sampel dipanaskan kembali pada suhu 105oC selama 15 menit.
7. Dinginkan cawan di luar selama 5 menit, dan di dalam deksikator selama 10 menit.
Kemudian timbang cawan.
8. Perlakuan diulang hingga diperoleh berat konstan. Hitung kadar air pada sampel.

▪ Hasil :
Pada praktikum penentuan kadar air pada sampel susu bubuk Zee, didapatkan data sebagai
berikut:
- Berat cawan kosong sebelum pemanasan : 34,1524 g
- Berat cawan kosong setelah pemanasan : 34,1538 g
- Berat cawan + sampel sebelum pemanasan : 36,1538 g
- Berat cawan + sampel setelah pemanasan : 36,1341 g
Kadar air :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛
= × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(36,1538−34,1538)−(36,1341−34,1538)
= × 100%
(36,1538−34,1538)
2−1,9803
= × 100%
2
= 0,985%

▪ Kesimpulan :
Berdasarkan praktikum penetapan kadar air pada sampel Z dengan metode
Thermogravimetri, diperoleh kadar air sebesar 0,985%. Kadar tersebut memenuhi
persyaratan susu bubuk berlemak yang tercantum pana SNI 2970: 2015 dengan kadar air
maksimal sebesar 5%.
▪ Judul :
Penetapan Kadar Abu

▪ Hari, Tanggal :
Rabu, 2 Februari 2022

▪ Kode Sampel :
Susu Bubuk Zee Putih

▪ Tujuan :
Untuk mengetahui kadar abu dalam larutan sampel susu kemasan dengan
metode pengabuan kering.

▪ Prinsip :
Mengkondisikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-
600oC, kemudian zat hasil pembakaran yang tertinggal ditimbang. Jumlah sampel yang
akan diabukan ditimbang dengan jumlah tertentu tergantung pada macam bahannya.

▪ Dasar Teori :
Sekitar 4% dari tubuh kita, terdiri atas mineral, yang dalam analisa bahan
makanan tertinggal sebagai kadar abu, yaitu residu yang tertinggal bila suatu sampel bahan
makanan dibakar sempurna di dalam suatu tungku (muffle furnace). Kadar abu ini,
menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat menguap.
Berdasarkan sumbernya (dari bahan makanan), mineral dapat digolongkan sebagai organik
(khewani) dan anorganik (nabati). Seperti halnya vitamin, kekurangan atau kelebihan
konsumsi mineral tidak baik untuk kesehatan. Kekurangan konsumsi akan menyebabkan
defisiensi, sedangkan kelebihan konsumsi akan menyebabkan keracunan.
Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi
komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu bahan pangan menunjukkan
kandungan mineral yang terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian, serta kebersihan suatu
bahan yang dihasilkan. Analisis kadar abu dengan metode pengabuan kering dilakukan
dengan cara mendestruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi di dalam suatu
tanur pengabuan (furnace), tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih
keabuan dan berat konstan tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak
sebagai oksidator. Residu yang didapatkan merupakan total abu dari suatu sampel.
Sampel yang digunakan pada metode pengabuan kering ditempatkan dalam
suatu cawan pengabuan yang dipilih berdasarkan sifat bahan yang akan dianalisis, serta
jenis analisis lanjutan yang akan dilakukan terhadap abu. Cawan porselen paling umum
digunakan untuk pengabuan, karena beratnya relatif konstan setelah pemanasan berulang-
ulang dan harganya yang murah. Meskipun demikian cawan porselen mudah retak, bahkan
pecah jika dipanaskan pada suhu tinggi dengan tiba-tiba.
Apabila pengabuan yang berkepanjangan tidak dapat menghasilkan abu bebas
karbon (carbon free ash), residu harus dibasahi lagi dengan air, dikeringkan dan kemudian
diabukan sampai didapat abu berwarna putih ini, residu dapat pula diperlakukan dengan
hidrogen peroksida, asam nitrat dan atau asam sulfat, tetapi perlu diingat bahwa
perlakukan ini akan mengubah bentuk mineral yang ada di dalam abu. Jika diperlukan,
dapat pula residu yang belum bebas karbon dilarutkan dalam sejumlah kecil air dan
kemudian disaring dengan kertas saring berkadar abu rendah. Kedua bagian ini kemudian
diabukan kembali secara terpisah.
Pengabuan kering untuk persiapan penetapan trace minerals jarang dilakukan
karena mineral tersebut bersifat menguap pada suhu pengabuan. Suhu pengabuan yang
dianggap aman dari kehilangan sejumlah mineral, karena penguapan adalah 500oC. Suatu
cara pengabuan sampel biologis yang dianjurkan meliputi pengeringan dan pra-pengabuan
pada suatu alat khusus yang terdiri dari sebuah hot plate dan lampu inframerah. Suhu
dinaikan perlahan-lahan sampai 300oC dimana sampel mulai membara. Pengabuan
dilanjut di dalam tanur dengan suhu awal 250oC, dan dinaikkan bertahap menjadi 450oC
selama satu jam. Suhu akhir ini dipertahankan sampai seluruh komponen organik
terdekomposisi.

▪ Alat dan Bahan :


• Alat
1. Bunsen
2. Cawan pijar
3. Neraca analitik
4. Penjepit cawan
5. Tanur (Furnace)

• Bahan
1. Bahan makanan (Susu Zee putih)

▪ Cara Kerja :
1. Nyalakan tanur, set suhu hingga 600oC
2. Pijarkan cawan kosong dalam tanur selama 1 jam
3. Dinginkan di luar 5 menit, dalam desikator 10 menit. Timbang. Pekerjaan diulangi
hingga diperoleh berat konstan
4. Timbang 1 g sampel ke dalam cawan tersebut
5. Panaskan di atas pembakar spirtus hingga asapnya habis
6. Abukan dalam tanur sampai diperoleh abu berwarna putih keabuan ±2 jam
7. Dinginkan, masukkan dalam desikator 10 menit
8. Timbang, lakukan pekerjaan hingga diperoleh berat konstan
9. Hitung kadar abu menggunakan rumus:
𝑊𝑎−𝑊𝑜
Kadar abu = 𝑊𝑠−𝑊𝑜 x 100%
Keterangan :
Wa = Berat cawan + abu (g)
W0 = Berat cawan kosong (g)
Ws = Berat cawan + sampel (g)

▪ Hasil :
Pada praktikum penentuan kadar air pada sampel susu bubuk Zee, didapatkan data sebagai
berikut:
𝑊𝑎−𝑊𝑜
Kadar abu = x 100%
𝑊𝑠−𝑊𝑜

Keterangan :
Wa = Berat cawan + abu (g) → 27.5083 g
W0 = Berat cawan kosong (g) → 27.4401 g
Ws = Berat cawan + sampel (g) → 28.4452 g
𝑊𝑎−𝑊𝑜
Kadar abu = x 100%
𝑊𝑠−𝑊𝑜

27.5083−27.4401
Kadar abu = 28.4452−27.4401 x 100%
0.0682
= 1.0051 x 100%
= 6.7853% atau 6.79%

▪ Kesimpulan :
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, pada pemeriksaan penetapan
kadar abu didapatkan hasil 6,7853% atau 6.79%.

Anda mungkin juga menyukai