Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PENENTUAN LAKTOSA SECARA LUFF SCHOORL

Tgl percobaan : Senin, 22 Juni 2020 Kelompok 6 :


1. Afriana Sartini R Kune (36183067J)
Zat no : 06
2. Anggi Seftiana Damayanti (36183068J)
3. Anna Theresia Tunok (36183069J)
Bahan : Susu bubuk

I. ACARA PRAKTIKUM
Penentuan Laktosa secara Luff schoorl

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Menentukan kadar laktosa pada produk susu secara luff Schoorl

III. PRINSIP
Karbohidrat yang berupa laktosa (galaktosa danglukosa) dioksidasi oleh CuO dari reagen
Luff Schoorl kemudian kelebihan CuO bereaksi dengan Thiosulfat dimana indikator
amylum berwarna biru menjadi tak berwarna.

IV. DASAR TEORI


Susu merupakan bahan pangan yang tersusun atas berbagai nilai gizi dengan proporsi
seimbang. Tingginya kandungan gizi pada susu justru merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroba, sehingga susu merupakan salah satu bahan pangan yang mudah
rusak atau perishable. Kelemahan susu dalam hal masa simpan yang relative singkat
membutuhkan sentuhan teknologi modern berupa pasteurisasi. Pasteurisasi efektif
membunuh mikroba yang berpotensi patogenik di dalam susu, namun proses ini ternyata
tidak dapat mematikan sporanya, terutama spora mikroba yang bersifat termoresisten atau
tahan terhadap suhu tinggi, sehingga diperlukan aplikasi proses penanganan lainnya
berupa pengawetan yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan susu pasteurisasi.
Metode Luff Schoorl merupakan salah satu metode untuk penentuan gula pereduksi. Pada
penentuan metode ini, yang ditentukan bukannya kuprooksida yang mengendap tapi
dengan menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula
pereduksi  (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula pereduksi ( titrasi
sampel). Penentuan titrasi dengan menggunakan larutan natrium tiosulfat. Selisih titrasi
blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan kuprooksida yang terbentuk dan juga
ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan / larutan. Reaksi yang
terjadi selama penentuan kadar laktosa adalah kuprooksida yang ada dalam reagen akan
membebaskan iod dari garam kalium iodida. Banyaknya iod yang dibebaskan ekuivalen
dengan banyaknya kuprioksida. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi dengan
menggunakan larutan natrium tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup
maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya dari biru menjadi
putih, adalah menunjukkan bahwa titrasi sudah selesai.
Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat di dalam air susu. Bentuk ini tidak
terdapat dalam bahan-bahan makanan yang lain. Kadar laktosa didalam darah air susu
adalah 4,6% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua komponen
gula yaitu galaktosa. Sifat susu yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa. Kadar laktosa
dalam air susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman pembentuk asam Laktosa yang
terdapat pada susu, perlu dihidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa terlebih dahulu
supaya bisa diserap oleh dinding usus dan memasuki peredaran darah
Intoleransi laktosa merupakan suatu kondisi yang sering terjadi di seluruh dunia dimana
laktosa tidak bisa tercerna dengan baik karena adanya defisiensi ensim laktase. Laktosa
yang tidak bisa terpecah menjadi glukosa dan galaktosa inilah yang akan menimbulkan
beberapa manifestasi klinis yang beragam, mulai dari sakit perut, mual, muntah,
kembung, hingga diare
V. ALAT, BAHAN & PEREAKSI
1. Alat :
- Seperangkat alat reflux
- Gelas ukur
- Pipet volume
- Labu ukur
- Erlenmeyer
- Biuret
- Pipet tetes
- Hot plate
- Botol semprot
2. Bahan :
- Sampel susu
3. Pereaksi :
- Larutan Pb(CH3COO)2 10%
- Larutan Ba(OH)2 10 %
- Larutan H2SO4 4 N
- Larutan KI 20%
- Larutan Na2S2O3 ± 0,1 N
- Larutan amylum 1%
-
VI. PROSEDUR KERJA
1. Timbang bahan dengan seksama sebanyak 5 – 10 gram. Tambahkan aquadest sampai
susu betul-betul larut.
2. Pindahkan larutan bahan tersebut ke dalam labu takar 100 ml secara kuantitatif.
3. Tambahkan 5 ml larutan Pb-acetat 10% dan 5 ml larutan Ba(OH) 2 10% dan
tambahkan sampai tanda garis, kocok sampai homogen.
4. Disaring sampai didapatkan filtrat yang jernih.
5. Pipet filtrat yang jernih tadi 5 ml atau 10 ml, masukkan dalam Erlenmeyer 250 ml.
6. Tambahkan 25 ml reagen Luff Shoorl (dengan volume pipet), panaskan di atas
waterbath yang sudah mendidih selama 10 menit.
7. Dinginkan dengan cepat dibawah air kran.
8. Tambahkan 15 ml larutan KI 20% H2SO4 4N dengan hati-hati (dialirkan melalui
dinding dalam Erlenmeyer, jangan dituang sekaligus).
9. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 ± 0,1 N sampai warna kuning muda.
10. Tambahkan amylum 1% sebanyak 2 ml sebagai indikator.
11. Titrasi dilanjutkan lagi sampai warna biru tepat hilang.
12. Lakukanlah blanko, yaitu sama seperti prosedur diatas hanya filtrat sampel diganti
dengan aquadest.

VII. HASIL PENGAMATAN


1. Data penimbangan sampel

Berat Wadah + Berat Wadah + Berat Bahan


No Nama Bahan
Bahan (g) Sisa (g) (g)
1. Susu bubuk 28,3415 gr 25,0125 gr 3,2374 gr

2. Data Standarisasi Na2S2O3 ± 0,1 N

No
Nama Bahan Volume Bahan Nama dan N Titran Berat Bahan
.
1. KIO3 10 ml Na2S2O3 ± 0,1 N 9,50 ml
2. KIO3 10 ml Na2S2O3 ± 0,1 N 9,60 ml
3. KIO3 10 ml Na2S2O3 ± 0,1 N 9,60 ml
Rata-rata : 9.55 ml

VIII. PERHITUNGAN
Bahan : 3,2374 gram
Berat Wadah + bahan : 28,3415 gram
Berat Wadah + Sisa : 25,0125 gram
Membuat larutan standar KIO3 = 50 x 0,1 x 214,016 = 0,1783 gram
1000 6

 Penimbangan
Berat Wadah + Zat : 0,1673 gram
Berat Wadah + Sisa : 0,0065 gram
Berat Praktis : 0.1616 gram
Koreksi kadar : 0,1616 x 0,1 = 0,0906 gram
0,1783

 Pembuatan larutan standar skunder Na2S2O3 250 ml


250 x 0,1 x 248,186 = 6,2046
1000 1

 Standarisasi Na2S2O3 0,1 N


V x N Na2S2O3 = V x N KIO3
9,55 x N = 10 x 0,0906
N = 10 x 0,0906
9,55
= 0.0948 gram

- Volum titrasi sampel = 14,50 ml


- Volum titrasi blanko = 23,80 ml
- Selisih = 23,80 – 14,50
= 9,3 ml
- V2 = 9,3 x 0,0948 = 8,8164
0,1

M Thio 0,1 N Mg Gr
8 29,5
8,8164 x?
9 33,2
1 3,6
Jadi kesetaraan GR untuk volume 0,8164 = 0,8164 x 3,6 = 2,9390 mg
1
8,8164 Thio 0,1 N (X) setara dengan 33,2 + 2,9390 = 36,139 mg

 Faktor pengenceran = 10x


 Kadar GR = Kesetaraan Mg GR x P x 100%
Bahan x 1000

= 36,139 x 10 x 100%
3,2374 x 1000

= 11,16 %

IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kadar laktosa dalam susu
cair kemasan menggunakan metode Luff Schoorl.  Sampel yang digunakan adalah susu
bubuk. .Laktosa merupakan satu-satunya karbohidrat (gula) yang terdapat  pada susu.
Laktosa termasuk salah satu gula pereduksi, sehingga kadarnya dapat dihitung secara
kuantitatif dengan menggunakan metode tersebut
Metode Luff Schoorl merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar karbohidrat secara kimiawi. Prinsip dari metode ini adalah laktosa
bersifat sebagai gula pereduksi maka akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+, kelebihan
Cu2+ ditetapkan dengan titrasi iodometri. Dengan menetapkan larutan blanko, maka
volume natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk menitrasi kelebihan Cu 2+ dapat
diketahui, dan setara dengan jumlah laktosa yang terdapat dalam sampel.

Laktosa adalah bentuk karbohidrat yang terdapat di dalam air susu. Bentuk ini tidak
terdapat dalam bahan-bahan makanan yang lain. Kadar laktosa didalam darah air susu
adalah 4,6% dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa memiliki gugus karbonil yang
berpotensi bebas pada residu glukosa,maka laktosa disebut disakarida pereduksi.  Untuk
mengetahui kadar laktosa dalam susu, bisadilakukan semua cara yang sesuai untuk gula
pereduksi.
Laktosa adalah gula susu yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim pencernaan yang
terdapat dalam usus halus. Intoleransi laktosa adalah berkurangnya kemampuan untuk
mencerna laktosa, yang disebabkan oleh kekurangan enzim lactase. Gejala-gejala
intoleransi laktosa meliputi antara lain: perut kembung (banyak gas), sakit perut dan
diare. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat intoleransi
laktosa, dapat dilakukan berbagai hal seperti membaca label pangan dengan seksama,
pembatasan jumlah susu yang dikonsumsi dan pemilihan produk-produk susu.
Dalam kondisi tertentu, laktosa yang terkandung dalam susu, baik ASI maupun susu
formula tidak bisa dipecah menjadi bagian-bagian penyusunnya di dalam usus halus yang
mengonsumsinya, sebagai akibat tiadanya asupan getah pencernaan laktase. Kejadian
semacam ini sering dikenal se-bagai infeksi laktosa.
Iodometri adalah titrasi tidak langsung yang digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Melalui titrasi tak
langsung ini maka semua oksidator yang akan ditetapkan kadarnya direaksikan terlebih
dahulu dengan ion iodida berlebih sehingga I2 dapat dibebaskan. Selanjutnya I2 yang
dibebaskan ini dititrasi dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 dengan indikator
amilum. Selain itu, titrasi iodometri ini digunakan untuk pembakuan larutan Na2S2O3
yang akan digunakan sebagai pentitran.

Selisih volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi larutan blanko dengan titrasi larutan
sampel setara dengan kadar laktosa total yang terdapat pada susu. Pada praktikum ini
diperoleh kadar laktosa yang terdapat pada susu sebesar 11,16 %.

X. KESIMPULAN
Pada praktikum ini diperoleh kadar laktosa yang terdapat pada sampel susu no.6 dengan
menggunakan metode Luff Shoorl sebesar 11,16 %.

XI. DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A., dan Underwood, 1996, Analisa Kimia Kuantitatif, Jakarta, Erlangga


Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik Edisi Ketiga, Jakarta,
Erlangga
Sudarmaji, S., 2003, Analisis Bahan Makanan dan Pertanian, Yogyakarta, Liberty v
LAPORAN RESMI

PENENTUAN KADAR AIR CARA THERMOGRAVIMETRI

Tgl percobaan : Senin, 11-Mei-2020

Zat no : 05

Bahan : Tepung Terigu

Kelompok 5 :

1. Tesalonyca Cicilya Bansaga (36183063J)


2. Brisza Fianda Fitri (36183064J)
3. Ifnu Yuandre Kristian (36183065J)
4. Artika Octavia Wulandari (36183064J)

I. ACARA PRAKTIKUM
Penentuan Kadar Air Cara Thermogravimetri

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Menentukan kadar air dalam bahan makanan.

III. PRINSIP
Menguapkan air yang ada dalam bahan makanan dengan jalan pemanasan, kemudian
menimbang bahan sampel berat yang kosntan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.

IV. DASAR TEORI


Air adalah substansi kimia yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada suatu atom oksigen. Air merupakan suatu pelarut yang penting dan
memiliki kemampuan melarutkan banyak zat kimia lain kadar air dalam bahan pangan
sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Kadar air
dapat juga mempengaruhi penampakan, rasa, tekstur dan warna bahan sekalipun. Semua
bahan makanan memiliki kadar air yang berbeda-beda tergantung karakteristik bahan itu
sendiri.
Penentuan kadar air dilakukan untuk mengetahui apakah bahan pangan tersebut
memiliki daya simpan yang panjang dan kualitas yang baik. Dengan penentuan kadar air
maka dapat ditentukan proses penyimpanan, pengolahan, pendistribusian serta
penanganan yang tepat. Semakin tinggi kadar air suatu bahan maka semakin cepat bahan
pangan tersebut untuk mengalami kerusakan atau kebusukan. Untuk mengetahui kadar air
suatu bahan, maka dilakukan penentuan kadar air.
Penentuan kadar air dapat di lakukan dengan beberapa metode dan salah satunya
yaitu metode pengerinagn atau oven. Metode ini merupakan suatu metode untuk
mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara
menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Metode dapat dilakukan dan
cukup mudah diterapkan pada bahan pangan untuk mengetahui daya simpan dan kualitas
dari bahan tersebut. Oleh karna itu, pentingnya dilakukan penentuan kadar air ini dalam
menentukan mutu dari suatu bahan pangan.
Kadar air dalam suatu bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari bahan pangan tersebut. Apabila kadar air bahan pangan tersebut tidak
memenuhi syarat makabahan pangan tersebut akan mengalami perubahan fisik dan
kimiawi yang ditandai dengan tumbuhnya mikroorganisme pada makanan sehingga
bahan pangan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.penentuan kadar air dari suatubahan
pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan dan pendisribusian mendapat
penanganan yang tepat. Dengan memanaskan suatu bahan pangan dengan suhu tertentu
maka air dalam bahan pangan tersebut akan menguap dan berat bahan pangan akan
konstan. Berkurangnya berat bahan pangan tersebut berati banyaknya air yang
terkandung dalam bahan pangan tersebut.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
- Cawan petri
- Oven
- Timbangan elektrik
- Desikator / esikator

2. Bahan :
- Tepung terigu

VI. PROSEDUR KERJA


1. Timbang wadah / cawan petri kosong sampai berat konstan.
2. Timbang bahan sebanyak 1 gram, ratakan dalam cawan petri tersebut.
3. Masukkan cawan petri yang berisi bahan ke dalam oven pada suhu 70oC selama 10
menit.
4. Naikkan suhu sampai 100–105oC selama 1 jam, kemudian dinginkan dalam
desikator / esikator selama 30 menit.
5. Timbang petri dan bahan, kemudian masukkan lagi ke dalam oven selama 15 menit.
6. Dinginkan lagi dalam desikator dan timbang lagi sampai berat konstasn.

VII. HASIL PENGAMATAN


1. Data penimbangan sampel

Berat Wadah + Berat Wadah Berat Bahan


No Nama Bahan
Bahan (g) Kosong (g) (g)
1. Tepung terigu 32,0047 gr 30,5549 gr 1,4502 gr

2. Data pembacaan volume air pada skala reciver

No Penimbangan wadah +
Nama Bahan Susut berat pada bahan (g)
. bahan (g) ke…
1. Tepung terigu 31,9400 gr 0,0697 gr
31,9350 gr
VIII. PERHITUNGAN
Diketahui :
- berat wadah : 30,5545 gr
berat bahan : 1,4502 gr
berat wadah + berat bahan : 32,0047 gr
- penimbang 1 : 31,9400 gr
penimbang 2 : 31,9350 gr
Air menguap = (berat wadah + bahan awal) – (pengeringan + konstan)
= 32,0047 gr – 31,9350 gr
= 0,0697 gr
Kadar air = Berat air menguap x 100%
Berat bahan
= 0,0697 gr x 100%
= 1,4502 gr
= 4,80 %

IX. PEMBAHASAN
Kadar air merupakan sejumlah air yang terkandung dalam suatu bahan termasuk
bahan pangan. Kadar air merupakan presentase kandungan air suatu bahan yang
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) dan berat kering (dry basis) kadar air ini
adalah parameter penentu mutu bahan. Air dalam bahan pangan sangat berpengaruh
terhadap kualitas dan daya simpan. Selain itu juga sebagai penentu dalam proses
pengolahan dan pendistribusian agar ditangani secara tepat. Penentuan kadar air dalam
suatu bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya metode
pengeringan atau Oven (thermogravimetri), metode oven vakum, metode destilasi,
metode kemis, metode fisis, metode khusus dengan kromatografi, rapid mosture
dilakukan dengan metode Oven. Metode pengeringan untuk penentuan kadar air
prinsipnya adalah penguapan air atau menguapkan air yang ada dalam bahan dengan
jalan pemanasan, kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua
air telah di uapkan.
Selanjutnya menentukan kadar air dengan cara ditimbang wadah / cawan petri kosong
sampai berat konstan, setelah itu timbang bahan sebanyak 1 gram, kemudian ratakan
dalam cawan petri tersebut, setelah itu masukkan cawan petri yang berisi bahan ke dalam
oven pada suhu 70oC selama 10 menit, naikkan suhu sampai 100–105 oC selama 1 jam,
kemudian dinginkan dalam desikator / esikator selama 30 menit, lalu timbang petri dan
bahan, kemudian masukkan lagi ke dalam oven selama 15 menit, jika sudah dinginkan
lagi dalam desikator dan timbang lagi sampai berat konstasn.
Pada perhitungan diketahui berat wadah adalah 30,5545 gr, berat bahan 1,4502 gr, berat
wadah di tambahkan berat bahan maka hasilnya adalah 32,0047 gr, kemudian penimbang
pertama adalah 31,9400 gr dan penimbang 2 adalah 31,9350 gr. Setelah itu lanjut
perhitungan pada air menguap yaitu berat wadah ditambah bahan awal kemudian
dikurang, sebelum dikurang hitung pengeringan ditambahkan konstan, seperti 32,0047 gr
– 31,9350 gr = 0,0697 gr. Kemudian menghitung kadar air dengan cara Berat air
menguap dibagi berat bahan kemudian dikalikan 100% sama dengan 4,80 %.

X. KESIMPULAN
Jadi kadar air pada sampel tepung terigu didapatkan hasil sebanyak 4,80%.

XI. DAFTAR PUSTAKA


https://ris-practicereports.blogspot.com/2017/01/laporan-analisis-pangan-penentuan-
kadar.html

Anda mungkin juga menyukai