Nama Kelompok :
D III FARMASI
LABORATORIUM STKES MUHAMMADIYAH
KLATEN
TAHUN 2016 / 2017
A. DASAR TEORI
Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan
campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua
komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute), dan pelarut
(solvent).Fasa larutan dapat berupa gas, cair, atau padat bergantung pada sifat
kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat
pembentuk sama, zat yang berbeda dalam jumlah terbanyak umumnya
disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarut-nya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu. Semakin
tinggi suhu reaksi, hasil yang dihasilkan juga semakin bertambahh untuk
waktu reaksi yang sama, sebab gerakan molekul-molekul pereaksi semakin
besar. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul -
molekul pereaksi yang berlanjut dengan reaksi kimia juga besar.
Kelarutan merupakan banyaknya solut yang dapat dilarutkan pada
pelarut tertentu pada kondisi tertentu. Senyawa yang terlarut disebut dengan
solut dan cairan yang melarutkan disebut dengan solven, yang secara
bersama-sama membentuk suatu larutan. Proses melarutkan disebut dengan
pelarut (solvasi) atau hidrasi jika pelarut yang digunakan adalah air.
Untuk memperoleh larutan standar, perlu dilakukan proses
standarisasi sebelum melakukan analisa konsentrasi larutan yang ingin
dianalisa. Secara umum, larutan standar ada dua jenis. Pertama, larutan
standar primer yang menjadi acuan dalam proses standarisasi. Kedua, larutan
standar sekunder, yaitu larutan standar yang akan distandarisasi dan lebih
lanjutnya akan digunakan untuk proses analisis sampel. Standarisasi perlu
dilakukan, karena larutan standar sekunder biasanya bersifat tidak stabil jika
disimpan dalam waktu yang lama. Sedangkan larutan standar primer yang
dipilih biasanya memiliki sifat stabil jika disimpan dalam waktu yang lama,
misalnya saja tidak higroskopis sehingga konsentrasinya tidak mudah
berubah.
Suatu indikator digunakan ntuk menunjukka titik akhir titrasi, maka
indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekuivalen
dengan titrat, perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak, agar tidak
ada keraguan-keraguan tentang kapan titrasi harus dihentikan, titrasi adalah
titrasi basa kuat dengan asam kuat dan titrasi basa lemah dengan asam kuat.
B. TUJUAN
1. Dapat membuat larutan dengan berbagai konsentrasi
2. Dapat melakukan pengenceran
3. Dapat menentukan pH larutan
4. Dapat menentukan warna dalam larutan FeCl3
D. CARA KERJA
1. Membuat larutan HCl
Menyiapkan alat dan bahan.
Membuat larutan HCl 1 M sebanyak 25 ml. Kemudian
menghitung terlebih dahulu dalam buku kerja, berapa ml HCl
pekat yang diperlukan.
Dengan menggunakan laruan no 1, Buatlah larutan HCl 0,05 M,
0,01 M, 0,001 M, Masing masing sebanyak 25 ml. Kemudian
menghitung terlebih dahulu beberapa volume larutan stok ( HCl 1
M ) yang dibutuhan.
Dengan menggunakan larutan 0,05 M , Buatlah larutan HCl 0,01
M dan 0,001 M masing masing sebanyak 25 ml.
Menuang setiap larutan yang dibuat kedalam Erlemeyer.
Mengukur dan membandingkan pH – nya.
2. Membuat larutan FeCl3
Menyiapkan alat dan bahan.
Membuat larutan FeCl3 1 M sebanyak 25 ml. Kemudian
menghitung terlebih dahulu berapa gram FeCl3 yang diperlukan.
Dengan menggunakan larutan tersebut, buatlah larutan FeCl3 0,05
M, 0,01 M, dan 0,001 M, Masing masing sebanyak 25 ml.
Dengan menggunakan larutan 0,05 M, Buatlah larutan FeCl3 0,01
M, dan 0,001 M.
Menuang setiap larutan dalam Erlemeyer
Bandingkan setiap warnanya
Analisis data
a. Larutan pertama I V1 . M1 = V2 . M2
25 .𝑥
V1 =
12
V1 = 2,083 mL pH = 0
25 𝑥 0,05 𝑀
b. Larutan II ( HCl 0,05 M ) =
1𝑀
= 1,25 mL pH = 1
25 𝑥 0,01 𝑀
c. Larutan III ( HCl 0,01 M ) = 1𝑀
= 0,25 mL pH = 2
25 𝑥 0,001 𝑀
d. Larutan IV ( HCl 0,001 M ) = 1𝑀
= 0,025 mL pH = 3
25 𝑥 0,01 𝑀
e. Larutan V ( HCl 0,01 M dari HCl 0,05 M ) = 0,05
= 5 mL pH = 3
25 𝑥 0,001 𝑀
f. Larutan VI ( HCl 0,001 M dari HCl 0,05 M ) = 0,05
= 0,5mL pH = 3
a. Larutan I (FeCl3 1 M )
𝑔𝑟 𝑚 𝑥 𝑔𝑟
M = 𝑀𝑟 𝑥 𝐿 = 𝑀𝑟 𝑥 𝐿
𝑚 𝑥 𝑔𝑟
1 = 162 𝑥 25
mgr = 162 x 25
= 4,050 mg
= 4 gram berwarna coklat tua
25 𝑥 0,05
b. Larutan II ( FeCl3 0,05 M ) = 1
G. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mampu membuat larutan dengan berbagai konsentrasi,
dengan membandingkan volume konsentrasi dan normalitas sebelum dan
sesudah dilarutkan.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengenceran, dengan mencampur larutan
dengan bahan pelarut murni agar diperoleh volume konsentrasi yang lebih
rendah.
3. Mahasiswa mampu menentukan pH larutan dengan menggunakan kertas
lakmus.
4. Mahasiswa mampu menentukan warna dalam larutan FeCl3 yang semakin
pudar warnanya apabila molaritasnya semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Sarker, Satyajit D. dan Lutfun Nahar. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Ratna Rianti. 2008. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2 No. 2. Politeknik LPP, Jl
Sumoharjo, Balapan. Yogyakarta.
Harjanti Sri Miningsih. 2008. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2 No. 2. Politeknik LPP,
Jl Sumoharjo, Balapan. Yogyakarta.