Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH FARMASETIKA

“BENTUK SEDIAAN PIL”

Disusun oleh :

M.IBADURROHMAN

2002060099

Dosen pembimbing akademik :

Apt.IRMA SUSANTI,M.Farm.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2021

1
Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah farmasetika ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari bapak/ibu dosen, dari program studi farmasi. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang sediaan pil
dalam ilmu kefarmasian, supaya nantinya mengerti akan sediaan bahan pil yang
digunakan oleh konsumen. Dan tentunya juga akan menambah wawasan.

Saya sebagai penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

DAFTAR ISI

2
PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang..................................................................................................4

1.2. Rumusan masalah dan tujuan..........................................................................5

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian pil...................................................................................................6

2.2. Sediaan pil yang baik........................................................................................6

2.3. Macam sediaan pil...........................................................................................7

2.4. Keuntungan dan kerugian dari pil....................................................................7

2.5. Komponen pil...................................................................................................8

2.6. Tahap pembuatan sediaan pil........................................................................11

2.7. Evaluasi pembuatan sediaan pil.....................................................................13

2.8. Bahan-bahan khusus dalam


pil.......................................................................15

2.9. Prinsip pembuatan sediaan pil.......................................................................18

KESIMPULAN...................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di dalam bidang industri kefarmasian, perkembangan teknologi farmasi


sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Ini
dapat di tunjukan dengan obat-obatan di pasaran. Di zaman sekarang ini sudah
banyak bentuk sediaan obat yang dapat di jumpai di pasaran antara lain dalam
bentuk sediaan padat terdiri atas pil, tablet, kapsul, dan suppositoria. Dalam
bentuk cair terdiri atas elixir, sirup, suspensi, emulsi, potio, lotio, dan mixture.
Dalam bentuk sediaan aerosol terdiri atas inhaler.

Sediaan obat dalam bentuk pil sudah jarang dijumpai, apalagi sediaan pil
dari bahan alam. Adanya inovasi-inovasi baru terhadap bentuk dan jenis
sediaanlah yang membuat pil semakin jarang ditemui. Padahal dibandingkan
dengan sediaan solid lainnya, pil lebih mudah untuk dibuat dan dosisnya juga
telah ditentukan bersamaan dengan pembuatan massa pil.

Pil merupakan salah satu sediaan farmasi yang sudah lama digunakan.
Sediaan pil sudah dikenal sebelum keluarnya produk obat modern, dahulu pil
dibuat dengan cara tradisional akan tetapi untuk saat ini pil lebih mudah dibuat
dengan cara yang lebih modern. Masyarakat lebih menggemari obat-obat
tradisional dalam bentuk sediaan pil dari pada sediaan yang lain seperti jamu cair
dan jamu serbuk, karena pil sangat evisien dikonsumsi tidak berasa pahit dan
cara minum yang sangat mudah dari pada sediaan yang lain.

Beberapa jenis obat dari bahan alam telah tersedia dalam bentuk pil,
antara lain pil majakan, pil kina, dan pil bahan alam lain. Sedangkan pada serbuk,
ketika konsumen akan mengonsumsinya akan mengukur dosisnya terlebih
dahulu. Dibandingkan dengan bentuk tablet, bentuk pil lebih sederhana dan
tidak memerlukan banyak bahan tambahan. Selain itu, bentuk pil lebih efisien
dan praktis untuk dibawa kemana-mana

Oleh sebab itu sediaan pil masih sangat diterima oleh masyarakat luas.
Tidak menutup kemungkinan sediaan pil juga dikembangkan dalam pembuatan
obat-obat sintesis dan obat-obat modern, seperti halanya pil KB, pil obat maag
dan lain-lain. Sediaan pil bisa di buat dengan cara tradisional dan cara modern.

4
Oleh sebab itu sediaan ini masih diajarkan dan di kembangkan dalam
lingkungan sekolah dibidang kefarmasian. Namun bagi para pembuat yang masih
baru pertama membuat terkadang masih banyak hambatan yang terjadi. Itu
disebabkan karena banyak bahan obat yang perlu diperlakukan secara khusus.
Selain itu, banyak juga bahan–bahan yang digunakan untuk membuat sediaan pil.
Maka dari itu, cara–cara pembuatan pil harus dipahami oleh para pembuat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1. Seperti apakah sediaan pil itu ?


1.2.2. Bagaimana persyaratan sediaan pil yang baik ?
1.2.3. Apa saja bentuk sediaan pil ?
1.2.4. Apa keuntungan dan kerugian dari sediaan pil ?
1.2.5. Apa saja komponen dalam sediaan pil ?
1.2.6. Bagaimana tahapan peracikan atau pembuatan pil yang benar ?
1.2.7. Bagaimana mengevaluasi pil dengan benar ?
1.2.8. Apakah ada bahan-bahan khusus dalam sediaan pil ?
1.2.9. Bagaimana prinsip pembuatan sediaan pil ?

TUJUAN
1.3.1. Mengetahui bagaimana sediaan pil itu
1.3.2. Mengetahui persyaratan sediaan pil yang baik
1.3.3. Mengetahui macam-macam bentuk sediaan pil
1.3.4. Mengetahui apa saja keuntungan dan kerugian sediaan pil
1.3.5. Mengetahui komponen-komponen dalam sediaan pil
1.3.6. Mengetahui tahapan peracikan pil
1.3.7. Mengetahui cara mengevaluasi sediaan pil
1.3.8. Mengetahui bahan-bahan khusus dalam sediaan pil
1.3.9. Mengetahui prinsip-prinsip pembuatan sediaan pil

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PIL

Pil berasal dari bahasa latin yaitu “Pila” yang berarti bola.

Dalam Farmakope edisi III : Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat
mengandung satu atau lebih bahan obat.

Dalam buku ilmu meracik obat : Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk
bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat.

Menurut Leerboek der Receptuur : Pil adalah salah satu bentuk sediaan
padat yang berbentuk bola kecil dengan berat antara 100 – 500 mg.

Pil kecil yang beratnya kira-kira 20-60 mg disebut granula dan pil besar
yang beratnya lebih dari 300 mg disebut boli. Boli biasanya digunakan untuk
pengobatan hewan seperti sapi, kuda dan lain-lain. (Ph.Bld.V. menyatakan tidak
lebih dari 30mg dan mengandung 1mg bahan obat), dan parvule bobotnya di
bawah 20mg per buah.

2.2. SEDIAAN PIL YANG BAIK

a. Homogen (ukuran, bentuk, warna, dosis)

b. Mempunyai kekenyalan, daya rekat dan kekerasan tertentu

c. Mempunyai waktu hancur tertentu Dalam FI III disyaratkan waktu hancur


pil:
 Tidak boleh lebih dari 15 menit untuk pil tidak bersalut
 Tidak boleh lebih dari 60 menit untuk pil bersalut gula atau
selaput
 Untuk pil salut enterik: Setelah dilakukan pengujian dalam larutan
HCl 0,06 N selama 3 jam, pada pengujian selanjutnya (larutan
dapur pH 6,8) waktu hancur pil tidak boleh lebih dari 60 menit

6
2.3. MACAM SEDIAAN PIL

a. Bolus : beratnya lebih dari 300 mg

b. Pil : beratnya sekitar 60 – 300 mg

c. Granul : beratnya 1/3 – 1 grain (1 grain = 64,8 mg)

d. Parvul : beratnya kurang dari 1/3 grain

2.4. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN PIL

Keuntungan :

a. Mudah digunakan / ditelan

b. Rasa obat yang tak enak dapat tertutupi

c. Relatif lebih stabil dibandingkan serbuk dan solutio

d. Sangat baik untuk sediaan yang penyerapannya dikehendaki secara


lambat, misal: Kathartika

Kerugian :

a. Obat yang dikehendaki memberikan aksi yang cepat.

b. Obat yang dalam keadaan larutan pekat dapat mengiritasi lambung.

c. Bahan Obat padat/serbuk yang voluminous dan Bahan Obat cair dalam
jumlah besar.

7
d. Penyimpanan lama sering menjadi keras dan tidak memenuhi waktu
hancur.
e. Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat diatasi dengan bahan
pengawet).

2.5. KOMPONEN PIL

1. Bahan utama,

Berupa bahan obat yang harus memenuhi persyaratan farmakope,


misalnya KMnO4, asetosal, digitalis folia, garam ferro, dan lain-lain.

2. Bahan tambahan

a. Bahan Pengisi
Fungsi : memperbesar massa pil (bila bahan obat terlalu kecil untuk
dibuat pil)

Jenis :
 Radix liquiritiae
 Saccharum album
 Bolus alba Jumlah pemakaian :
 Bahan obat jumlah Kecil : Radix 2x bobot Succus
 Bahan obat sangat besar : Pakai pulvis pro pilulis (Radix
dan Succus aa)
 Bahan obat golongan Oksidator : Balus alba 100 mg/pil
(garam Pb)

b. Bahan Pengikat
Bahan obat non kohesif perlu bahan pengikat
Fungsi : untuk memperbesar daya kohesi maupun daya aldesi masa pil
agar masa pil dapat saling melekat menjadi masa yang kompak.

Jenisnya :
 Succus Liquiritiae (2g untuk 60 pil)

8
 PGS (500 mg / 60 pil), untuk yang voluminous : 1-1,5 g/60 pil
 Succus dan saccharum album aa (75 g/1000 pil)
 Gliserin cum tragacanth (10%) q.s.
 Adeps lanae/vaselin album q.s. untuk Bahan Obat yang bersifat :
 Saling bereaksi dengan adanya air
 Terurai dengan air
 Oksidator
 Garam-garam timbal

c. Bahan Pembasah
Fungsi : untuk memperkecil sudut kontak kurang dari 90° antar molekul
sehingga masa menjadi basah dan lembek serta mudah di bentuk.
 Air
 Aqua gliserinata
 Sirupus simpleks
 Madu
 Adeps lanae / vaselin album

d. Bahan Pemecah Pil dengan bahan pengikat adeps lanae / vaselin album
bersifat hidrofob, yang menyebabkan sukar larut / pecah di lambung,
maka dari itu perlu ditambah bahan pemecah NaHCO3 NaHCO3 + HCl à
NaCl + H2CO3 àH2O àCO2

e. Bahan Penabur
Fungsi : agar pil tidak lengket pada alat dan satu sama lain.
Jenis :
 Likopodium
 Talkum
 Amylum Oryzae
 MgCO3
 Liquiritiae Radix

f. Bahan Penyalut
Fungsi :
 Menjaga stabilitas bahan obat
 Menutupi rasa dan bau bahan obat yang tidak enak
 Memperbaiki penampilan pil
 Mencegah pil pecah di lambung

9
Jenis :
 Penyalut gula : Saccharum album

 Penyalut selaput :
 CMC-Na
 Balsamum tolatanum
 Carbowax 6000
 Perak
 Penyalut enterik :
 Salol
 Schellak
 C.A.P

Ada 6 tipe bahan obat yang diberikan secara enterik :

a. Bahan obat yang di pakai terus menerus tetapi merangsang selaput lendir
lambung. Misalnya senyawa Arsen, antelmintik, asam salisilat, digitalis.

b. Bahan obat yang menghalangi pencernaan, karena dengan pepsin


membentuk senyawa yang tidak larut. Misalnya tanin dan argentum
nitrat.

c. Bahan yang terurai oleh asam lambung. Misalnya antibiotik golongan


penisilin.

d. Bahan obat yang di harapkan agar dalam keadaan sepekat mungkin di


usus. Misalnya antiseptik, santonin.

e. Bahan obat yang mengakibatkan mabuk dan muntah-muntah. Misalnya


emetin, sulfonama.

f. Bahan obat yang di kehendaki lambat beraksi. Misalnya antispasmodik,


antihistamin, dan barbiturat.

10
2.6. TAHAP PEMBUATAN SEDIAAN PIL

Cara pembuatan pil pada prinsipnya adalah mencampurkan bahan-bahan,


baik bahan obat atau zat utama dan zat-zat tambahan sampai homogen. Setelah
homogen campuran ini di tetesi dengan zat pembasah sampai menjadi masa
lembek yang elastis atau plastis dan kohesif, lalu dibuat bentuk batang dengan
cara menekan sampai sepanjang alat pemotong pil yang di kehendaki, kemudian
dipotong dengan alat pemotong pil sesuai dengan jumlah pil yang diminta. Bahan
penabur ditaburkan pada masa pil, pada alat penggulung, dan alat pemotong pil
agar masa pil tidak melekat pada alat tersebut. Penyalutan dilakukan jika perlu,
namun sebelum penyalutan pil harus kering dahulu atau di keringkan dalam alat
atau ruang pengering, dan bahan penabur yang masih menempel pada pil harus
dibersihkan dahulu.

A. PEMBUATAN MASSA PIL

 Tentukan bobot Bahan Obat untuk 1 pil

 Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan

 sesuai dengan jumlah dan sifat Bahan Obat

 Campur Bahan Obat + pengisi + bahan pengikat + bahan pemecah


sesuai aturan

 Tambahkan bahan pembasah sedikit-sedikit ke dalam camp digilas


kuat ad massa pil yang baik (elastis, tidak lengket di mortir, dan
tidak pecah digulung).

B. PEMBAGIAN PIL

Setelah terbentuk masa pil, bila perlu dibagi dengan cara di


timbang atau di buat batang dengan cara di gulung-gulungkan dengan
papan kayu yang datar pada alat papan pil. Diameter dan batangan-
batangan yang di bentuk harus sama besarnya dari ujung ke ujung yang
satunya

C. PEMOTONGAN PIL

11
 Massa pil dibentuk silinder yang panjangnya sesuai jumlah yang
akan dibuat.

 Sebelumnya pemotong diberi alat penabur dulu.

D. PEMBULATAN PIL

 Potongan massa pil dipindahkan ke alat pembulat pil yang sudah


diberi bahan penabur, selanjutnya dibulatkan.

 Masukkan pil ke wadah melalui lubang yang ada dan dihitung


jumlahnya .

E. PENYALUTAN PIL

Lakukan penyalutan sesuai dengan jenis bahan penyalut yang digunakan.


Tujuan penyalutan :

 Melindungi Bahan Obat dari pengaruh lingkungan (salut selaput)

 Menutupi rasa bahan yang tak enak (salut gula)

 Memperbaiki penampilan pil (salut selaput)

Cara penyalutan sediaan pil :

 Gula Pil diguling-gulingkan dalam sedikit Sirupus simpleks,


kemudian digulingkan dalam campuran saccharum pulv. +
Amylum tritici + Gom Arab (1:2:1,5) ad kering.

 Gelatin Pil ditusuk jarum, celupkan dalam larutan gelatin panas


(20% gelatin dalam air, biarkan dingin). Bekas tusukan jarum
ditutup dengan menotolkan batang pengaduk pada lubang
tersebut.

12
 Tolubalsem Pil dimasukkan dalam cawan berisi larutan tolubalsem
dalam CHCl3 (10%), lalu digoyang-goyang sampai CHCl3 menguap.
Pindahkan pil ke wadah lain, dan biarkan kering.

 Perak Pil dibasahi dengan sirupus simpleks atau mucilage gom


arab, kemudian dikocok dengan Ag foliatum (2 lbr/30 pil) sampai
tersalut merata. Jika bahan obat beraksi dengan Ag, disalut dulu
dengan Collodium.

 Salol Pil dimasukkan dalam cawan berisi lelehan salol (20 g/60 pil)
sampai terbasahi merata. Pindahkan ke wadah lain dan biarkan
sampai salol memadat.

 Schellak Pil disalut dengan larutan 10% schellak dalam spiritus.


Setelah kering disalut lagi dengan campuran schellak ditambah
asam stearate ditambah aether cum spiritus (5:2,5:50)

2.7. EVALUASI SEDIAAN PIL

a. Bobot pil ideal antara 100, 150 mg, rata-rata 120 mg Oleh karena sesuatu
hal syarat ini sering kali tidak dapat dipenuhi.

b. Syarat dari farmakope yang diberikan pada semua pil yang dipaparkan
dalam farmakope dan yang dapat dianggap berlaku untuk semua pil-pil,
yakni pil-pil setelah dimasukkan ke dalam asam klorida 0,04 N pada 37o
dan dikocok-kocok keras-keras sampai hancur.

c. Pada waktu penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu


keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan, dan pil salut
enteric tidak hancur dalam lambung tetapi hancur dalam usus halus.

d. Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu-persatu, hitung


bobot rata-rata, penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rata dapat
dilihat pada tabel berikut.

13
Bobot rata-rata pil Penyimpangan terbesar
18 pil 2 pil
100mg sampai 250mg 10% 20%
250mg sampai 500mg 7,5% 15%

e. Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compresi yaitu dalam air
36° – 38° pil selama 15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60 menit untuk
pil yang bersalut.

Cara menghitung resep pada sediaan pil


Contoh resep :
R/ Luminal. 0,5
Laktosa. qs
Succus liq. qs
Aqua gliserinata. qs
m.f.pil.No.XXX
S.b. dd pil 1
Pro : Tn.Riski

Penyelesaian :
Penimbangan bahan

 Luminal. = 50mg
 Laktosa. = 2 x 1 gram = 2 gram
 Succus liq. = 30 x 2 / 60 = 1 gram
 Aqua gliserinata. = 5 tetes

14
PIL YANG MENGANDUNG OBAT BERUPA SERBUK ( PADAT )

Untuk bobot rata-rata pil Pil yang mengandung zat berkhasiat yang
bersifat oksidator digunakan Adeps Lanae atau Vaselinum sebagai zat pengikat
dan Bolus Alba 100 mg tiap pil sebagai zat pengisi. Penggunaan Adeps atau
Vaselinum adalah kira-kira 1/6 berat zat padatnya. Caranya menambahkan
sedikit-demi sedikit digerus dan ditekan.

PIL YANG MENGANDUNG OBAT BERUPA EKSTRAK KENTAL

Ekstrak kental direndam dengan Spiritus dilutus atau cairan lain yang
digunakan sebagai mengstrum ekstrak dan dicampur dengan Liquiritiae Radix.
Apabila jumlahnya sedikit diperlukan Succus Liquiritiae sebagai tambahan zat
pengikat 1 g untuk 30 pil Apabila jumlah ekstrak kental besar yaitu 1,5 g lebih,
kebutuhan Succus Liquiritiae dapat dikurangi, bahkan tidak diperlukan Succus
Liquiritiae tapi cukup dibuat dengan Liquiritiae Radix saja, misalnya Valerianae
Extractum dan Secalis Cornuti Extractum spissum.

2.8. BAHAN-BAHAN KHUSUS

1. Pil-pil yang mengandung senyawa Hydrargyrum: dibuat dengan


menggerus hydrargyrum, dengan sama berat Liquiritiae Radix dan air,
setelah tidak terlihat butir hydrargyum maka masa ditambah Liquiritiae
Radix dan Succus Liquiritiae secukupnya sampai mendapat masa pil yang
cocok. Bila jumlah Hydrargyrum kecil maka dapat ditambahkan Succus
dan Liquiritiae Radix dalam perbandingan

2. Pil yang mengandung Ferrosi Carbonas dan Ferrosi Iodium: Formula dapat
dilihat di Farmakope Belanda edisi V, untuk pil Ferrosi Carbonas setiap pil
mengandung 50 mg dan formula untuk pembuatan 300 pil jadi seluruh

15
formula mengandung 15 g Ferrosi Carbonas. Dibuat dengan mereaksikan
Ferrosis Sulfas dengan Natrii Bicarbonas di atas tangas air. Sebagai
pereduksi adalah Mel dan sebagai zat pembasah gliserin dan air sampai
berat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar reaksi pembentukan Ferrosis
Carbonas berjalan sempurna yaitu gas CO2 yang terjadi hilang.

3. Pil-pil yang mengandung garam-garam yang dapat menyerap air: Seperti


Natrii Iodium sering terjadi penggumpalan hingga sulit dibuat masa pil
yang baik. Untuk mencegahnya maka perlu diberi air secukupnya biar
larutan setelah itu baru dibuat masa pil.

4. Pil-pil dengan zat-zat higroskopik: Seperti Kalii Bromidum, Kalii Iodidum


dan Natrii Salicylas supaya digerus halus dan di dalam mortar yang
panas . Untuk pil yang mengandung zat yang higroskopis sebagai zat
pembasah jangan menggunakan Aqua Glycerinata.

5. Pil-pil yang mengandung senyawa yang sangat Higroskopis: Digunakan


sebagai larutan seperti Calcii Bromidum, Calcii Chloridum, Kalii Acetas.
Jika di dalam resep tertulis garamnya maka yang diambil sebagai
larutannya yang sebanding :

 Solutio Kalii Acetatis mengandung 331 / 3% Kalii Acetas

 Solutio Calcii Bromidi mengandung 25% Calcii Bromidum

 Solutio Calcii Chloridi mengandung 25% Calcii Chloridum

 Solutio Ferri Chloridi mengandung 75% Ferri Chloridum

Larutan tersebut setelah ditimbang diuapkan sampai sisa airnya kira-kira


tinggal kurang dari 1 g untuk 30 pil. Harus diingat jangan menguapkan
Larutan Ferri Chloridum karena garam Ferrinya akan terurai.

6. Pil-pil yang mengandung senyawa Codeinum base dengan garam


Ammonium atau Ichtammolum : Karena Codeinum base terhitung mudah
larut dalam air dan merupakan base lebih kuat dari garam Ammonium,

16
maka akan bereaksi dan timbul gas NH3 yang bebas serta membuat pil
jadi pecah.

7. Pil-pil yang dapat pecah Karena zat-zat yang terkandung dapat bereaksi
hingga menimbulkan gas yang memecah pil. Supaya tidak terjadi jangan
menggunakan zat pembasah air yaitu dengan menggunakan zat pengikat
yang lain

 Pil yang mengandung Ferrosi Carbonas dengan Acidum Citricum


akan menimbulkan gas CO2

 Pil yang mengandung Meditrenum akan timbul gas CO2 karena


terjadi reaksi antara Iodochloroxychinolin Sulfonas dengan Natrii
Bicarbonas

 Pil yang mengandung Ferrum Reductum atau pulveratum dengan


asam seperti Acidum Cutricum akan bereaksi dan timbul gas H2
yang akan memecah pil.

8. Pil-pil yang mengandung Hydrargyri Cloridum: Akan menghilangkan


selaput lendir dari lambung dan usus maka perlu Hydrargyri Chloridum
dalam keadaan yang halus. Untuk itu perlu penambahan Natrii Chloridum
untuk memudahkan Hydrargryi Chloridum larut dalam air. Penambahan
Natrii Chloridum adalah setengah berat Sublimat dan dilarutkan dulu
dengan air

9. Pil-pil yang mengandung Diphantoinum Natrium: Jangan menggunakan


Liquiritiae Radix tetapi menggunakan Succus Liquiritiae 1 bagian dan
Amyilum 3 bagian dan sebagai zat pembasah digunakan Sirupus Simplex.
Hal ini untuk menjaga agar pil lekas hancur dalam lambung.

10. Pil-pil yang mengandung Quinini Sulfas: Ada dua macam yaitu yang
berwarna coklat dan berwarna putih.

17
11. Pil-pil yang mengandung zat pengikat yang bereaksi dengan asam :
Seperti Gentianae Extractum, Succus Liquiritiae dan Liquiritiae Extractum.
Bahan tersebut akan bereaksi dengan Ferrum reductum, Ferrum
pulveratum yang menimbulkan gas H2 serta menyebabkan pil menjadi
menggelembung dan pecah. Bahan tersebut akan bereaksi pula dengan
Natrii Bicarbonas, Ferrosi Carbonas yang menimbulkan gas CO2 serta
menyebabkan pil menjadi menggelembung dan pecah. Maka itu Succus
Liquiritiae, Liquiritiae Extractum dan Gentianae Extractum harus
dinetralkan dulu dengan MgO 50 mg tiap gram Ekstrak dan Succus.

12. Pil-pil yang mengandung Ekstrak kering :

 Aloe Extractum Aquosum siccum, Rhamni Frangulae Extractum


Aquosum siccum, Rhamni Phursianae Extractum siccum, Rhei
Extractum dapat dibuat pil cukup dangan Liquiritiae Radix dan zat
pembasah Aqua Glyserinata.

 Chinchonae Extractum siccum dan Colae Extractum siccum


memerlukan Succus Liquiritiae sebagai zat pengikat untuk dapat
dibuat masa pil.

 Pil dengan ekstrak kering dibuat keras agar tidak lembek atau
berubah bentuk

2.9. PRINSIP PEMBUATAN SEDIAAN PIL

a. Padat Tanpa sifat khusus,


langsung diracik sesuai tahap pembuatan pil.

b. . ½ Padat

Jumlah kecil :

 Bahan obat ditambah pelarut yang sesuai agar tepat larut

18
 Bahan obat ditambah pengisi yang warnanya kontras
 Ditambah zat pengikat
 Ditambah zat pembasah

Contoh : Ekstrak Belladon, Ekstrak Hyosciami, dan Ekstrak Cannabis

Jumlah besar :
 Bahan obat ditambah Radix q.s. ad massa pil
Contoh : Ekstrak Secale cornuti dan Ekstrak Visci albi

c. Cair

Ekstrak-ekstrak cair
 Jumlah kecil (< 0,5 g / 30 pil)
 Dengan Succus dan Radix (1:0,5 g)
 Tanpa aqua glycerinata

 Jumlah besar (>0,5 g / 30 pil)


 Diuapkan sampai kental (kurang lebih 1/3 bobot)
Ditambah radix ad massa pil
 Diganti dengan sisa keringnya Ditambah Radix, Succus, Aq.
Glycerinata
Misal: Ekstrak. Rhamni purshianae liquidum Diganti Ekstrak
Rhamni p. Siccum 25 %

Larutan berair
 Jumlah kecil Langsung dibuat pil tanpa bahan pembasah
 Jumlah besar Diuapkan ad kental (+ 1/3 bobot) Ditambah radix ad
massa pil

KESIMPULAN

19
Pil berasal dari bahasa latin yaitu “Pila” yang berarti bola. Dalam
Farmakope edisi III : Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung
satu atau lebih bahan obat. Dalam buku ilmu meracik obat : Pil adalah suatu
sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih
bahan obat. Menurut Leerboek der Receptuur : Pil adalah salah satu bentuk
sediaan padat yang berbentuk bola kecil dengan berat 100 – 500 mg. Pil kecil
yang beratnya kira-kira 30 mg disebut granula dan pil besar yang beratnya lebih
dari 500 mg disebut boli.

Sediaan pil harus, homogen ukuran, bentuk, warna dan dosisnya.


Mempunyai kekenyalan, daya rekat, dan kekerasan tertentu. Mempunyai waktu
hancur tertentu. Dalam FI ed. III, pil harus memenuhi beberapa syarat:
Keseragaman bobot. Waktu hancur pil = Waktu hancur tablet, meliputi: Tidak
lebih dari 15 menit untuk pil tak bersalut. Tidak lebih dari 60 menit untuk pil
bersalut gula dan bersalut selaput. Pil bersalut enterik : 3 jam dalam larutan 0,06
N HCl dan tidak lebih dari 60 menit dalam larutan pendapar pH 6,8.

Komponen pil berupa bahan obat atau medikamen yang berwujud padat,
setengah padat, dan cair. Adapun bahan tambahan yaitu, bahan pengisi yang
berfungsi untuk memperbesar masa pil ( bila bahan obat terlalu kecil untuk di
buat pil ), bahan pengikat jenisnya Succus Liquiritiae (2g untuk 60 pil), PGS (500
mg / 60 pil) untuk yang voluminous 1-1,5 g/60 pil, Succus dan saccharum album
aa (75 g/1000 pil), Gliserin cum tragacanth (10%) q.s, Adeps lanae/vaselin album
q.s., bahan pembasah seperti air, Aqua gliserinata, Sirupus simpleks, Madu,
Adeps lanae / vaselin album, bahan pemecah, dan bahan Penabur yang berfungsi
agar pil tidak lengket pada alat dan satu sama lain.

Adapun cara pembuatan pil yaitu dengan cara pembuatan masa pil,
pemotongan pil, pembulatan pil, dan penyalutan pil yang berbahan seperti gula,
gelatin, tolubalsem, perak, salol, dan schellak. Ada juga prinsip pembuatan
sediaan pil yang berupa padat, setengah padat, dan cair ( ekstrak-ekstrak cair,
larutan berair ). Sediaan pil juga harus di evaluasi dengan cara yaitu bobot pil
harus ideal, pada waktu penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah dan juga
tidak terlalu keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan, memenuhi
keseragaman bobot, dan memenuhi waktu hancur.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta

2. Arief, Moh.2006.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

3. Farmasi, irwan.2010 makalah sediaan pil.

4. Syamsuni,A. 2007. Ilmu resep jakarta.

5.arief 2005, farmasetika.jogjakarta UGM Press.

6. Farmakope Indonesia edisi IV,.

7. Ilmu resep.

21

Anda mungkin juga menyukai