PRAKTIKUM FARMASETIKA
PENGENALAN ALAT, PENIMBANGAN, DAN MEMBUNGKUS OBAT
DISUSUN OLEH:
LESTARI (2019E1C024)
2A S1-FARMASI
A. TUJUAN
1. Mampu membaca dan mengidentifikasi komponen resep
2. Mampu mengartikan singkatan latin pada resep
3. Mampu menuliskan copy resep
4. Mampu menuliskan etiket dan aturan pakai
B. DASAR TEORI
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku (Peraturan Menteri Kesehatan No.35 tahun 2014).
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter hewan yang
diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker
pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik serta menyerahkan obat
kepada pasien (Syamsuni, 2006).
Menurut Jas (2009) yang berhak menulis resep adalah :
Dokter Umum.
Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut.
Dokter hewan, terbatas pada pengobatan pada hewan/ pasien hanya hewan
Menurut Jas (2009), resep terdiri dari 6 bagian :
1.Inscriptio : Nama dokter, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat,tanggal penulisan resep.
Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai identitas dokter penulis
resep. Format inscription suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada
praktik pribadi.
2.Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya ambilah atau
berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di apotek.
3.Prescriptio/ Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan.
4.Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu
pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.
5.Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna sebagai legalitas
dan keabsahan resep tersebut.
6.Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan umur pasien. Teristimewa untuk obat
narkotika juga hatus dicantumkan alamat pasien (untuk pelaporan ke Dinkes setempat).
RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada
pasien sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Sedangkan berdasarkan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 dan Nomor 58
Tahun 2014, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
Dalam tiap lembar resep terdiri dari bagian- bagian yang disebut :
1. Inscripstio terdiri dari :
a) Bagian yang memuat nama dokter, alamat dokter, nomor SIK, tempat dan
tanggal penulisan resep.
b) Tanda R/ = recipe yang artinya ambilah, yang maksudnya kita diminta untuk
menyiapkan obat-obat yang nama dan jumlahnya tertulis di dalam resep.
4. Subscriptio
Merupakan penutup bagian utama resep, ditandai dengan tanda penutup
yang ditandai dengan penutup dengan tanda tangan atau paraf dokter yang
menuliskan resep tersebut, yang menjadikan resep tersebut otentik. Untuk resep
yang mengandung injeksi golongan narkotika harus ditandatangani oleh dokter
tidak cukup hanya dengan paraf dokter.
Resep – resep yang diterima apotek harus disusun berdasarkan nomor urut
resep, tanggal penerimaan dan disimpan selama 5 (lima) tahun.
CONTOH RESEP :
Pada resep tersebut di atas obat dalam resep ada yang ditulis dengan nama dagang
seperti Longcef, CTM, Equal dan ada juga yang ditulis dengan nama generik seperti
Phenobarbital, Bromhexin.
Semua penggantian dari obat generic bermerk ke obat generik berlogo harus
seizin dokter penulis resep dan atau pasien. Dalam praktikum, hal ini harus diusulkan
kepada pengawas (pengawas/dosen pembimbing praktikum berperan sebagai
dokter/apoteker/pasien).
Resep, baru dapat diracik setelah diperiksa kelengkapan resepnya dan dosis
obatnya dihitung terlebih dahulu, bila dosis obat terlalu sedikit (dosis kurang) maupun
terlalu banyak (dosis berlebih) harus dikonsultasikan kepada dokter. Dalam kegiatan
praktikum dosis obat kurang/lebih dilaporkan dan diparaf oleh pengawas, obat yang dosis
kurang akan ditingkatkan atau obat yang dosisnya tinggi akan diturunkan, tetapi bila
pengawas tidak melakukan perubahan praktikan harus meminta paraf pengawas, sebagai
bukti praktikan telah melaporkan adanya kekurangan atau kelebihan dosis. Setelah
praktikan baru diizankan meracik obat.
Sebelum obat ditimbang atau diambil sediaan jadinya, dicek kembali nama obat
yang diambil, apakah sudah benar. Biasanya ada tanda- tanda khusus yang ditulis dalam
resep misalnya bila obat harus diulang pengambilannya, atau bila obat dalam resep harus
segera disiapkan karena pasien sangat membutuhkan obat tersebut seperti: antidotum,
obat luka bakar dll. Bila obat dalam resep ingin diulang penggunaanya dua kali lagi
maka pada resep tertulis tanda Iter 2X, atau bila obatnya dinginkan segera maka ditulis
”Cito”, ”Statim”.
Keterangan :
Bila obat diserahkan pertama kali, maka dibuat copy resep yang pertama, kata iter
4x harus ditulis, dan kata detur orig (detur original) yang menyatakan obat telah
diserahkan sesuai dengan resep asli dari dokter. Selanjutnya pasien masih dapat
menebus 4 kali lagi.
Keterangan:
Bila kemudian pasien menebus kembali obatnya, maka pada copy resep
ditulis “detur orig + 1x” atau “detur 2x” atau “det iter 1x”
Pengambilan obat ke-3 : pada copy resep ditulis “detur orig + 2x” atau
“detur 3x” atau “det iter 2x”
Pengambilan obat ke-4 : pada copy resep ditulis “detur orig + 3x” atau
“detur 4x” atau “det iter 3x”
Pengambilan obat ke-5 : pada copy resep ditulis “detur orig +
4x” atau “detur 5x” atau “det iter 4x”
Contoh etiket:
A.Faruk
Sehari 3 x 1 bungkus sesudah makan
A.Faruk
Sehari 3 x 1 bungkus sesudah makan