Anda di halaman 1dari 210

MODUL PRAKTIKUM

FARMASETIKA
DASAR

PROGRAM STUDI
SARJANA FARMASI
TIM PENYUSUN:
apt. Debby Juliadi, S.Farm., M.Farm.
apt. Ni Nyoman Yudianti Mendra, S.Farm.,
M.Clin.Pharm.
2023
GANJIL
1
IDENTITAS PEMILIK

Identitas Pemilik

Nama :

NPM :

KELAS:

HP :

KLP :

VISI MISI PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

VISI
Menghasilkan lulusan Sarjana Farmasi yang unggul dan inovatif di bidang Farmasi
Klinik dan Komunitas yang berwawasan budaya

MISI
1. Mengembangkan pendidikan program studi Sarjana Farmasi yang bermutu
dan berwawasan budaya serta berbasis riset dan pengabdian kepada
masyarakat yang mampu meluluskan sumber daya manusia yang berbudaya
dan berintegritas serta competes di bidang kefarmasian
2. Menyelenggarakan penelitian di bidang kefarmasian yang bermutu dan
berwawasan budaya dengan mengutamakan pengembangan kearifan lokal
Usada dan bersinergi dengan kemajuan teknologi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan luaran invensi dan produk inovasi yang
berdaya saing global
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di bidang kefarmasian yang
bermutu dan berwawasan budaya melalui penerapan hasil penelitian
khususnya di bidang kefarmasian untuk memberi manfaat nyata bagi
kehidupan masyarakat

ii
Format Laporan Praktikum

Petunjuk Pengerjaan Laporan Praktikum:


A. Laporan praktikum (Jurnal Pembuatan Sediaan) dikerjakan secara perorangan
dan ditulis tangan langsung pada modul praktikum
B. Modul sudah harus dikerjakan sebelum praktikum dimulai
C. Jurnal Pembuatan Sediaan Obat ditulis dengan format yang telah disediakan
D. Setiap materi praktikum akan dilakukan responsi secara daring sebelum
praktikum dilaksanakan
E. Seluruh peserta praktikum diharapkan telah mempelajari dan melengkapi
modul praktikum sebelum responsi dilaksanakan
F. Pretest praktikum akan diambil dari materi pada modul praktikum yang
akan dilaksanakan pada hari praktikum secara luring

iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

Di dalam mengikuti Praktikum Farmasetika Dasar, berikut tata tertib yang wajib
mahasiswa ikuti :
1. Mahasiswa harus hadir tepat waktu sesuai jadwal praktikum
2. Jika mahasiswa terlambat >15 menit tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan, maka mahasiswa tersebut tidak diperbolehkan mengikuti
praktikum
3. Mahasiswa wajib membawa peralatan praktikum sendiri (kalkulator, sendok tanduk,
spatula, pipet tetes, sudip, serbet/kertas tissue, anak timbangan miligram dll)
4. Mahasiswa wajib mengenakan jas laboratorium, hairnet (untuk mahasiswa perempuan),
masker, dan handscoon
5. Mahasiswa dianjurkan untuk membawa literatur pribadi (ISO, MIMS) namun tidak
menjadi kewajiban. Jika saat praktikum membutuhkan literatur tersebut, telah tersedia di
laboratorium dan harap dibaca bergantian tanpa merusak atau mencoret litertaur
6. Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan aksesoris berlebih seperti gelang, kalung,
dan lainnya
7. Mahasiswa harus sudah menyiapkan jurnal praktikum dan membaca dengan teliti resep.
Jika mengalami kesulitan agar bertanya ke dosen pembimbing praktikum
8. Mahasiswa wajib mengikuti pretest dan mendapatkan nilai minimal Baik (65), jika
mahasiswa mendapatkan nilai <65 mahasiswa wajib mengikuti remedial maksimal 1
kali.
9. Apabila setelah dilakukan remedial, nilai mahasiswa belum mencapai minimal 65, maka
mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada waktu tersebut
10. Mahasiswa yang tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada jadwal yang sudah
ditentukan, wajib mengikuti praktikum pada jam praktikum berikutnya yang disetujui
oleh dosen pembimbing praktikum
11. 30 menit sebelum praktikum berakhir, akan diadakan post-test per individu. Praktikan
mempersiapkan sediaan yang telah dibuat
12. Sebelum praktikum mahasiswa wajib memeriksa peralatan yang akan digunakan dan
jika ada kekurangan segera melaporkan ke laboran
13. Pada saat mahasiswa mengambil obat, sebelum ditimbang harus dibaca terlebih dahulu
etiket pada botol apakah nama obatnya sudah benar. Setelah ditimbang wadah obat
dikembalikan ke tempat semula sesuai dengan nomor urut wadah

iv
14. Setelah praktikum selesai, mahasiswa harus mengembalikan alat-alat dalam keadaan
bersih dan lengkap serta wajib mengecek kembali kelengkapan alat yang digunakan
15. Jika mahasiswa merusak/memecahkan alat, harus menggantinya dengan alat yang merk
dan ukurannya sama sebanyak 2 (dua) kali jumlah alat yang dirusak/dipecahkan
16. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum 100%, jika tidak dapat mengikuti praktikum
mahasiswa harus melapor ke dosen pembimbing praktikum dan wajib menggantikan
praktikum dengan mengatur jadwalnya yang disetujui oleh dosen pembimbing
praktikum
17. Mahasiswa wajib menyelesaikan pembuatan 1 sampai 2 resep dengan benar
18. Mahasiswa tidak diperkenankan mengobrol, makan, minum selama praktikum
berlangsung.

KRITERIA PENILAIAN PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR

Indikator Nilai
Kehadiran 10%
Pretest, post-test dan keaktifan 15%
Jurnal praktikum 25%
Evaluasi Tengah Semester 25%
Evaluasi Akhir Semester 25%
TOTAL 100%

v
JADWAL PRAKTIKUM

Minggu Kegiatan Keterangan


I 1. Kontrak perkuliahan Materi skrining resep, singkatan latin,
2. Pengenalan alat laboratorium penggolongan obat, penghitungan
3. Cara menimbang dosis, dan Salinan resep diberikan
4. Cara menggerus saat perkuliahan teori
5. Responsi resep pulveres dan
pulvis (secara daring untuk kloter
I)
II-III 1. Praktik pembuatan pulveres Kloter I pada minggu kedua dan
dan pulvis kloter II pada minggu ketiga.
2. Responsi resep kapsul (secara daring Responsi resep pulveres dan pulvis
untuk kloter I) kloter II pada minggu kedua
IV-V 1. Praktik pembuatan kapsul (2 resep) Kloter I pada minggu keempat dan
2. Responsi resep salep dan pasta kloter II pada minggu kelima.
(secara daring untuk kloter I) Responsi resep kapsul kloter II pada
minggu keempat
VI-VII 1. Praktik pembuatan salep dan pasta Kloter I pada minggu keenam
dan kloter II pada minggu
ketujuh.
Responsi resep salep dan pasta kloter
II pada minggu keenam
VIII Evaluasi Tengah Semester Praktikan diberikan 1 resep secara
random, dan diminta mengerjakan
resep serta membuat sediaan selama
ETS berlangsung. Sebelum memulai
minggu ke-9 akan diadakan Responsi
resep salep dan krim dan gel secara
daring (untuk kloter I)
IX-X 1. Praktik pembuatan krim dan gel Kloter I pada minggu kesembilan
2. Responsi resep larutan dan dan kloter II pada minggu kesepuluh.
elixir secara daring (untuk Responsi resep krim dan gel kloter II
kloter I) pada minggu kesembilan
XI-XII 1. Praktik pembuatan larutan dan elixir Kloter I pada minggu kesebelas
2. Responsi resep suspensi dan emulsi dan kloter II pada minggu
secara daring (untuk kloter I) keduabelas. Responsi resep larutan
dan elixir kloter II pada minggu
kesebelas
XIII- 1. Praktik pembuatan suspensi Kloter I pada minggu ketigabelas
XIV dan emulsi dan kloter II pada minggu
2. Responsi resep suppositoria secara keempatbelas.
daring (untuk kloter II) Responsi resep suppositoria kloter
II pada minggu ketigabelas
XV Praktik pembuatan suppositoria Berkelompok
XVI Evaluasi Akhir Semester Praktikan diberikan 1 resep secara
acak, dan diminta mengerjakan resep
serta membuat sediaan selama EAS
vi
berlangsung.

vii
KARTU TANDA PRAKTIKUM (VERIFIKASI DOSEN/LABORAN)

NAMA :
NPM :
KELAS :
KELOMPOK :

No. NAMA PRAKTIKUM Praktikum Laporan Keterangan.


Tgl Paraf Tgl Paraf
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

viii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

PETUNJUK PRAKTIKUM...................................................................................................iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM.............................................................................................iv
JADWAL PRAKTIKUM......................................................................................................vii
KARTU TANDA PRAKTIKUM …………………………………………………………
............................................................................................................................................. vviiii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................viii
BAB I PENGENALAN LABORATORIUM FARMASETIKA..........................................1
BAB II RESEP OBAT...........................................................................................................30
BAB III PULVERES DAN PULVIS....................................................................................48
BAB IV KAPSUL...................................................................................................................91
BAB V SALEP, PASTA, GEL DAN KRIM......................................................................113
BAB VI SEDIAAN CAIR....................................................................................................142
BAB VII SUPPOSITORIA..................................................................................................180
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................190
LAMPIRAN..........................................................................................................................191

ix
PENGENALAN LABORATORIUM FARMASETIKA

BAB I
PENGENALAN

A. LABORATORIUM FARMASETIKA
Sebelum mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum, mahasiswa harus mengenal
Laboratorium Farmasetika Dasar dan tata tertib bekerja di laboratorium Farmasetika
Dasar. Di dalam laboratorium, terdapat meja dan kursi pengawas, lemari narkotika,
lemari psikotropika, lemari sediaan obat jadi (tablet, kapsul), lemari tempat penyimpanan
sediaan obat cair, dan bahan obat baku, dan gudang bahan baku obat.

B. JENIS-JENIS ALAT LABORATORIUM FARMASETIKA


Sebelum praktikum dimulai, mahasiswa harus mempersiapkan dan membawa
peralatan yang dibutuhkan pada saat praktikum. Mahasiswa tidak diperkenan meminjam
alat dari teman yang lain karena akan menggangu kelancaran praktikum. Peralatan yang
harus mahasiswa bawa meliputi :
1. Jas laboratorium
2. Serbet dua lembar atau kertas tissue
3. Anak timbangan miligram 1 set
4. Sendok tanduk
5. Pinset
6. Sudip dua lembar
7. Gunting
8. Penara
9. Wadah sediaan (Botol dengan berbagai ukuran 60cc dan 100cc; Dus bedak tabur;
Pot plastik 20g, 30 gram dan 50gram)
10. Ballpoint
11. Modul Praktikum
12. Buku Indeks Spesialit Obat Indonesia (ISO) atau Buku MIMS
13. Kalkulator
14. Pipet tetes
15. Lem

1
C. PERALATAN YANG HARUS TERSEDIA DI LABORATORIUM
FARMASETIKA DASAR
Peralatan yang harus tersedia dilaboratorium Farmasetika meliputi :
1. Timbangan gram
2. Timbangan milligram
3. Meja praktik
4. Spatula porcelen
5. Spatula logam
6. Kaca arloji
7. Botol timbang
8. Cawan porselen
9. Beaker glass 50,100, 250 cc
10. Gelas ukur 10, 25, 50, 100 cc
11. Mortir dan stamper atau lumpang dan alu
12. Erlenmeyer 100, 250 cc
13. Water bath
14. Batang pengaduk
15. Corong kaca
16. Panci Infus
17. Papan Pil
18. Ayakan
19. Kapsul filler
20. Botol semprot
21. Termometer

D. BUKU – BUKU STANDAR HARUS TERSEDIA DI LABORATORIUM


FARMASETIKA
Demi kelancaran praktikum di laboratorium Farmasetika Dasar harus tersedia buku-
buku berikut:
1. Farmakope Indonesia edisi III, IV dan V (FI III, FI IV dan FI V).
2. Buku MIMS
3. ISO (Indeks Spesialite Obat Indonesia)

2
4. The Extra Pharmacopeae Martindale edisi 29
5. Formularium Medicamentum Selectum (FMS)
6. Formularium Nasional (Fornas)
7. Formularium Indonesia (FI).
8. Farmakologi dan Terapi

Peralatan dan buku-buku yang disediakan dilaboratorium dapat Anda pergunakan selama
praktikum berlangsung. Peralatan dan buku-buku yang tersedia harus Anda
pertanggungjawabkan bila terjadi kerusakan/pecah atau hilang.

3
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN I

Tanggal Praktik :
Topik Praktik : Pengenalan Alat Peracikan di Laboratorium dan Cara

menggunakan Timbangan

Langkah Kerja :
1. Amati peralatan peracikan di laboratorium.
2. Gambarkan secara sketsa peralatan-peralatan tersebut, tuliskan ukuran-ukuran
yang tersedia dan fungsi masing-masing alat tersebut.

Hasil Pengamatan :
1. Mortir dan stamper

2. Gelas Ukur

4
3. Gelas piala/Beker Glass

4. Erlenmeyer

5. Batang pengaduk/rostaf

6. Cawan porselin/cawan penguap

5
7. Corong

8. Botol timbang

9. Kaca Arloji

10. Sendok Tanduk

6
11. Spatula logam/porselen

12. Pipet tetes

13. Sudip

14. Panci Infus

7
15. Penangas Air

16. Botol Semprot

17. Pengayak

18. Papan Pil

8
19. Termometer

A. PENIMBANGAN
1. Diperiksa apakah semua komponen timbangan/neraca sudah sesuai pada tempatnya,
dengan mencocokkan nomor–nomor yang terdapat pada komponen–komponen
tersebut. (lihat gambar)
2. Periksa kedudukan timbangan sudah sejajar/rata, dapat dilihat dari posisi anting
penunjuk tegak berdirinya timbangan harus tepat. Bila belum tepat kita putar tombol
pengatur tegak berdirinya timbangan.
3. Sekali lagi kita periksa apakah posisi pisau tengah dan pisau tangan sudah pada
tempatnya. Bila sudah maka tuas penyangga timbangan kita angkat atau putar maka
timbangan akan terangkat dan akan kelihatan apakah piringnya seimbang atau berat
sebelah. Bila tidak seimbang kita dapat memutar mur pengatur keseimbangan kiri atau
kanan sesuai dengan keseimbangannya, sehingga neraca seimbang.
4. Setelah itu baru kita letakkan kertas perkamen di atas kedua piring timbangan, angkat
tuas penyangga timbangan untuk memeriksa apakah timbangan sudah seimbang. Bila
sudah seimbang , maka penimbangan bahan–bahan bisa dimulai.
5. Cara penimbangan bahan–bahan :
a. Bahan padat seperti serbuk, lilin dll ditimbang di atas kertas perkamen

9
b. Bahan setengah padat seperti vaselin, adeps, ditimbang di atas kertas
perkamen atau di atas cawan penguap.
c. Bahan cair dapat ditimbang di atas kaca arloji, cawan penguap atau langsung
dalam botol atau wadah.
d. Bahan cairan kental seperti ekstrak belladon dan ekstrak hyosciamy langsung
ditimbang di kertas perkamen yang sebelumnya diolesi dengan parafin
cair/vaselin.
e. Bahan oksidator (Kalii permanganas, Iodium, Argenti nitras) ditimbang pada
gelas timbang atau pada gelas arloji yang ditutup.
f. Bahan yang bobotnya kurang dari 50 mg dilakukan pengenceran (dibahas
dalam bab Pulvis)

20. Jelaskan proses menara dan menggunakan timbangan

21. Tentukan anak timbangan yang digunakan untuk menimbang bahan sejumlah :
No. Bobot yang akan Kombinasi anak timbangan yang digunakan
ditimbang
1. 325 mg
2. 1142 mg
3. 0,715 g
4. 3,6 g
5. 16,67 g
6. 20,756 g

22. Hitunglah jumlah penimbangan minimal pada masing – masing timbangan!


No. Penimbangan Minimal
Jenis Daya Kesalahan yang Kesalahan yang
Kepekaan
Timbangan Beban diperbolehkan 5% diperbolehkan
10%
1. Timbangan
gram

2. Timbangan
milligram

10
Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

11
KEGIATAN PRAKTIKUM 1.3
PENGGOLONGAN OBAT

Materi Penggolongan obat diberikan kepada mahasiswa sebelum praktikum berlangsung,


sehingga mahasiswa dapat menentukan golongan obat yang terdapat didalam resep,
mengetahui cara penyimpanan obat golongan narkotika, psikotropika, dan penyerahan obat
yang harus disertai dengan label: obat hanya dapat diserahkan dengan resep dokter.
Menurut Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi
Golongan obat adalah : penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari :
1. Obat bebas
2. Obat bebas terbatas
3. Obat keras
4. Narkotika
5. Psikotropika
6. Obat Wajib Apotek (OWA)

A. PENGGOLONGAN OBAT
1. Obat bebas adalah : obat dengan tingkat keamanan yang luas, yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter. Penandaan khusus pada kemasannya untuk
golongan obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis hitam ditepinya.
Contoh: Promag tablet, Panadol tablet, Aspilet tablet, puyer Waisan, Enzyplex
caplet dll.

Gambar 1. Logo golongan obat bebas

2. Obat bebas terbatas ( daftar W = Waarschuwing ) adalah : obat keras yang


dalam jumlah tertentu dapat diserahkan tanpa resep dokter. Pada kemasan
obatnya selain terdapat tanda khusus lingkaran biru dengan garis hitam ditepinya.
Selain penandaan khusus lingkaran biru dengan garis hitam di tepinya juga
terdapat tanda peringatan P. No. 1 hingga P. No.6.

12
1. P.No.1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Pemakaiannya. Contoh : Procold,
Komix dan OBH
2. P.No.2 Awas! Obat Keras, Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh :
Hexadol, Betadine dan Ttanflex
3. P.No.3 Awas! Obat Keras, Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh :
Insto, Betadine dan Kalpanax
4. P.No.4 Awas! Obat Keras, Hanya untuk dibakar.
5. P.No.5 Awas! Obat Keras, Tidak boleh ditelan.
Tanda peringatan P. No.4 dan No. 5 saat ini bentuk sediaan tidak ada lagi.
6. P.No.6 Awas! Obat Keras, Obat wasir, jangan ditelan. Contoh : Anusol
suppositoria, Anusup suppositoria.

Gambar 2. Logo golongan obat bebas

Istilah lain untuk obat bebas dan bebas terbatas dimasyarakat dikenal
dengan istilah obat OTC (Over the counter adalah obat yang dapat dibeli
tanpa resep dokter).

3. Golongan Obat Keras


Definisi Obat Keras ada empat:
1. Obat yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter (antibiotika, obat
hipertensi, obat jantung, hormon, obat kanker, antihistamin untuk obat dalam
dll);
2. Obat yang penggunaannya dengan cara disuntikan atau dengan merobek
rangkaian asli dari jaringan seperti sediaan obat dalam bentuk injeksi,
larutan infus, sedian implan (sedian yang mengandung hormon untuk KB)
3. Semua obat baru yang belum terdaftar di Depkes (yang tidak mempunyai
kode registrasi dari Depkes/ Badan POM);
4. Semua obat dalam keadaan subtansi atau semua obat yang terdapat dalam

13
daftar obat keras (keadaan subtansi = bahan baku obat).

14
Penandaan khusus untuk obat jadi golongan obat keras : Lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam, didalamnya terdapat huruf K yang menyentuh
lingkaran hitam. Obat keras : bila dilihat pada buku indeks Spesialite obat (ISO)
ada tulisan K, dan di buku MIMS ada tulisan G disebelah kanan nama obatnya.

Gambar 3. Logo Obat Keras

Contoh golongan obat keras :


Antibiotika : Gentamycin, Chloramphenicolum, Tetracyclin, Cefadroksil,
Ampicillin, Amoksisilin dll.
Hormon : Prednison, Betamethazon, Dexamethason,Hidrokortison, Fluicinolon
Obat jantung : Digoxin, Isosorbid dinitrat.
Antihipertensi : Captopril, Nipedipin, Reserpin, Valsartan, Bisoprolol dll
Antihistamin : Loratadin, Difenhidramin HCl
Antineoplastik : Sitarabin, Metotrexat, Siklofosfamid

Di lapangan obat golongan obat keras dikenal dengan sebutan obat Ethical (Ethical
drug yaitu obat yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter) atau Obat daftar G
yang berasal dari kata G = Gevaarlijk menurut Undang-undang Tentang Obat
Keras Nomor. St.1937 No.541

4. Obat Golongan Narkotika


Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibeda-bedakan
kedalam golongan-golongan sebagaimana yang terlampir dalam undang-undang
No. 35 tahun 2009 tentang narkotika atau yang kemudian ditetapkan dalam
keputusan

15
Menteri Kesehatan. Penandaan khusus pada kemasan sediaan jadi narkotika
adalah palang medali merah.

Gambar 4. Logo Obat Narkotika

Narkotika yang diizinkan digunakan dalam pelayanan kefarmasian adalah


Narkotika Golongan II dan Golongan III. Sedangkan yang banyak digunakan
dalam peracikan resep adalah Narkotika golongan III seperti Codein dan Doveri
tablet. Instansi yang mendapat izin untuk memproduksi dan mendistribusikan
bahan baku/ sediaan jadi narkotika di Indonesia : PT Kimia Farma. Obat golongan
Narkotika yang dituliskan dalam resep racikan adalah narkotika golongan III
seperti codein tablet, Doveri tablet.

5. Golongan Psikotropika
Definisi Psikotropika menurut Undang - Undang RI Nomor 7 Tahun 1997
tentang Psikotropika. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat, yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku. Obat golongan Psikotropika yang banyak digunakan dalam
peracikan obat adalah Psikotropika golongan IV.
Psikotropika golongan IV dalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh Psikotropika golongan IV : Mazindol (Teronac), klonazepam (Rivotril),
alprazolam (Alganax, Alviz, Zypras), diazepam (Stesolid, Valium, Valisanbe),
Braxidin (mengandung klordiazepoxide), klobazam (Frisium, Asabium, Clobium,
Proclizan), klordiazepoksida (Cetabrium, Librium, Lumbrital)/Sanmag (antacid
yang mengandung klordiazepoxide), lorazepam (Ativan, Merlopam, Renaquil),

16
oxazolam (Serenal), ketazolam, meprobamat, barbital, nitrazepam (Dumolid),
fenobarbital/luminal (Bellaphen tablet mengandung phenobarbital).

6. Obat Wajib Apotek (OWA)


Obat Wajib Apotek adalah Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
dokter oleh Apoteker di Apotek. Pada umumnya golongan obat ini sudah dikenal
oleh masyarakat, karena mereka sudah pernah mendapatkan obat ini berdasarkan
resep dokter, obat ini efektif dan aman (cocok) untuk mengatasi penyakitnya.
Sehingga untuk selanjutnya bila mereka membutuhkan dan obat tersebut tersedia
dalam daftar wajib apotek, maka apoteker dapat melayaninya di apotek.
Tujuan ditetapkankannya keputusan ini adalah:
a. Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri guna mengatasi masalah kesehatan perlu ditunjang dengan sarana
yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional;
b. Bahwa pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat dicapai
melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan
sendiri yang sekaligus menjamin penggunaan obat secara tepat, aman
dan rasional;
c. Untuk meningkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE
(komunikasi, informasi dan edukasi), serta pelayanan obat kepada
masyarakat.
Contoh OWA Nomor 1 :
a. Oral kontrasepsi sebanyak 1 siklus (untuk siklus pertama harus dengan
resep dokter)
b. Obat Maag : antacid yang dikombinasi dengan antispamodik dan
psikotropik Al (OH)3+ Mg trisilikat + Papaverin/ Belladon ekstrak
+Diazepam/ Klordiazepoksid) maksimal 20 tablet per pasien.
c. Obat asma : Aminophyllin supp/ 3 supp, Ketotifen / 10 tab, Terbutalin
SO4 / 20 tab.
d. Analgetika : Antalgin / 20 tab, Asam mefenamat/ 20 tab, Metamphyron
+ Diazepam/Klordiazepoksid / 20 tab.

17
e. Antihistamin : Mebhidrolin, Pheniramini maleat, Astemizol,
Homochlorcyclizin Dexchlorpheniramini maleas/ 20 tablet perpasien.
f. Golongan antibiotika untuk pemakaian topikal untuk pemekaian pada
kulit dalam bentuk krim/ salep. Contohnya adalah: Kloramfenikol,
Gentamycin krim/ salep, Eritromisin/ Clindamycin lotion untuk acne
vulgaris, Framisetin SO4 dalam sediaan gauce. Sedangkan untuk sediaan
antibiotik dalam bentuk sediaan oral/injeksi tidak masuk dalam golongan
wajib apotek.
g. Antifungi dalam bentuk salep/ krim yang mengandung: mikonazol nitrat,
Nistatin, Tolnaftat.
h. Kortikosteroid untuk anti alergi dan peradangan lokal dalam bentuk
krim/ salep yang Mengandung : hidrokortison, Triamsinolon,
Betametason, Fluokortolon.
i. Pemucat kulit/ pemutih kulit : dalam bentuk krim yang mengandung :
Hidrokinon, Hidrokinon + PABA.
j. Omeprazol untuk obat maag (penghambat pompa proton inhibitor
diberikan maksimum 7 tablet per pasien).

Penandaan khusus pada kemasan obat jadi golongan OWA sama seperti pada
golongan obat keras.

18
19
KEGIATAN PRAKTIKUM 1.4
NAMA OBAT

Di dalam penulisan resep nama obat dapat dituliskan dengan menggunakan nama
resmi (nama generik) seperti yang terdapat dalam Farmakope Indonesia namun ada juga
dokter yang menuliskan sinonim maupun nama dagang. Sedangkan nama bahan baku obat
yang tersedia di laboratorium dituliskan dengan nama resmi sesuai Farmakope. Satu jenis
obat mempunyai satu nama resmi dengan lebih dari satu sinonimnya. Agar mahasiswa dapat
lebih lancar dalam menyelesaikan pembuatan obatnya maka mahasiswa diharuskan untuk
menghafal nama-nama obat, sinonim dan khasiatnya yang tercantum di dalam resep.

A. NAMA OBAT
1. Obat Generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN)
yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya.
2. Obat Generik Bermerek/Bernama Dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang
menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan.

Sebagai contoh Nama generik Acetaminophenum, sinonimnya Asetaminofenum,


Parasetamolum, nama dagang: Panadol, Dumin, Pamol.

DAFTAR NAMA OBAT

No. NAMA RESMI SINONIM/ NAMA DAGANG KHASIAT


Piperazina teofilina- etanoat
1. Acefylline piperazin Etaphyllin Bronchodilator
Parasetamol,Dumin,Panadol,
2. Acetaminophenum Paracetol Analgetika, antipiretika
Acidum Analgetika/Antipiretik
3. acetylsalicylicum Asetosal, Aspirin Antitrombosis
Vitamin C, Acidum Antiskorbut Anti
4. Acidum Ascorbicum Ascorbinicum Asam Askorbat oksidan
5. Acidum Salicylicum Asam Salisilat Keratolitik
Infeksi virus, Herpes
6. Acyclovir Asiklovir, Poviral, Zovirax simplex
7. Aethacridini lactas Rivanolum Antiseptik eksteren

20
No. NAMA RESMI SINONIM/ NAMA DAGANG KHASIAT
Alkohol 95 %,
8. Aethanolum Etanol, Spiritus, Etil Pelarut
alkohol
Antiseptik eksteren,
9. Aethanolum dilutum Alkohol encer, Spiritus dilutus pelarut
10. Aethylmorphini HCl Dionine Antitusivum
Ambroksol HCl,
11. Ambroxol HCl Epexol, Mucopect Antiasma
12. Aminophyllinum Teofilin Etilendiamin Bronkodilator
13. Amitriptilin Laroxyl Antidepresant
14. Ammonium Chloridum Amonium klorida, Salmiak Ekspektoran
Amoksil, Clamoxyl,
15. Amoxycillinum Kalmoksilin Antibiotika
Ampisilin, Penbitrin, Omnipen
16. Ampicillinum Aminobenzylpenicillinum Antibiotika
Antineuritikum,
Vitamin B1, Thiamini HCl Komponen vitamin B
17. Aneurini HCl Kompleks.
18. Aspartame Aspartam, Equal Pemanis sintetis
19. Axerophtholum Vitamin A, Akseroftol Antixerophthalmia
Antianxietas,
20. Bromazepam Lexotan Antiinsomnia.
21. Bromhexini HCl Bisolvon Mukolitik, Ekspektoran
Penambah ion Ca,
22. Calcii lactas Kalk, Kalsium laktat antihistamin
23. Calcipherolum Vitamin D2, Kalsiferol Antirakhitis
24. Captopril Kaptopril, Capoten, Captensin Antihipertensi
25. Cephalexinum Sefaleksina, Cefabiotic Antibiotika
26. Cera album Cera putih Basis salep
27. Cera Flavum Cera, malam kuning Basis salep
28. Cetaceum Ambra alba, Spermaceti Basis salep
29. Chloramphenicolum Kloramfenikol, Kemicetin Antibiotika
Chlorpheniramini CTM, Chlorphenon,
30. maleas Chlortrimeton, Pehachlor Antihistamin
31. Chlorpropamidum Klorpropamide, Diabenese Antidiabetes
32. Chlorpromazini HCl Largactil, CPZ, Thorazine Antipsikotik
33. Ciproploxacinum Siprofloksasin, Ciproxin Infeksi sal. urin
34. Clindamycin HCl Cleocin, Sobelin, Dalacin Antibiotika
C Klindamisin
35. Codein HCl Methylmorphini HCl Antitusivum
36. Coffeinum Kofein, 3,7 dimetil ksantin Stimulan SSP

21
No. NAMA RESMI SINONIM/ NAMA DAGANG KHASIAT
37. Coffeini Citras Kofein sitrat Stimulan SSP
38. Cotrimoxazolum Kotrimoksazol, Septrim, Antibakteri
Bactrim
39. Cyanocobalaminum Vitamin B12,Vitamin merah, Anemia pernicious
Sianokobalamin, Cobamin,
Cycobemin
40. Cyproheptadini HCl Siproheptadin HCl, Pronicy Antihistamin
41. Cotrimoxazolum Kotrimoksazol, Bactrim, Antibakteri
Trimoxul, Septrin
42. Chlorpromazini HCl Largactil, Klorpromazini Antipsikosis, antiemetik
hidroklorida, CPZ
43. Dexamethasone Deksametason, Kalmethazon Antiinflamasi
Valium, Valisanbe, Hipnotik, relaxan otot,
44. Diazepam Validex, Valium antikonvulsan
Simeticon, Dimethylsiloxane,
45. Dimethylpolysiloxane Dimeticone Methyl Anti kembung/
Polysiloxane, Disflatyl antiflatulen
46. Diphenhydramini HCl Difenhidramin HCl, Benadryl Antihistamin,antitusive
47. Ephedrini HCl Efedrin HCl Bronchodilator
Eritromisina, Erybiotic,
48. Erythromycinum Erythrocine Antibiotika
Dexambutol, Etibi, Miambutol
49. Ethambutol HCl. Etambutol, Bacbutol Tuberkulostatik
Anaesthesin, Benzocainum, Anestesi local
50. Ethylis Aminobenzoas Ethoforme, Etilaminobenzoat. / permukaan
51. Gentamycini sulfas Gentamisin sulfat, Garamycin Antibiotika
52. Glibenclamidum Glibenklamid, Daonil antidiabetes
53. Glycerilis Guaiacolas GG, Guaifenesin Ekspektoran
Liquiritiae Succus, Sari akar
54. Glycerrhizae Succus manis ekspektoran
55. Hydrocortisone acetas Hidrokortison asetat Antiinflamasi
Homoklorsiklizin
56. Homochlorcyclizin HCl HCl, Homoclomin Antihistamin
57. Ichtammolum Ichtyol Antiseptik eksteren
58. Isoniazidum INH, Isonicotinyl hydrazide Tuberculostatik
59. Isosorbide Dinitrate ISDN, Cedocard, Antiangina, Vasodilator
60. Methisoprinol Isoprinosine antivirus
Argilla Alba, Bolus
61. Kaolin Alba, China clay Zat tambahan
62. Clobazam Frisium, Asabium Antidepresan
63. Lactosum SL, gula susu,Saccharum lactis Bahan tambahan

22
No. NAMA RESMI SINONIM/ NAMA DAGANG KHASIAT
Adeps Lanae cum Aqua,
64. Lanolinum Linelinum Basis salep
65. Liquor Carbonatis
Detergent LCD Antiseptikeksteren
66. Loperamide HCl Motilex, Imodium antidiare
67. Lorazepam Ativan Antianxietas
Magnesium oksida, Magnesia
Usta Magnesium Oxydatum, Antacidum
68. Magnesii Oxydum Magnesie Calcinee Laxative
Magnesium subcarbonate,
Magnesia Alba, Magnesium Antacidum
69. Magnesium Carbonat Carbonicum Hydroxydatum Laxative
Mebhydrolini
70. nafadisylate Incidal, Interhistin Antihistamin
71. Mefenic acid Asam mefenamat, Ponstan Analgetika
72. Menadionum Vitamin K Antihaemorrhagic
Antalgin, Novalgin, Dipyron,
73. Methampyronum Metamizol Analgetika
74. Methisoprinol Isoprinosine Antivirus
Metil Salisilat, Minyak
75. Methylis Salicylas gandapura Analgetka ekstern
Metil para hidrksibenzoat,
76. Methyllis Parabenum Nipagin Preservative
77. Methylprednisolone Medrol, Medixon Antiinflamasi
Antiinfeksi
78. Metronidazole Flagyl, Metrozine Trichomoniasis
vaginalis,Entamoeba
histolytica,
79. Miconazolum nitrat Mikonazol nitrat, Nizoral Antifungi
80. Mixtura Brometorum Solutio Charcot, Brom drank. Sedative, hipnotika
81. Natrii Iodidum Sodium Iodida Antifungi
Sodium Lauryl Sulphate,
82. Natrii Lauryl Sulfas Texapon,Dodecyl sodium Surface active agent
sulfate (SAA)

83. Natrii Subcarbonas Natrii Hidrogen Carbonas, Antasid sistemik


Soda kue

Antidotum sianida
84. Natrii tiosulfas Garam fiksir, Sodium tiosulfat Pengobatan pityriasis
versicolor

23
No. NAMA RESMI SINONIM/ NAMA DAGANG KHASIAT
Sodium Dihydrogen
Phosphate, Sodium -
85. Natrium Dihydrogen Biphosphas,Natrium Enema, Buffer fosfat
Phosphate Phosphate primer Hipercalcaemia

86. Natrium diclofenac Sodium diclofenac, Voltaren, Analgetika dan


Voltadex antiinflamasi
Pencegahan/
87. Nicotinamidum Vitamin B3 pengobatan pellagra
Vasodilator
88. Nipedifin Adalat, Vasdalat pemb.coroner
89. Nitrazepam Apodorm, Mogadan, Dumolid hipnotika
90. Noscapinum Noskapin, Longatin, Neocodin Antitusive
91. Nystatinum Nistatin, Mycostatin Antifungi
92. Olei Iecoris Minyak ikan,Olei Iecoris Aselli Sumber vit A,D
Basis salep, laxative,
93. Paraffinum Liquidum Parafin cair, Parafin emolien
Parafin padat, Petrolatum
94. Paraffinum Solidum Solidum Basis salep
Prophenpyridamine Maleate
95. Pheniramine Maleate Pheniraminium Maleate, Avil Antihistamin
Luminal, Asam fenil etil
96. Phenobarbitalum barbiturate Hipnotika/ sedative
Analgetika, Antipiretik
97. Phenylbutazonum Butadione, Eributazone Antirematik
Diphenylhydantoinum,
98. Phenytoinum Dilantin Antikonvulsi
Diphenylhydantoinum
Phenytoinum Natricum
99. Natricum Dilantin Sodium Antikonvulsi
Analgetika,
100. Piroxicam Felden, Indene antiinflamasi,
antirematik
101. Pizotifen Litec, Lysagor Antimigrain
102. Prednisonum Prednison, Prednicort Antiinflamasi
OBH, Potio Nigra Contra
103. Potio Nigra Tussim,Obat batuk hitam Ekspektoran
104. Povidone Iodide Betadine Antiseptik ekstern
105. Prednisonum Prednison, Antiinflamasi
106. Promethazini HCl Phenergan, Prome Antihistamin

24
No. NAMA RESMI SINONIM/ NAMA DAGANG KHASIAT
Propil para hidroksibenzoat,
107. Propyllis Parabenum Nipasol Preservative
108. Propilthiouracil PTU Antitiroid
Doveri,Serbuk candu
109. Pulvis Opii Compositus majemuk Antitusivum
110. Pyrantel pamoate Pirantel pamoat, Combantrin Obat cacing
Vitamin B6, Adermine Komp.vitamin B
111. Pyridoxini HCl HCl, Piridoksini HCl komplex
112. Race Ephedrini HCl Efetonin Bronkodilator
113. Ranitidin Ranin / Rantin Tukak lambung
114. Resorcinolum Resorcin, Metahidroksi fenol keratolitik
Komp.vitamin B
115. Riboflavinum Vitamin B2, Lactoflavin komplex
Rifamisina, Rifampin, Antilepra
116. Rifamycinum Rifa, Rifadin,Rimactan Antituberkulosa
117. Saccharinum Sodium Saccharin Natricum Pemanis sintetis
118. Salbutamol Albuterol, Proventil, Ventolin Bronkodilator
119. Saccharum album Gula pasir, sukrosa pemanis
Ekspektoran dalam
120. Solutio ammoniae SASA campuran obat batuk
spirituosa anisata hitam
121. Spiramycinum Spiramisin, Rovamycin Antibiotik
122. Succinylsulfathiazolum Suksinilsulfatiazol, Antibakteri
Sulfacetamidum
123. Natricum. Sulfacetamida Natrium Antimikroba
124. Sulfadiazinum Sulfadiazina Antibakteri
125. Sulfadimidinum Sulfametazinum, Suldimidina Antibakteri
126. Sulfaguanidinum SG, Sulfaguanidina Antibakteri
127. Sulfamerazinum Sulfamerazina Antibakteri
128. Sulfamethoxazolum Sulfametoksazol Antibakteri
129. Sulfisomidinum Sulfasomidina, Sulfisomidina Antibakteri
Sulfur, Belerang Belerang
130. Sulfur Praecipitatum endap Antiscabies
131. Sulfanilamidum Sulfanilamida Antibakteri
132. Terbutaline Sulfate Terbutalin sulfat Bricasma
1,3 dimetilksantin, Teofilina, Bronkodilator
133. Theophyllinum Euphyllin
134. Tocopherolum Vitamin E Antioksidan
135. Triaethanolaminum Trietanolamin, TEA, TAA Basis cream
136. Trihexylphenidyl THP, Artane Antiparkinson
137. Unguentum Lanolin Lanoline Zalf Basis salep

25
No. NAMA RESMI SINONIM/ NAMA DAGANG KHASIAT
Unguentum Sulfuris Salep Asam salisilat Belerang, Antiseptik ekstern
138. Salicylatum 2-4 Salep
Unguentum Acidi
139. Benzoici Salicylicum Salep Whitefield Antiseptik
140. Vaselinum album Vaselin, Vaselin putih Basis salep
141. Vaselinum flavum Vaselin kuning Basis salep
Seng oksida,Florest Zinc, Antiseptik ekstern,
142. Zinci Oxydum Kapur sepatu Adstringen

26
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN I

Tanggal Praktik :
Topik Praktik : Penggolongan Obat dan Nama Obat

Langkah Kerja :
Bacalah buku ISO, MIMS, atau pustaka dari internet kemudian tentukan kandungan
obat, khasiat obat, dan golongan obat dibawah ini dengan memberikan tanda centang ()!

Hasil Pengamatan :
Penggolongan Obat
Obat Psiko
No Nama Obat Kandungan Khasiat Obat Obat Narko
Bebas tropi
Bebas Keras tika
Terbatas ka
1 Acitral syrup Mg(OH)2, Sakit maaf, 1
Al(OH)3, dan tukak
Simethicone lambung
2 Acyclovir krim Acyclovir 5% antivirus 1
3 Alganax Alprazolam antipsikotik 1
0,25 mg , 0,5
mg , 1 mg
4 Alloris syrup loratadine Antihistamin 1
Amlodipin 5 ss
5 tablet
6 Bisolvon tablet
7 Bisoprolol tab
8 Braxidin
9 Bufect syrup
Captopril 25
10 tablet
11 Cefspan syrup
Cendo Xytrol
12 tetes mata
Ciprofloxacin
13 tablet
14 Claneksi tablet

27
15 CPZ 25 mg

28
Penggolongan Obat
Obat Psiko
No Nama Obat Kandungan Khasiat Obat Obat Narko
Bebas tropi
Bebas Keras tika
Terbatas ka
Demacolin
16 tablet
Dexamethason
17 tablet
18 Digoxin tablet
19 Dogmatil tablet
20 Dominal tab
21 Dumolid
22 Epexol syrup
Erlamycetin
23 tetes telinga
Erysanbe
24 chewable tab.
25 Esilgan
26 Flagyl syrup
27 Frisium
Furosemide
28 tablet
Glimepiride 2
29 mg
30 Halfilyn syrup
31 Halmezin syrup
32 HCT tablet
Hydrocortison
33 krim
34 Inerson cream
35 Inpepsa syrup
Interhistine
36 tablet

29
Penggolongan Obat
Obat Psiko
No Nama Obat Kandungan Khasiat Obat Obat Narko
Bebas tropi
Bebas Keras tika
Terbatas ka
Intidrol 4 mg
37 tablet
38 ISDN tablet
39 Kalnex 500 tab
40 Letonal 25 tablet
41 Longcef syrup
42 Mefinal 500 tab
43 Megazing tablet
44 Merislon tablet
Metformin 500
45 tablet
Miconazole
46 cream
47 MST continus
Mucera ped
48 syrup
49 Myonal tablet
50 Nalgestan tablet
51 Nexium 20
52 Nifedin tablet
53 Nipe syrup
Omeperazole
54 tablet
55 Opiphen syrup
56 Piralen tablet
57 Pospargin tablet
58 Prednison tablet
59 Profenid sup
60 Promedex syrup

30
Penggolongan Obat
Obat Psiko
No Nama Obat Kandungan Khasiat Obat Obat Narko
Bebas tropi
Bebas Keras tika
Terbatas ka
61 Propepsa syrup
Renadinac 50
62 mg
63 Salbutamol 4mg
64 Salbuven syrup
65 Sanmol drop
66 Sanprima syrup
Simvastatin 10
67 tablet
Thiamycin 500
68 kapsul
69 Tremenza tablet
70 Tyriz tablet
71 Valisanbe 2 mg
72 Voltadex 50 tab
Vometa FT
73 tablet
74 Zycin 250
75 Zypraz 0,25

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

31
RESEP OBAT

BAB II

RESEP OBAT

PENDAHULUAN
Pada pembelajaran materi bab II, yang secara khusus akan membahas tentang Resep,
Copy resep dan singkatan Latin, dan Dosis obat. Ada 3 (tiga) kegiatan praktikum yang akan
dijelaskan pada modul bab II ini, yaitu:
1. Resep dan Copy Resep
2. Singkatan Latin pada Resep
3. Etiket obat
4. Dosis obat

Setelah mahasiswa selesai mempelajari semua materi pada modul bab II ini, mahasiswa
diharapkan akan dapat:
1. Membaca dan mengidentifikasi komponen resep
2. Mengartikan singkatan latin yang tertulis pada resep
3. Menuliskan etiket obat
4. Menghitung dosis obat

32
KEGIATAN PRAKTIKUM 2.1
RESEP DAN COPY RESEP

A. RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan berdasarkan Permenkes RI
Nomor 35 Tahun 2014 dan Nomor 58 Tahun 2014, Resep adalah permintaan tertulis dari
dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Resep
elektronik adalah metode yang kuat untuk mencegah medication error yang disebabkan oleh
kesalahan interpertasi seperti pada resep yang ditulis tangan. Resep elektronik dapat
memastikan bahwa dosis, bentuk sediaan, waktu pemberian yang tertulis adalah benar dan
dapat juga mengetahui adanya interaksi obat, adanya alergi terhadap obat tertentu dan
kesesuaiannya dengan kondisi pasien misal pada pasien gangguan fungsi ginjal. Resep –
resep yang diterima apotek harus disusun berdasarkan nomor urut resep, tanggal penerimaan
dan disimpan selama 5 (lima) tahun.

Dalam tiap lembar resep terdiri dari bagian-bagian yang disebut :


1. Nama, alamat dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi atau dokter hewan (identitas
penulis resep)
2. Tanggal dan tempat penulisan resep (inscriptio)
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio)
4. Nama obat, jumlah, dan cara membuatnya (praescriptio atau ordinatio)
5. Aturan pakai obat yang tertulis (signatura)
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan perundang–
undangan yang berlaku (subcriptio)
7. Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik hewan (identitas pasien)
8. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maksimal.

Komponen resep menurut fungsinya terdiri dari :


1. Remidium Cardinal adalah obat yang berkhasiat utama

33
2. Remidium Ajuvans adalah obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama
3. Corrigens adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna, rasa dan
bau dari obat utama
Corrigens terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1. Corrigens Actionis adalah zat tambahan yang berfungsi untuk memperbaiki kerja
zat berkhasiat utama. Contoh : pulvis doveri terdiri dari kalii sulfas, ipecacuanhae
radix dan opii pulvis.
Opii pulvis menyebabkan orang sukar buang air besar kemudian diberikan kalii
sulfas sebagai pencahar sekaligus memperbaiki kerja opii pulvis tersebut.
2. Corrigens Odoris adalah zat tambahan yang berfungsi untuk memperbaiki bau
dari obat. Contoh : Oleum Cinnamommi dalam emulsi minyak ikan.
3. Corrigens Saporis adalah zat tambahan yang berfungsi untuk memperbaiki rasa
obat. Contoh : saccharosa atau sirupus simplex untuk obat–obatan yang rasanya
pahit.
4. Corrigens Coloris adalah zat tambahan yang berfungsi untuk memperbaiki warna
obat. Contoh : obat untuk anak diberi warna merah agar menarik untuk diminum.
5. Corrigens Solubilis adalah zat tambahan yang berfungsi untuk memperbaiki
kelarutan dari obat utama. Contoh : Iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat
KI/NaI.
6. Constituens/Vehiculum/Exipiens, merupakan zat tambahan atau bahan obat yang
bersifat netral, dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga
menjadi obat yang cocok. Contoh : laktosum pada serbuk, amylum dan talcum
pada bedak tabur, aquadest dalam larutan.

Untuk resep yang mengandung obat golongan narkotika (Codein, Dionin, Doveri) sesuai
dengan peraturan :
a. Tidak boleh diulang ( diberi tanda ne iter )
b. Bila ada obat golongan narkotika yang belum ditebus/diambil seluruhnya, maka sisa
obat dalam copy resepnya, hanya dapat ditebus pada apotek yang sama.
c. Resep yang diterima oleh apotek harus diperiksa dulu (diskrining/ditelaah) apakah
resep tersebut asli atau palsu, bila asli apakah telah lengkap bagian – bagiannya.

34
Sebelum obat ditimbang atau diambil sediaan jadinya, dicek kembali nama obat yang
diambil, apakah sudah benar. Biasanya ada tanda- tanda khusus yang ditulis dalam resep
misalnya bila obat harus diulang pengambilannya, atau bila obat dalam resep harus segera
disiapkan karena pasien sangat membutuhkan obat tersebut seperti: antidotum, obat luka
bakar dll. Bila obat dalam resep ingin diulang penggunaanya dua kali lagi maka pada resep
tertulis tanda Iter 2X, atau bila obatnya dinginkan segera maka ditulis “Cito”, “Statim”.
Resep asli tidak boleh dikembalikan kepasien setelah obatnya diterima pasien. Resep asli
tersebut harus disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali
diminta oleh:
a. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya.
b. Pasien yang bersangkutan.
c. Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan untuk memeriksa.

B. SALINAN RESEP (COPY RESEP)


Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang memuat semua keterangan
obat yang terdapat pada resep asli. Istilah lain dari copy resep adalah apograph, exemplum,
afschrtif. Menurut peraturan copy resep harus ditandatangani oleh Apoteker
Penanggungjawab Apotek (APA), bila APA berhalangan melakukan tugasnya,
penandatanganan atau pencantuman paraf pada salinan resep dapat dilakukan oleh Apoteker
Pendamping atau Apoteker Pengganti dengan mencantumkan nama lengkap dan status
Apoteker yang bersangkutan.
Pada kegiatan praktikum copy resep sudah tersedia dalam bentuk blangko copy resep.
Copy resep/salinan resep harus dibuat bila ada obat yang harus diulang penggunaannya ( ada
kata Iter ), selain itu copy resep harus dibuat bila:
a. Atas permintaan pasien/untuk bukti kepada instansi yang menjamin biaya
kesehatan pasien.
b. Bila ada obat yang belum ditebus seluruhnya.

Pada copy resep nama obat disalin sesuai dengan resep aslinya, kecuali bila ada jenis
obat yang namanya/jumlahnya diganti sesuai dengan persetujuan dokter maka pada copy
resepnya ditulis nama dan jumlah obat yang sudah diganti.
Copy resep terdiri dari bagian-bagian berikut :
1. Nama dan alamat apotek

35
2. Nama dan nomor izin Apoteker Penanggungjawab Apotek
3. Tanda tangan atau paraf Apoteker Penanggungjawab Apotek
4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet (nedetur)
untuk obat yang belum diserahkan, pada resep dengan tanda ITER ...X diberi
tanda detur orig/detur X
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan

Contoh copy resep :


APOTEK BAHARI
Jl. Thamrin No. 3 Denpasar
Telp. (0361) 378945
APA : Drs. Bambang Hariyanto, Apt.
SIPA : 12346/DIKES/2019

Salinan resep No. : 259


Dari dokter : Joko Susilo
Ditulis tanggal : 5 Juni 2012
Pro : Nn. Andriani (33 th)

R/ Amoxycillin 500 No. XII


s.3.d.d.I..............................................det
R/ Ponstan FCT No. XII
s.p.r.n.I..............................................ne det

Denpasar, 25 Juli 2019


CAP APOTEK
pcc Tanda tangan APA

36
KEGIATAN PRAKTIKUM 2.2
SINGKATAN LATIN

Sesuai dengan definisinya resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter gigi,
dokter hewan kepada Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien. Karena resep juga merupakan informasi yang terkait dengan
keadaan penyakit pasien dan agar lebih singkat dalam menuliskan aturan penggunaan obat,
biasanya dokter menuliskannya dengan menggunakan singkatan latin. Berikut ini adalah
contoh- contoh singkatan latin yang sering dijumpai dalam resep.

Singkatan Latin Arti


a, aa Ana Tiap - tiap
Abs. febr Absente febre Pada waktu tidak demam
Accur. Accurate seksama
Accur. iss Accuratisime Sangat seksama
Ad. chart. cer Ad chartam ceratam Dalam kertas berlilin
Ad. Chart. perg Ad chartam pergameneam Dalam kertas perkamen
add Adde Tambahkan
Ad 2 vic. Ad duas vices Dalam dua kali
Ad. Grat. Sap. Ad gratum saporem Sampai ada rasanya
ad hum. Ad humectandum Untuk pembasah
Ad lib. Ad libitum Sesukanya
Ad. Oll. alb Ad ollam albam Dalam pot putih
Ad. Oll. Gris. Ad ollam griseam Dalam pot kelabu
Ad. Scat. Eleg. Ad scatulam elegantem Dalam doos yang baik
Ad. Scat. ordin Ad scatulam ordinariam Dalam doos biasa
Ad. Us. Ext. Ad usum externum Untuk pemakaian luar
Ad. Us. Int. Ad usum internum Untuk pemakaian dalam
Ad. Us. prop Ad usum propium Untuk dipakai sendiri
a.c. Ante coenam sebelum makan
Adh. Adhibere Gunakan
Adhib. Adhibeatur Digunakan
Aggred. Febr. Aggrediente febre Pada waktu panas
Alt. hor. Alternis horis Tiap jam
Aq. Bisdest. Aqua bisdestillata Air suling dua kali
Aq. Coct. Aqua cocta Air direbus
Aq. Dest. Aqua destillata Air suling
Bid. Biduum Waktu dua hari
b.in.d. bis in die dua kali sehari
c. Cochlear Sendok

37
Singkatan Latin Arti
Caps. Gel. el Capsulae gelatinosae elasticae Kapsul gelatin lunak
Caut. Caute Hati – hati
Collyr. Collyrium Cuci mata
d. in. dim Da in dimidio Berilah separonya
d. in 2plo Da in duplo Berilah dua kalinya
d. in 3plo Da in triplo Berilah tiga kalinya
d.c.form Da cum formula Berikan dengan formulanya
d.d. De die Sehari
d.t.d Da tales doses Berikan sekian takaran
Dext. Dexter Kanan
Dil. Dilutus, dilution Encer, diencerkan
Dim. Dimidio Separonya
Disp.dos.tal Dispensa doses tales Berilah takaran sekian
Bagilah dalam bagian yang
div.in.p.seq. Divide in partes aequales
sama
Extr.liq. Extractum liquidum Ekstrak cair
Extr.sicc. Extractum siccum Ekstrak kering
Extr.spiss. Extractum spissum Ekstrak kental
f.l.a Fac lege artis Buat menurut seni
Fl. Flores Bunga
form Formula Resep
g Gramma Gram
gtt. Guttae Tetes
Gutt.ad aur. Guttae ad aures Tetes telinga
h. Hora Jam
h.s. hora somni waktu tidur
Haust. Haustus Diminum sekaligus
Hor.intern Horis intermediis Dalam jam antara
iter Iteretur Diulang
i.m.m In manus medici Serahkan dalam tangan dokter
Jej. Jejune Perut kosong
l.a Lege artis Menurut aturan seni
Liq. Liquidus Cair
m.f Misce fac Campur, buat
m.i Mihi ipsi Untuk diri sendiri
mane Mane pagi hari
mixt. Mixture Campuran
Ne iter., N.I Ne iteretur Tidak diulang
no. Numero Nomor
nocte Nocte malam hari
o.¼ h Omni quarta hora Tiap ¼ jam
o. ½ h Omni dimidia hora Tiap ½ jam

38
Singkatan Latin Arti
o.m Omni mane Tiap pagi
o.n Omni nocte Tiap malam
Oll.alb Olla alba Pot putih
Oll. Porc. Olla porcellanea Pot porselin
1/3 Pars tertia Sepertiga
1/4 Pars quarta Seperempat
1/5 Pars quinta Seperlima
p.d.sig. Pro dose singulari Untuk dosis tunggal
P.I.M Periculum in mora Bahaya bila ditunda
p.p Pro pauper Untuk si miskin
Pulv. Pulvis Serbuk
Pulv.adsp. Pulvis adspersorius Serbuk tabor
p.r. per rectum per rektal
p.r.n. pro re nata sesuai kebutuhan
p.v. per vaginum per vaginal
q.4.h. quaque 4 hora setiap 4 jam
q.6.h. quaque 6 hora setiap 6 jam
q.d. or QD quaque die setiap hari
q.d.s. quater die sumendus 4 x sehari
q.i.d. quater in die 5 x sehari
q.o.d or QOD quaque altera die setiap 2 hari
q.q.h. quarta quaque hora setiap 4 jam
q.s. quantum sufficit, satis Banyaknya secukupnya
R.,Rp.,Rcp Recipe Ambilah
Rec.par Recenter paratus Dibuat baru
Rem. Remanentia Sisa
s. Signa Tanda
Si necess.sit Si necesse sit Bila perlu
Sin.confect Sine cinfectione Tanpa bungkus asli
Sum. Sume Minum
Supr. Supra Atas
Ter in d. Ter in die 3 kali sehari
Ter. Tere Gosok
Trit. Tritus Gerus
u.c Usus cognitis Pemakaian tahu
u.e usus externus dipakai untuk luar
u.i usus internus dipakai untuk dalam
u.n Usus noctus Pemakaian tahu
u.v Usus veterinaries Pemakaian untuk kehewanan
Vesp. Vespere Malam

39
KEGIATAN PRAKTIKUM 2.3

DOSIS OBAT

A. DOSIS OBAT
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Obat dalam dosis yang tepat sangat berguna untuk menyembuhkan penyakit, tapi
dalam dosis tidak tepat, dosis kurang obat tidak efektif dan bila berlebih dapat merugikan
kesehatan bahkan membahayakan jiwa.
Beberapa istilah dosis obat:
1. Dosis obat adalah sejumlah obat yang memberikan efek terapetik pada penderita
dewasa, yang disebut juga dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapetik.
2. Dosis maksimum adalah takaran terbesar yang dapat diberikan kepada orang
dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.
3. Dosis toksis adalah takaran obat yang menyebabkan keracunan.
4. Dosis lethalis adalah takaran obat yang menyebabkan kematian.
5. Loading dose/initial dose/dosis awal adalah takaran obat untuk memulai terapi,
sehingga dapat mencapai konsentrasi obat dalam darah dan mempunyai efek
terapi.
6. Dosis pemeliharaan: takaran obat yang diperlukan untuk mempertahankan
konsentrasi terapeutik (= konsentrasi obat dalam darah yang mempunyai efek
terapi).
7. Dosis regimen : pengaturan dosis serta jarak waktu antar dosis untuk
mempertahankan konsentrasi obat dalam darah sehingga memberikan efek terapi.

Dosis obat yang akan diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan
tergantung dari banyaknya faktor seperti : usia, berat badan, jenis kelamin, luas
permukaan badan, berat penyakit dan keadaan si sakit.

B. RUMUS PERHITUNGAN DOSIS UNTUK BAYI DAN ANAK

1. Berdasarkan Umur
a. Rumus Young (untuk umur 1-8 tahun):
40
𝑛
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑘 = × 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
𝑛 + 12
n = umur dalam tahun
b. Rumus Dilling (untuk umur anak di atas 8 tahun):
𝑛
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐴𝑛𝑎𝑘 = × 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
20
n = umur dalam tahun
c. Rumus Fried (untuk bayi umur 1-12 bulan):
𝑚
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐵𝑎𝑦𝑖 = × 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
150
m = umur bayi dalam bulan

2. Berdasarkan berat badan


Rumus Clark
𝐵𝐵
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑎𝑛𝑎𝑘 = × 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
70
BB = berat badan dalam kg

C. CONTOH PERHITUNGAN DOSIS

Bila dalam Resep terdapat lebih dari satu macam obat yang mempunyai kerja bersamaan atau
searah, maka harus dibuat dosis maksimum searahnya.
Contoh :
R/ Atropin sulfas 0,5 mg
Belld. Extr 15 mg
Lactose q.s

m.f pulv.dtd. no X
S.tdd.P.I

Pro Tn. Nazaruddin (35 th)

Jawab :
a. Atropin Sulfat
 Dosis pemakaian:
Sekali = 0,5 mg
Sehari = 3 x 0,5 mg = 1,5 mg
 Dosis maksimum:
Sekali = 1 mg
Sehari = 3 mg
 Persentase dosis pemakaian terhadap dosis maksimum:
0,5 𝑚𝑔
𝑆𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖 = × 100% = 50%
1 𝑚𝑔

41
1,5 𝑚𝑔
𝑆𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖 = × 100% = 50%
3 𝑚𝑔
b. Belladonae Extract
 Dosis pemakaian:
Sekali = 15 mg
Sehari = 3 x 15 mg = 45 mg
 Dosis maksimal:
Sekali = 20 mg
Sehari = 80 mg
 Persentase dosis pemakaian terhadap dosis maksimum:
15 𝑚𝑔
𝑆𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖 = × 100% = 75%
20 𝑚𝑔
45 𝑚𝑔
𝑆𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖 = × 100% = 56,25%
80 𝑚𝑔
c. Dosis Gabungan
 Sekali = 50% + 75% = 125% (>100%  over dosis)
 Sehari = 50% + 56,25% = 106,25% (>100%  over dosis)
Maka dapat disimpulkan bahwa Dosis Maksimum dilampaui (over
dosis).
D. JUMLAH PEMAKAIAN SEHARI DENGAN SIGNATURA SETIAP n JAM
1. Antibiotik
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖 = 24
𝑘𝑎𝑙𝑖
2. Selain antibiotik 𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖 = 16 + 1
𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑛

42
KEGIATAN PRAKTIKUM 2.3

ETIKET OBAT

A. Etiket Obat
Etiket obat dapat dibagi menjadi 2 jenis yakni Etiket Putih (untuk pemakaian dalam) dan
Etiket Biru (untuk pemakaian luar). Komponen yang wajib tertulis pada etiket ialah :
1. Nama dan alamat apotek atau sarana kefarmasian
2. Nama APA dan nomor SIPA
3. Tanggal
4. Nomor resep
5. Nama pasien
6. Aturan pakai
7. Nama obat dan dosisnya
8. Peringatan lain atau keterangan tambahan
9. Tanggal Kadaluwarsa atau BUD
10. Lokasi penyimpanan
11. TTD apoteker atau TTK

Contoh Etiket
Apotek Mahasaraswati
Jl. Kamboja, Denpasar
APA : apt. Yudianti Mendra
SIPA : 00039/DPS/2022
No Tanggal
Nama Pasien :

Aturan pakai : x sehari tablet/kapsul/bungkus/sendok

Sebelum/bersama/sesudah makan
Peringatan Penyimpanan Kadaluwarsa Apoteker

43
Apotek Mahasaraswati
Jl. Kamboja, Denpasar
APA : apt. Yudianti Mendra
SIPA : 00039/DPS/2022
No Tanggal
Nama Pasien :

Aturan pakai :

Obat luar
Peringatan Penyimpanan Kadaluwarsa Apoteker

44
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN I
Tanggal Praktik :
Topik Praktik : Resep, copy resep, singkatan latin, dosis obat, etiket

1. Perhatikan resep yang diberikan oleh dosen pembimbing praktikum, kemudian lakukan
skrining resep tersebut!
Resep

Skrining Administratif
PADA RESEP
No. URAIAN ADA TIDAK
Identitas dokter penulis resep
1 Nama dokter
2 SIP dokter
3 Alamat dokter
4 Nomor telepon

45
Inscriptio
5 Tempat dan tanggal
penulisan resep
Invocatio
6 Tanda resep diawal
penulisan resep (R/)
Prescriptio
7 Nama Obat
8 Kekuatan obat
9 Jumlah obat
Signatura
10 Aturan pakai obat
11 Iter/tanda lain
Subscriptio
12 Tanda tangan/paraf
dokter
Identitas pasien
13 Nama pasien
14 Jenis kelamin
15 Umur pasien
16 Barat badan
17 Alamat pasien

Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.
Resep tidak lengkap karena tidak mencantumkan informasi
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
Cara pengatasan ..........................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
Resep dilayani / tidak dilayani

2. Buatlah salinan resep tersebut apabila obat yang pertama diresepkan ditebus dan obat
yang terakhir diresepkan tidak tersedia di apotek sehingga harus menebus di apotek
lain!
46
47
3. Buatlah kepanjangan singkatan latin yang terdapat dalam resep tersebut dan
artikan dalam Bahasa Indonesia!
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

48
4. Tuliskan kepanjangan singkatan Latin dan artinya!
a. S o m et v cap1 pc =
……………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………..
.
b. S h s supp1 =
……………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………..
.
c. S t dd gtt I ODS =
……………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………..
.
d. Mf solution rp = …………………………………………………………………...
……………………………………………………………………………………..
.
e. s t dd gtt II ADS =
……………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………..
.
5. Perhitungan Dosis
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

49
Etiket obat
Apotek Mahasaraswati
Jl. Kamboja, Denpasar
APA : apt. Yudianti Mendra
SIPA : 00039/DPS/2022
No Tanggal
Nama Pasien :

Aturan pakai : x sehari tablet/kapsul/bungkus/sendok

Sebelum/bersama/sesudah makan
Peringatan Penyimpanan Kadaluwarsa Apoteker

Apotek Mahasaraswati
Jl. Kamboja, Denpasar
APA : apt. Yudianti Mendra
SIPA : 00039/DPS/2022
No Tanggal
Nama Pasien :

Aturan pakai :

Obat luar
Peringatan Penyimpanan Kadaluwarsa Apoteker

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

50
t
SEDIAAN PADAT

BAB III
PULVERES DAN PULVIS

A. PENCAMPURAN SERBUK
Dalam mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar jangan ada
bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama untuk serbuk yang berkhasiat keras
dan dalam jumlah kecil. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk:
a. Obat yang berbentuk kristal/bongkahan besar hendaknya digerus halus dahulu
b. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat penambah
(konstituen) dalam mortir
c. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa serbuk sudah
merata
d. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu
e. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu

51
B. PENGENCERAN UNTUK SEDIAAN PADAT
1. Pengenceran 1:10 (untuk penimbangan 5-<50 mg)
Contoh : luminal 30 mg
Campurkan :
Luminal 50 mg
Karmin 50 mg
Laktosa 400 mg
500 mg
dari campuran tersebut diambil = 30/50x 500 mg = 300 mg

2. Pengenceran 1:50 (untuk penimbangan 1-<5 mg)


Contoh : Atropin 3 mg
Campurkan :
Atropin 50 mg
Karmin 100 mg
Laktosa 2350 mg
2500 mg
dari campuran diambil = (3/50) x 2500 mg = 150 mg

3. Pengenceran bertingkat 1:50 dilanjutkan dengan 1:10 (untuk penimbangan 0,1-<1


mg)
Contoh : Atropin 0,2 mg
 Tingkat I, campurkan :
Atropin 50 mg
Karmin 50 mg
Laktosa 2400 mg
2500 mg
dari campuran tersebut diambil 50 mg (mengandung 1 mg Atropin)

 Tingkat II, campurkan :


Campuran pada tingkat I 50 mg
Laktosa 450 mg
500 mg
dari campuran II diambil = (0,2/1) x 500 mg = 100 mg

52
Dalam kesempatan ini kita akan mempelajari tentang Pulveres dan Pulvis. Ada 2 (dua) kegiatan
praktikum yang akan dijelaskan pada modul praktikum bab III ini, yaitu:
Kegiatan Praktikum 1. Pulveres
Kegiatan Praktikum 2. Pulvis

Setelah mahasiswa selesai mempelajari semua materi pada modul praktikum bab IV ini,
mahasiswa diharapkan akan dapat:
1. Menghitung dosis pulveres.
2. Menghitung jumlah bahan pulveres.
3. Menuliskan golongan dan khasiat pulveres.
4. Menyelesaikan pulveres resep racikan.
5. Membungkus pulveres dengan rapi.
6. Membagi pulveres sama banyak.
7. Aturan pakai pulveres.
8. Menulis etiket pulveres.
9. Menyerahkan obat kepada pasien, dengan memberikan informasi tentang pulveres
yang diserahkan.
10. Menghitung bahan pulvis.
11. Menghitung jumlah bahan obat pulvis.
12. Cara mengerjakan bahan-bahan dalam pulvis adspersorius
13. Menentukan nomor pengayak yang akan digunakan untuk pulvis.
14. Cara mengayak pulvis.
15. Cara mengemas pulvis.

Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Keuntungan sediaan serbuk sebagai obat
dalam:
1. Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih mudah larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan.
2. Dapat diberikan pada anak anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul
atau tablet.
3. Untuk obat yang terlalu besar volumenya bila untuk dibuat tablet atau kapsul.

53
4. Untuk obat- obat yang tidak stabil jika diberikan dalam bentuk larutan atau
suspensi dalam air dapat dibuat serbuk atau granul.

A. PULVERES (Serbuk Terbagi)


Pembuatan pulveres menggunakan mortir dan stamper yang bersih dan kering, yang
harus dicuci kembali setelah dipergunakan. Pulveres yang sudah jadi dibungkus dalam kertas
perkamen. Membungkus pulveres harus rapi dengan jumlah serbuk yang sama banyaknya
pada setiap bungkus. Serbuk tidak boleh keluar dari lipatan saat bungkus dibuka.
Cara peracikan pulveres :
1. Bila bahan untuk berupa bahan baku
a. Bahan obat berbentuk kristal atau bongkahan digerus hingga halus.
b. Bahan obat dalam jumlah kecil digerus bersama bahan tambahan.
c. Bahan obat dengan jumlah kecil digerus terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan bahan
obat dengan jumlah lebih besar.
d. Bahan obat dengan berat jenis (BJ) kecil digerus terlebih dahulu, kemudian bahan obat
dengan BJ besar.
e. Bahan obat yang berwarna digerus di antara 2 bahan tambahan.
f. Bahan obat yang bobotnya di bawah 50 mg, dilakukan pengenceran.
2. Bila bahan obat berupa tablet
a. Tablet yang ukurannya paling kecil di gerus terlebih dahulu
b. Tablet yang ukurannya lebih besar di gerus kemudian
c. Kemudian semua serbuk di gerus hingga halus dan homogen, homegenitas dilihat bila
tabletnya warna warni, hasil akhirnya berupa serbuk halus, tidak terdapat butiran-
butiran kasar dengan warna yang homogen.
d. Bila semua serbuk atau tablet berwarna putih, pada waktu penggerusan ditambahkan zat
pewarna agar dapat dilihat homogenitas dari pewarnaan yang merata.
e. Baru kemudian dimasukkan bahan obat yang berupa serbuk, kemudian seluruhnya
diaduk hingga homogen.

CARA MEMBAGI PUYER


1. Bila serbuk yang diminta 10 bungkus, serbuk dapat dibagi langsung sama banyak pada
setiap bungkusnya sesuai dengan pengamatan mata (secara visual).

54
2. Bila jumlah serbuk lebih dari 10 bungkus tetapi dalam jumlah genap misalkan 12
bungkus, serbuk dibagi dua bagian sama banyak dengan menggunakan timbangan.
Kemudian bagian dibagi 6 bungkus sama banyak.
3. Bila jumlah serbuk ganjil lebih dari 10, misalkan 15 (lima belas) bungkus, seluruh
serbuk ditimbang, dihitung berat satu bungkus, timbang satu bungkus, sisa serbuk
ditimbang sama banyak, kemudian masing-masing dibagi 7 bungkus.
4. Semua bungkusan dimasukkan ke dalam plastik klip dan diberi etiket putih.

Gambar 5. Cara pembagian serbuk secara visual

CARA PENGEMASAN SERBUK (PULVERES)


1. Sediakan perkamen yang bersih dan kering. Hitung jumlah perkamen sesuai yang
dibutuhkan, lalu lipat bagian atas secukupnya (+/- 1 cm)
2. Pisahkan dengan jarak cukup agar mudah membagi serbuk di tengah-tengah kertas
3. Bagilah serbuk sesuai pengelihatan. Mulailah membungkus serbuk dari baris paling
bawah dan paling kanan
4. Lipat bagian bawah ke atas hingga menutupi seluruh serbuk dan lipatan berada dalam
lipatan pertama
5. Lipat bagian atas dua kali supaya terkunci rapat. Lipat denga agak miring supaya satu
sisi lebih kecil dari sisi lainnya dan memudahkan ketika mengunci di bagian akhir
6. Lipatlah salah satu sisi kertas
7. Miringkan/ketut sedikit supaya serbuk terkumpul di ujung kertas dan memudahkan
dalam menutup
8. Lipat sisi kertas satunya sambil dimasukkan ke dalam sisi sebelumnya
9. Contoh hasil melihat pulveres
10. Masukkan dengan rapi ke dalam plastic pembungkus yang sesuai, menghadap kea rah
yang sama, sedemikian rupa sehingga memudahkan pengecekan jumlah pulveres
yang diberikan

55
Gambar 6. Cara pengemasan serbuk dengan kertas perkamen

Gambar 7. Cara pengemasan serbuk dengan sealing machine

B. PULVIS ADSPERSORIUS (BEDAK TABUR)


Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal (untuk pemakaian luar),
dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan

56
penggunaan pada kulit. Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit karena
komposisinya yang terdiri dari partikel padat, sehingga digunakan sebagai penutup
permukaan kulit, mencegah dan mengurangi pergeseran pada daerah intertriginosa
(lipatan seperti ketiak, lipat paha, intergluteal/antara dua otot besar bokong, lipat
payudara, antara jari tangan atau kaki). Penggunaannya dengan cara ditaburkan dan
digosokkan dengan telapak tangan pada permukaan kulit.
Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh,
agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Syarat serbuk tabur harus
homogen dengan derajat kehalusan pengayak No. 60 bila tidak mengandung lemak, bila
mengandung lemak diayak dengan pengayak No. 44.
Pengayak Nomor 44 artinya setiap 1 cm2 permukaan ayakan terdapat 44 lubang.
Pengayak Nomor 60 artinya setiap 1 cm2 permukaan ayakan terdapat 60 lubang.
Contoh sediaan bedak tabur: Bedak Purol, Caladryl, dan bedak Salicyl dll.
Sediaan serbuk untuk obat luar biasanya mengandung zat aktif seperti:
1. Antihistamin: Diphenhydramini HCl
2. Antiiritan : Menthol, kamfer
3. Antiseptik : Balsamum peruvianum, Calamine
4. Antifungi : Mikonazol nitrat.
5. Keratolitik : Asam salisilat.
Bedak tabur yang saat ini beredar dipasaran contohnya adalah Bedak Purol, Bedak
Salicyl.

CARA MERACIK BEBERAPA BAHAN OBAT DALAM SERBUK TABUR


1. Asam salisilat, mentol, kamfer dan Balsam Peru dilarutkan terlebih dahulu dengan etanol
95% beberapa tetes hingga larut, keringkan dengan pembawanya (talkum). Untuk massa
kamfer dan mentol tidak ikut diayak guna mencegah penguapan.
2. Adeps lanae dicairkan dimortir panas, setelah cair ditambah talkum aduk hingga merata.
3. Bila ada penambahan minyak menguap diteteskan dicampurkan dengan serbuk tabur yang
sudah diayak.
4. Zinc Oxyd diayak terlebih dahulu dengan pengayak nomor 60 baru kemudian ditimbang.

57
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN II dan III
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Pulveres (6.1)

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

58
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

59
III. PERHITUNGAN DOSIS

60
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

61
VI. WADAH

62
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

63
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN II DAN III
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Pulveres (6.4)

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

40 mg

CTM 2 mg

64
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

65
III. PERHITUNGAN DOSIS

66
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

67
VI. WADAH

68
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

69
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN II DAN III
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Pulvis (6.2)

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

70
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

71
III. PERHITUNGAN DOSIS

72
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

73
VI. WADAH

74
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

75
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN II DAN III
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Pulvis (6.3)

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

76
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

77
III. PERHITUNGAN DOSIS

78
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

79
VI. WADAH

80
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

81
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN II DAN III
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Pulveres

I. RESEP
Dr. Rahayu Candra
Praktek Umum Mengartikan Singkatan
SIP. KP 316. 198. DIKES.2016 Bahasa Latin:
Praktek: Jalan Gurita No. 123 Denpasar
Bali Telp. 0361-276352

Denpasar,

R/ Dexametason 2,5 tab


Paracetamol 2,5 tab
Ambroksol 2,5 tab
SL qs

m.f.la pulv No.


XII s t d d pulv I

Pro : An. Andika


Umur : 1 tahun
Alamat : Jalan Kecubung No. 98 Denpasar

82
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

83
III. PERHITUNGAN DOSIS

84
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

85
VI. WADAH

86
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

87
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN II DAN III
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Pulveres

I. RESEP
Dr. Rahayu Candra
Praktek Umum Mengartikan Singkatan
SIP. KP 316. 198. DIKES.2016 Bahasa Latin:
Praktek: Jalan Gurita No. 123 Denpasar
Bali Telp. 0361-276352

Denpasar,

R/ Salbutamol tab 0,5 mg


Metilprednisolon tab 1 mg
Erysanbe chew tab 50 mg
Vitamin C tab ¼ tab

m.f.la pulv dtd No. XII


s q d d pulv I

Pro : An. Nanda


Umur : 2 bulan
Alamat : Jalan Kenyeri No. 76 Denpasar

88
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

89
III. PERHITUNGAN DOSIS

90
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

91
VI. WADAH

92
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

93
KAPSUL

BAB IV
KAPSUL

Pada modul praktikum bab V ini kita akan berdiskusi tentang cara peracikan sediaan kapsul.

Setelah mempelajari materi pada modul praktikum bab V ini mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan :
1. Definisi kapsul
2. Jenis-jenis kapsul.
3. Keuntungan sediaan kapsul
4. Cara meracik kapsul
5. Cara mengerjaan bahan-bahan obat dalam kapsul
6. Cara mengemas kapsul
7. Cara menulis etiket dan menempel etiket kapsul
8. Cara menyerahkan obat kepada pasien, dengan memberikan informasi tentang obat yang
diserahkan.

A. CARA MENCAMPUR SERBUK UNTUK DIMASUKKAN KE DALAM KAPSUL.


Sebelum massa serbuk dimasukan kedalam kapsul prinsip pencampuran bahan sama seperti
pencampuran serbuk untuk pulveres. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, serbuk diracik
dengan cara :
1. Bahan obat dalam jumlah kecil digerus bersama bahan tambahan.
2. Bahan obat dengan jumlah kecil digerus terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan bahan
obat dengan jumlah lebih besar
3. Bahan obat dengan berat jenis (BJ) besar digerus terlebih dahulu, kemudian bahan
obat dengan BJ nya kecil.
4. Bahan obat berbentuk kristal atau bongkahan digerus hingga halus.
5. Bahan obat yang berwarna digerus di antara 2 bahan tambahan.
6. Bahan obat yang bobotnya di bawah 50 mg, dilakukan pengenceran

94
B. PEMILIHAN UKURAN CANGKANG KAPSUL
Kapsul keras umumnya digunakan untuk serbuk dengan bobot 65 mg - 1 g. Apabila
bobot serbuk kurang dari 65 mg, maka harus ditambahkan bahan inert minimal sampai 75%
kapasitas bobot cangkang kapsul. Sedangkan apabila bobot lebih dari 1 gram, maka serbuk
dimasukkan menjadi 2 atau lebih cangkang kapsul ukuran yang lebih kecil dan kemudian
menyesuaiakan aturan pakai kapsul tersebut contohnya 3 kali sehari 1 kapsul menjadi 3 kali
sehari 2 kapsul.

Menentukan ukuran cangkang kapsul menggunakan Metode RULE OF SEVEN


1. Hitung bobot bahan obat per kapsul
2. Ubah bobot bahan obat menjadi satuan grain (1 grain = 65 mg)
Misalnya, bobot campuran bahan obat per kapsul = 230 mg maka 230mg/65 mg = 3,5
grain
3. Bulatkan hasil perhitungan ke atas misalnya 3,5 dibulatkan menjadi 4
4. Angka 7 dikurangi hasil pembulatan tersebut, dimana hasilnya merupakan ukuran
cangkang kapsul terpilih. Misalnya 7 – 4 = 3
Jadi, ukurang cangkang kapsul terpilih adalah 3

C. CARA PENGISIAN KAPSUL


Yang dimaksud kapsul di sini adalah kapsul keras. Kapsul gelatin keras terdiri dari dua
bagian yaitu bagian dalam / induk yaitu bagian yang lebih panjang (biasa disebut badan
kapsul) dan bagian luar/tutup. Kapsul demikian juga disebut Capsulae Operaculatae dan
kapsul bentuk ini diproduksi besar–besaran di pabrik dengan mesin otomatis. Umumnya ada
lekuk khas pada bagian tutup dan induk untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian
induk dan tutup cangkangnya diletakkan, untuk mencegah terbukanya cangkang kapsul yang
telah diisi, selama transportasi dan penanganan.

Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin dan
dengan alat mesin
1. Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa bantuan alat lain.
Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter. Pada pengisian
dengan cara ini sebaiknya digunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang
mungkin timbul karena petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk
memasukkan
95
obat dapat dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang
diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan ke dalam badan kapsul dan ditutup.

Gambar 7. Cara memasukkan serbuk ke dalam kapsul dengan tangan

2. Dengan alat bukan mesin


Alat yang dimaksud di sini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan
menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya
dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh – puluh kapsul. Alat ini
terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang tetap dan batian yang bergerak.

Caranya
a. Kapsul dibuka dan badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang dari bagian alat
yang tidak bergerak
b. Serbuk yang akan dimasukkan ke dalam kapsul dimasukkan / ditaburkan pada
permukaan kemudian diratakan dengan kertas film
c. Kapsul ditutup dengan cara merapatkan / menggerakkan bagian yang
bergerak. Dengan cara demikian semua kapsul akan tertutup.

Gambar 8. Alat pengisi kapsul manual

96
3. Dengan alat mesin
Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara besar – besaran
dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut, perlu dipergunakan alat yang
serba otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai dengan menutup kapsul. Dengan
cara ini dapat diproduksi kapsul dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit
serta keseragamannya lebih terjamin.

97
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN IV DAN V
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Kapsul

I. RESEP
Dr. Rahayu Candra
Praktek Umum Mengartikan Singkatan
SIP. KP 316. 198. DIKES.2016 Bahasa Latin:
Praktek: Jalan Gurita No. 123 Denpasar
Bali Telp. 0361-276352

Denpasar,

R/ Aminofilin tab 150 mg


CTM tab 2 mg
Efedrin 5 mg
GG tab 1 tab

m.f.la pulv dtd No. XX


da in caps
s 3 d d caps I

Pro : Tn. Dodi


Umur : 35 tahun
Alamat : Jalan Anggrek No. 187 Denpasar

98
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

99
III. PERHITUNGAN DOSIS

100
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

101
VI. WADAH

102
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

103
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR

PERTEMUAN IV DAN V
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Kapsul

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

Antalgin 400 mg
Diazepam 2 mg

m.f. caps. dtd. No. XV


s.t.d.d caps I

16 th

104
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

105
III. PERHITUNGAN DOSIS

106
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

107
VI. WADAH

108
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

109
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN IV DAN V
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Kapsul

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

Ambroksol 1 tab

110
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

111
III. PERHITUNGAN DOSIS

112
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

113
VI. WADAH

114
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

115
SALEP, PASTA, GEL DAN KRIM

BAB V

SALEP, PASTA, GEL DAN KRIM

Pada modul praktikum bab VI, kita akan membahas tentang salep, pasta, gel, dan krim. Setelah
mempelajari modul praktikum bab VI ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan :
1. Cara meracik salep/pasta/gel/krim.
2. Cara mengerjaan bahan-bahan obat dalam salep/pasta/gel/krim.
3. Cara mengemas salep/pasta/krim.
4. Cara menulis etiket dan menempel etiket salep/pasta/ gel/krim.
5. Cara menyerahkan obat kepada pasien, dengan memberikan informasi tentang obat
yang diserahkan.
Materi pada modul praktikum bab VI dikemas dalam 2 (dua) kegiatan praktikum, yaitu:
Kegiatan praktikum 1. Salep
Kegiatan praktikum 2. Krim

A. SALEP
KETENTUAN UMUM CARA PEMBUATAN SALEP
1. Peraturan Salep Pertama
Zat–zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan ke dalamnya, atau
ditambahkan ke dalam basis yang sudah dilebur jika perlu dengan pemanasan. Contoh:
Mentol, Camphore, Fenol
2. Peraturan Salep Kedua
Bahan–bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan–peraturan lain
dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya
oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis. Contoh: Tanin, NaI, KI,
Resorcinol, Diphenhydramin HCl, Cocain HCl, ext.Belladona.
3. Peraturan Salep Ketiga
Bahan–bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus
diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40 kemudian di tambah basis
sedikit demi sedikit. Contoh : Acid Boric pulv, Sulfur Praecipitatum, Calamin, Amylum,

116
hydrocortison, Asam benzoat, Talk, Sulfadiazin, ZnO, Bacitracin, Tetracyclin HCl,
Chloramphenicol.
4. Peraturan Salep Keempat
Salep–salep yang dibuat dengan jalan melelehkan basis, maka basis salep tersebut harus
diaduk di lumpang panas sampai dingin.

MENGERJAKAN BAHAN OBAT DALAM SALEP


Bahan obat yang larut dalam air, harus dilarutkan dulu dalam air seperti Ureum, baru
kemudian dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.
1. Bahan obat yang larut dalam Etanol 95%, harus dilarutkan terlebih dahulu dalam
Etanol 95% seperti Asam Salisilat, Asam Benzoat, Menthol, Kamfer, Resorcinol dll,
baru kemudian ditambah basis salep.
2. Bahan obat mudah menguap dimasukkan teakhir, karena bila dimasukkan sejak awal
lebih banyak yang menguap contoh: Liquor Carbonatis Detergent, minyak menguap
seperti Oleum Rosae, Minyak Cayuputi, Minyak Mentahe piperitae.
3. Untuk bahan lain yang tidak mempunyai sifat tersebut diatas, seperti
Chloramphenicol, Hidrocortison, Mikonazol, Sulfur, Zinc Oxyd, dihaluskan terlebih
dahulu baru kemudian dicampur dengan basis salep.

BAHAN YANG DITAMBAHKAN TERAKHIR PADA SUATU MASSA SALEP


 Ichtyol, sebab jika ditambahkan pada massa salep yang panas atau digilas terlalu lama
dapat terjadi pemisahan.
 Balsem–balsem dan minyak atsiri, balsem merupakan campuran dari damar dan
minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsiri
akan menguap.
 Air, berfungsi sebagai pendingin dan untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
 Gliserin, harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, sebab tidak bisa
campur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan ditambahkan sedikit–
sedikit sebab tidak bisa diserap dengan mudah oleh dasar salep.

BATAS KESALAHAN SALEP


Batas kesalahan salep dihitung dengan membandingkan:

117
Hasilnya tidak boleh lebih dari 5%

B. PASTA
Menurut FI. IV, Pasta adalah sediaan semi padat yang mengadung satu atau lebih
bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi
sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Cara pemakaian dengan cara
dioleskan langsung pada luka atau mengoleskan pasta pada kain kassa, baru kemudian
kasa ditempelkan pada luka.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, wadah tertutup rapat atau dalam tube.
Dalam pembuatan pasta umumnya bahan dasar/basis yang berbentuk setengah padat
dicairkan terlebih dahulu baru kemudian dicampur dengan bahan padat dalam keadaan
panas agar basis salep tidak cepat membeku, selama proses pencampuran hingga
diperoleh massa yang homogen.
Pasta berlemak misalnya pasta zink oksida, merupakan salep yang padat, kaku, tidak
meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang
diolesi. Pasta lebih mudah menyerap dibandingkan dengan salep, cenderung untuk
menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih
rendah dari salep. Sehingga pasta digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk
kerak, menggelembung atau mengeluarkan cairan.
Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini lebih
dominan sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu tubuh. Pasta
berlemak saat diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap lesi yang basah seperti serum.
Sediaan pasta digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.

C. GEL
Gel menurut FI Edisi IV kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat
terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik
yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Keuntungan sediaan gel adalah :
1. Stabil dalam penyimpanan jangka waktu lama
2. Penampilan sediaan yang jernih dan elegan

118
3. Cocok digunakan untuk obat yang diaplikasikan pada kulit dan selaput lendir karena
gel memberikan tingkat pelepasan obat yang tinggi dan absorbsi obat yang cepat

Komposisi sediaan gel umumnya terdiri dari komponen bahan yang dapat
mengembang dengan adanya air, humektan, dan pengawet. Terkadang diperlukan pula
bahan yang dapat meningkatkan penetrasi bahan berkhasiat. Pembentuk Gel alami:
xanthan gum, gellan gum, pektin, dan gelatin. Sedangkan contoh pembentuk gel lainnya
adalah karbomer, bentonit, PVA (polivinil alkohol), PVP (polivinil pirolidon), dan
turunan selulosa seperti metil selulosa, CMC-Na, hidroksipropil metilselulosa,
hidroksietilselulosa, polietilen.

D. KRIM
Bahan-bahan Penyusun Krim
Formula dasar krim, antara lain:
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adeps lanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak,
cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na
setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:
 Zat berkhasiat
 Minyak
 Air
 Pengemulsi
 Bahan Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide,
lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat,
polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat
pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan.
 Bahan Pengawet

119
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil
paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab.
Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak
jenuh.
Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup atau tube di tempat sejuk. Penandaan
pada etiket harus juga tertera ”Obat Luar”.
Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak di atas tangas air, kemudian
tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama–sama panas, aduk sampai terjadi
suatu campuran yang berbentuk krim.

Prinsip kerja krim:


Fase minyak dilelehkan ditambah dengan fase air (±60ºC) aduk sampai terbentuk masa krim.
Umumnya fase air disebut juga surfaktan (ditambah air panas) dimana digunakan untuk
menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air. Sehingga air dan minyak bisa
bercampur.
Basis Krim:
1) Semi padat : vas album/flavum, adeps lanae, cholesterol, PEG 1000, PEG 1500
2) Padat : cera alba/flava, cetaceum/spermaceti, acidum stearinicum, parafin/parafin
solid, stearyl alkohol, cetyl alkohol, PEG 4000, PEG 6000
3) Cair : parafin liq, glicerol, PEG 400, PEG 600, propilenglikol, asam oleat, golongan
minyak lemak (ol cocos, ol ricini, ol sesami, ol olive, dll)
Contoh resep :
R/ Acid Stearas 15
Cera alba 2
Vaselin alba 8
TEA 1,5
Propilen glicol 8
Aq.dest 65,6
m.f.ungt.
Pembuatan :
- Lebur cera bersama vaselin, acid stearas, dan cera alba
- TEA dan propilen glikol dilarutkan dalam air hangat dan dicampurkan pada
leburan tersebut di atas.

120
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN VI DAN VII
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Salep

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

121
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

122
III. PERHITUNGAN DOSIS

123
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

124
VI. WADAH

125
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

126
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN VI DAN VII
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Salep (12.2)

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

127
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

128
III. PERHITUNGAN DOSIS

129
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

130
VI. WADAH

131
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

132
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN IX DAN X
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Krim

I. RESEP

dr. Winda Arista


Mengartikan Singkatan
Praktek Umum Bahasa Latin:

SIP : KP 105.210.DIKES.2009
Praktek : Jl. Diponegoro Denpasar Bali
Telp. (0361) 226127
Denpasar,

R/ Kloramfenikol 2%
Cera alba 5
Cetaceum 7,5
Adeps lanae 5
Ol. Sesami 20
Aqua 11,5
m.f. cream
s.u.e
da 25

Pro : An. Sucarta


Umur : 5 tahun
Alamat : Jl. Gumitir 24 Denpasar

133
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

134
III. PERHITUNGAN DOSIS

135
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

136
VI. WADAH

137
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

138
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN IX DAN X
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Gel

I. RESEP
Dr. Rahayu Candra
Praktek Umum Mengartikan Singkatan
SIP. KP 316. 198. DIKES.2016 Bahasa Latin:
Praktek: Jalan Gurita No. 123 Denpasar
Bali Telp. 0361-276352

Denpasar,

R/ Ketoprofen 1%
Carbopol 1%
Gliserin 10%
Propilen glikol 15%
Metil paraben 0,2%
Aquadest ad 50
ml

m.f.da gel
s. s. o. s applic.loc.dol

Pro : An. Putri


Umur : 10 tahun
Alamat : Jalan Anggrek No. 91 Denpasar

139
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

140
III. PERHITUNGAN DOSIS

141
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

142
VI. WADAH

143
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

144
SEDIAAN CAIR

BAB VI
SEDIAAN CAIR
(LARUTAN, SUSPENSI, DAN EMULSI)

A. PENGENCERAN PADATAN UNTUK SEDIAAN CAIR


Contoh: diperlukan penimbangan 10 mg CTM untuk pembuatan sediaan larutan
Prosedur:
1. Kalibrasi wadah (misal beaker glass) dengan aquadest 10 ml dan beri tanda
2. Masukkan 50 mg CTM ke dalam beaker glass yang sudah dikalibrasi
3. Tambahkan aquadest atau pelarut yang sesuai secukupnya (<volume kalibrasi)
4. Aduk dengan batang pengaduk sampai larut
5. Tambahkan aquadest sampai tanda dan aduk sampai homogen
6. Ukur hasil pengenceran sebanyak:
=10 𝑚𝑔 × 10 𝑚𝑙 = 2 𝑚𝑙
50 𝑚𝑔

Catatan:
Volume larutan hasil pengenceran yang diukur harus dapat diukur dengan alat ukur
yang tersedia

B.PENGENCERAN CAIRAN UNTUK SEDIAAN CAIR


1. Volume yang harus diambil lebih kecil dari jumlah minimal yang boleh diukur
atau keterbatasan alat ukur
Prosedur:
1. Tentukan volume minimal yang dapat diukur berdasarkan ketersediaan alat ukur
2. Hitung faktor pengali = volume minimal yang dapat diukur/volume yang harus
diukur
3. Hitung volume campuran hasil pengenceran = volume minimal yang dapat diukur
x faktor pengali
4. Hitung volume cairan pengencer = volume campuran hasil pengenceran – volume
minimal yang dapat diukur
5. Ukur volume minimal yang dapat diukur

145
6. Masukkan ke dalam beaker glass dengan volume tertentu (> volume campuran
hasil pengenceran)
7. Tambahkan pelarut yang sesuai sebanyak volume cairan pengencer dan aduk
8. Hitung hasil pengenceran yang harus diambil dengan rumus:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎
= × 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙

Contoh: Jika diperlukan 0,025 ml cairan konsentrat dan tersedia alat ukur volume
dengan skala terkecil 1 ml, jelaskan prosedur pengencerannya dan berapa hasil
pengenceran yang harus diambil?

Jawaban:
1. Volume minimal yang dapat diukur = 1 ml
2. Faktor pengali = 1 ml/0,025 ml = 40
3. Volume campuran hasil pengenceran =1 ml x 40 = 40 ml
4. Volume cairan pengencer = 40 ml – 1 ml = 39 ml
5. Ukur volume cairan konsentrat sebanyak 1 ml
6. Masukkan ke dalam beker glass 50 ml
7. Tambahkan cairan pengencer sebanyak 39 ml
8. Aduk campuran sampai homogen
9. Ukur campuran sebanyak:
0,025 𝑚𝑙
= × 40 𝑚𝑙 = 1 𝑚𝑙
1 𝑚𝑙

2. Pengenceran cairan untuk mendapatkan konsentrasi lebih rendah


Contoh: membuat 50 ml larutan Hidrogen peroksida 3% dari larutan Hidrogen
peroksida 30%
Menggunakan rumus:
C1xV1 = C2xV2
C1=Konsentrasi larutan yang tersedia
C2=Konsentrasi larutan yang diminta
V1=Volume larutan yang tersedia yang harus diambil
V2=Volume larutan yang diminta

146
Jawaban:
30% x V1 = 3% x 50 ml
V1=5 ml (volume larutan Hidrogen peroksida 30% yang harus
diambil) Volume cairan pengencer (aquadest) = 50 ml – 5 ml = 45 ml

Dalam modul praktikum bab VI, akan membahas sediaan obat cair dalam bentuk larutan,
suspensi, dan emulsi. Setelah mahasiswa selesai mempelajari materi pada modul praktikum
bab VI ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan :
2. Jenis-jenis sediaan cair.
3. Kelarutan zat
4. Cara meracik sediaan cair
5. Cara Mengemas
6. Penggunaan label Kocok Dahulu.

Sediaan obat dalam bentuk cairan terdapat dalam beberapa jenis tergantung pada tujuan
penggunaan sediaan cair tersebut. Beberapa istilah obat dalam bentuk cairan sebagai berikut :
1. Lotio adalah obat cair yang digunakan untuk obat luar dengan cara dioleskan. Contoh
: Caladin lotion, Caladryl lotion.
2. Solutio adalah larutan yang mengandung satu jenis zat terlarut. Solutio dapat berupa
obat dalam maupun obat luar. Contoh : Rivanol solutio, Etanol 70%, Betadine
solution
3. Mixtura : adalah larutan yang mengandung lebih dari satu jenis zat terlarut. Mixtura
dapat berupa obat dalam maupun obat luar. Contoh : OBH, Benadryl sirup dan
Kalpanax (obat luar).
4. Potio (obat minum) adalah sediaan obat cair yang digunakan secara oral bentuk dapat
berupa emulsi, solutio, mixtura, suspensi, sirup dan elixir.

C. LARUTAN
Dalam membuat larutan/ obat minum perlu diperhatikan sifat bahan- bahan obatnya
apakah larut atau tidak dengan melihat kelarutannya dibuku standar seperti FI, Extra
Pharmacope Martindale dll. Kelarutan bukanlah merupakan standar atau uji kemurnian
dari zat yang bersangkutan, tetapi dimaksudkan sebagai informasi dalam penggunaan,
pengolahan dan peracikan suatu bahan.

147
Kelarutan zat yang tercantum di dalam Farmakope Indonesia Edisi V dinyatakan
dengan istilah sebagai berikut :

Contoh :
Kelarutan Aethacridini Lactas (Rivanol) agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam air
panas, sukar larut dalam etanol.
1. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk melarutkan 500 mg (0,5 gram) Rivanol adalah:
(30 – 100) x 0,5 gram = 15 – 50 gram atau 15 – 50 mL (karena BJ air 1).
2. Untuk 2,5 g Rivanol jika ingin dilarutkan dalam air panas, dibutuhkan air panas
sebanyak : ( 1 - 10 ) x 2,5 gram = 2,5 – 25 gram = 2,5 – 25 mL.
3. Untuk 250 mg Rivanol jika ingin dilarutkan dalam etanol, dibutuhkan etanol sebanyak
(100 - 1000) x 0,250 gram = 25 - 250 gram = 25 – 250 mL.

CARA MERACIK LARUTAN


Dalam membuat larutan kita harus memperhatikan sifat dari bahan- bahannya apakah
larut dalam air, alkohol, sirup atau pelarut yang tersedia dalam komposisi resepnya. Untuk
mengetahui berapa banyak pelarut yang dipergunakan dapat dilihat pada monografi masing-
masing zat yang terdapat dalam buku standar (Farmakope Indonesia, Extra Pharmacopeae
Martindal, Merck Index).
Melarutkan bahan obat dapat dilakukan dalam erlenmeyer, mortir atau dalam beaker
gelas dengan bantuan batang pengaduk tergantung pada sifat bahan obatnya. Bila jumlah
bahan yang akan dilarutkannya banyak dan pelarutnya terbatas, atau dibutuhkan penggerusan
terlebih dahulu maka melarutkannya dilakukan dalam mortir.
Bahan obat yang berupa kristal dapat dilarutkan dengan menggunakan erlemeyer,
tambahkan air/ pelarut sesuai dengan kelarutannya, kemudian dikocok hingga larut atau
dalam beker gelas kemudian diaduk dengan bantuan batang pengaduk.

148
Untuk bahan obat tertentu harus dilarutkan dalam lumpang seperti Succus Liquiritiae
(sari akar manis), harus digerus hingga halus dan dilarutkan dalam air mendidih.
Natrii bicarbonas harus dilarutkan dengan cara gerus tuang. Natrii bicarbonas digerus
ditambahkan air dan diaduk, bagian yang jernih dituang kedalam botol, sisanya yang belum
larut digerus kembali dengan air diaduk hingga larut, demikian seterusnya.

PENGGUNAAN LABEL KOCOK DAHULU


Label Kocok Dahulu digunakan bila jumlah terlarut lebih dari satu jenis, atau bila dalam
larutan digunakan pelarut lebih dari satu yang konsistensinya lebih kental, misalnya Glycerin,
atau bila dalam larutan ditambahkan minyak atsiri atau sirup dalam jumlah besar.

D. SUSPENSI
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat yang tidak larut (fasa
terdispers/fasa dalam/fasa diskontinyu) dalam bentuk serbuk halus, yang terdispersi merata
dalam cairan pembawa (fasa pendispers/fasa kotinyu/fasa luar).
Formulasi sediaan suspensi
• Zat aktif
• Pembawa : umumnya air, kadang minyak tumbuhan (misal pada injeksi im)
• Suspending agent, antara lain golongan gom (PGA, bentonite, tragakan),
dan golongan bukan gom (CMC, karbopol)
• Pembasah (surfaktan) untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel
zat padat dengan cairan antara lain tween, gliserin, propilen glikol
• Pengawet
Diperlukan untuk suspensi dengan suspending agent yang berasal dari alam
golongan gom. Hal ini dikarenakan suspending agent tersebut mudah dirusak
oleh bakteri sehingga dapat merubah sifat fisika-kimia sediaan. Contoh
pengawet yang dapat digunakan adalah Nipagin, nipasol, fenil merkuri nitrat,
fenil merkuri asetat, fenil merkuri klorida
• Pendapar
Diperlukan untuk bahan aktif yang bersifat asam atau basa lemah, contoh
dapar adalah amm.clorid (8,5-10,5); Fosfat (1-3, 6-8, >11), sitrat (2-6,5), dan
lain-lain.

149
METODE PEMBUATAN SUSPENSI
1. Metode Dispersi
Menambahkan serbuk bahan obat ke dalam mucilago yang telah terbentuk,
kemudian baru diencerkan.
2. Metode Praesipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik, larutan zat ini
diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Contoh pelarut organik : etanol,
propilenglikol, dan polietilenglikol.

E. EMULSI
Emulsi merupakan sistem 2 fase campuran dari 2 cairan yang tidak saling campur,
salah satu cairan berfungsi sebagai fase internal (dispers, discontinous) sedangkan cairan
yang lain berfungsi sebagai fase eksternal (pendispers, continuous) di mana tetes-tetes
kecil (0,2-25 μm) fase internal terdispersi merata dalam fase eksternal distabilkan oleh
bahan pengemulsi (emulgator).

TIPE EMULSI
Tipe emulsi yang terbentuk ditentukan oleh perbandingan fase internal terhadap fase
eksternal (umumnya emulsi stabil pada kadar fase internal 30-60%)

Tipe emulgator :
1. Emulgator tipe o/w (gom, sabun monovalensi, surfaktan HLB tinggi)
2. Emulgator tipe w/o (kolesterol, sabun bivalen, surfaktan HLB rendah)

METODE PEMBUATAN EMULSI


1. Metode gom kering/metode kontinental/metode 4:2:1
A. Minyak dicampur dengan emulgator sampai homogen, umumnya digunakan 4
bagian minyak, 2 bagian air, 1 bagian gom
B. Tambahkan air, gerus kuat sampai terbentuk corpus emulsi (gunakan mortir
dengan permukaan kasar)
C. Encerkan dengan sisa air yang tersedia

150
D. Bahan formula lainnya (pewarna, perasa dll) yang campur dengan air dapat
dilarutkan dengan air (fase luar) dulu, kemudian ditambahkan ke korpus dengan
pengadukan
E. Zat yang dapat mengganggu stabilitas emulsi ditambhkan terakhir. Cont : alkohol
dapat mengendapkan gom

PERBANDINGAN BAHAN KORPUS EMULSI

2. Metode gom basah/metode Inggris


Metode gom basah cocok digunakan untuk membuat emulsi dari minyak-minyak
yang sangat kental. Tahapan metode gom basah/metode Inggris adalah :
A. Digunakan perbandingan minyak, air dan gom yang sama seperti metode
gom kering
B. Emulgator dibuat menjadi mucilago
C. Tambahkan minyak sedikit-sedikit sambil diaduk dengan kuat
D. Gerus kuat sampai terbentuk corpus emulsi
E. Masukkan bahan tambahan lain yang telah dicampur fasa luar
F. Aduk cepat dengan putaran tinggi sampai diperoleh emulsi yang homogen

3. Metode botol forbes


Metode ini cocok digunakan untuk membuat emulsi dari minyak menguap atau
minyak dengan viskositas sangat rendah. Tahapan metode botol forbes adalah :
A. Gom arab dimasukkan dalam botol kering
B. Tambahkan 2 bagian minyak
C. Kocok campuran dengan kuat dalam botol tertutup

151
D. Tambahkan air sejumlah minyak yang ditambahkan
E. Kocok campuran hingga terbentuk emulsi awal
F. Encerkan dengan air hingga volume yang diinginkan

152
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN XI DAN XII

Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Eliksir

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

153
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

154
III. PERHITUNGAN DOSIS

155
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

156
VI. WADAH

157
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

158
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN XI DAN XII

Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Solutio

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

159
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

160
III. PERHITUNGAN DOSIS

161
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

162
VI. WADAH

163
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

164
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN XIII DAN XIV
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Suspensi

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

165
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

166
III. PERHITUNGAN DOSIS

167
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

168
VI. WADAH

169
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

170
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN XII DAN XIV
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Emulsi

I. RESEP

dr. Winda Arista Mengartikan Singkatan


Bahasa Latin:
Praktek Umum
SIP : KP 105.210.DIKES.2009
Praktek : Jl. Diponegoro Denpasar
Bali Telp. (0361) 226127
Denpasar,

R/ Paraffin liquid 40
Ol.Cinnamomi 1 gtt
PGA 15
Glycerin 10
Aquadest 35
m.f. emulsi
s.1.dd.CI

Pro : An. Sucarta


Umur : 5 tahun
Alamat : Jl. Gumitir 24 Denpasar

171
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

172
III. PERHITUNGAN DOSIS

173
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

174
VI. WADAH

175
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

176
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN XIII DAN XIV
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Emulsi

I. RESEP

Mengartikan Singkatan
Bahasa Latin:

177
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

178
III. PERHITUNGAN DOSIS

179
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

180
VI. WADAH

181
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

182
SEDIAAN SUPPOSITORIA

BAB VII
SUPPOSITORIA

A. DEFINISI
Suppositoria merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang
diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra yang umumnya meleleh atau melunak pada
suhu tubuh. Suppositoria dibuat dengan tujuan :
1. Untuk pengobatan lokal pada rectum, vagina, uretra
2. Sebagai alternatif apabila penggunaan obat per oral tidak dapat dilakukan
3. Agar obat dapat bekerja lebih cepat, karena absorpsi obat oleh selaput lendir rektal
langsung ke sirkulasi pembuluh darah
4. Untuk mendapatkan “prolonged action”
5. Untuk menghindari kerusakan obat pada saluran cerna
Penggunaan suppositoria dapat ditujukan untuk rektal, vaginal dan uretra.
Berdasarkan rute penggunaannya, suppositoria dapat dibagi menjadi 3 yakni :
1. Rektal Suppositoria
Untuk penggunaan rektal, suppositoria berbentuk seperti peluru dengan panjang
± 32 nm, memiliki berat untuk prang dewasa = 3g , dan anak= 2 g. Bentuk seperti
peluru ini memberikan keuntungan dalam proses pemberian obat melalui anus.
2. Vaginal Suppositoria
Suppositoria yang ditujukan untuk penggunaan pada vaginal, disebut dengan
ovula. Ovula merupakan suatu sediaan padat yang dapat digunakan melalui
vagina, berbentuk telir, dapat melarut, melunak, dan meleleh pada suhu tubuh.
Berat ovula umumnya 5 gram jika menggunakan lemak coklat sebagai basis.
3. Urethral Suppositoria
Jenis suppositoria ini digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam urethra
(saluran kemih) pada pria dan wanita.

B. BASIS SUPPOSITORIA
Sediaan suppositoria terdiri atas zat aktif dan basis, sediaan harus dapat meleleh,
melunak, atau melarut untuk melepaskan zat aktif obat agar dapat terabsorpsi. Bila
terjadi interkasi antara basis dengan obat ketika dilepas, maka absorpsi obat akan
terganggu atau malah dicegahnya.
Basis suppositoria dan ovula yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin
tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot
molekul, dan ester asam lemak polietilen glikol. Bahan dasar suppositoria terdiri dari :
1. Basis berlemak yang melelh pada suhu tubuh, misalnya Oleum Cacao
2. Basis yang larut dalam air atau yang bercampur dengan air, misalnya : gliserin
gelatin, polietilenglikol

183
3. Basis campuran, misalnya polioksil 40
stearat Adapun syarat- syarat basis yang ideal
yakni :
1. Tidak mengiritasi. Bila basis mengiritasi membrane mukosa rectum, maka rectum
akan merespon kolon untuk segera buang air besar, sehingga akan mengurangi
pelepasan dan absorpsi dari obat
2. Mempunya viskositas yang cukup saat dilelehkan
3. Harus melelah pada suhu tubuh dalam jangka waktu yang singkat
4. Tidak mengganggu absorpsi/pelepasan zat aktif
5. Bercampur dengan bermacam obat
6. Stabil pada penyimpanan

1. Basis berlemak
Merupakan basis yang paling banyak digunakan, contohnya oleum cacao. Oleum
cacao diperoleh dari biji Theobroma cacao yang dipanggang. Oleum cacao
merupakan trigliseria dari asam oleat, asam stearate dan palmitat, berwarna putih
kekuningan, padat, bau seperti coklat, melelh pada suhu 31-34° C. Oleum cacao
memiliki sifat mudah berbau tengik, sehingga harus disimpan pada wadah atau
tempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya. Oleum cacao menunjukkan sifat
polimorfisme dari bentuk kristal karena pemanasan tinggi. Di atas titik leburnya,
oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti
kritsal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali. Jika didinginkan
di bawah suhu 15° C, akan mengkristal dalam bentuk kristal metastabil. Agar
mendapatkan suppositoria yang stabil, maka pemanasan dilakukan sebaiknya
hingga cukup meleleh saja dan dapat dengan mudah dituang, sehingga tetap
mengandung inti kristal dari bentuk stabil. Sebaiknya dipanaskan di atas penangas
air hangat agar menghindari pembentukan kristal yang tidak stabil. Adapun
bentuk- bentuk kristal dari oleum cacao yakni :
a. Bentuk alfa (α) yaitu : terjadi bila lelehan oleum cacai didinginkan segera,
mempunya titik lebur 24° C
b. Bentuk beta (β) yaitu : terjadi bila lelehan diaduk-aduk pada suhu 18-23° C,
mempunyai titik lebur 28-31° C
c. Bentuk gamma (ɣ) yaitu : terjadi pendinginan lelehan oleum cacai yang
sudah dingin (pada suhu 20° C), mempunyai titik lebur 18° C
d. Bentuk beta stabil (β-stabil) yaitu : terjadi dari perubahan perlahan-lahan
bentuk disertai kontraksi volume, Bentuk inilah yang digunakan sebagai
basis oleum cacao
Kelebihan dari penggunaan basis oleum cacao :
a. Meleleh pada suhu tubuh
b. Bercampur dengan banyak zat
Kekurangan penggunaan basis oleum cacao
:
a. Meleleh pada udara panas
b. Mudah tengik
c. Titik lebur dapat turun atau naik bila ditambahkan bahan-bahan tertntu
d. Tidak dapat menyerap air
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan oleum cacao sebagai
184
basis, yakni :

185
a. Untuk meninggikan titik lebur oleum cacao, dapat digunakan cera 6% atau
cetaceum 12% sehingga menyebabkan titik lebur oleum cacao hingga 37°
C. Jika zat aktif larut dalam air, maka perlu ditambahkan cera flava untuk
menaikkan daya serap lemak coklat terhadap air. Penambahan cera tidak
diperkenanlan kurang dari 4%, karena akan memperoleh titik lebur di
bawah titik leburnya (<33° C). Penambahan bahan mengeras juga tidak
berlebihan karena dapat menghambat basis meleleh dalam tubuh dab bahan
cera ini juga tidak boleh mengganggu bahan aktif dengan cara apapun
sehingga mengubah efikasi produk.
b. Untuk menurunkan titik lebur, dapat digunakan tambahan fenol,
kloralhidrat, minyak atsiri
c. Oleum cacai meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan
cairan tubuh, sehingga dapat menghambat difusi obat yang larut dalam
lemak
d. Oleum cacao jarang digunakan pada sediaan vagina, karena dapat
meninggalkan residu yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin
tergliserinasi jarang digunakan untuk sediaan rektal, karena disolusi yang
lambat.

2. Basis larut air atau bercampur dengan air


Basis suppositoria yang dapat alrut dalam air atau bercampur dengan air
misalnya gliserin gelatin dan polietilenglikol
a. Gliserin gelatin
Basis ini merupakan basis yang paling sering digunakan untuk sediaan
ovula. Gliserin gelatin tidak melebur pada suhu tubuh, namun larut dalam
sekresi tubuh, sehingga lebih lambat melunak (absorpsi lama). Dalam
penggunaannya, perlu ditambahkan bahan pengawet seperti nipagin karena
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Penyimpanan
harus di tempat yang dingin. Cetakan harus dilapisi dengan parrafin liquid
terlebih dahulu. Kelebihan basis gliserin gelatin yakni :
1) Efek lokal cukup lama
2) Lebih lambat melunak
3) Lebih mudah bercampur dengan cairan tubuh dibandingkan oleum
cacao Kekurangan dari basis gliserin gelatin yakni :
4) Menyerap air, yang dapat menyebabkan dehidrasi atau iritasi jaringan
5) Memiliki sifat higroskopik, sehingga peril dijauhkan dari kondisi lembab
b. Polietilenglikol
PEG merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul 4000-6000.
Mempunyai titik lebur antara 35-36° C, tidak meleleh pada suhu tubuh,
namun melarut dalam cairan sekresi tubuh. PEG adalah bahan dasar yang
sesuai untuk beberapa antiseptic. Jika diharapkan berkerja secara sistemik,
lebih baik menggunakan bentuk ionic dibandingkan non ionic, agar
diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Keuntungan PEG yakni :
1) Tidak mengiritasi
2) Dapat disimpan di luar lemari pendingin
3) Tidak memiliki permasalahan pada titik lebur
186
4) Tetap kontak dengan cairan mukosa karena tidak meleleh pada suhu
tubuh
Kekurangan PEG yakni :
1) PEG menarik cairan dari dalam tubuh, sehingga terjadi rasa menyengat
2) Onset aksi obat lebih lama lantaran PEG tidak meleleh pada suhu tubuh
3. Basis campuran
Basis campuran merupakan kelompok campuran bahan berminyak dan bahan
larut air atau bahan bercampur air, contohnya polioksil 40 stearat yang
merupakan campuran ester monostearate dan distearat dari polioksietilendiol dan
glikol bebas. Bahan ini menyerupai lilin, berwarna putih hingga kecoklatan, padat
dan larut dalam air. Umumnya memiliki titik leleh pada suhu 39-45° C. Basis ini
memiliki kemampuan menahan air atau larutan berair.

C. METODE PEMBUATAN
Cara pembuatan suppositoria dan ovula dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Mencetak hasil leburan dengan cetakan
Basis dilelehkan di atas penangas air, hal ini bertujuan untuk menghindari
pemanasan berlebih yang dapat menimbulkan bentuk metastabil. Bahan aktif
ditambahkan dan dicampurkan pada lelehan basis. Sebelum dituang ke dalam
cetakan, cetakan dilapisi dengan parrafin liquid terlebih dahulu. Basis yang telah
meleleh dituang ke cetakan dan dibiarkan pada suhu ruang hingga mengeras.
2. Kompresi untuk obat yang tidak tahan panas dan tidak larut dalam basis
Dibuat dengan menekan masa campuran obat ditambah basis dalam cetakan
khusus menggunakan alat.
3. Digulung dan dibentuk dengan tangan
Dilakukan dengan menggulung basis suppositoria yang telah bercampur dengan
zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki.

187
JURNAL PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
PERTEMUAN XV
Tanggal Praktik :
Praktik : Sediaan Suppositoria

I. RESEP

dr. Rahayu
Berat masing-masing
Candra Praktek suppositoria adalah 3 g,
diminta membuat 10
Umum buah suppositoria.
SIP : KP 316.198.DIKES.2016
Mengartikan Singkatan
Praktek : Jl. Badak No 56, Denpasar, Bali Bahasa Latin:
Telp. 0361-223408
Denpasar,

R/ Paracetamol 250 mg
Ol. Cacao 94%
Cera alba 6%
m.f.supp
s.u.e

Pro : Tn Anton
Usia : 35 tahun
Alamat : Jl Seroja No 5

188
II. KARAKTERISTIK BAHAN (Pustaka dan halaman)

189
III. PERHITUNGAN DOSIS

190
IV. PERHITUNGAN BAHAN

V. LANGKAH KERJA/PROSEDUR PENGERJAAN

191
VI. WADAH

192
VII. ETIKET DAN LABEL

VIII. SALINAN RESEP (Copy Resep)

Denpasar, ..........................................
Dosen Pembimbing

(…………………………………………………………………)

193
DAFTAR PUSTAKA

1. Anief, M., 2008, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
2. Allen, L. and Ansel, H.C., 2013. Ansel's pharmaceutical dosage forms and drug
delivery systems. Lippincott Williams & Wilkins.
3. Departemen Kesehatan RI, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Departemen
Kesehatan RI
4. Indeks Spesialite Obat (ISO)
5. Langley and Belcher, 2008, Fast Track: Pharmaceutical Compounding and Dispensing,
Pharmaceutical Press, London
6. MIMS
7. Murtini, G., Elisa, Y., 2018, Teknologi Sediaan Solid, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

8. Suprapti, T., 2016, Praktikum Farmasetika Dasar, Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta
9. Syamsuni H.A., 2007, Ilmu Resep, EGC, Jakarta
10. Taylor, K.M. and Aulton, M.E. eds., 2017. Aulton's pharmaceutics E-Book: The
design and manufacture of medicines. Elsevier Health Sciences.

194
LAMPIRAN 1

DAFTAR DOSIS MAKSIMAL MENURUT FARMAKOPE INDONESIA

NAMA ZAT PER 1 X (mg) 1 H (mg) SUMBER


Acetarsolum oral 250 1000 EFI
Acidum Acetylsalicylicum oral 1000 8000 FI 3
Acidum Acetylsalicylicum rektal 1000 8000 FI 3
Acidum Aethacrynicum oral 400 EFI
Acidum Nicotinicum oral 200 800 FI 3
Aconiti tct oral 250 750 FI 1 vol 1
Aethinylestradiol oral 0,3 0,3 FI 3
Aethylmorphin HCl oral 30 100 FI 3
Allobarbital oral 300 600 EFI
Aloe oral 300 1000 EFI
Aloe ext oral 200 600 EFI
Aloes aquosum ext oral 1500 FI 1 vol 1
Amidopyrin oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Aminophenazon oral 500 1500 FI 2
Aminophyllinum oral, rektal 500 1500 FI 3
Amitripthylini HCl oral 30 300 FI 3
Ammonii Bromidum oral 1000 3000 FI 3
Ammonii Chloridum oral 10000 FI 3
Amobarbital oral 500 1000 EFI
Amobarbital Na sk, iv, im, rektal 250 750 EFI
Amphetamini sulfat oral 20 40 FI 3
Ampicillinum oral 4000 FI 3
Ampicillinum trihydras oral 4000 FI 3
Amylis Nitris inhalasi 200 1000 EFI
Antimonii Kalii Tartras oral 100 300 EFI
Antipyrin oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Antipyrin cum Coffein et Ac.Citric oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Antipyrin salicylas oral 2000 6000 FI 1 vol 1
Apomorphini HCl oral FI 3
Aprobarbital oral 300 600 EFI
Aqua Laurocerasi artificialis oral 2000 10000 FI 1 vol 1
Arseni trioksid oral 5 15 EFI
Atropini sulfat oral, sk 1 3 FI 3
Barbitalum oral 1000 1000 FI 3
Barbitalum Natricum oral, im 1000 1000 FI 3
Belladon tct oral 2000 4000 FI 3
Belladonnae ext oral 20 80 FI 3
Belladonnae Herba oral 250 500 FI 3
Benzhexolii HCl oral 15 EFI
Betamethason oral 8,4 EFI
Biperiden lactas im 8 EFI
Bisacodyl oral 30 FI 3
Bromevalum oral 1500 3000 FI 2
Bromisovalum oral 1500 3000 FI 1 vol 1

195
NAMA ZAT PER 1 X (mg) 1 H (mg) SUMBER
Bromoform oral 500 1500 FI 1 vol 1
Buformini HCl oral 300 FI 2
Busulphan oral 6 6 EFI
Butobarbital oral 300 600 EFI
Calcii Bromidum oral 1250 3750 EFI
Calcii Chloridum oral 2000 8000 FI 3
Calcii Lactas oral 15000 FI 3
Calcii pantothenat oral 50 EFI
Camphora monobromata oral 250 1000 FI 1 vol 1
Cantharis oral 25 100 EFI
Carbachol oral 4 6 EFI
Carbachol sk 0,5 1 EFI
Carbamazepin oral 1200 FI 3
Carbarzonum oral 250 500 FI 3
Carbinoxamin maleat oral 8 EFI
Carbromalum oral 1000 3000 EFI
Carcacholum oral 4 FI 1 vol 1
Carcacholum sk 0,5 FI 1 vol 1
Cephalexin oral 1000 4000 FI 3
Chloral hydrat oral, rektal 2000 8000 FI 3
Chlordiazepoxide oral 100 FI 3
Chlordiazepoxide HCl oral 100 FI 3
Chlorotrianisenum oral 50 EFI
Chlorpheniramin maleat oral 40 FI 3
Chlorpromazin HCl oral 250 1000 FI 3
Chlorpropamidum oral 750 FI 3
Cocain HCl oral 60 300 FI 2
Cochici tct oral 1000 5000 FI 1 vol 1
Codein HCl oral 60 300 FI 3
Codein phosphas oral 60 300 FI 3
Codeinum oral 90 270 FI 1 vol 1
Coffein oral 500 1500 FI 3
Coffein citras oral 1000 3000 FI 3
Coffein natrii benzoat oral, sk 1000 3000 EFI
Coffein natrii salicylat oral, sk 1000 3000 EFI
Colchicinum oral 2 6 FI 1 vol 2
Colocynthidis ext oral 150 FI 1 vol 1
Cortison asetat oral 150 400 FI 3
Cotarnin Chloridum oral 100 300 FI 1 vol 1
Cyclobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1
Cyproheptadin HCl oral 20 FI 3
Dapson oral 400 seminggu 2x FI 3
Dexamethason natrii phosphas im, iv 50 EFI
Dexamphetamin sulfat oral 20 40 FI 3
Dextromoramid tartras oral, im, rektal 20 20 EFI
Dextromoramin bitartras oral, im, rektal 20 20 FI 2
Dextropropoxyphen HCl oral 300 EFI
Diaethylstilboestrolum oral 25 FI 3
Diazepam oral 40 FI 3

196
NAMA ZAT PER 1 X (mg) 1 H (mg) SUMBER
Dichlorophenamid oral 300 EFI
Dicyclomin HCl oral 30 120 FI 3
Dienestrolum oral 1500 EFI
Digitalis Folium oral 1000 FI 3
Digitalis injectio oral 5 ml 5 ml FI 1 vol 1
Digitalis sol oral 3000 10000 FI 1 vol 1
Digitalis Tct oral 6000 FI 3
Digitoxin oral 0,5 1 FI 3
Digoxin oral 1,5 2 FI 3
Dihydralazin sulfas oral 300 FI 2
Diiodohydroxyquinolinum oral 1000 2000 FI 3
Dimercaprolum im 300 1500 FI 1 vol 2
Diphenhidramin HCl oral 100 250 FI 3
Diphenhidramin teoclas oral 100 250 FI 3
Doxycyclin oral 100 600 FI 3
Doxycyclin HCl oral 100 600 FI 3
Emetin HCl sk 100 100 FI 2
Ephedrin oral 40 120 EFI
Ephedrin HCl oral 50 150 FI 3
Ephedrin sulfas oral 50 150 EFI
Ephedrin sulfas sk 40 120 EFI
Epinephrin sk 1 4 FI 1 vol 1
Epinephrin bitartras sublingual 1 5 EFI
Ergometrin Maleat oral 1 3 FI 3
Ergometrin Maleat im, iv 0,5 1,5 FI 2
Ergometrin Maleat sk 0,5 1,5 FI 2
Ergotamin tartras oral 2 6 FI 3
Erophonii Chloridum iv 30 30 EFI
Erythromycin oral 500 4000 FI 3
Erythromycin stearat oral 0,5 FI 3
Fibrinogen oral 8000 EFI
Filicis aethereum ext oral 8000 8000 FI 1 vol 1
Flourouracilum iv 1000 EFI
Fluphenazin HCl oral 0,5 6 FI 3
Glycerilis trinitras oral 0,25 1 FI 1 vol 2
Glycerylis trinitratis sol sublingual 2 20 FI 3
Griseovulvin oral 1000 FI 3
Haloperidol oral 15 EFI
Heptobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1
Hexamin oral 1000 4000 FI 3
Hexamin maleat oral 1000 4000 EFI
Hexobarbital oral 2000 FI 1 vol 1
Hexylresorcinol oral 1000 1000 EFI
Histamin phosphas sk 1 2 EFI
Homatropin HCl oral 1 3 FI 3
Hydralazin HCl oral 200 FI 3
Hydrargyri Chloridum ophtalmic <> FI 1 vol 1
Hydrargyri Iodidum rubrum oral 5 20 FI 1 vol 1
Hydrastidis ext oral 1000 4000 FI 1 vol 1

197
NAMA ZAT PER 1 X (mg) 1 H (mg) SUMBER
Hydrochlorthiazid oral 100 200 FI 3
Hydrocodoni bitartras oral 20 60 EFI
Hydrocodoni bitartras sk 15 45 EFI
Hydrocodoni HCl sk 15 45 FI 1 vol 1
Hydrocortison oral 100 200 FI 2
Hydrocortison acetas intraartikuler 100 200 FI 3
Hydromorphin HCl oral, sk 5 15 FI 3
Hyoscyami Ext oral 125 500 FI 3
Hyoscyami Herba oral 400 1200 FI 3
Hyoscyni HBr oral 1 3 EFI
Hyoscyni HBr sk 0,5 1 EFI
Hyoscyni KBr oral 1 3 FI 3
Hyoscyni KBr sk 0,5 1 FI 3
Hyoscyni Methylbromid oral 5 15 EFI
Imipramin HCl oral 300 FI 3
Indomethacin oral 200 FI 3
Ipecacuanhae Tct oral 25000 25000 FI 1 vol 2
Ipececuanhae Pulv/Radix oral 2000 2000 FI 3
Isoniazid oral 10/kg FI 3
Isoprenalin HCl oral 15 60 FI 3
Isoprenalin HCl sublingual 15 60 FI 3
Isoprenalin HCl inhalasi 10 30 FI 3
Isoprenalin sulfat oral, 15 60 EFI
Isoprenalin sulfat sublingual 15 60 EFI
Isoprenalin sulfat inhalasi 15 60 EFI
Kalii Arsenitis sol oral 100 500 EFI
Kalii benzylpenicillin oral 2 juta UI FI 3
Kalii Bromidum oral 2000 6000 FI 2
Kalii Iodidum oral 2000 6000 FI 2
Kalii sulfaguaiacolat oral 1000 3000 FI 3
Kreosot oral 500 1500 FI 1 vol 1
Kreosot Karbonas oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Lanatosid C oral 1 1 FI 1 vol 2
Levodopa oral 8000 FI 3
Levomepromazin oral, rektal 800 FI 2
Lobelin HCl sk 20 50 EFI
Lobelin HCl iv 6 20 EFI
Menadion oral 2 10 FI 1 vol 2
Mepacrin HCl oral 200 1000 EFI
Mepenzolii Bromidum oral 50 EFI
Meprobamatum oral 800 2400 FI 3
Mepyrami maleat oral 50 200 FI 3
Mersalyl im 200 200 EFI
Methadon HCl oral 15 45 FI 3
Methanthelini Bromidum oral 100 EFI
Methimazol oral 60 EFI
Methotrexatum oral, im, iv 10 FI 3
Methylamphetamin HCl oral 20 40 FI 2
Methylphenobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1

198
NAMA ZAT PER 1 X (mg) 1 H (mg) SUMBER
Methylthiouracilum oral 200 600 EFI
Metoilasin HCl oral 8 32 FI 3
Minocyclin Hcl oral 300 FI 3
Morphin HCl oral, sk 20 50 FI 3
Morphin sulfat oral 20 50 FI 1 vol 2
Nalorphin HCl oral FI 3
Naphtolum obat luar 500 1000 FI 1 vol 1
Natrii Arsenas oral 10 30 FI 1 vol 1
Natrii Bromidum oral 2000 6000 FI 3
Natrii Cacodylas oral, sk 100 200 FI 1 vol 1
Natrii Citrat iv 80/kg FI 3
Natrii Cloxacilin oral, im, iv 6000 EFI
Natrii Dioctysulfasuccinat oral 500 FI 3
Natrii Iodidum oral 2000 6000 EFI
Natrii Levothyroxin oral 1 ml FI 3
Natrii Methicillin im 8000 EFI
Natrii Methicillin iv 16000 EFI
Natrii Methylarsonas oral, sk 100 200 EFI
Natrii Nafcillin oral, im, iv 1500 6000 EFI
Natrii Oxacillin oral, im, iv 3000 12000 EFI
Natrii Paraminosalicylat oral 15000 FI 3
Natrii Salicylat oral 2000 18000 FI 3
Natrii Sulfobromphtalein iv 2/kg 5/kg FI 3
Neoarsphenamin iv 900 900 EFI
Neoarsphenazin iv 500 500 FI 1 vol 1
Neomycin sulfat im 5/kg 15/kg FI 3
Neomycin sulfat iv 15/kg 30/kg FI 3
Neostigmin Bromidum oral 30 90 FI 3
Neostigmin Methylsulfa iv 5 FI 3
Neostigmin Methylsulfa im, sk 5 FI 3
Nicethamid oral, sk, im, iv 500 2000 FI 3
Nicotinamid oral 500 1000 FI 3
Nitrofurantoin oral 300 600 FI 3
Nitroglycerin Spirituosa sol oromucosal 100 1000 FI 1 vol 1
Noraethysteron oral 40 FI 3
Noscapinum oral 60 250 EFI
Oleum Chenopodii oral 500 1500 FI 1 vol 1
Opialum oral 45 150 FI 1 vol 1
Opialum sk 30 150 FI 1 vol 1
Opii aquosum ext oral 100 300 FI 1 vol 1
Opii ext oral 100 250 FI 3
Opii pulv oral 200 500 FI 3
Opii Pulvis Compositum oral 1500 5000 FI 3
Opii tct oral 1500 5000 FI 3
Opii Tct Aromatica oral 2000 5000 FI 3
Opium oral 150 500 FI 3
Opium Concentratum oral 45 150 FI 1 vol 1
Opium Concentratum sk 30 150 FI 1 vol 1
Ouabain ?? iv 0,5 1 EFI

199
NAMA ZAT PER 1 X (mg) 1 H (mg) SUMBER
Oxyphenisatin acetas oral 25 50 EFI
Papaverin Hcl oral 200 600 FI 3
Pentetrazolum sk, im, iv 200 500 FI 3
Pentobarbital oral, iv 500 1000 EFI
Petidin HCl oral 200 600 FI 3
Petidin HCl sk, im 200 600 FI 3
Petidin HCl rektal 200 600 FI 3
Phenacetin oral 500 1500 FI 3
Phenazon oral 1000 4000 FI 2
Phenobarbital oral 300 600 FI 3
Phenobarbital Na oral 300 600 FI 3
Phenol oral 100 300 FI 1 vol 2
Phenoxymethylpenicillin oral 500 1500 EFI
Phenyl salicylas oral 1000 5000 EFI
Phenylbutazon oral 200 600 FI 3
Phenylephrin HCl sk 10 FI 3
Phenylephrin HCl oral 25 75 EFI
Phenylephrin HCl iv 0,5 EFI
Phenytoin oral 400 800 FI 3
Phenytoin Na oral 400 800 FI 3
Phenytoin Na iv 50 800 FI 3
Pholcodin oral, rektal 60 120 EFI
Physostigmin salicylas oral 1 3 FI 3
Physostigmin sulfat oral 2,5 FI 1 vol 2
Picrotoxin iv 3 6 EFI
Pilocarpin HCl oral 20 50 FI 3
Pilocarpin Nitras lokal 20 50 EFI
Pilocarpin Nitrat oral 20 50 FI 3
Piperazin adipas oral 4500 4500 EFI
Piperazin phospat oral 4500 4500 EFI
Pituitari posterius oral 20 60 EFI
Podophylli resina oral 50 100 EFI
Podophylli rhizoma oral 1250 2500 EFI
Prednisolon asetas oral 100 EFI
Prednisolon Natrii phospat im, iv 100 EFI
Prednisolon pivalas intraartikuler 100 EFI
Prednison asetas oral 100 EFI
Primaquin diphosphas oral 30 50 FI 3
Primidonum oral 30 50 FI 3
Procain benzilpenicillin im 300.000-1.200.000 UI FI 3
Procain HCl sk 250 250 FI 1 vol 1
Procain HCl intrathecal 150 150 FI 1 vol 1
Procain HCl anestesi infiltrasi 500 500 FI 1 vol 1
Promethazin HCl oral 50 150 FI 3
Promethazin HCl im, iv 50 150 FI 3
Promethazin Teoclas oral 50 150 EFI
Propanolol HCl oral 320 FI 3
Propanthelin Bromidum oral 30 150 EFI
Propoxyphen HCl oral 520 FI 3

200
NAMA ZAT PER 1 X (mg) 1 H (mg) SUMBER
Propylthiouracilum oral 250 600 FI 3
Pulv Bellad Herba standard oral 150 500 FI 1 vol 2
Pulv Hyoscyami Herba 0,05 % oral 500 1500 FI 1 vol 2
Pulv Stramonii Herba 0,25 % oral 250 1000 FI 1 vol 2
Pulv Strychni Seminis standard oral 100 300 FI 1 vol 2
Pyridostigmin Bromidum oral 180 450 FI 3
Quinidin HCl oral 500 2000 FI 2
Quinidin sulfat oral 1000 3000 FI 3
Quinin bisulfat oral 500 2000 EFI
Quinin HCl oral 500 2000 FI 3
Quinin sulfat oral 500 2000 FI 3
Quiniophon oral 750 EFI
Reserpin oral 1 5 FI 3
Salicylamid oral 1000 8000 FI 3
Santonin oral 100 300 FI 2
Secale Cornuti tct oral 10000 30000 FI 1 vol 1
Secale Cornutum oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Secale Cornutum desoleatum oral 650 2000 FI 1 vol 1
Secalis cornuti ext oral 1000 3000 FI 3
Secalis cornuti pulv oral 650 2000 FI 3
Spironolakton oral 50 400 FI 3
Stibii et Natrii tartras iv 120 200 FI 1 vol 2
Stramonii pulvis oral 250 1000 EFI
Strophanti tct oral 500 1500 FI 1 vol 2
Strychni ext oral 50 100 FI 1 vol 1
Strychni tct oral 4000 8000 FI 1 vol 1
Strychnin nitrat oral, sk 5 10 FI 3
Sulfadiazin oral 2000 8000 FI 3
Sulfarsphenamin im 500 500 FI 1 vol 1
Teobromin oral 1000 4000 EFI
Teobromin Na et Na.Salicylas oral 2000 4000 FI 1 vol 1
Tetrachloramethylen oral 5000 5000 EFI
Theophyllin oral, rektal 500 1000 FI 3
Thiabendazol oral 1500 3000 EFI
Thiopropazati HCl oral 30 100 EFI
Thyroid oral 150 300 FI 3
Tripelenamin HCl oral 150 450 FI 3
Urethanum oral 1000 6000 EFI
Viomycin sulfat Im 2 mega UI EFI

201

Anda mungkin juga menyukai