Anda di halaman 1dari 14

SALEP

BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Kehidupan anak kost diwarnai beberapa hal baru bagi pelakunya. Dimana hal-hal baru
tersebut bisa berupa pengalaman maupun masalah. Saat ini banyak anak kost yang rentan
terjangkit penyakit. Penyakit yang diderita bermacam-macam, mulai dari penyakit ringan
hingga penyakit berat. Contoh penyakit ringan yang diderita yaitu penyakit kulit.
Penyakit kulit dapat diderita mulai dari kalangan bawah, menengah, hingga kalangan
atas. contoh penyakit kulit yang sering terjadi adalah bisul. Bisul atau bisulan adalah
suatu peradangan kulit yang mengenai folikel rambut atau bagian akar rambut yang
disebabkan oleh infeksi dari bakteri staphylococcus aureus.(dr.Elfriadi, 2015). Untuk
mengatasi penyakit tersebut bisa digunakan antibiotik, karena penyakit tersebut
disebabkan oleh bakteri.
Antibiotik adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat menghambat
atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Dalam hal ini, antibiotik yang akan
digunakan adalah ichtyol. Ichtyol adalah cairan kental berwarna coklat-hitam dengan bau
khas. Ichtyol bekerja bakteriostatis lemah, juga antiradang dan anti-gatal. Zat ini masih
banyak digunakan dalam salep (10%-15% dalam vaselin) untuk mempercepat masak dan
pecahnya bisul. (Obat-Obat Penting, 253)
Sediaan obat yang sering digunakan untuk pengobatan topikal seperti penyakit kulit
adalah bentuk sediaan setengah padat. Sediaan obat setengah padat banyak diminati oleh
pasien penyakit kulit kerena memiliki kelebihan seperti dari cara pemakaiannya yang
mudah yaitu cukup dioleskan pada daerah yang sakit atau yang ingin diobati. Jika
ditinjau dari karakteristik zat aktif ichtyol yang berwarna coklat kehitaman, mengandung
minyak dan vaselin sebagai basisnya, maka zat aktif tersebut cocok dibuat sediaan salep
sebagai obat bisul. Salep adalah sediaan berupa massa lembek mudah dioleskan,
umumnya berlemak dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk
melindungi atau melemaskan kulit (Formularium Nasional 1978).
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan portofolio adalah mampu membuat sediaan salep
menggunakan zat aktif ichtyol dengan baik dan benar sehingga mampu diaplikasikan
dengan baik saat melakukan praktikum.

1.2.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari pembuatan portofolio ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui proses dan mampu melakukan pembuatan formulasi sediaan salep
dengan zat aktif ichtyol untuk mengatasi penyakit bisul.
b. Mengetahui proses dan mampu melakukan pembuatan praformulasi sediaan salep
dengan zat aktif ichyol untuk mengatasi masalah bisul.
c. Mengetahui dan mampu melakukan evaluasi sediaan salep dengan zat aktif
ichtyol.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan portofolio ini adalah sebagai berikut:


a. Manfaat bagi Masyarakat
Manfaat untuk masyarakat adalah masyarakat memiliki alternatif pilihan obat dalam
bentuk salep terutama untuk mengobati masalah bisul.
b. Manfaat bagi Mahasiswa
Manfaat untuk mahasiswa adalah menambah pengetahuan mahasiswa dalam pembuatan
sediaan salep.
c. Manfaat bagi Institusi
Manfaat bagi institusi adalah institusi semakin dikenal oleh masyarakat karena memiliki
mahasiswa yang memiliki kompetensi tinggi pada bidangnya..
d. Manfaat bagi industri
Manfaat bagi industri adalah dapat mengembangkan dan memproduksi sediaan salep
untuk penyakit bisul.
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan Penyakit


Bisul adalah radang pada daerah folikel rambut kulit dan sekitarnya. Penyebab
tersering adalah bakteri, biasanya staphylococcus aureus. Karena itu, bisul dapat juga
diartikan sebagai infeksi lokal pada kulit dalam. Awalnya hanya folikel rambut yang
terinfeksi. Tetapi karena adanya gesekan, iritasi, dan kurang bersihnya perawatan tubuh,
infeksi tersebut dapat menyebar ke jaringan sekitarnya dan menjadi bisul. (dr Ida Yuliati
MHKes, 2017)
Bisul biasanya berawal dari benjolan merah dan lunak di daerah kulit, yang lama-
kelamaan akan menjadi lebih keras. Kemudian di tengah benjolan tersebut akan terbentuk
puncak berwarna putih yang akan memecah. Namun ada kalanya bisul harus
mendapatkan proses pembedahan minor, untuk mengeluarkan cairan yang disebut nanah.
(dr Ida Yuliati MHKes, 2017)
Cairan nanah yang ada dalam bisul pada dasarnya merupakan sel darah putih. Nanah
terbentuk dari mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan bakteri yang menginfeksi
daerah kulit yang terjadi bisul. (dr Ida Yuliati MHKes, 2017)
Bisul juga dapat disebabkan tersumbatnya kelenjar minyak, yang kemudian terinfeksi.
Bisul seperti itu dinamakan akne kista, biasanya terjadi di kulit wajah para remaja. Ada
juga bisul yang disebut hidradenitis suppurativa yang disebabkan radang lokal kelenjar
keringat. (dr Ida Yuliati MHKes, 2017)

2.2. Tinjauan Zat Aktif


Ichtammolum/ ichtyol/ ikhtamol (Buku Obat-Obat Penting hal 253)
Ichtyol adalah cairan kental berwarna coklat-hitam dengan bau khas dan diperoleh
dari batu bituminus yang mengandung sisa-sisa ikan dari jaman purbakala (Yun. Ichtys =
ikan, Latin: oleum = minyak). Susunannya tidak menentu, mengandung lebih kurang
10% belerang sebagai amoniumsulfat dan sulfonat. Ichtyol bekerja bakteriostatis
lemah, juga antiradang dan anti-gatal. Zat ini masih banyak digunakan dalam salep
(10%-15% dalam vaselin) untuk mempercepat masak dan pecahnya bisul. (Buku Obat-
Obat Penting hal 253)
Ichtyol inkompatibel dengan alkohol. (Martindael hal. 1599)
2.3.Tinjauan Sediaan
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
(F.I.ed.III).
Salep adalah sediaan setengah padat, ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. (FI ed. IV).
Salep adalah sediaan berupa massa lembek mudah dioleskan, umumnya berlemak dan
mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit
(Formularium Nasional 1978).

2.4. Fungsi Salep


Beberapa fungsi salep, antara lain:
a. Sebagai bahan pembawa obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas pada kulit
c. Sebagai bahan pelindung untuk kulit, yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan
larutan berair dan rangsang kulit

2.5. Macam-macam Salep


a. Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :
1. Unguenta : salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega. Tidak mencair pada
suhu kamar tetapi mudah dioleskan tanpa tenaga.
2. Cream : salep yang mengandung air, mudah diserap kulit, dapat dicuci dengan air.
3. Pasta : salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
4. Cerata : salep berlemak yang mengadung prosentase lilin yang tinggi, sehingga
konsistensinya lebih keras.
b. Menurut efek terapinya, salep dibagi menjadi :
1. Salep epidermik (salep penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit da
menghasilkan efek local, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Dasar salep yang yang
terbaik adalah senyawa hidrokarbon, seperti vaselin.
2. Salep endodermik
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit dan
terabsorbsi sebagian. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak, seperti adeps lanae.
3. Salep diadermik (salep serap)
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek
yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya. Dasar salep yang baik adalah adeps
lanae dan oleum cacao.
c. Menurut dasar salepnya, salep dibagi menjadi :
1. Salep hidrofobik
Salep-salep dengan bahan dasar lemak, misalnya : campuran dari lemak-lemak,
minyak lemak, malam yang tak tercuci dengan air.
2. Salep hidrofilik
Salep yang kuat menarik menarik air, biasanya dasar salpe tipe minyak dalam air
seperti dasar hidrofobik tetapi konsistensinya lebih lembek, kemungkinan juga tipe
minyak dalam air antara lain campuran sterol dan petrolatum.

2.6. Kekurangan dan Kelebihan Salep


Kelebihan Salep
 Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
 Sebagai bahan pelumas pada kulit.
 Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit.
 Sebagai obat luar

Kekurangan Salep
 Berdasarkan basis :
1. Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci ga
sulit di bersihkan dari permukaan kulit.
2. Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan
bahan kurang stabil dengan adanya air
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .
2.7.Dasar salep
Dasar salep adalah zat atau bagian dari salep yang bertindak/digunakan sebagai pembawa
untuk obat. Sebenarnya dasar salep dapat dikatakan sebagai salep yang tidak mengandung
obat di dalamnya. Dasar salep yang ideal :
a. tidak mengiritasi
b. mudah dibersihkan
c. tidak mengotori
d. stabil
e. tidak tergantung PH
f. tersatukan dg zat aktif
g. tidak memperlambat penyembuhan
h. tidak berminyak
i. bereaksi netral
j. memberikan pelepasan zat aktif yang efisien

Pertimbangan Pemilihan Basis


a. Laju pelepasan bahan obat yang diharapkan dari dasar salep.
b. Kelayakan melindungi kulit.
c. Diinginkannya peningkatan absorbsi obat.
d.Kestabilan obat dalam basis.
e. Pengaruh obat terhadap basis itu sendiri.

Dasar salep dapat digolongkan ke dalam 4 kelompok:


1. Dasar salep hidrokarbon
a. sering digunakan sebagai emolien,
b. sulit dicuci dengan air sehingga kontak obat dengan kulit lebih lama,
c. daya adsorbsi air rendah sehigga cocok untuk luka kering.
Contoh : vaselin album, vaselin putih,vaselin kuning, campuran vaselin dengan malam
putih, malam kuning, paraffin encer, paraffin padat
2. Dasar salep serap (absorbsi) yaitu
a. hidrofil (suka air),
b. dapat menyerap air sehigga cocok untuk bahan obat yg larut & stabil dlm air,
c. cocok untuk emolien.
Contoh :adeps lanae, Hydrophilic petrolatum, unguentum simplex yaitu campuran 30
bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
a. basis emulsi m/a sehingga dapat bercampur air,
b. mudah dicuci,
c. dapat Absorpsi Eksudat luka,
d.cocok untuk luka basah,
e. Obat dengan basis ini terabsorpsi baik , sering untuk kosmetik.
Contoh : Vanishing cream, hydrophilic ointment.
4. Dasar salep yang larut dalam air
a. Zat aktif bersifat higroskopis,anhidrat,
b. bercampur dengan eksudat,mudah dicuci air,
c. Terabsorbsi baik di kulit.
Contoh : PEG atau campuran PEG seperti tragacant, P.G.A

2.8. Peraturan Pembuatan Salep


Menurut F. Van Duin :
1. Peraturan salep pertama : zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak,
dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.
2. Peraturan salep kedua : bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada
peraturan-peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu ke dalam air, asalkan air yang
digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah yang dipakai
dikurangi dari basis.
3. Peraturan salep ketiga : bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat
larut dalam lemak dan air harus diserbuk lebih dahulu, kemudian diayak
dengan pengayak No.60
4. Peraturan salep keempat : salep-salep yang dibuat dengan jalan dicairkan,
campuranya harus digerus sampai dingin.

2.9. Syarat Salep


Beberapa syarat salep, antara lain:
a. homogen
b. bersifat plastis
c. memiliki struktur gel
d. ikatan pembetukan struktur gel berupa ikatan Van Der Walls
e. harus memiliki aliran tiksotropik.

2.10. Metode Pembuatan Salep


Ada 2 metode pembuatan salep yaitu :
1. Metode pencampuran
Dalam metode ini, komponen dari salep dicampur bersama-sama sampai homogen.
Untuk skala kecil biasanya dibuat dalam lumping
2. Metode peleburan
Pada metode ini semua komponen salep dicampur dan dilebur bersama-sama,
kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran
yang sudah mengental tadi dan diaduk. Untuk bahan-bahan yang mudah menguap
ditambahkan terakhir bila temperatur campuran sudah cukup rendah (tidak
menyebabkan penguapan dari bahan yang mudah menguap tadi).

2.11. Evaluasi sediaan


1. Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus
menunjukkan susunan yang homogen.
2. Daya serap air
Daya serap air, diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk mengkarakterisasi
basis absorpsi. Bilanagn air dirumuskan sebagai jumlah air maksimal (g), yang
mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu tertentu (umumnya 15-20°) secara
terus menerus atau dalam jangka waktu terbatas (umumnya 24 jam), dimana air
tersebut digabungkan secara manual. Evaluasi kuantitatif dari jumlah air yang diserap
dilakukan melalui perbedaan bobot penimbangan (system mengandung air – sitem
bebas air ) atau dengan penentuan kandungan air yang akan diuraikan nanti. Daya
serap air akan berubah, jika larutan turut digabungkan didalamnya. Dapat
menurunkan bilangan airnya.
3. Kandungan air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dari salep.
Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Kandungan air digunakan ukuran
kehilangan masa maksimal (%) yang dihitung pada saat pengeringan disuhu tertentu
(umumnya 100 - 110°C) cara tersebut merupaka metode konvensional. Cara ini tidak
dapat digunakan, jika bahan obat atau bahan pembantu ada yang mngenguap (minyak
atsiri, fenol dan sebagainya).
4. Konsistensi
Konsistensi bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan hanya sebuah
cara, untuk mengkarakterisasikan sifat berulang, seperti sifat lunak dari sediaan
sejenis salep atau mentega, melalui sebuah angka ukur. Untuk memperoleh
konsistensi dapat digunakan metode berikut, penetrometer
5. Penyebaran
Penyebaran salep diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit.
Penentuanya dilakukan dengan extensometer.
6. Ukuran partikel
Umumnya farmakope tidak mensyaratkan pengujian ukuran partikel dalam salep
suspensi, melainkan hanya membatasi penggunaan serbuk halus atau serbuk yang
sangat halus. Pada salep mata suspense harus diperhitungkan adanya persyaratan yang
lebih ketat, meskipun berbagai farmakope melakukan pembatasan tapi syaratnya
berbeda-beda.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Formulasi Salep


3.1.1 Salep Antiseptikum Bisul
Formula Standart (FMS ; Hal 105)
Ichtiol 10 gram
Vaselin Flav ad 100 gram
Formula Rancangan
Ichtiol 1 gram
Nipasol 0.3%
Vaselin Flav ad 10 gram

Monografi :

1. Ikhtiol (Farmakope Indonesia IV : 451)


Pemerian : cairan kental, coklat kemerahan hingga hitam kecoklatan ; berbau
khas, kuat
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan gliserin, dan dengan minyak
lemak dan lemak, sebagian larut dalam etanol dan dalam eter.
Konsentrasi dalam vaselin : 10-15% / 1-2 %
Khasiat : antiseptik (bisul)
2. Nipasol
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P,
dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Khasiat : Bahan pengawet
Konsentrasi : 0.01% - 0.6% (HPE, 596)
3. Vaselin flavum / Vaselin Kuning (Farmakope Indonesia IV : 823)
Pemerian : masa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah; berflouresensi
sangat lemah walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis transparan. Tidak
atau hampir tidak berbau dan berasa.
Kelarutan : tidak larut air, mudah larut dalam benzena, dalam disulfida, dalam
kloroform, dan dalam minyak terpentin; larut dalam eter, dalam heksana, dan
umumnya dalam minyak lemak dan minyak atsiri ; praktis tidak larut dalam etanol
panas dan dalam etanol mutlak dingin.
Konsentrasi : lebih dari sama dengan 100 %
Khasiat : zat tambahan ; dasar salep hidrokarbon

Perhitungan Bahan :

10
Ichtiol 10 % = × 10 𝑔 = 1 𝑔
100

0.3
Nipasol =100 × 10 𝑔 = 0.03 𝑔

Vaselin flavum ad 10 g . = 10 g – (1 g + 0.03 g) = 8.97 g


3.2 Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan :
a. Mortir dan stemper
b. Batang pengaduk
c. Gelas ukur
d. Penara
e. Anak timbangan
f. Perkamen
g. Sendok tanduk
h. Pot salep
i. Sudip
Bahan yang dibutuhkan :
a. Ichtyol
b. Nipasol
c. Vaselin flavum

3.3 Prosedur Pembuatan


1) Siapkan semua alat dan bahan
2) Masukkan sebagian vaselin flavum kedalam mortir, lalu taburkan nipasol, digerus
sampai homogen.
3) Lalu tambahkan ichtyol dan sisa vaselin flavum kedalam mortir, digerus sampai
homogen.
4) Masukkan kedalam pot salep.
3.4 Prosedur Evaluasi
1. Daya Menyerap Air
Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk
mengkarakterisasikan basis absorpsi. Bilangan air dirumuskan sebagai jumlah air
maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu tertentu
(umumnya 15-20o C) secara terus-menerus atau dalam jangka waktu terbatas
(umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual.
2. Kandungan Air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air dalam salep.
a. Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Sebagai kandungan air digunakan
ukuran kehilangan massa maksimum (%) yang dihitung pada saat pengeringan
disuhu tertentu (umumnya 100-110oC).
b. Cara penyulingan. Prinsip metode ini terletak pada penyulingan menggunakan
bahan pelarut menguap yang tidak dapat bercampur dengan air. Dalam hal ini
digunakan trikloretan, toluen, atau silen yang disuling sebagai campuran
azeotrop dengan air.
c. Cara titrasi menurut Karl Fischer. Penentuannya berdasarkan atas perubahan
Belerang Oksida dan Iod serta air dengan adanya piridin dan metanol menurut
persamaan reaksi berikut:
I2 + SO2 + CH3OH + H2O -> 2 HI + CH3HSO4
Adanya pirin akan menangkap asam yang terbentuk dan memungkinkan
terjadinya reaksi secara kuantitatif.Untuk menghitung kandungan air
digunakan formula berikut :
% Air = f . 100 (a-b) P

f = harga aktif dari larutan standar (mg air/ml),


a = larutan standar yang dibutuhkan (ml),
b = larutan standar yang diperlukan dalam penelitian blanko (ml),
P = penimbangan zat (mg)
3. Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, seperti sifat
lunak dari setiap sejenis salap atau mentega, melalui sebuah angka ukur. Untuk
memperoleh konsistensi dapat digunakan metode sebagai berikut:
a. Metode penetrometer.
b. Penentuan batas mengalir praktis
4. Penyebaran
Penyebaran salap diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada kulit.
Penentuannya dilakukan dengan menggunakan entensometer.
5. Termoresistensi
Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk mempertimbangkan daya
simpan salep di daerah dengan perubahan iklim (tropen) terjadi secara nyata dan
terus-menerus.
6. Ukuran Partikel
Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak
dipakai dalam industri bahan pewarna. Metode tersebut hanya menghasilkan harga
pendekatan, yang tidak sesuai dengan harga yang diperoleh dari cara mikroskopik,
akan tetapi setelah dilakukan peneraan yang tepat, metode tersebut daat menjadi
metode rutin yang baik dan cepat pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai