“Metil Salisilat”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 2
PENDAHULUAN
Dalam pembuatan obat ada beberapa sediaan obat yang akan dibuat atau diracik salah
satunya salep. Salep biasa digunakan untuk penggunaan topikal. Salep merupakan sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (Syamsuni,H., 2006).
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep
senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep
larut dalam air. Setiap salep menggunakan salah satu dasar salep tersebut (Depkes RI, 2014).
Sediaan topikal adalah sediaan yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit dengan tujuan
untuk menghasilkan efek lokal, seperti lotio, salep, dan krim. Sediaan topikal mengandung dua
komponen dasar yaitu zat pembawa dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal
yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal
dan berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif kontak dengan kulit (Sharma, 2008).
Sediaan yang akan dibuat berupa salep dengan bahan aktif metil salisilat dengan
dosis oleskan dua kali sehari selama 4 hari (Mattilsynet, 2012). Metil salisilat
merupakan turunan asam salisilat yang digunakan secara topikal dalam sediaan
rubifasien (perangsang kulit ringan untuk menghilangkan nyeri) di sendi dan
muskoloskeletal. Metil salisilat juga digunakan untuk gangguan pembuluh darah
perifer ringan seperti kaligata, dalam aromaterapi dan sebagai antiinflamasi
(Sweetman, S.C. 2009).
Sediaan ditujukan untuk pengggunaan topikal pada kulit, maka dibuat sediaan
berupa salep. Bahan aktif sukar larut dalam air (Depkes RI, 2014), maka bahan aktif
dimasukkan bersama dengan basis salep yang telah dilebur. Bahan aktif tidak tahan
pemanasan (mendidih antara 219 derajat dan 224 derajat disertai penguraian (Depkes RI,
2014), maka bahan aktif tidak ikut dilebur bersama basis salep. Bahan aktif tidak stabil
terhadap cahaya (Depkes RI, 2014), maka digunakan pemakaian tube saat penyimpanan.
1.2 Tujuan
1. Membantu mahasiswa memahami penyusunan formulasi, dan melakukan proses
produksi dan evaluasi sediaan salep.
2. Mahasiswa mampu merancang formula sediaan salep.
3. Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh berbagai jenis basis salep terhadap sediaan
salep.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan portofolio sediaan salep :
1. Untuk Praktikan
2. Menambah pengetahuan mahasiswa dan melatih mahasiswa untuk menjadi lebih
berkompeten.
3. Memberikan alternatif pemilihan sediaan sehingga konsumen dapat memilih sediaan
yang menurutnya lebih baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Metil salisilat
Metil salisilat merupakan salah satu turunan dari asam
salisilat. Senyawa ini dapat digunakan sebagai antiiritan dan
karminatif dan juga pada rematik. Penggunaan obat ini sangat
luas di masyarakat dan digolongkan ke dalam obat bebas.
Metil salisilat dapat dibuat melalui esterifikasi asam salisilat. Penggunaan zat ini
dalam pengobatan didasarkan pada kenyataan bahwa asam salisilatitu bermanfaat terhadap
respon fisiologi. Jika terjadi penyerapan maka penyerapan mudah terjadi melalui membrane
usus, aksi rancangandan eleminasi esterifikasi turunan gugus karboksilat. Dengan metana
lain dan juga melalui esterifiksi untuk turunan asetil yang sedikit asam dibandingkan fenol
dan asam karboksilat.
2.2.1 Keuntungan
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci dengan
air dan dasarsalep yang larut dalam air.
Salep dipakai untuk dermatosis (penyakit kuli) yang kering dan tebal (proses
kronik), termasuk likenifikasi (penebalan kulit sehingga garis-garis lapisan kulit tampak
lebih jelas), hyperkeratosis. Dermatosis dengan skuama (pelpasan lapisan tanduk dari
permukaan kulit), berlapis, pada ulkus yang telah bersih.
Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas
permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan dasar
hidrokarbon digunakan sebagai penutup. Salep berbahan dasar salep serap (salep absorpsi)
kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi karena komponen airnya yang besar.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air mampu
berpenetrasi jauh ke hipodermis sehingga banyak dipakai pada kondisi yang memerlukan
penetrasi yang dalam.
Kontraindikasi Salep Salep tidak dapat digunakan pada radang akut, terutama
dermatosis eksudatif (luka yang bernanah) karena salep tidak dapat melekat, demikian pula
pada daerah berambut dan lipatan karena menyebabkan perlengketan.
1. Bahan obat yang larut dalam dasar salep, dilarutkan di dalamnya, jika perlu
dengan pemanasan.
2. Bahan obat yang larut dalam air, dilarutkan di dalamnya. Dengan catatan air yang
digunakan dapat diserap oleh dasar salep.
3. Bahan obat yang sukar larut dalam dasar salep, digerus halus dan dicampur
dengan dasar salep.
4. Salep yang dibuat dengan cara melebur dasar salep, harus digerus sampai dingin.
2.2.3 Mengerjakan bahan obat dalam salep
1. Bahan obat yang larut dalam air, harus dilarutkan dulu dalam air seperti Ureum,
baru kemudian dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.
2. Bahan obat yang larut dalam Etanol 95%, harus dilarutkan terlebih dahulu dalam
Etanol 95% seperti Asam Salisilat, Asam Benzoat, Menthol, Kamfer, Resorcinol
dll, baru kemudian ditambah basis salep.
3. Bahan obat yang harus ditambahkan terakhir karena mudah rusak bila diaduk
terlalu lama seperti Ichtammolum, Balsam Peru.
4. Bahan obat mudah menguap dimasukkan teakhir, karena bila dimasukkan sejak
awal lebih banyak yang menguap contoh: Liquor Carbonatis Detergent, minyak
menguap seperti Oleum Rosae, Minyak Cayuputi, Minyak Mentahe piperitae.
5. Untuk bahan lain yang tidak mempunyai sifat tersebut diatas, seperti
Chloramphenicol, Hidrocortison, Mikonazol, Sulfur, Zinc Oxyd, dihaluskan
terlebih dahulu baru kemudian dicampur dengan basis salep.
2.2.4 Cara mengemas salep
Massa salep yang telah dicampur homogen, dimasukkan kedalam pot salep
menggunakan sudip hingga salep tidak tersisa lagi di mortir, bagian luar pot obat harus
bersih. etiket ditempel dibagian luar pot.
2.2.5 Persyaratan salep
Persyaratan Salep menurut( Syamsuni, 2006) yaitu:
1. Pemerian: tidak boleh bau tengik
2. Dasar salep: kecuali dinyatakan lain, senagai bahan dasar salep (basis salep)
digunakan sebagai vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan
obat dan tujuan pemakaian salep.
3. Kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras
kadar bahan obat adalah 10%.
4. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca ataupun bahan transparan lain
yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
5. Penandaan: pada etiket harus tertera “obat luar”.
BAB III
FORMULASI
1. Formulasi
2. Perhitungan bahan
Methyl salisilat = 5 gram
Champora = 1,5 gram
Menthol = 1,5 gram
Cera alba = 10/100 x 10 = 1 gram
Setil alcohol = 5/100 x 10 = 0,5 gram = 500 mg
Natrium benzoate = 0,05/100 x 10 = 0,005 gram = 5 gram
Vaselin alba = 10 – ( 5+1,5+1,5+1+0,5+5 )
= 10 - 9,505
= 0,495 gram = 495 mg
3. Alasan pemilihan bahan
Nama bahan Karakteristik bahan Alasan pemilihan bahan
Methyl salisilat
Champora
Cera alba
Setil alcohol
Natrium benzoat
Menthol
Vaselin alba