TEKNOLOGI FORMULASI
SEDIAAN SEMI PADAT & CAIR
Disusun Oleh :
Kelompok 6
No. Nama Mahasiswa NIM
1
2 Temi Saspatika 183001020052
3
4
5
6
7
Tanggal Nama Asisten:
Praktikum Puspa Dwi P.
Tanggal Nilai :
Pengumpulan
B. Landasan Teori
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V, larutan adalah sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal : terdispersi secara molekuler
dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-
molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk
sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang
baik jika larutan diencerkan atau dicampirkan.
Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu
atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven-air. Larutan oral dapat diformulasikan untuk diberikan
langsung secara oral kepada pasien atau dalam bentuk pekat yang harus diencerkan lebih
dulu sebelum diberikan. Penting untuk diketahui bahwa pengenceran larutan oral dengan
air yang mengandung kosolven seperti etanol, dapat menyebabkan pengendapan bahan
terlarut. Jika terdapat kosolven, pengenceran larutan pekat perlu berhati-hati. Sediaan zat
padat atau campuran zat padat yang harus dilarutkan dalam pelarut sebelum diberikan
secara oral disebut “... untuk Larutan Oral”, misalnya : Kalium Klorida untuk Larutan
Oral.
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi, dinyatakan
sebagai Sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai Sirup atau Sirup
Simpleks. Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang
dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral.
Preformulasi adalah tahapan awal dalam pembuatan bentuk sediaan obat yang
mengkaji sifat-sifat fisikokimia zat aktif. Tiap zat aktif memiliki karakteristik fisika dan
kimia yang berbeda yang menjadi pertimbangan untuk mengembangkan suatu formula
obat. Berdasarkan sifat fisikokimia tersebut, farmasis dapat memilih bentuk sediaan yang
tepat dan bahan-bahan tambahan (eksipien) yang kompatibel agar dapat menghasilkan
suatu bentuk sediaan obat bermutu. Sifat fisikokimia yang dapat menjadi pertimbangan
dalam pembuatan bentuk sediaan obat diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kelarutan zat aktif.
Tingkat kelarutan zat aktif dalam pelarut tertentu dapat menjadi pertimbangan
dalam pemilihan bentuk sediaan obat. sebagai contoh, zat aktif yang memiliki kelarutan
tinggi dalam pelarut yang bersifat polar (ex: aquadest) dapat dipertimbangkan untuk
membuat zat aktif tersebut menjadi bentuk sediaan sirup.
2. Koefisien partisi
Koefisien partisi dapat menggambarkan sifat lipofilisitas obat yang nantinya dapat
digunakan untuk memprediksi kelarutan obat atau pelarut yang tepat untuk obat
tersebut. koefisien partisi yang tinggi menandakan bahwa obat tersebut bersifat non
polar begitu pula sebaliknya, koefisien partisi yang rendah menandakan bahwa obat
tersebut bersifat polar.
3. Inkompatibilitas
Inkompatibilitas adalah pencampuran beberapa senyawa yang menyebabkan
ketidakcocokan atau ketidaksesuaian. Beberapa zat aktif dapat bereaksi dengan senyawa
lain menyebabkan rusaknya struktur zat aktif tersebut ataupun munculnya senyawa baru
yang tidak diinginkan. Hal tersebut dapat mempengaruhi efektivitas zat aktif sehingga
inkompatibilitas zat aktif sangat perlu diperhatikan.
4. Etc.
Preformulasi adalah penelusuran literatur terhadap sifat-sifat zat aktif. Dari
penelusuran tersebut, aspek-aspek lain dalam pembuatan bentuk sediaan dapat
ditentukan seperti eksipien yang tepat, jumlah, penyimpanan produk, pengemasan
hingga nantinya juga dapat mempengaruhi proses distribusi. Oleh sebab itu, semakin
banyak informasi mengenai zat aktif yang didapat, maka diharapkan produk yang
dihasilkan nantinya dapat bermutu, memiliki efektivitas yang maksimal dan dapat
meminimalisir efek-efek yang tidak diharapkan.