Anda di halaman 1dari 27

JURNAL FORMULASI EMULSI

OLEUM RICINI

KELOMPOK 1

ANGGOTA :

1. ANGGA SETIAWAN (AKF22007)


2. AULIA AZZAHRA RAMADHANTI (AKF22010)
3. NANANG SAPUTRA LALANG (AKF22049)
4. PRISKA RASYA TIFANI (AKF22059)

POLTEKKES PUTRA INDONESIA MALANG


PRODI D3 FARMASI

2023
BAB I

A. LATAR BELAKANG

Dalam dunia farmasi kita mengetahui beberapa bentuk sediaan obat yang
umumnya di pakai dalam pembuatan obat. Setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan
kegunaannya masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan untuk apa obat itu di pakai.
Salah satu bentuk sediaan dari obat yang sering di jumpai dan sering di gunakan
merupakan emulsi.

Emulsi adalah system dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersinya
dan larutan air fase pembawa, system ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya,
jika air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
merupakan fase pembantu emulsi ini disebut emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat
distabilkan dengan penstabilan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu
penyatuan tetes kecil yang menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal
yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar
permukaan antara tetesan dan fase external dan membuat batas fisik disekeliling partikel
yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antara
fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi sesame pencampuran. (Farmakope
Indonesia edisi V)

Menurut Farmakope Indonesia III (1979:9) emulsi adalah sediaan yang


mengandung bahan obat cair atau Iarutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,
distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Emulsi adalah suatu system yang tidak stabil secara termodinamik yang
mengandung paling sedikit 2 fase cair yang tidak bercampur, diaman satu diantaranya
didispersikan sebagai bola-bola dalam fase cair lain. Farfis II (Martin, dkk.., 1993 : 1143)

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang terdispetsi
dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Metode
yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah metode
HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance).
Minyak jarak atau minyak kastroli (Oleum Ricini) sering digunakan sebagai obat
pencahar (laksatif) dan untuk menetralisasi rasa kembung (konstipasi) dan merangsang
pemuntahan. Konsumsi tinggi (dibawah dosis letal) minyak ini pada perempuan yang siap
melahirkan dapat menginduksi persalinan.

Minyak jarak adalah miyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin biji
Ricinus communis, L yang telah dikupas. Di era modern ini minyak jarak ( Oleu ricini )
banyak digunakan untuk industri otomotif, industri farmasi dan kosmetik. Kandungan
asam lemak pada minyak jarak 90% terdiri dari asam risinoleat, hanya sedikit
mengandung asam dihidroksi stearat, linoleat, oleat dan stearat.

B. TUJUAN
1. Untuk mengkaji pra formulasi dari bahan aktif minyak jarak (oleum ricini)
2. Untuk mengetahui formulasi yang baik untuk pembuatan emulsi
3. Untuk mengetahui takaran dosis yang tepat
4. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan sediaan emulsi minyak jarak berdasarkan
studi formulasi
5. Untuk mengetahui indikasi dari obat emulsi Oleum Ricini
6. Untuk mengetahui hasil evaluasi dari sediaan emulsi yang telah dibuat

C. MANFAAT
1. Dapat mengerti formula pembuatan oleum ricini atau minyak jarak
2. Dapat mengerti bagaimana formulasi yang baik untuk sediaan emulsi
3. Dapat mengetahui takaran dosis yang tepat
4. Dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan sediaan emulsi minyak jarak
5. Dapat mengerti indikasi dari obat emulsi Oleum Ricini
6. Dapat mengetahui hasil evalusi dari sediaan emulsi yang telah dibuat
BAB II

TINJAUAN TEORI DAN KAJIAN BAHAN

2.1 DEFINISI EMULSI


Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan
obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok. (Farmakope Indonesia III : 9). Emulsi adalah
sistem dua fase dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil. (Farmakope Indonesia IV : 6 )

Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan
dalam sistem dispersi; yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam
fase cairan lainnya; umumnya dimantapkan dengan zat pengemulsi.
(Formularium Nasional : 412). Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang
terdiri dari paling sedikit 2 fase cairan yang tidak saling bercampur. Sebagian
besar dari emulsi konvensional dalam farmasi memiliki ukuran partikel
terdispersi dalam diameter dari 0,1 sampai 100 mm. (RPS 18 th : 298)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, emulsi adalah suatu sistem


heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari paling
sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya
terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil, yang
berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang
cocok.

Emulsi berasal dari kata emulgeo yang ertinya menyerupai milk,


warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-
bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut
emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang
terdapat dalam bij tersebut.

2.2 KOMPONEN EMULSI


Komponen emulsi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Kompoen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di


dalam emulsi, terdiri atas:
a. Fase dispers / fase internal / fase diskontinu / fase terdispersi / fase dalam,
yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cairan
lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair
dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung)
emulsi tersebut.
c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.

2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam


emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya, corrigen saporis,
odoris, colouris, pengawet (preservative)¸ dan antioksidan. Pengawet yang sering
digunakan dalam sediaan emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben,
asam benzoat, dan senyawa amonium kuarterner. Antioksidan yang sering
digunakan antara lain asam askrobat (vitamin C), α-tokoferol, asam sitrat, propil
glatat, dan asam galat. (H. Syamsuni. 2006. "Farmasetika Dasar dan Hitunga
Farmasi". Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Jakarta.)

2.3 TIPE EMULSI


Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
eksternal, emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak
sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (air dalam minyak), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai
fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
(H. Syamsuni. 2006. "Farmasetika Dasar dan Hitunga Farmasi". Penerbit Buku
Kedokteran (EGC). Jakarta.)

2.4 TUJUAN PEMAKAIAN EMULSI


Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran
dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Tujuan pemakaian emulsi adalah :
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroal. Umumnya emulsi tipe O/W.

2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O tergantung
banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.

2.5 BAHAN PENGEMULSI (EMULGATOR)


1. Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
a. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
a) Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi
yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
- Kerja gom sebagai koloid pelindung
- Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup
kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
- Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.
- Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
- Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.
- Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
- Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
- Balsam-balsam.
- Oleum Ricini
b) Tragacanth
c) Agar-agar
d) Chondrus
e) Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
b. Emulgator alam dari hewan
a) Kuning telur
b) Adeps lanae
c. Emulgator alam dari tanah mineral
a) Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
b) Bentonit
d. Emulgator buatan
a) Sabun
b) Tween 20; 40; 60; 80
c) Span 20; 40; 80

2.6 CARA PEMBUATAN EMULSI


Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu :

1. Metode gom kering atau metode continental


2. Metode gom basah atau metode inggris
3. Metode botol atau metode botol forbes

2.7 KAJIAN BAHAN

 Nama resmi : Minyak Jarak


 Nama latin : Oleum Ricini
 Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak
berwarna, bau lemah; rasa manis kemudian agak pedas, umumnya memualkan.
 Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%)P; mudah larut dalam
etanol mutlak P dan dalam asam asetat glasial P

2.8 RANCANGAN FORMULA

Ol Ricini 15ml/30ml

PGA 10%

Sacharin – Na 0,5%

Na-Benzoat 0, 1%

BHT 0,02%

Sunset Yellow FCF q,s

Essensial Orenge q,s

Aqua ad 60 ml
2.9 KARAKTERISTIK BAHAN

BAHAN KARAKTERISTIK
Oleum Ricini a) Pemerian : Cairan kental, jernih,
(FI III Hal 459) kuning pucat atau hampir tidak
berwarna, bau lemah; rasa manis
kemudian agak pedas, umumnya
memualkan.
b) Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian
etanol (90%)P; mudah larut dalam etanol
mutlak P dan dalam asam asetat glasial P
c) Stabilitas : Minyak jarak stabil dan
tidak berubah tengik kecualimengalami
panas yang berlebihan. Pada pemanasan
300°Cselama beberapa jam, minyak
jarak berpoli merisasi danmenjadi larut
dalam minyak mineral. Ketika
didinginkansampai 0°C menjadi lebih
kental. Minyak jarak harusdisimpan pada
suhu tidak melebihi 45°C, diisi dalam
wadahkedap udara, terlindung dari
cahaya.(Rowe, Raymond. 2009)
d) Inkompatibilitas : Oleum ricini tidak
kompatibel dengan oksidator kuat.
(Rowe, Raymond 2009)

PGA a) Pemerian : Berbentuk granul atau


(FI VI hal 684, HPE ed 6 hal 1) serbuk berwarna putih kuning pucat,
tidak berbau.
b) Kelarutan : Larut hampir sempurna
dalam 2 bagian air, tetapi sangat lambat,
meninggalkan sisa bagian tanaman
dalam jumlah sangat sedikit, praktis
tidak larut dalam etanol dan dalam eter.

c) Khasiat : Suspensi agent


d) Konsentrasi : 5% - 10%
e) Inkompatibilitas : Akasia tidak
kompatibel dengan sejumlah zat
termasuk amidopyrine, apomorphine,
kresol, etanol (95%), garam besi, morfin,
fenol, physostigmine, tanin, timol, dan
vanillin. Enzim pengoksidasi hadir
dalam akasia dapat mempengaruhi
persiapan mengandung zat yang
mudah teroksidasi
Saccharin – Na a) Pemerian : Serbuk hablur ; putih ;
(FI III Hal 561, HPE eds 6 Hal 605) tidak berbau atau agak aromatik ; sangat
manis
b) Kelarutan mks larut dalam 1,5 bagian
air dan dalam 50 bagian etanol (95%) p.
c) Konsentrasi : 0,02%-0,5%
d) Stabilitas : Stabilitas air sakarin
sangat baik. Sakarin harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat di tempat
yang kering
e) Inkompatibilitas : Sakarin dapat
bereaksi dengan molekul besar,
menghasilkan endapan. Tidak
mengalami pencoklatan Maillard.
f) Khasiat : Pemanis

NA Benzoat a) Pemerian : butiran atau serbuk hablur;


(FI III hal 395, HPE hal 627) putih ; tidak berbau atau hampir tidak
berbau
b) Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air
dan dalam 90 bagian etanol (95%) p.
c) Stabilitas : Larutan berair dapat
disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi.
Bahan curah harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat, ditempat yang
sejuk dan kering.
d) Inkompatibilitas : Tidak kompatibel
dengan senyawa kuaterener,gelatin,
garam besi, garam kalsium, dan garam
dari logam berat, termasuk perak, timah,
dan air raksa. Aktivitas pengawet dapat
dikurangi dengan kaolin atau surfaktan
nonionik.
e) Konsentrasi : 0,02-0,5%
f) Khasiat : Pengawet

Buthylated hydroxytoluene (BHT) a)Pemerian : Hablur padat; putih; bauk


(FI III hal 664,HPE edisi 6 hal 73) has sedikit
b)Kelarutan : Praktis tidak larut dalam
air dan dalam propilenglikol p: mudah
larut dalam aseton,benzene, etanol, eter,
minyak, dan paraffin liquidum.
c) Stabilitas : Paparan cahaya,
kelembaban dan panas menyebabkan
perubahan warna dan hilangnya
aktivitas. Disimpan di wadahtertutup
baik, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk dankering. (Rowe, Raymond.
2009)
d) Inkompatibilitas : BHT mengalami
reaksi karakteristik fenol. Tidak
kompatibeldengan oksidator kuat seperti
peroksida dan permanganat.Kontak
dengan oksidator dapat menyebabkan
pembakaranspontan. Garam besi
menyebabkan perubahan warna
denganhilangnya aktivitas. Pemanasan
dengan sejumlah katalisasam
menyebabkan dekomposisi yang cepat
dengan pelepasan gas isobutena yang
mudah terbakar.(Rowe, Raymond. 2009)
e) Khasiat : Oksidatif
Sunset Yellow a) Pemerian : Serbuk kuning kemerahan,
di dalam larutan memberikan warna.
b) Kelarutan : mudah larut dalam air,
gliserin dan propilen glikol (50%),
sedikit.
c) Khasiat : Pewarna
Essencial Orange a) Pemerian : Cairan kuning, orange,
coklat-orange dengan bau khas dan rasa
yang lembut dan beraroma.
b) Kelarutan : Mudah larut dalam
alcohol 90%, asam asetat glasial.
c) Khasiat: Perasa
Aquadest Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna,
(FI III Hal 96) tidak berbau, tidak mempunysi rasa
2.10 EVALUASI SEDIAAN EMULSI
Setelah sediaan emulsi Oleum ricccini selesai dibuat, dilakukan beberapa evaluasi
untuk memastikan kualitas dari sediaan tersebut evaluasi yang dilakukan yaitu.

 Uji Organoleptik
Tujuan : memeriksa kesesuaian bau, rasa, dan warna sediaan sesuai
spesifikasi yang telah ditentukan
Alat : Pancaindra

 Uji pH
Tujuan : melihat tingkat keasaman sediaan untuk menjamin keamanan
Alat : pH universe
Prosedur :1. Dimasukkan kertas pH
1. Tunggu beberapa saat
2. Diamati kertas pH tersebut
3. Dibandingkan dengan indikator pH kemasan
4. Diamati warna yang terjadiJika pH>7 = basa pH=7 = netral pH<7
= asam

 Uji Viskositas
Tujuan : memeriksa kesesuaian viskositas dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan
Alat : Rhion VT 04F
Syarat : nilai viskositas sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
1. Siapkan bahan atau cairan di dalam beaker glass 500 mL
(pastikan bahan tersebut terisi dengan penuh di dalam baker).
2. Pasang spindel pada alat.
3. Kemudian putar revolver untuk menurunkan spindel sampai
terendam seluruhnya di dalam cairan.
4. Pilih kecepatan RPM untuk perputarannya.

 Volume Terpindahkan
Tujuan : memastikan bahwa larutan oral yang dikemas dalam wadah dosis
ganda, dengan volume yang tertera di etiket tidak lebih 60 mL, jika
dipindahkan dari wadah asli akan memberikan volume sediaan seperti yang
tertera pada etiket
Alat : gelas ukur
Syarat : Volume terpindahkan tidak boleh kurang dan lebih dari 60 mL
Prosedur : Tuang sediaan dalam gelas ukur
Dilihat apakah sesuai volume yang diminta atau tidak.

 Uji Tipe Emulsi


Tujuan : Untuk menhetahui jenis emulsi
Alat : Gelas arloji dan pengaduk
Bahan Penguji : Methilenblue (O/W) dan Sudan III
(W/O) Prosedur :
a. Letakkan beberapa tetes emulsi di gelas arloji, bagi menjadi 2 bagian
b. Tambahkan methylene blue pada bagian I dan sudan III pada bagian II,
kemudian diaduk
c. Jika dengan methylene blue dapat bercampur, maka emulsi tipe minyak
dalam air. Jika dengan sudan III dapat bercampur, maka emulsi tipe air
dama minyak.

 Uji Perubahan Warna

Diamati perubahan warna yang terjadi pada sediaan emulsi setelah hari ke-1,
ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5
BAB III

A. FORMULA

Ol Ricini 15ml/30ml

PGA 10%

Sacharin – Na 0,5%

Na-Benzoat 0, 1%

BHT 0,02%

Sunset Yellow FCF q,s

Essensial Orenge q,s

Aqua ad 60 ml

B. Alasan Pemilihan Bahan

BAHAN ALASAN

Oleum Ricini Minyak jarak atau minyak kastroli


sering digunakan sebagai obat pencahar (laksatif) dan
untuk menetralisasi rasa kembung (konstipasi) dan
merangsang pemuntahan. Konsumsi tinggi (di bawah
dosis letal) minyak ini pada perempuan yang siap
melahirkan dapat menginduksi persalinan.
PGA Larut hampir sempurna dalam air, tidak inkompatibel
terhadap bahan aktif, tidak memerlukan perlakuan
khusus. PGA juga digunakan agar sediaan tetap stabil
dengan mempertahankan partikel yang tidak larut tetap
terdispersi.
Sacharin Na Saccarin Na digunakan sebagai pemanis karena
memiliki 300 kali lebih manis dari pemanis lainnya
seperti Sukrosa, Glukosa, Aspartam, dsb.

NA Benzoat Karena Na Benzoat dapat larut dalam air, sehingga


tidak membutuhkan pelarut lain untuk melarutkannya.
BHT BHT digunakan sebagai oksidatif selama penyimpanan
minyak atau lemak. BHT (sebutkan kelihan disbanding
antioksidn yang lain)
Sunset Yellow Sunset yellow adalah jenis pewarna sintesis yang aman
digunakan untuk obat.
Essensial Orange Memilih essensial orange karena larutan menggunakan
pewarna sintesis sunset yellow (orange kekuningan)
maka cocok diberi perisa jeruk.
Aquadest Aquadest digunakan sebagai pelarut dan pengencer
pada sediaan ini. Karena aquadest juga merupakan
pelarut yang paling aman.

C. Perhitungan Bahan Oleum Ricini

NO. BAHAN PERHITUNGAN JUMLAH

1. Oleum Ricini 15ml/30ml x 60 ml = 30 ml 30 ml

2. PGA 10% 10/100 x 60 ml = 6 g 6g

Aquadest utuk mucilago 6g x 1,5 = 9mL 9 ml


3. Sacharin -Na 0,5% 0,5/100 x 60ml = 0,3 g 0,3g

Pelarut Sacharin- Na 1,5 x 0,3 g = 0,45ml 1ml


4. NA Benzoat 0,1% 0,1/100 x 60 ml = 0,06 g 0,06 g

Pelarut aquades 1:2 0,06 x 2 = 0,12 ml 1ml


5. BHT 0,02% 0,02/100 x 60ml = 0,012gram 0,012 gram
6. Sunset yellow 2 gtt 2 gtt
7. Essensial orange 2-3 gtt 2-3 gtt
8. Aquadest 60 ml - (30 ml + 6g + 9ml + 12,63ml
0,3g + 1ml + 0,06g + 1ml +
0,012g ) =
60 ml– 47,37ml = 12,63ml
D. Perhitungan Dosis

Bahan Aktif Umur Perhitungan Dosis Lazim


Sekali Sehari
Oleum Ricini Dewasa - 5 mL – 20 mL
(FI III Hal 979)

Aturan Pakai :
1 x sehari 1 sendok (15 mL) tiap malam

E. ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Timbangan mg dan gram


2. Cawan porselen
3. Gelas ukur 50ml
4. Beaker glass 50ml
5. Mortir stemper
6. Batang pengaduk
7. Kertas perkamen
8. Sendok 15 ml
9. Botol 60ml

F. Prosedur kerja :

1. Disetarakan timbangan dan kalibrasi botol 60 ml


2. Diukur aquadest sebanyak (9ml) kemudian tuangkan kedalam mortir
3. Ditimbang PGA sebanyak 6 gram taburkan diatas air tadi dengan cara ditaburkan
secara merata, jika sudah gerus ad membentuk mucilago (campuran A)
4. Ditimbang oleum ricini 21 gram dan BHT 0.012 gram kemudian masukan dalam
beaker glass aduk ad homogen (campuran B)
5. (Campuran A) + (Campuran B) campurkan dalam mortir gerus ad homogen
(Campuran C)
6. Ditimbang Na- Benzoat 0,06 gram, ukur air sebanyak 1ml masukan pada beaker
glass aduk ad larut , masukan kedalam (campuran C) gerus ad homogen (Campuran
D)
7. Ditimbang Sacharin- Na sebanyak 0,3 gram, ukur air sebanyak 1 ml masukan
beaker glass aduk ad larut , masukan kedalam (Campuran D) gerus ad homogen
8. Kemudian tambahkan perasa dan pewarna kurang lebih 2-3 tetes aduk ad
homogen
9. Dimasukan botol 60 ml yang telah dikalibrasi ad kan tanda dan beri label

G. Rancangan kemasan primer

H. Rancangan Label

I. Evaluasi Sediaan

 Uji Organoleptik
Tujuan : memeriksa kesesuaian bau, rasa, dan warna sediaan sesuai
spesifikasi yang telah ditentukan
Alat : Pancaindra

Uji Organoleptik Syarat Hasil


Bau Bau jeruk Dari hasil praktikum emulsi
kelompok kami, sediaan berbau
jeruk dan sesuai dengan
essence yang kelompok kami
gunakan.

Rasa - Rasa Dari hasil praktikum emulsi


- Manis kelompok kami, sediaan
mempunyai rasa jeruk dan juga
manis.
Warna Kuning Dari hasil praktikum emulsi
kelompok kami, sediaan
mempunyai warna kuning yang
sesuai dengan pewarna, rasa
dan juga bau jeruk yang
kelompok kami gunakan.

Kesimpulan :
Dalam uji Organoleptis pada sediaan emulsi yang berbahan aktif Oleum Ricini /
Minyak Jarak yang telah kelompok kami lakukan setiap anak memiliki hasil yang sama,
dan memiliki hasil seperti diatas.

 Uji pH
Tujuan : melihat tingkat keasaman sediaan untuk menjamin keamanan
Alat : pH universe
Syarat : pH emulsi yang dihasilkan sekitar 5-7
Prosedur :1. Dimasukkan kertas pH
5. Tunggu beberapa saat
6. Diamati kertas pH tersebut
7. Dibandingkan dengan indikator pH kemasan
8. Diamati warna yang terjadiJika pH>7 = basa pH=7 = netral pH<7 = asam
Nama Hasil

Angga

pH yang dihasilkan 6

Aulia

pH yang dihasilkan 6
Nanang

pH yang dihasilkan 6

Priska

Kesimpulan :
Dalam uji pH
pada sediaan
emulsi yang
berbahan aktif
Oleum Ricini /
Minyak pH yang dihasilkan 6 Jarak yang
kelompok kami lakukan setiap anak memiliki hasil pH yang sama, pH yang dihasilkan
sudah memenuhi syarat yaitu 6

 Uji Viskositas
Viskometer Rhion digunakan untuk mengukur suatu cairan yang
memilikiviskositas tinggi. Memiliki rentang ukuran 30 sampai 400.000 mPa's (cP).
Haltersebut cocok dan nyaman pada satu tangan. Dengan menggunakan baterai
keringsebagai sumber tegangan. Dan dapat membaca viskositas dengan segera setelah di
aktifkan (Martin, 2006)
Tujuan : memeriksa kesesuaian viskositas dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
Alat : viskometer Rhion VT 04F
Procedure :
1. Siapkan bahan atau cairan di dalam beaker glass 100 mL (pastikan bahan
tersebut terisi dengan penuh di dalam baker).
2. Pasang spindel pada alat.
3. Kemudian putar revolver untuk menurunkan spindel sampai terendam
seluruhnya di dalam cairan.
4. Pilih kecepatan RPM untuk perputarannya.

a. Viskositas sediaan menggunakan Viskometer RION VT 04F

Spindle Viskositas Lampiran Perhitungan


(dPa.S)
Viskositas
No 3 30 (CP) = angka yang terbaca
(dPa.S) x 100
(CP) = 30 (dPa.S) x 100
= 3000

Kesimpulan :
Dari hasil emulsi yang telah kami buat viskositas atau kekentalan emulsi dari
sediaan kami sudah memenuhi syarat yaitu 3000 dPa.S

 Volume Terpindahkan
Tujuan : memastikan bahwa larutan oral yang dikemas dalam wadah dosis ganda,
dengan volume yang tertera di etiket tidak lebih 60 mL, jika dipindahkan dari wadah asli
akan memberikan volume sediaan seperti yang tertera pada etiket
Alat : gelas ukur
Syarat : Volume terpindahkan tidak boleh kurang dan lebih dari 60 mL
Prosedur : Tuang sediaan dalam gelas ukur
Dilihat apakah sesuai volume yang diminta atau tidak
Nama Hasil

Angga

Volume yang dihasilkan


60mL
Aulia

Volume yang dihasilkan


56mL
Nanang

Volume yang dihasilkan


58mL

Priska

Volume yang dihasilkan


58mL
Kesimpulan :
Dari hasil yang telah kelompok kami lakukan, yaitu pembuatan emulsi volume
terpindahkan dari masing – masing anak memiliki uji volume terpindahkan yang berbeda
dan memiliki hasil seperti diatas

 Uji Tipe Emulsi


Tujuan : Untuk menhetahui jenis emulsi
Alat : Gelas arloji dan pengaduk
Bahan Penguji : Methilenblue (O/W) dan Sudan III
(W/O) Prosedur :
5. Letakkan beberapa tetes emulsi di gelas arloji, bagi menjadi 2 bagian
6. Tambahkan methylene blue pada bagian I dan sudan III pada
bagian II, kemudian diaduk
7. Jika dengan methylene blue dapat bercampur, maka emulsi tipe
minyak dalam air. Jika dengan sudan III dapat bercampur, maka
emulsi tipe air dalam minyak.

Hasil Pembahasan

Pada uji tipe emulsi yang


kelompok kami lakukan, yaitu
sediaan ditambahkan sudan III
yang memiliki hasil dapat
bercampur, maka emulsi yang
telah kelompok kami buat dapat
disimpulkan tipe air dalam
minyak W/O

Pada uji tipe emulsi yang


kelompok kami lakukan, yaitu
sediaan diteteskan pada kertas
saring untuk melihat daya sebar
dari sediaan emulsi yang sudah
kelompok kami lakukan. Dan
memiliki hasil lambat dalam
penyebarannya sehingga dapat
disimpulkan tipe emulsi yaitu
air dalam minyak atau W/O

Kesimpulan :
Pada sediaan emulsi berbahan aktif oleum ricini yang telah kelompok kami
lakukan yaitu dapat kami simpulkan memiliki tipe emulsi air dalam minyak atau W/O
 Uji Perubahan Warna

Diamati perubahan warna yang terjadi pada sediaan emulsi setelah hari ke-1, ke-2, ke-3,
ke-4, dan ke-5

Hari ke Hasil

1 Tidak mengalami perubahan warna

2 Tidak mengalami perubahan warna

3 Tidak mengalami perubahan warna

4 Tidak mengalami perubahan warna

5 Tidak mengalami perubahan warna

Kesimpulan :
Dari hasil yang kelompok kami lakukan yaitu, pada hari pertama hingga hari kelima
tidak mengalami perubahan pada sediaan emulsi kami
BAB IV
KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emulgator.
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase
terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu:

a. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.
b. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak

Emulsi merupakan salah satu sediaan yang kurang stabil. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di antaranya adalah suhu pemanasan tidak
konstan, perbedaan intensitas pengadukan, pencampuran kurang merata, ketidaktelitian
dalam pengamatan kestabilan emulsi. Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi
adalah terjadinya flokulasi, creaming, koalesen, ostwald ripening dan inversi fase.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor yang
penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah golongan koloid hirofilik
contohnya adalah gom arab. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menaikkan viskositas
medium pendispersi sehingga didapatkan sediaan emulsi yang stabil. Pada praktikum kali
ini menggunakan metode basah. Metode basah yaitu suatu metode dalam pembuatan
emulsi dengan cara zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi umumnya
larut dalam air) agar membentuk suatu mucilago, kemudian minyak perlahan-lahan
ditambahkan untuk membentuk emulsi, kemudiaan diencerkan dengan sisa air.

Zat aktif yang digunakan yaitu minyak jarak yang sebagai obat pencahar (laksatif)
dan untuk menetralisasi rasa kembung (konstipasi) dan merangsang pemuntahan.
Konsumsi tinggi (di bawah dosis letal) minyak ini pada perempuan yang siap melahirkan
dapat menginduksi persalinan. . Selain itu, terdapat juga bahan-bahan lain yaitu cmc- na
dan tween-span sebagai emulgator, BHT sebagai antioksidan, asam benzoate sebagai
pengawet, Propilenglikol sebagai penstabil, sacharin sebagai pemanis. Jenis emulsi minyak
jarak yaitu tipe air dalam minyak. Karena jumlah fase air yang ditambahkan lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah fase minyak. Minyak jarak akan terdispersi didalam air
membentuk globul-globul yang telah di lapisi oleh emulgator.

Setelah sediaan emulsi jadi kelompok kami melakukan beberapa pengujian diantaranya
adalah :
1. Organoleptis

Dari hasil pemeriksaan secara organoleptis didapatkan hasil bau jeruk yang dapat
menutupi bau dari minyak jarak. Warna sediaan kelompok kami yaitu kuning dengan
rasa jeruk untuk lebih menarik agar mudah dikonsumsi oleh anak-anak.
2. Volume terpindahkan

Volume terpindahkan yang dihasilkan oleh kelompok kami masing-masing anak


berbeda. Ada yang sudah memenuhi persyaratan dan ada yang belum dikarenakan
persyaratan volume terpindahkan dari sediaan emulsi harus tidak lebih dan kurang dari
60mL.
3. Viskositas
Pada pengujian viskositas menggunakan viskometer RION VT 04F diuji dengan
menggunakan spindle dengan ukuran No 3 viskositas berpengaruh pada kemudahan
dalam penuangan serta kecepatan sedimentasi. Bila viskositas tinggi maka akan sulit
untuk dituang dan sulit untuk terjadi sedimentasi, sedangkan bila viskositas rendah
maka sediaan akan menjadi encer dan mudah terjadi sedimentasi.
4. pH
Pada sediaan kami menghasilkan pH 6 yang sudah memenuhi persyaratan pH.. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh sifat bahan tambahan yaitu bersifat basa atau asam. Semakin
banyak bahan tambahan yang digunakan bersifat asam maka akan semakin
menurunkan nilai pH. pH berpengaruh pada stabilitas dalam pernyimpanan.
5. Tipe emulsi
Pada pengujian tipe emulsi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pewarnaan dan
daya sebar. Pada uji pewarnaan dilakukan pada kaca arloji yang diberi beberapa tetes
emulsi kemudian kaca arloji ditetesi dengan Sudan III kemudian diaduk. Hasil yg
homogen ditunjukkan oleh emulsi yang dicampur dengan sudan III. Hal ini
menunjukkan bahwa tipe emulsi yang dihasilkan yaitu tipe W/O.

6. Perubahan warna
Pada pengujian perubahan warna dilakukan dengan mengamati perubahan warna yang terjadi
pada sediaan emulsi setelah hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5. hasil yang kelompok kami
peroleh yaitu, pada hari pertama hingga hari kelima tidak mengalami perubahan pada sediaan
emulsi kami.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

1. Formulasi yang baik agar sediaan emulsi berkualitas harus memenuhi aspek-
aspek farmasetik meliputi stabilitas (stability), keamanan (safety), efektifitas
(efectivity), dan aseptabilitas (acceptability).
2. Hasil Evaluasi Sediaan Emulsi
a. Bentuk Sediaan : Emulsi Ol. Ricini
Kadar Bahan Aktif :
Dosis : Ol. Ricini 15ml/30ml
Organoleptis :
Bau : Jeruk
Rasa : Jeruk
Warna : Kuning
Hasil Evaluasi : pH yang dihasilkan adalah 6 yang menunjukan
sediaan sudah memenuhi rentang persyaratan pH emulsi yang baik. Untuk
hasil evaluasi Dan untuk hasil tipe emulsi, yang didapatkan adalah tipe
W/O. Karena pada pengujian saat diberi sudan III, hasilnya homogeny. Pada
pengujian viskositas menggunakan viskometer RION VT 04F diuji dengan
menggunakan spindle dengan ukuran No 3 dari hasil uji viskositas sediaan
emulsi yang telah kami buat sudah memenuhi syarat uji vsikositas.
Viskositas berpengaruh pada kemudahan dalam penuangan serta kecepatan
sedimentasi. Bila viskositas tinggi maka akan sulit untuk dituang dan sulit
untuk terjadi sedimentasi, sedangkan bila viskositas rendah maka sediaan
akan menjadi encer dan mudah terjadi sedimentasi. Pada pengujian
perubahan hasil yang kelompok kami peroleh yaitu, pada hari pertama
hingga hari kelima tidak mengalami perubahan pada sediaan emulsi kami
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Anonim (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Anonim (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Dini, E, Mariana, N. 2005, Teori Sediaan Emulsi, Departemen Farmasi FMIP, Universitas
Indonesia. Depok
H. Syamsuni. 2006. "Farmasetika Dasar dan Hitunga Farmasi". Penerbit Buku Kedokteran
(EGC). Jakarta.
Puwartiningrum, H. 2014. Formulasi dan Uji Sifat Fisik Emulsi Minyak Jarak (Oleum
Ricini) dengan Perbedaan Emulgator Derivat Selulosa. Jurnal Ilmiah Farmasi,
3(1)
Voigt, R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Noerono Soendani
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai